Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH

“akuntansi siklus keuangan daerah”

Disusun Oleh :

VITA FATMAWATI NUSI (18033008)

AKUNTANSI A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya dalam
kesempatan yang berbahagia ini kita masih diberi nikmat dan karunia oleh-Nya. Di dalam
pembahasan makalah ini bertajuk seperti yang tertera dicover, dengan itu kami berfokus
dalam materi seperti yang akan kita bahas nanti.
Makalah yang tersusun ini sebagai tugas mata kuliah Akuntansi Pemerintahan Daerah,
dengan berbekal apa yang ada dalam buku pembahasan yang telah kami ambil dari
beberapa sumber. Selanjutnya kami banyak berterima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Akuntansi Pemerintahan Daerah, dan juga kepada rekan-rekan semuanya
yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini bukanlah sesuatu yang
terjadi begitu sempurna, masih banyak kekurangan yang memang itu adalah dari kami
sendiri, harapan kami rekan-rekan untuk memberikan kritikan atau saran yang bersifat
membangun. Akhirnya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.............................................................................
B.     Rumusan Masalah.....................................................................................
C.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian akuntansi keuangan daerah………………………………………
B. Siklus Akuntansi Keuangan Daerah…………………………………………..

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari


pengelolaan keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, Akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan Keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang
berkenaan dengan akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban mengacu pada
peraturan perundang-undangan yaitu antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang
keuangan Negara, UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara, UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, peraturan pemerintan Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintan Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13
tahun 2006 tentan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Untuk menyelenggarakan
akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan sistem akuntansi pemerintahan
daerh dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman
pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan entitas akuntansi yang
menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah. Untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah (pemda), salah
satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu
dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi pemerintahan yangberterima secara
umum.Terdapat beberapa peraturan perundang- undangan yang menjadi acuan
pengelolaan dan laporan pertanggungjawan keuangan daerah.Undang-undang dimaksud
adalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai peraturan perundangan di atas dan
mencegah timbulnya multitafsir dalam penerapannya, pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pencatatan keuangan daerah?
2. Apa dasar akuntansi yang digunakan dalam akuntansi keuangan daerah?
3. Bagaimana sebenarnya siklus akuntansi keuangan daerah?

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
materi tentang Akuntansi Keuangan Daerah. Dan dapat menjadi acuan untuk
penulisan makalah-makalah yang sejenis selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah


Berdasarkan PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
dijelaskan secara rinci bahwa Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) merupakan berbagai
prosedur manual maupun yang sudah terkomputerisasi mulai dari kegiatan pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan serta operasional
pemerintah.
Berdasarkan Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan
Daerah tahun 2004 yang diterbitkan oleh Salemba Empat menjelaskan bahwa Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi yang di
dalamnya terdapat proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi
atau kejadian keuangan dan laporan keuangan dalam wujud melaksanakan APBD, yang
dilakukan dalam berbagai prinsip akuntansi yang sudah diterima secara umum.
Berdasarkan dua sudut pandang tentang pengertian Sistem Akutansi Daerah di
atas, maka bisa disimpulkan bahwa sistem akuntansi daerah merupakan suatu
serangkaian prosedur yang dimulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, hingga laporan keuangan dalam hal pertanggungjawaban pelaksana
APBD yang bisa dilakukan secara manual atau memanfaatkan aplikasi komputer.

1. Sistem Pencatatan

Telah diketahui bahwa akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi. Pada
organisasi pemda, laporan keuangan yang dikehendaki diatur oleh Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 105 Tahun 2000 serta Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri)
Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 81 ayat (1) dan lampiran XXIX butir (11). Peraturan tersebut
diperbarui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah,
PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Laporan keuangan tersebut
adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran


2. Laporan Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Karena akuntansi pemerintah/keuangan daerah merupakan salah satu jenis akuntansi,


maka dalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi di
pemda. Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem
pencatatan single entry, double entry, dan triple entry. Pembukuan hanya menggunakan
sistem pencataan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem
pencatatan tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan
bagian dari akuntansi.
Single Entry

Sering juga disebut dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem
ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi
yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang
berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran.

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sistem pencatatan single entry


dilakukan oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik di level Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) maupun Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD). Sistem ini hanya sebagai alat kontrol sistem akuntansi yang sebenarnya yang
dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan SKPD (PPK SKPD) dan oleh Bendahara
Umum Daerah (BUD).

Adapun kelebihan dari pencatatan single entry adalah sederhana dan mudah
dipahami. Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain dalam menemukan
kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol.

Double Entry

Sering juga disebut sebagai sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada
dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi Debit berada di sebelah
kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga
keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi merupakan alat
bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut
berbentuk sebagai berikut:

AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit


sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk mencatat belanja.

Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila
suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan
pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka pencatatan
dilakukan pada sisi debit. Hal serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan pendapatan.

Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan


menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku
anggaran. Jadi sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, PPK SKPD maupun
bagian keuangan atau SKPKD juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran,
sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran.
2. SIKLUS AKUNTANSI

Akuntansi adalah suatu system, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-
subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan
tertentu. Suatu system mengolah input menjadi output. Input system akuntansi adalah
bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan
keuangan. Dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat, yaitu jurnal,
buku besar, dan buku pembantu. Apabila digambarkan, system akuntansi tersebut akan
tampak seperti yang ditunjukkan pada tampilan berikut.

Dalam konteks akuntansi keuangan daerah juga terdapat System Akuntansi


Pemerintahan Daerah. Konsep Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah ini pun sejalan
dengan konsep system akuntansi di atas dan system akuntansi pemerintahan dalam SAP.
Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat (5) PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP yang
menyebutkan bahwa system akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, serta pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. Oleh
karena itu, system akuntansi pemerintahan daerah adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
serta pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemda, sedangkan definisi
system akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama (kepmendagri nomor 29
tahun 2002) adalah system akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,
penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan, serta pelaporan keuangannya
dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum.

System akuntansi keuangan daerah memiliki contoh input berupa bukti memorial,
surat tanda setoran, dan surat perintah pencairan dana. Proses system akuntansi
keuangan daerah dilakukan dilakukan dengan menggunakan catatan seperti buku jurnal
umum, buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, buku besar, dan buku
besar pembantu. Output system akuntansi keuangan daerah berupa laporan keuangan
yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan  (Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 232)

System akuntansi diatas dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi, yaitu
tahap-tahap yang terdapat dalam system akuntansi, seperti (Sugiri, 2001: 13) :

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis


transaksi keuangan tersebut.
2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal, tahapan ini disebut menjurnal.
3. Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah dijurnal.
Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan menuangkannya dalam
neraca saldo.
5. Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling up-to-date
(mutakir)
6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan menuangkannya
dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.
8. Menutup buku besar.
9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam neraca saldo
setelah tutup buku.

3. Analisis Transaksi

Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan analisis transaksi, terlebih dahulu
akan diulang kembali penjelasan tentang “system (tata buku) berpasangan” dan
“persamaan dasar akuntansi”. Akuntansi menggunakan system pencatatan berpasangan
(double entry system). Sebagai contoh, pemda mengeluarkan kas untuk membayar sewa
garasi. Terhadap transaksi ini, akuntansi mencatat tidak hanya “pengeluaran kas,” tetapi
juga “tujuan dikeluarkannya” kas tersebut. Analisis transaksi juga tunduk pada system
berpasangan tersebut. Untuk memahami analisis transaksi demikian, kita akan
menggunakan alat bantu “persamaan dasar akuntansi”.

Pada saat pembentukan suatu entitas, para pemilik menyetorkan sejumlah uang atau
barang pada entitas tersebut. Kontribusi para pemilik menyebabkan entitas tersebut
memiliki harta atau aktiva. Kesepakatan akuntansi menghendaki kontribusi para pemilik
(dalam hal ini rakyat) secara nyata menjadi aktiva pemda yang dipisahkan dari kekayaan
pemiliknya, yaitu rakyat. Kesepakatan akuntansi menghendaki pula pencatatan yang jelas
di mana aktiva pemda diperoleh. Sumber diperolehnya aktiva dicatat pada sisi yang
bersebrangan dengan sisi pencatatan aktiva pemda, sehingga selalu terpelihara
keseimbangan antara aktiva dan sumbernya. secara matematis, posisi keseimbangan antara
aktiva (sarana) dan sumbernya dinyatakan dengan identitas (persamaan) sebagai berikut:

AKTIVA = PASIVA

Dalam perjalanan hidup selanjutnya, bisa jadi pemda menerima aktiva dari para
pihak kreditur. Jadi, terdapat dua pihak yang menjadi sumber diperolehnya aktiva, yaitu
pemilik (rakyat) dan kreditur. Agar dapat dibedakan dengan jelas antara hak pemilik dan
hak kreditur, maka hak para kreditur disebut utang atau kewajiban sedangkan hak para
pemilik (rakyat) disebut ekuitas dana. Dengan demikian, persamaan akuntansinya
menjadi:

AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA

Jadi, aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh suatu entitas dan
masih memberikan kemanfaatan di masa yang akan datang. Utang merupakan
pengorbanan-pengorbanan ekonomi untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas
lain di masa yang akan datang. Ekuitas dana adalah hak residu atas aktiva setelah
dikurangi utang.

Jika entitas berupa perusahaan, maka dalam rangka mencari laba perusahaan
menjual produknya (barang atau jasa). Aktivitas penjualan barang atau penyerahan jasa
akan diikuti dengan penerimaan aktiva, baik berupa uang maupun piutang. Dalam konteks
keuangan daerah, pemda juga menerima aktiva. Contoh pendapatan pemda adalah
pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua
penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi
kekayaan daerah.

Disamping itu, jika entitas berupa perusahaan, dalam rangka mencari laba,
perusahaan perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk membiayai berbagai pengeluaran,
yang disebut dengan biaya. Jadi, biaya adalah semua pengorbanaan ekonomi yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. Pemda, sebagai suatu entitas, juga
melakukan pengorbanan ekonomi, baik untuk melaksanakan pelayanan public maupun
melaksanakan kegiatan-kegiatan lainya. Pengorbanan ekonomi tersebut disebut dengan
belanja. Jadi, belanja adalah semua pengeluaran pemda pada suatu periode anggaran.
Contohnya biaya atau belanja tersebut adalah belanja pegawai, belanja bunga, belanja
bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.

Baik pendapatan maupun biaya atau belanja akan menyebabkan perubahan pada
ekuitas dana. Pendapatan pemda akan menyebabkan naiknya ekuitas dana, sedangkan
biaya atau belanja akan menurunkan ekuitas dana. Dengan adanya pendapatan dan biaya
atau belanja tersebut, maka persamaan dasar akuntansi di asta menjadi:

AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN – BELANJA

Atau, jika rekening biaya dipindah ke ruas kiri sebelum tanda sama dengan, maka
persamaan akuntansi dasar di atas akan menjadi

AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Karena pada dasarnya rekening-rekening pendapatan dan biaya/belanja merupakan


subbagian dari rekening ekuitas dana, maka pada akhir periode akuntansi atau akhir
tahun anggaran saldo-saldonya akan ditransfer ke rekening ekuitas dana memalui proses
tutup buku. Rekening pendapatan dan biaya tersebut disebut dengan rekening temporer
(nominal) karena bersifat sementara. Di pihak lain, kelompok rekening aktiva, utang, dan
ekuitas dana disebut rekening permanen (riil) karena bersifat permanen.

Jurnal Transaksi

Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan pada buku jurnal.


Jurnal dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum adalah
jurnal yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi, sedangkan jurnal khusus
adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis transaksi. berdasarkan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam akuntansi
keuangan daerah meliputi buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, dan
buku jurnal umum.

Posting ke Buku Besar

Transaksi keuangan pertama kali dicatat dalam buku jurnal, kemudian diringkas
dalam “Buku Besar”. Buku besar adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening
perkiraan/akun. Rekening-rekening digunakan untuk mencatat secara terpisah
pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana. proses
memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam buku besar inilah yang disebut
dengan posting. Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, pemerintah telah
menetapkan format-format jurnal umum, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas,
buku besar, buku besar pembantu, dan neraca. Oleh karena itu, semua pemda wajib
mengikuti format tersebut.

Neraca Saldo

Prosedur penjurnalan dan posting dilakukan selama satu periode akuntansi.


Prosedur berikutnya adalah penyusunan neraca saldo pada akhir periode akuntansi.
Neraca saldo adalah daftar rekening-rekening beserta saldo yang menyertainya. Neraca
saldo yang benar menuntut kesamaan keseluruhan jumlah pendebitan dengan
keseluruhan jumlah pengkreditan. Neraca saldo akan benar jika proses pemindahan
transaksi dari jurnal ke rekening juga benar.

Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Melaporkan semua pendapatan yang diperoleh selama periode akuntansi.


2. Melaporkan semua belanja yang terjadi selama periode akuntansi.
3. Melaporkan dengan akurat nilai aktiva pada tanggal neraca. Sebagian nilai aktiva
pada awal periode telah terpakai selama satu periode akuntansi yang dilaporkan.
4. Melaporkan secara akurat kewajiban (utang) pada tanggal neraca. Dalam hal ini
pembiayaan sebenarnya sudah terjadi, tetapi belum dibayar.

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Setelah jurnal penyesuaian dibuat, langkah berikutnya adalah memostingnya ke buku besar,
sesuai dengan rekening-rekeningnya. Setelah posting dilakukan, maka rekening-rekening
akan menunjukkan saldonya yang terbaru. Prosedur akuntansi berikutnya adalah
penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, yaitu neraca saldo yang disusun setelah
membuat jurnal-jurnal penyesuaian. Dengan demikian, saldo-saldo rekening yang terdapat
dalam neraca saldo setelah penyesuaian adalah saldo rekening-rekening setelah baru ini
juga dimasukkan dalam neraca saldo setelah penyesuaian.

Laporan Keuangan

Berdasarkan PasaL 232 dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan
pemda terdiri atas:

1. Laporan realisasi anggaran


2. Neraca
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan
Jurnal Penutup

Proses penutupan rekening temporer terdiri atas tiga tahap; tahap pertama menutup
rekening pendapatan ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, tahap kedua
menutup rekening belanja ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, dan
tahap ketiga menutup rekening ikhtisar surplus defisit ke rekening ekuitas dana atau R/K
Pemda.

Neraca Saldo Setelah Tutup Buku

Tahap terakhir dari siklus akuntansi adalah penyusunan neraca saldo setelah
penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang lain, neraca saldo setelah tutup buku juga
berisi ringkasan saldo rekening-rekening, hanya saja saldo tersebut adalah setelah
pembuatan jurnal penutup. Karena proses penutupan rekening temporer mentransfer
saldo rekening-rekening pendapatan dan biaya ke rekening ekuitas dana, maka dalam
neraca saldo setelah tutup buku tidak akan dijumpai rekening-rekening temporer tersebut.
Kalaupun ada, saldonya akan bernilai nol.

Dengan disusunnya neraca saldo setelah tutup buku ini, akan tampak bahwa
rekening-rekening pemda atau satuan kerja sudah siap untuk digunakan kembali pada
periode akuntansi berikutnya. Rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan
rekening-rekening riil menyajikan jumlah yang benar-benar menjadi aset/aktiva, utang, dan
ekuitas dana atau rekening koran pemda.

B. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi yang
telah dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada proses penyusunan laporan
keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah penyesuaian, dapat disusun
laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk lebih mempermudah penyusunan
laporan keuangan yang lain, yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana atau R/K Pemda,
laporan Aliran Kas dan Neraca, biasanya terlebih dahulu dilakukan proses tutup buku
dengan membuat jurnal penutup. Kemudian, setelah jurnal penutup itu diposting, barulah
disusun ketiga laporan dimaksud. Selain itu, perlu diketahui bahwa siklus tersebut 
didasari pula dengan konsep artikulasi. Sebenarnya, sangat mungkin dalam lingkup sektor
public ini diterapkan konsep nonartikulasi, mulai dari proses dan siklus akuntansi hingga
tersusunnya laporan keuangan.

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN


PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

Sistem akuntansi pemerintahan daerah menurut permendagri nomor 13 tahun 2006


pasal 232 ayat (3) meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas transaksi dan/atau kejadian keuangan
serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Untuk
menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan sistem
akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah, disusun dengan berpedoman pada prinsip
pengendalian intern dan standar akuntansi pemerintahan.

Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapakan entitas pelaporan dan entitas


akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Sistemakuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah  (PPKD) pada Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dan Sistem
Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat
Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem
akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi,
yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan asset.

Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses, baik manual


maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan
transaksi dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD.

1. Fungsi terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

2. Dokumen yang digunakan


3. Surat keterangan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak daerah atas
wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.
4. Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk menetapkan retribusi
daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran.
5. Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk mencatat setiap
penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan.
6. Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan penerimaan daerah
yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.
7. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
8. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya
transfer uang masuk ke rekening kas.
9. Bukti jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan penerimaan kas.
10. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke
buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas dana, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
12. Laporan yang dihasilkan

Pada SKPD, terdiri atas:

1.)   Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2.)   Neraca

3.)   Laporan Arus Kas

4.)   Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

1. Fungsi terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada SKPKD.

2. Dokumen yang digunakan


3. Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang menunjukkan
tersediannya dana untuk diserap/direalisasi.
4. Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna
anggaran untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Kuasa BUD.
5. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya, merupakan dokumen sebagai
tanda bukti pembayaran.
6. SP2D, merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.
7. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
8. Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.
9. Buku jurnal pengeluaran kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat, dan  menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
10. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke
buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
12. Laporan yang dihasilkan:

Prosedur Akuntansi Selain Kas


Prosedur akuntansi selain kas meliputi transaksi dan/atau kejadian yang berupa:

1. Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang merupakan


pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang persediaan/ganti
uang/tambahan.
2. Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam
membuat jurnal yang telah diposting ke buku besar.
3. Penerimaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan sumber ekonomi non kas
yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung konsekuensi
ekonomi bagi pemda.
4. Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi pembelian aset tetap yang
pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
5. Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset tetap/barang milik
daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan pemindahtanganan aset tetap kepada
pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.
6. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan
perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruilslaag) dengan pihak ketiga.
7. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.

1. Dokumen yang digunakan


2. Berita acara penerimaan barang.
3. Surat keputusan penghapusan barang.
4. Surat pengiriman barang.
5. Surat keputusan mutasi barang.
6. Berita acara pemusnahan barang.
7. Berita acara serah terima barang.
8. Berita acara penilaian.
9. Bukti memorial, merupakan dokumen untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian
keuangan selain kas sebagai dasar pencatatan ke jurnal umum.
10. Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang tidak
dicatat dalam jurnal enerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
11. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada
PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk memposting semua
transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal umum ke dalam buku besar untuk
setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
12. Buku besar pembantu, untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi
rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
13. Laporan yang dihasilkan

Pada SKPKD terdiri atas:


1.)   Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2.)   Neraca

3.)   Laporan Arus Kas

4.)   Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

Prosedur Akuntansi Aset

1. Prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
PPK-SKPD serta pejabat, pengurus, dan penyimpan barang. Sedangkan pada
SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
2. Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas:

a.   Berita acara penerimaan barang.

b.   Surat keputusan penghapusan barang.

c.   Surat pengiriman barang.

d.   Surat keputusan mutasi barang.

e.   Berita acara pemusnahan barang.

f.    Berita acara serah terima barang.

g.   Berita acara penilaian.

h.   Berita acara penyelesaian pekerjaan.

3. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD


berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan pencatatan ke bukti
memorial.
4. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD
berdasarkan bukti memorian mencatat ke dalam buku jurnal umum.
5. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara
periodik melakukan posting ke buku besar.
6. Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan SKPD dan/atau SKPKD.

 
BAB III

PENUTUP

Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double


entry). Artinya, setiap transaksi ekonomi dicatat dua kali dan disebut juga dengan proses
menjurnal. Dalam menjurnal, encatat harus menjaga persamaan dasar akuntansi, di mana
kedua sisi persamaan tersebut harus selalu seimbang.

Unsur yang menyusun persamaan dasar akuntansi adalah elemen-elemen laporan


keuangan. Elemen-elemen tersebut terdiri atas aktiva, utang, ekuitas dana atau rekening
koran pemda, pendapatan, dan belanja. Aktiva/aset adalah sarana (kekayaan) yang
dimiliki entitas. Utang adalah sumber sarana entitas yang berasal dari bukan milik entitas.
Ekuitas dana atau R/K Pemda adalah sumber sarana entitas yang berasal dari pemilik
entitas. Pendapatan adalah bertambahnya aktiva atau penurunan utang karena aktivitas
entitas. Belanja adalah berkurangnya aktiva karena aktivitas entitas. Persamaan dasar
akuntansi menyatakan bahwa aktiva ditambah belanja sama dengan utang ditambah
ekuitas dana atau R/K Pemda dan pendapatan.

Karena masing-masing elemen laporan keuangan (rekening) tersebut dapat


bertambah dan berkurang, maka masing-masing rekening memiliki dua sisi, yakni sisi
debit dan kredit. Apabila aktiva dan belanja bertambah, maka kedua rekening tersebut
masuk ke dalam kolom debit, sedangkan apabila utang, ekuitas dana dan pendapatan 
bertambah, maka ketiga kelompok rekening tersebut masuk dalam kolom kredit.

Dalam akuntansi, dikenal suatu istilah proses pengakuan, yaitu penentuan saat
dicatatnya suatu transaksi. Terdapat dua dasar pengakuan yang pokok, yaitu dasar kas
dan dasar akrual. Antara dua dasar tersebut terdapat dasar pengakuan yang merupakan
transisi, yaitu dasar kas modofikasian dan dasar akrual modofikasian. Basis akrual
menuntut dilakukannya pencatatan saat transaksi dilakukan. Basis inilah yang digariskan
oleh Pasal 70 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Namun
demikian, basis yang paling tepat diterapkan dalam akuntansi keuangan daerah saat ini
adalah basis kas modifikasian, di mana menurut basis ini, selama tahun anggaran
berjalan, pencatatan dilakukan dengan dasar kas, sedang pada akhir tahun anggaran
dilakukan penyesuaian sesuai dengan dasar akrual. Basis ini paling teat digunakan pada
kondisi negara saat ini mengingat pemda telah terbiasa menggunakan basis kas dalam
tata bukunya sehingga perlu proses pembelajaran dan pentahapan dalam usaha
penerapan basis akrual melalui penggunaan basis kas modifikasian.

Akuntansi adalah suatu sistem, yang tujuannya adalah menghasilkan informasi


dalam bentuk laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas laporan
perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, dan neraca. Akuntansi, di
samping merupakan sistem, juga merupakan siklus. Artinya, akuntansi terdiri atas tahap-
tahap tertentu dan setelah selesainya tahap-tahap tersebut, kegiatan berulang kembali
seduai dengan urutan tersebut. Tahap-tahap yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah
analisis transaksi, jurnal, posting, neraca saldo, penyesuaian, neraca saldo setelah
penyesuaian, laporan keuangan, penutupan, dan neraca saldo setelah penutupan.

Siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti tahap-tahap yang ada dalam siklus
akuntansi tersebut. Perbedaan yang ada adalah pada pembuatan jurnal penutup sebelum
penyusunan laporan perubahan ekuitas dana (R/K Pemda), laporan aliran kas, dan neraca
dengan tujuan mempermudah penyusunan ketiga laporan tersebut.

Sistem Akuntansi Keuangan Pemda berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun


2006 merupakan suatu sistem yang secara komprehensif mengatur prosedur-prosedur
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas, dan prosedur
akuntansi aset. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap prosedur tersebut
adalah fungsi yang terkait, dokumen yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian
teknis prosedur.

 
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai