Anda di halaman 1dari 3

1.

Open Mindness
Kriteria VI : Distinctiveness (Kekhasan), seseorang dengan pemikiran yang terbuka
mempunyai banyak kemungkinan di otaknya. Pemikiran ini akan menjadi suatu hal yang
special bagi dirinya dan menjadi kelebihannya dan ciri khas orang tersebut.
Kriteria VII : Paragons (Paragon), orang yang memiliki pemikiran yang terbuka akan
memiliki banyak rencana dan kemungkinan di otaknya. Itu akan menjadikan orang
tersebut memiliki intelektual yang tinggi yang memungkinkan segala kemungkinan
masuk dan dipertimbangkan. Orang seperti itu akan dianggap sebagai orang yang
memiliki kualitas yang tinggi dan akan dijadikan contoh oleh orang lain.
Kriteria VIII : Prodigies (Keajaiban), pemikiran yang terbuka membuka banyak
kesempatan untuk keajaiban masuk ke dalam kehidupan seseorang. Orang dengan
pemikiran terbuka akan terus menerus membuka kesempatan baru untuk hal-hal baru.
Keajaiban akan muncul kepada orang-orang yang terbuka untuk menerimanya.
Kriteria IX : Selective Absence (Ketiadaan Selektif) : orang yang meniliki pemikiran yang
tertutup masih banyak. Mereka tidak mau menerima perubahan saran dan masukan dari
luar. Mereka menganggap apa yang mereka fikirkan sudah benar adanya. Kebanyakan
memang orang tua yang memiliki pemikiran-pemikiran tersebut. Mereka cenderung
memilih untuk nyaman dengan apa yang mereka miliki sekarang ini dari pada harus
mengikuri perubahan yang mereka anggap sangat menyulitkan.
Kriteria X : Institutions and Rituals (Lembaga dan Ritual): Institusi masyarakat untuk
menumbuhkan keterbukaan pikiran meliputi debat sekolah menengah, artikel opini, debat
politik, pendidikan secara umum, dan saran klise untuk membuat daftar pro dan kontra
dari keputusan sulit. Salah satu alasan pendidikan atau perjalanan internasional adalah
untuk mendorong keterbukaan pikiran.

2. Love of Learning
Kriteria I : Fulfilling (Memenuhi): Seseorang dengan rasa Love of Learning akan merasa
puas apabila dia bisa mempelajari hal baru yang belum pernah dia temui.
Kriteria II : Morally Valued (Nilai Moral) : Ketika seseorang mempunyai kecintaan
dalam belajar, maka nilai moral dan perilakunya akan lebih baik. Ilmu yang didapatkan
dari pembelajaran yang ia lakukan akan menuntunnya ke jalan yang benar. Semakin
tinggi atau banyak ilmu yang ia miliki, maka orang itu akan tau bagaimana perbedaan
salah dan benar.
Kriteria III : Does Not Diminish Others (Tidak Mengecilkan Orang Lain ) : orang yang
cinta dengan belajar akan menganggap bahwa orang-orang disekitarnya merupakan
orang-orang dengan ilmu dan pengalaman yang berbeda. Mereka akan menganggap
orang dinilai dari ilmu ydan pengalaman yang ada pada dirinya dibanding dengan fisik
ataupun harta yang dimiliki. Mereka akan cenderung lebih menyukai orang dengan
intelektual yang tinggi agar dia dapat mengambil ilmu dari orang tersebut.
Kriteria IV : Nonfelicitous Opposite (Lawan yang Tidak Tepat) : Lawan dari orang yang
memiliki semangat belajar tinggi adalah orang yang sangat membenci belajar. Ketika
orang-orang itu dipertemukan maka tidak aka nada kecocokan dari satu sama lain. Teati
kadang menemukan orang-orang yang bisa akrab walaupun memiliki pemikiran yang
berbeda membuka mata kita bahwa segala kemungkinan masih bisa terjadi..
Kriteria V : Traitlike (Sifat Seperti) : orang dengan semangat belajar yang tinggi selalu
ingin diperlakukan sebagai reporter dimana setiap pertanyaan yang dilontarkan harus
menemui jawabannya. Dia akan mencari segala cara untuk mengetahui apa yang ingin
dia ketahui suatu hal.
Kriteria VI : Distinctiveness (Kekhasan) : seseorang dengan semangat belajar yang tinggi
cenderung sangat aktif dan memiliki couriosity yang besar. Mereka selalu penasaran
dengan berbagai hal dan ingin mempelajari hal tersebut. Hal itu menjadikan mereka
sangat mudah bergaul dengan orang lain, apalagi dengan orang-orang yang ahli di
bidangnya. Hal ini membuat dia menjadi sorotan di circle dimana dia belajar.
Kriteria VII : Paragons (Paragon) : orang dengan semangat belajar yang tinggi umumnya
akan dijadikan contoh untuk teman-temannya yang lain. Mereka akan menjadi
perbandingan bagi anak-aanak yang lain dan biasanya dijadikan role model.
Semangatnya dalam belajar membuat dia memiliki prestasi yang menonjol sehinggal
banyak orang yang menjadikannya role model di kehidupan mereka.
Kriteria VIII : Prodigies (Keajaiban) : menciptakan keajaiban dengan pengetahuan yang
diperoleh dari pembelajaran yang dia lakukan. Pengalaman-pengalaman yang dia dapat
aakan menjadi jalan pembuka bagi terciptanya keajaiban yang ada. Akan muncul banyak
kesempatan dimana pengetahuan akan menjadi senjata terkuat dan menciptakan
keajaiban untuk mendorong kemajuan dalam hidupnya.
Kriteria IX : Selective Absence (Ketiadaan Selektif) : orang yang tidak suka belajar ?
tentunya populasinya masih banyak. Banyaak orang yang berfikir bahwa belajar adalah
kegiatan yang sulit dilakukan. Banyak yang membenci pelajaran matematika, fisika dan
lain-lain yang membuat mereka enggan untuk mempelajarinya.
Kriteria X : Institutions and Rituals (Lembaga dan Ritual) : Mungkin lebih daripada
kekuatan karakter lainnya dalam klasifikasi kami, praktik telah lama dilembagakan di
semua masyarakat untuk menumbuhkan dan mempertahankan kecintaan belajar: sekolah
dari semua jenis, program pelatihan, magang, magang, hubungan mentoring, dan
seterusnya. Yang pasti, konten informasi atau keterampilan yang akan disampaikan
sangat bervariasi antar institusi, tetapi setiap institusi mencoba menyampaikan kecintaan
pada proses yang melampaui konten tertentu.

3. Perspective (Perspektif)
Kriteria I : Fulfilling (Memenuhi) : orang yang memiliki perspektif yang luas akan sangat
puas ketika perspektifnya dibenarkan oleh perspektif yang lain. Orang ini akan cenderung
merasa banggadan senang ketika pendapat dari perspektifnya diterima oleh orang lain.
Kriteria II : Morally Valued (Nilai Moral) : orang dengan perspektif yang luas akan
mempertimbangkan pendapat orang lain. Dia kan memandang masalah dari berbagai
sudut pandang. Orang seperti ini memiliki pertimbangan yang sangat matang dengat
berdasar perspektif yang dia miliki. Itu membuat dia menjadi penengah dalam
permasalahan, karena dia dapat menjadi orang yang netral dan mempunyai cara
penyelesaian yang dapat diterima oleh semua orang.
Kriteria III : Does Not Diminish Others (Tidak Mengecilkan Orang Lain ) : orang dengan
perspektif luas memiliki toleransi yang lebih. Mereka akan memandang semua orang
adalah sama dan semua pendapat berhak untuk dipertimbangkan.
Kriteria IV : Nonfelicitous Opposite (Lawan yang Tidak Tepat) : orang dengan perspektif
yang luas akan sangat tidak nyaman ketika bertemu dengan orang yang keras kepala,
yang terus memaksakan perdapat yang dia keluarkan. Antonim dari kebijaksanaan-
kebodohan, kesembronoan, dan kebodohan jelas-jelas negatif.. Itu akan membuat
perspektif yang dia ambil semakin sempit karena orang-orang yang terus memaksakan
kehendaknya untuk diterima.
Kriteria V : Traitlike (Sifat Seperti) : orang dengan perpektif yang luas akan lebih bersifat
seperti air di kobaran api. Mereka menyelesaikan semua masalah dengan adanya
perspektif yang dia ambil. Dia akan selalu tenang dan berfikir bagaimana menyatukan
semua perspektif yang ada.
Kriteria VI : Distinctiveness (Kekhasan) : orang dengan perspektif memiliki pandangan
yang lebih luas terkait suatu hal. Mereka akan memandang suatu hal berdasarkan
berbagai perspektif yang bisa dia temui.
Kriteria VII : Paragons (Paragon) : orang akan cenderung menjadikannya teladan karena
ketenangannya. Dia akan menjadi panutan dalam hal pengambilan keputusan dan
sikapnya yang netral. Keputusannya yang mempertimbangkan perspektif dari berbagai
pihak menyebabkan dia menjadi negosiator dan problem solver yang baik dan itu adalah
poin yang membuatorang lain memiliki keinginan untuk menjadi seperti dia.
Kriteria VIII : Prodigies (Keajaiban) : Tidak ada keajaiban yang bisa diperoleh dari
perspektif, hanya ada solusi dari suatu permasalahan.
Kriteria IX : Selective Absence (Ketiadaan Selektif) : orang dengan kebodohan dan
pemikiran yang sempit masih banyak tersebar di masyarakat. Banyak yang masih bebal
dan kolot terhadap suatu hal.
Kriteria X : Institutions and Rituals (Lembaga dan Ritual) : Kriteria terakhir untuk
kekuatan karakter adalah keberadaan institusi masyarakat yang memupuk dan
memelihara kekuatan. Perspektif kebijaksanaan-telah lama dipandang sebagai wilayah
orang tua, sehingga kriteria ini sering dipenuhi hanya secara tidak langsung dengan
membiarkan orang menua dan kemudian menurut mereka yang sudah lanjut usia status
khusus sebagai pemberi nasihat.

Anda mungkin juga menyukai