Anda di halaman 1dari 2

[BOOK RECOMMENDATION]

1. Laut Bercerita
“Di hari kematianku
Nyalakan apimu
Karena satu jiwa yang kandas
Tak akan menghilangkan rindu pada keadilan”
— Leila S. Chudori
Ibu, bapak
Kalau Biru menghilang, relakan
Kelak Biru akan pulang.
Begitu, buku yang sampai akhir halamannya hanya bisa membuat helaan napas panjang.
I have lost my words for this book. I never read a book that is as riveting and raw as this one.
Laut Bercerita, The Sea Speaks His Name judul bahasa Inggrisnya, merupakan buku karangan
Leila S. Chudori, diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2017 berjumlah
398 halaman dan pernah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama.
Tahun 1998, Indonesia di bawah pimpinan Suharto. The story begins with the death of
Laut Biru, who is among the twenty-two student activists abducted and tortured by the elite
military force called Elang, is thrown into the sea and drowned to death. Di novel ini kamu akan
diperkenalkan dengan kenangan hidup seorang Laut Biru, his political and personal life as a
student activist, a fugitive, a son, a brother, a lover, a friend, and a writer. Laut Bercerita is a
powerful and engaging page-turner that explores topics such as freedom of speech, censorship,
and political oppression.
The second part of this novel, told from Asmara’s point of view, Ia melihat bagaimana
orang-orang disekitarnya yaitu orang tuanya, teman-teman Laut yang bebas juga mengalami
keterpurukan dan harus terkungkung dalam dunia seolah Laut dan yang lainnya masih baik-baik
saja. Saat berdoa, setiap orang berucap harap. Ada yang harapannya tumbuh jadi wujud. Ada
yang harapannya hanya diharap saja. Mungkin begitu yang dirasakan bapak, ibu, Asmara – adik
Laut, Anjani – kekasih Laut, dan keluarga yang telah ditinggalkan oleh aktivis yang menghilang
saat orde baru. Even though this is a fictional story, you can tell that the author interviewed and
talked to real life subjects. Perjalanan panjang para aktivis 98 yang melewati jalan sulit untuk
memberikan masa sekarang kepada kita. Mereka harus mati dan kembali hidup berkali-kali
dengan pengharapan masa depan tidak lagi seperti masa mereka.
Kunjung kelak, tak ada mati lagi, Laut.
Hancurnya sudah baik-baik disegerakan sembuh.
Pelan-pelan kalau hidupnya nanti-nanti, tak apa-apa asal langit-langit kau akan kembali.
Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/36393774-laut-bercerita
2. Notasi
If you wanna read a book dengan Reformasi 98 sebagai latar belakangnya and with
“romance things” inside, kalian harus baca buku ini. Reformasi 1998 merupakan peristiwa
kelam yang akan diingat oleh seluruh anak bangsa, meski sudah bertahun-tahun silam. Banyak
mahasiswa yang turun ke jalan, melakukan demo besar-besaran dan menuntut keadilan saat masa
Soeharto. Dalam buku tersebut dikisahkan Nino, mahasiswa Teknik Elektro dan Naila,
mahasiswa kedokteran gigi dari UGM. Radio Jawara FM, milik Teknik Elektro UGM
merupakan salah satu sarana mahasiswa untuk menyuarakan perlawanan pada para penguasa saat
itu.
Konflik dimulai saat terjadi peristiwa penembakan saat adanya event karya tulis Fakultas
Kedokteran, dengan salah satu karya dari mahasiswa tersebut mengkritik pemerintah orde baru.
Situasi semakin mencekam. Long story short, Morra Quarto –penulis buku ini, mengisahkan
bayang-bayang pertempuran di reformasi 1998. Morra lebih banyak mengisahkan sisi reformasi,
persahabatan, dan Radio Jawara. Kisah Nino-Naila hanya sebagai bumbu dan hanya disisipkan di
tengah dan akhir cerita. Kalau kamu mau baca buku ini, siapkan hati, ya! Jangan sampai patah!
"Nanti bila segalanya telah berakhir, kita daki Merapi, ke puncak yang paling tinggi."
– Notasi, Morra Quatro (2013)

Penulis : Hanifah Etikawati


Editor : Nanda Amalia Susilowati

Anda mungkin juga menyukai