PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan bagian dari mata pelajaran yang terdapat dalam setiap
jenjang pendidikan mulai dari pendidikan TK, SD, sampai dengan perguruan
serta komunikasi secara ilmiah. Namun pelajaran matematika dianggap sulit dan
menjadi beban tersendiri oleh siswa , karena menuntut siswa untuk berpikir logis
serta mampu mengkomunikasikan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, salah
satu kesulitan siswa yaitu komunikasi matematis tertulis. Hal ini didukung oleh
kemampuan komunikasi matematis tertulis masih kurang. Hal ini dapat dilihat
Salah satu kesulitan siswa yaitu menyelesaikan soal, belum menuliskan secara
benar dalam menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis dan
belum menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat. Hal ini
1
alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis yang digunakannya untuk
notasi atau rumus matematis dengan tepat; (4) memeriksa atau mengevaluasi
matematika.
Hal ini juga tertuang pada National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)
komunikasi matematis perlu ditumbuh kembangkan pada diri siswa. Seperti yang
diri siswa. Pertama, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk
2
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua, sebagai aktivitas sosial dalam
berkomunikasi itu untuk memahamkan orang yang kita ajak komunikasi secara
tertulis maupun lisan. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar jika komunikasi
antara siswa dengan guru berjalan dengan baik. Guru dalam pembelajaran
dengan baik. Hal ini didukung oleh Suyono (2011) guru itu dituntut inovatif,
interaksi belajar mengajar yang inisiatif dan berlangsung banyak arah. Dalam
untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Antika dkk (2015) pembelajaran yang
tutor sebaya. Hal ini didukung oleh Nurrohmah (2009) mengatakan bahwa ide
3
kerjasama dan dan dapat berkolaborasi. Dalam pembelajaran tersebut siswa
Kerjasama itu sangat diperlukan dalam pembelajaran, misalkan jika salah satu
siswa tidak bisa mengerjakan atau tidak paham maka siswa yang lainnya harus
teaching) merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa
dalam proses belajar mengajar. Menurut Rachmiati (2010) kelebihan tutor sebaya
yaitu “the possitive effects of peer tutoring are including cognitive gains,
peer tutor”. Kutipan di atas dapat diartikan bahwa, dampak positif tutor sebaya
pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai
Menurut Astuti & Hartati (2014) tutor teman sebaya dilakukan dengan cara
memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa
tersebut mengajarkan materi atau latihan pada teman yang belum paham. Jadi
siswa yang memiliki daya serap tinggi akan dijadikan tutor untuk teman
kelas, 2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa , (3) memiliki
motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik, (4) memiliki sikap
4
toleransi dan tenggang rasa dengan sesama, (5) memiliki motivasi tinggi untuk
menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik, (6) bersikap rendah hati,
pemberani, dan bertanggung jawab, dan (7) suka membantu sesamanya yang
mengalami kesulitan.
adalah sebagai berikut: guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan
pada setiap pertemuan. Program ini berisi materi-materi pokok yang akan
disampaikan oleh guru pada tiap-tiap pertemuan, selain itu juga mencakup
rencana kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Rasa saling
5
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
Pembelajaran koperatif tutor sebaya dapat dijadikan salah satu wawasan baru
dalam pembelajaran.
E. Batasan Penelitian
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih baik fokus, peneliti membatasi
1. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-IPS 1 dan X-IPS 2 MAN
Tambakberas Jombang.
2. Aspek
7
Aspek yang dinilai dalam penelitian ini yaitu kemampuan komunikasi tertulis.
F. Definisi Operasional
sebagaimana berikut:
dengan sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai
sebaya tidak ada rasa enggan, rendah hati, malu untuk bertanya maupun minta
bantuan.
berikut
a. Siswa mendapatkan materi yang akan dipelajari dan guru memotivasi siswa
sub-sub materi. siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan
8
d. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai
tugasnya yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
menyajikan ide-ide.
model-model situasi.
3. Pembelajaran Langsung
9
Pembelajaran langsung adalah gaya mengajar guru kepada siswa dimana
guru lebih terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran dan siswa memperoleh
informasi secara langsung dari guru yang diajarkan dengan pola kegiatan
bertahap.
kehidupan sehari-hari.
pembelajaran langsung.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
adalah suatu strategi pembelajaran yang dimana siswa dikelompokan dalam tim
bertanggung jawab untuk belajar apa yang diajarkan dan membantu temannya
kerja sama bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
11
1. Positive interdependence (saling ketergantungan)
adalah kerja yang kooperatif bukan kompetitif, meskipun pada suatu keadaan
khusus, hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok siswa belajar
siswa , maupun berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil
belajar yang lebih optimal. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kepada
siswa untuk meningkatkan motivasi, berpikir kritis, ketrampilan sosial dan lain-
lain.
Menurut Djamrah dkk (2006) model pembelajaran adalah suatu pola atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efisien. Ada beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan
12
guru, misalnya pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
mempunyai usia sebaya. Dalam pembelajaran sumber belajar itu tidak harus guru,
teman sendiri , kakak kelas itu juga bisa menjadi sumber belajar. Menurut
Rachmiati (2010) sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih
pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak.
Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, sedangkan tutor kakak
adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi. Jadi sumber belajar dari orang lain yang
sebaya adalah sebagai berikut: guru membuat program pengajaran satu pokok
pembelajaran pada setiap pertemuan. Program ini berisi materi-materi pokok yang
akan disampaikan oleh guru pada tiap-tiap pertemuan, selain itu juga mencakup
rencana kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Rasa saling
mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi
lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif
karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas,
13
sebagaimana diungkapkan oleh Muntasir (2011) bahwa dengan pergaulan antara
terpendam dalam hatinya, dan khayalannya. Jadi, sistem pengajaran dengan tutor
sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima
pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan
yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu
sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan
mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima
pelajaran.
c. Berprestasi
d. Tutor adalah siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata didalam kelas
untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap
14
Menurut Hamsa (dalam Wardiyyah, 2009) manfaat peran tutor sebaya antara lain:
1. Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru,
materi.
Pembelajaran tutor sebaya memiliki kelebihan, hal ini didukung oleh Djamarah
atau makna dari apa yang didengar, dibaca, dan dilihat atau dilakukan
15
keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau hal lain dalam menangani
suatu masalah
orang lain secara kompak dalam menangani suatu kegiatan yang secara
pembelajaran tutor sebaya ini yaitu dapat melatih siswa dalam kemampuan
jiwa berani dalam melakukan hal yang baru dan melatih kemampuan siswa
a. Siswa mendapatkan materi yang akan dipelajari dan guru memotivasi siswa
sub-sub materi. siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan
16
d. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai
tugasnya yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
antara lain:
perbedaan umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru. Antar
4. Tutor teman akan lebih sabar dari pada guru terhadap siswa yang lamban
dalam belajar.
5. Lebih efektif dari pada pembelajaran biasa karena siswa yang lemah akan
dibantu tepat pada kekurangannya. Dan siswa yang lemah dapat terus terang
dipilih menjadi tutor dan prestasinya baik belum tentu mempunyai hubungan baik
17
C. Model Pembelajaran Langsung
gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada
kepada siswa dimana guru lebih terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran dan
siswa memperoleh informasi secara langsung dari guru yang diajarkan dengan
4. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan balik
perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
18
D. Materi Trigonometri
1. Perbandingan Trigonometri
c
b
β γ
B a C
Gambar 2.1 Segitiga siku-siku
c2 = a2 + b2
19
c panjang hipotenusa
d. Cosec α = =
a panjang sisi depan sudut α
c panjang hipotenusa
e. Sec α = =
b panjang sisi samping sudut α
b panjang sisi samping sudut α
f. Tangen α = =
a panjang sisi depan sudut α
Dari perbandingan diatas diperoleh hubungan rumus :
1
α=
Cotg tan α
1
α=
Sec cos α
1
α=
Csc sin α
b. Perbandingan trigonometri untuk sudut khusus (00, 300, 450, 600, 900)
frekuensi
Sin 0 1 1 1
√2 1
2 2
√3
2
Cos 1 1 1 0
1 √2
2
√3 2 2
Tan 0 1 1 -
√3
3 √3
20
Tanda nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut di berbagai kuadran
sebagai berikut
I II III IV
Sin + + - -
Cos + - - +
Tan + - + -
Csc + + - -
Sec + - - +
Cotg + - + -
y
Kuadran II Kuadran I
x
Kuadran III Kuadran IV
1) Rumus di kuadran I
Sin(90−α )=cos α
Cos(90−α )=sin α
Tan(90−α )=Cotg α
21
2) Rumus di kuadran II
4) Rumus di kuadran IV
Sin(−α )=−Sinα
Cos(−α )=Cos α
Tan(−α )=−Tanα
atau lambang yang mau tidak mau akan menimbulkan pengaruh pada proses
22
umpan balik, sebab dengan adanya umpan balik, sudah membuktikan adanya
Kata ini erat hubungannya dengan kata Latin ”communitas”, yang tidak hanya
berteman dan rasa keadilan dalam hubungan antara orang-orang satu sama lain.
Menurut Sahat (2013) komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu
suatu komunitas.
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami secara tertulis maupun lisan. Komunikasi yang
Pada pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa , pemberi pesan tidak
23
terbatas dari guru saja melainkan dapat dilakukan oleh siswa maupun orang
oleh Wahyudin (2010) komunikasi bisa mendukung belajar siswa atas konsep-
konsep matematis yang baru saat mereka memainkan peran dalam situasi,
matematis secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan
dipelajari.
24
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.
matematika
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis , secara lisan atau tulisan
tepat
25
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai indikator komunikasi matematis
sebagai berikut
menyajikan ide-ide.
model-model situasi.
beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan judul skripsi ini. Adapun
26
Kecil Pada Siswa Kelas II SD Supriyadi Semarang Tahun Pelajaran
2. Hasil penelitian yang ditulis oleh Hajar Puji Kurniawati dalam skripsinya
Tutor Sebaya Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas
pembelajaran aktif kartu sortir dengan hasil belajar kimia siswa yang
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nara Solikhah, dalam skripsinya yang
27
pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa . Pada penelitian
diatas, pembelajaran tutor sebaya lebih efektif untuk optimalisasi hasil belajar,
G. Kerangka Berpikir
matematis tulis dan siswa menyelesaikan soal, belum menuliskan secara benar
dalam menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis, belum
langsung lebih banyak berpusat pada guru dan siswa kurang memiliki
28
banyak keunggulan dari pada model pembelajaran langsung. Jadi, diduga
H. Hipotesis Penelitian
tulis?”
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
30
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
29 kelas.
2. Sampel
menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
D. Variabel Penelitian
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
2015)
31
Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan variabel perlakuan.
matematis tertulis.
E. Rancangan Penelitian
eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dan kelas kontrol yaitu kelas
yang tidak diberi perlakuan (Kelas X-IPS 1), adapun posttest yang diberikan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Pembelajaran tutor sebaya
kelas kontrol (kelas X-IPS 1). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
32
perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapat
pembelajaran langsung.
2014)
K: X O1
O: O2
Keterangan :
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk memperoleh data empiris yang berguna untuk
syarat yang harus dipenuhinya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
33
1. Lembar observasi.
2. Lembar Validasi
digunakan dalam penelitian ini valid atau tidak. Lembar validasi ini
34
ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi skor pertemuan ke satu,
dilakukan adalah perbaikan RPP dan latihan soal karena alokasi waktu
Pembelajaran Langsung
atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas
35
hasil presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data yang
Pembelajaran Langsung
atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas
36
pelaksanaan pebelajaran langsung sebesar 73,2% pada pertemuan
37
pembelajaran langsung sebesar 81,25% pada pertemuan pertama,
yang harus dilakukan adalah perbaikan RPP dan latihan soal karena
atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas
MM, Pd.
38
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi
atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas
MM, Pd.
39
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Revisi
1 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Revisi
2 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Revisi
3 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi
3. Tes
40
Tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang digunakan
pada penelitian ini berbentuk uraian. Pemberian tes ini dilakukan untuk
tulis. Posttest diberikan pada kedua kelas (X-IPS 1 dan X IPS 2) dan
divalidasi oleh ahli yaitu dosen atau praktisi guru bidang studi matematika.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan tes tertulis, yaitu tes atau
soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis. Posttest berupa soal
uraian pada materi trigonometri yang dapat menilai proses pembelajaran dan
perlu adanya kisi-kisi tes disusun sebagai acuan peneliti dalam menyusun
kemampuan komunikasi matematis tulis yang telah diuraikan pada bab II.
41
Adapun kisi-kisi soal yang digunakan untuk tes sebagai berikut:
Kelas/Semester : X/Genap
Materi : Trigonometri
42
Untuk mengetahui soal tes yang dibuat peneliti valid atau tidak,
hasil validasi lembar tes dari tiga validator yaitu Ibu Tafsilatul Mufida, M.
presentasi rataan skor validasi lembar tes sebesar 75% pada soal tes. Untuk
yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi soal tes valid dapat
5) Melaksanakan tes.
43
Metode tes menurut Asep (2009) tes tertulis merupakan kumpulan soal-
soal matematika. Tes tulis dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
tertulis yaitu
Indikator Kemampuan
Jawaban Skor
Komunikasi Matematis
Mengekspresikan ide- Tidak ada jawaban 0
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 1
ide matematis melalui tetapi tidak benar.
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 2
tulisan. secara benar tetapi tidak lengkap.
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 3
secara lengkap dan benar.
Mendemonstrasikana Tidak ada jawaban 0
ide-ide matematis serta Menyatakan ide-ide matematis secara visual tetapi 1
menggambarkan ide- tidak benar.
ide matematis secara Menyatakan ide-ide matematis secara visual secara 2
visual. benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan ide-ide matematis secara visual secara 3
lengkap dan benar.
Menggunakan istilah- Tidak ada jawaban. 0
istilah, notasi-notasi Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 1
matematika untuk notasi matematika tetapi tidak benar.
menyajikan ide-ide. Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 2
notasi matematika secara benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 3
notasi matematika secara lengkap dan benar.
Menyajikan ide-ide Tidak ada jawaban 0
serta menggambarkan Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 1
hubungan-hubungan model-model situasi tetapi tidak benar.
dengan model-model Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 2
situasi. model-model situasi secara benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 3
model-model situasi secara lengkap dan benar.
Skor satu butir soal 0-12
44
ST
SA = × 100 %
SM
S A : Skor siswa
ST : Total skor yang diperoleh siswa
S M : Skor maksimal
instrumen penelitian pada penelitian ini valid atau tidak. Hasil validasi yang
Xk =
∑ bi x 100%
i
total skor max
Keterangan :
x1 + x 2
X́ =
2
Keterangan :
45
x 1 = Persentaseskor validasi oleh validator pertama
2. Uji Normalitas
normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
2014)
Hipotesis
O i−Ei
2
χ =∑ ( Ei )
Keterangan :
χ 2= Nilai x 2
O i= Nilai observasi
46
N= Banyaknya angka pada data (total frekuensi)
3. Uji Homogenitas
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar
kelas eksperimen dan kelas kontrol, bukan sebagai akibat perbedaan dalam
S 2n
F hitung₌ 2
Sk
Keterangan :
47
Jika sig, 0.05, maka H0 diterima
kelompok kasus, dan kasus (data) yang diuji bersifat acak serta dengan 1 kali
(independent-samples T-test)
x´1− x´2
t=
s 21 s22
√ +
n1 n2
Keterangan
48
Pengolahan data dengan uji t juga dilakukan melalui SPSS independent sample t
sebagai berikut.
Hipotesis:
49
BAB IV
8 pertemuan, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2017 hingga tanggal 11 Juni
berikut.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 dan X IPS 2 di MAN
digunakan sebagai kelas kontrol dan X IPS 2 berjumlah 32 siswa yang digunakan
Data dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil pemberian soal
tes dan lembar observasi keaktifan siswa kelas eksperimen dan kelas
50
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen. Sebelum
Kontrol
Dari analisis data observasi kegiatan guru pada pelaksanaa pembelajaran dikelas
kontrol yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua
51
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
Diagram pada Gb. 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada pelaksanaan
dikatakan cukup baik dan 75% S 100% dikatakan baik, akan tetapi masih ada
yaitu guru kurang tegas terhadap siswa sehingga ada yang kurang memperhatikan
saat pembelajaran berlangsung, siswa ada yang izin kebelakang lebih dari waktu
yang telah ditentukan oleh guru, suara agar lebih lantang lagi, sesuaikan waktu
dengan RPP.
Kontrol
Dari analisis data observasi keaktifan siswa pada pelaksanaa pembelajaran dikelas
kontrol yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua
52
95.00%
90.00%
85.00%
80.00%
75.00%
70.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
respon siswa dalam pembelajaran dikelas kontrol dikatakan baik namun masih ada
kekurangan yaitu ada beberapa siswa yang kurang merespon dengan tugas
pekerjaan rumah sehinggan ada beberapa siswa yang belum mengerjakan ketika
dipertemuan selanjutnya alasanya lupa dengan tugas pekerjaan rumah dan ada
Eksperimen
Eksperimen yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua
53
96.00%
94.00%
92.00%
90.00%
88.00%
86.00%
84.00%
82.00%
80.00%
78.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Eksperimen
54
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pertemuan 1 Pertemuan2 Pertemuan 3
respon siswa dalam pembelajaran dikelas kontrol dikatakan baik namun masih ada
kekurangan yaitu ada beberapa siswa yang kurang merespon dengan tugas
pekerjaan rumah sehingga ada beberapa siswa yang belum mengerjakan ketika di
pertemuan selanjutnya dan ketika guru meminta siswa untuk presentasi hasil
kooperatif tutor sebaya dikelas eksperimen, siswa diberikan soal tes yang diikuti
oleh 31 siswa kelas kontrol dan 32 siswa kelas eksperimen. Adapun hasil dari
55
Tabel 4.1 Perbandingan Data hasil Tes Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
n rata-rata
Gb. 4.3 diagram Hasil Tes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
Dengan gambar diagram dan tabel dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol dengan
hasil tes kemampuan komunikasi matematis tertulis sebesar 62,0 dengan nilai
tertinggi 83 dan terendah 25. Sedangkan pada kelas eksperimen dengan jumlah 32
rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis tertulis sebesar 81,2 dengan nilai
56
tertinggi 91 dan terendah 71. Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data kedua kelas berasal dari
berikut.
Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data tes kemampuan komunikasi matematis
Smirnov) data kelas eksperimen adalah 0,20. Hal ini menunjukan bahwa data
kelas eksperimen berdistri normal karena liai signifikansi kelas eksperimen lebih
dari 0,05 (0,20 > 0,05). Nilai signifikan (Kolmogorofov-Smirnov) data kelas
kontrol adalah 0,13. Hal ini menunjukan bahwa data kelas kontrol berdistri
normal karena niai signifikansi kelas eksperimen lebih dari besar 0,05 (0,13 >
2. Uji Homogenitas
Pada uji normalitas diketahui bahwa data dari kedua kelas (kelas eksperimen dan
57
tidaknya varians dari kedua kelompok sampel. Menghitung uji homogenitas
dengan SPSS.20.
a. Menentukan hipotesis
b. Pengujian hipotesis
Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data lembar tes kemampuan komunikasi
menunjukkan bahwa 0,267 > 0,05, maka H 0 diterima. Jadi tidak ada perbedaan
nilai varian dari data hasil post-test kemampuan komunikasi matematis di kelas
kontrol dan kelas eksperimen (homogen). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
lampiran 3.
Setelah uji prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas) sudah terpenuhi
58
kooperatif tutor sebaya dengan penerapan pembelajaran langsung. Adapun
a. Menentukan hipotesis
b. Pengujian Hipotesis
matematis tertulis
Pada tabel 4.6 memuat data hasil analisis uji-t (independent samples T-test) yang
mana nilai signifikansinya diperoleh 0,000, kerena sig. ≥ 0,05, maka H 0 ditolak.
59
60
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pada bab ini akan dibahas mengenai
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pada bab ini akan dibahas mengenai
menjadi 5 tiap kelompok terdiri dari 6-7, kemudian guru membagikan bahan ajar
mencari referensi dibuku yang dimiliki siswa terkait materi yang didiskusikan
oleh siswa dan menuliskan hasil diskusi dengan teman sebaya. Siswa yang
kelas. Guru meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi
Menurut Djamrah dkk (2006) model pembelajaran adalah suatu pola atau
kompetensi dari hasil yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih
efektif dan efisien. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan dua model
61
Pembelajaran dilaksanakan selama empat hari, hari pertama guru belum
menguasai kelas sehingga ada siswa yang kurang memperhatikan setiap langkah-
langkah yang diminta oleh guru hal ini di dukung oleh observer yang menyatakan
perbaikan dari pertemuan kesatu yaitu ketika ada siswa yang terlihat kurang
pertemuan kedua. Pada pertemuan ke tiga lebih baik, hal ini didukung oleh
hal ini terjadi karena ada beberapa siswa tidak mendengarkan saat tutor presentasi
didepan kelas dan ada beberapa siswa yang masih bingung dengan kelompok yang
telah dibentuk oleh guru sehingga saat maju kedepan kelas masih ada sebagian
siswa yang belum paham. Pada pertemuan kedua siswa sudah faham terkait apa
saja yang harus dilakukan saat berdiskusi dan presentasi. Pada pertemuan ketiga
Pada pembelajaran
Data yang dianalisis yaitu data dari posttest yang diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang telah mendapatkan perlakuan. Pada kelas X-
IPS 2 diberi perlakuan berupa pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya dan pada
kelas X-IPS 1 diberikan pembelajaran langsung Pada kedua kelas diberikan soal
62
posttest yang sama berupa tes kemampuan komunikasi matematis. Sehingga dari
hasil posttest dapat dibandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
63
Terlihat lembar jawaban pada gambar 5.3 menunjukkan semua
64
Gambar 5.3
lengkap.
Dari hasil post-test kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol dan
dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari nilai tes siswa
menggunakan SPSS versi 20.0 didapatkan signifikansi sebesar 0,000 pada hasil
65
komunikasi matematis tertulis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran
Dari hasil post-test kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol dan
dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari nilai tes siswa
Pada kelas eksperimen terdapat 24 siswa (75%) yang nilainya diatas KKM dan
pada kelas kontrol terdapat 7 siswa (22,5%) yang nilainya diatas KKM artinya
pembelajaran langsung.
66
BAB VI
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
KKM dan pada kelas kontrol terdapat 7 siswa (22,5%) yang nilainya
langsung.
B. Saran
sebagai berikut.
yang terlewati
67
3. Model pembelajaran kooperatif tutor sebaya ini agar digunakan untuk
matematis tertulis.
68
DAFTAR PUSTAKA
Antika Dkk. 2015. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Ditinjau Dari
Kemampuan komunikasi Matematis Siswa. Program Studi Pendidikan
Matematika.
Astuti, E. R. T & Hartati sasminta Chrisna Yuli. (2014). Penerapan Metode Tutor
Teman Sebaya Terhadap Peningkatan hasil Belajar Pssing Bawah
Balavoli. Jurnal. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Surabaya. Diakses 5 Desember 2016
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek.Edisi Revisi
Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
69
Endang. S. (2006).Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Cara Menyimpan atau Meminjam Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Diskusi
Kelompok Kecil Pada Siswa Kelas II SD Supriyai Semarang Tahun
Pelajaran2005/2006, prodi matematika, fakultas tarbiyah, UNNES.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics..The NCTM Inc.
70
Siswa kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. Diakses 05 desember 2016.
Rohmawati, Dessy.dkk. 2012. Pengembangan Media Slide Interaktif Berbasis
Power Point Materi Gerak Pada Tumbuhan Untuk Smp kelas VIII.
Surabaya. UNESA Surabaya
71
Wahyuningsih dkk. (2013). Perbandingan Hasil Belajar Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif.
72