Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika merupakan bagian dari mata pelajaran yang terdapat dalam setiap

jenjang pendidikan mulai dari pendidikan TK, SD, sampai dengan perguruan

tinggi. Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari,

karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis

serta komunikasi secara ilmiah. Namun pelajaran matematika dianggap sulit dan

menjadi beban tersendiri oleh siswa , karena menuntut siswa untuk berpikir logis

serta mampu mengkomunikasikan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, salah

satu kesulitan siswa yaitu komunikasi matematis tertulis. Hal ini didukung oleh

Mulyono (2009) yang mengemukakan bahwa kesulitan-kesulitan dalam

pembelajaran matematika meliputi kesulitan dalam penalaran, pemahaman

konsep, komunikasi, pemecahan masalah, dan kreativitas berpikir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika MAN

Tambakberas Jombang bahwasanya siswa kelas X-IPS 1 dan kelas X-IPS 2

kemampuan komunikasi matematis tertulis masih kurang. Hal ini dapat dilihat

dari keseharian siswa dalam pembelajaran, siswa cenderung merasa kesulitan

dalam menyelesaikan soal matematika salah satunya yaitu materi trigonometri.

Salah satu kesulitan siswa yaitu menyelesaikan soal, belum menuliskan secara

benar dalam menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis dan

belum menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat. Hal ini

didukung oleh Wahyudin (2010) kemampuan komunikasi matematis adalah

kemampuan seseorang untuk: (1) menulis pernyataan matematis; (2) menulis

1
alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis yang digunakannya untuk

menyelesaikan masalah matematika; (3) menggunakan istilah, tabel, diagram,

notasi atau rumus matematis dengan tepat; (4) memeriksa atau mengevaluasi

pikiran matematis orang lain. Kemampuan komunikasi matematis penting ketika

diskusi antar siswa dilakukan, dimana diharapkan siswa mampu menjelaskan,

menyatakan dengan notasi-notasi matematika, dan meyakinkan orang lain

sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang

matematika.

Melihat pentingnya kemampuan komunikasi matematis, maka perlu

dilakukan inovasi menyangkut model yang digunakan dalam pembelajaran

matematika. Dengan adanya inovasi, terutama dalam mengelola pembelajaran

dikelas, diharapkan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan cara melibatkan siswa secara aktif.

Komunikasi matematis memiliki peran penting dalam proses berpikir seseorang.

Hal ini juga tertuang pada National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)

(2000) meliputi (1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving) (2)

kemampuan berkomunikasi (communication) (3) kemampuan berargumentasi atau

bernalar (reasonning) (4) kemampuan mengaitkan ide (connection). Kemampuan

komunikasi matematis perlu ditumbuh kembangkan pada diri siswa. Seperti yang

diungkapkan oleh Baroody dalam Ansari (2009) menyebutkan sedikitnya dua

alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan pada

diri siswa. Pertama, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk

2
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi

matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai

ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua, sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa,

dan juga komunikasi antar guru dan siswa.

Menurut Asikin (2001) komunikasi itu sangat penting karena dalam

berkomunikasi itu untuk memahamkan orang yang kita ajak komunikasi secara

tertulis maupun lisan. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar jika komunikasi

antara siswa dengan guru berjalan dengan baik. Guru dalam pembelajaran

dikelas harus inovatif sehingga siswa dalam pembelajaran dapat berkomunikasi

dengan baik. Hal ini didukung oleh Suyono (2011) guru itu dituntut inovatif,

adaptif, dan kreatif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang

menyenangkan didalam kelas dan lingkungan pembelajaran, dimana terjadi

interaksi belajar mengajar yang inisiatif dan berlangsung banyak arah. Dalam

pembelajaran perlu adanya pendekatan-pendekatan salah satunya yaitu

pendekatan model pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis

untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Antika dkk (2015) pembelajaran yang

dapat mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah

pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif

tutor sebaya. Hal ini didukung oleh Nurrohmah (2009) mengatakan bahwa ide

penting dalam pembelajaran kooperatif adalah melatih siswa untuk terampil

3
kerjasama dan dan dapat berkolaborasi. Dalam pembelajaran tersebut siswa

dituntut untuk terampil dalam segala hal, khususnya dalam bekerjasama.

Kerjasama itu sangat diperlukan dalam pembelajaran, misalkan jika salah satu

siswa tidak bisa mengerjakan atau tidak paham maka siswa yang lainnya harus

memiliki inisiatif membantu memahamkan atau kerjasama antar teman.

Menurut Anggrowati (2011) model pembelajaran tutor sebaya (peer

teaching) merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa

dalam proses belajar mengajar. Menurut Rachmiati (2010) kelebihan tutor sebaya

yaitu “the possitive effects of peer tutoring are including cognitive gains,

improveed communication, self confidence, and social support among students

peer tutor”. Kutipan di atas dapat diartikan bahwa, dampak positif tutor sebaya

adalah termasuk usaha kognitif, meningkatkan komunikasi, percaya diri dan

mendukung hubungan sosial. Sehingga dengan diterapkannya model

pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai

kemampuan komunikasi matematis tertulis.

Menurut Astuti & Hartati (2014) tutor teman sebaya dilakukan dengan cara

memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa

tersebut mengajarkan materi atau latihan pada teman yang belum paham. Jadi

siswa yang memiliki daya serap tinggi akan dijadikan tutor untuk teman

kelompoknya. Menurut Anggorowati (2011) seorang tutor memiliki kriteria

sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu

kelas, 2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa , (3) memiliki

motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik, (4) memiliki sikap

4
toleransi dan tenggang rasa dengan sesama, (5) memiliki motivasi tinggi untuk

menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik, (6) bersikap rendah hati,

pemberani, dan bertanggung jawab, dan (7) suka membantu sesamanya yang

mengalami kesulitan.

Perencanaan pembelajaran model tutor sebaya sebagaimana disebutkan

Akrom (2011) perencanaan pembelajaran menggunakan model tutor sebaya

adalah sebagai berikut: guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan

yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan materi pokok pembelajaran

pada setiap pertemuan. Program ini berisi materi-materi pokok yang akan

disampaikan oleh guru pada tiap-tiap pertemuan, selain itu juga mencakup

rencana kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Rasa saling

menghargai dan mengerti dibina di antara siswa yang bekerja bersama.

Nurrohmah (2009) mengatakan bahwa pemilihan model pembelajaran yang tepat

dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan

siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Dalam pembelajaran ini

guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan

pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.

Melalui pembelajaran kooperatif tutor sebaya, siswa diharapkan mampu

berkomunikasi dalam belajar matematika. Berdasarkan uraian di atas, penulis

berusaha untuk meneliti lebih jauh mengenai keefektifan pembelajaran tutor

sebaya terhadap kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu peneliti

mengambil judul skripsi yaitu “Efektifitas pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Terhadap Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis”

5
6
B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan pembelajaran tutor sebaya efektif terhadap pencapaian

kemampuan komunikasi matematis?

C. Tujuan penelitian

Menguji efektifitas penerapan pembelajaran tutor sebaya terhadap pencapaian

kemampuan komunikasi matematis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Guru

Pembelajaran koperatif tutor sebaya dapat dijadikan salah satu wawasan baru

dalam pembelajaran.

2. Manfaat bagi siswa

Melatih siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.

3. Manfaat Bagi peneliti

Siswa lebih mudah berkomunikasi dengan guru dan temanya sehingga

siswalebih mudah untuk mendapatkan informasi untuk menambah wawasanya.

E. Batasan Penelitian

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih baik fokus, peneliti membatasi

penelitian sebagai berikut :

1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-IPS 1 dan X-IPS 2 MAN

Tambakberas Jombang.

2. Aspek

7
Aspek yang dinilai dalam penelitian ini yaitu kemampuan komunikasi tertulis.

F. Definisi Operasional

Peneliti perlu mendefinisikan variabel dalam judul penelitian untuk

menghindari adanya kesalahan dalam pemahaman terhadap judul penelitian,

sebagaimana berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Tutor sebaya merupakan tipe cooperative learning atau belajar bersama

dengan sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai

memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah dalam

suatu kelompok. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan

kecanggungan, bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman

sebaya tidak ada rasa enggan, rendah hati, malu untuk bertanya maupun minta

bantuan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tutor sebaya sebagai

berikut

a. Siswa mendapatkan materi yang akan dipelajari dan guru memotivasi siswa

dengan cara tanya jawab.

b. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak

sub-sub materi. siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan

bertindak sebagai tutor sebaya.

c. Siswa mendapat tugas mempelajari sub-sub materi sesuai dengan kelompok

masing-masing. Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai

tutor sebaya dan akan diberi waktu secukupnya.

8
d. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai

tugasnya yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.

e. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai

dengan urutan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi

seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis tertulis adalah skor yang diperoleh dari

tes tertulis yang sesuai dengan indikatornya.

Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis tertulis yaitu :

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,

dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

a. Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan.

b. Mendemonstrasikana ide-ide matematis serta menggambarkan ide-ide

matematis secara visual.

2. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide serta menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

a. Menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika untuk

menyajikan ide-ide.

b. Menyajikan ide-ide serta menggambarkan hubungan-hubungan dengan

model-model situasi.

3. Pembelajaran Langsung

9
Pembelajaran langsung adalah gaya mengajar guru kepada siswa dimana

guru lebih terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran dan siswa memperoleh

informasi secara langsung dari guru yang diajarkan dengan pola kegiatan

bertahap.

Langkah-langkah pembelajaran langsung yaitu.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, informasi latar belakang

pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

b. Guru mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

c. Guru merencanakan dan memberi pelatihan awal.

d. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,

memberi umpan balik

e. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan

perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan

kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran kooperatif tutor sebaya dikatakan efektif jika memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a. Rata-rata Nilai tes kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dalam

pembelajaran kooperatif tutor sebaya lebih tinggi dibanding dengan rata-

rata nilai tes kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dengan

pembelajaran langsung.

b. Minimal 75% siswa mencapai skor tes lebih dari KKM.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson (2009) pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja

bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa

mencari hasil yang melibatkan seluruh anggota kelompok. Dalam pembelajaran

koperatif siswa dituntut untuk berdiskusi atau berkelompok untuk mencapai

tujuan bersama. Menurut Ali & Muhlisarini (2014) pembelajaran kooperatif

adalah suatu strategi pembelajaran yang dimana siswa dikelompokan dalam tim

kecil dengan tingkat kemampuan berbeda untuk meningkatkan pemahaman

tentang suatu pokok bahasan, dimana masing-masing anggota kelompok

bertanggung jawab untuk belajar apa yang diajarkan dan membantu temannya

untuk belajar sehingga tercipta atmosfer prestasi. Pembelajaran kooperatif itu

pembelajaran yang dibentuk kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan

berbeda, memiliki tanggung jawab masing-masing, saling membantu sesama

teman dan kerjasama.

Model pembelajaran cooperative learning tidak sekedar belajar kelompok,

akan tetapi ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya. Ali & Mukhlisarini (2014) mengatakan bahwa tidak semua

kerja sama bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima

unsur tersebut adalah:

11
1. Positive interdependence (saling ketergantungan)

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota)

5. Group processing ( pemrosesan kelompok / evaluasi)

Pada pembelajaran matematika di kelas, belajar dengan kerja kelompok

adalah kerja yang kooperatif bukan kompetitif, meskipun pada suatu keadaan

khusus, hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok siswa belajar

dengan porsi utama yaitu mendiskusikan tugas-tugas matematika yang diberikan

gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah,

termasuk mengemukakan pendapatnya yang dapat dipahami oleh anggota lain

sehingga anggota tersebut mampu bekomunikasi secara lisan maupun tertulis.

B. Model pembelajaran Tutor Sebaya

Menurut Afifah (2011) model pembelajaran merupakan strategi yang

digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan

siswa , maupun berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil

belajar yang lebih optimal. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kepada

siswa untuk meningkatkan motivasi, berpikir kritis, ketrampilan sosial dan lain-

lain.

Menurut Djamrah dkk (2006) model pembelajaran adalah suatu pola atau

langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau

kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan

lebih efektif dan efisien. Ada beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan

12
guru, misalnya pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran

berbasis pada masalah, pembelajaran yang berbasis kompetensi, pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual, belajar tuntas, konstruktivime dan sebagainya.

Salah satu bentuk pembelajaran yaitu menurut Anggrowati (2012) pembelajaran

tutor sebaya yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh teman-temannya yang

mempunyai usia sebaya. Dalam pembelajaran sumber belajar itu tidak harus guru,

teman sendiri , kakak kelas itu juga bisa menjadi sumber belajar. Menurut

Rachmiati (2010) sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih

pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak.

Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, sedangkan tutor kakak

adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi. Jadi sumber belajar dari orang lain yang

mana tingkatannya lebih pandai itu dinamakan tutor, selain guru.

Menurut Akrom (2011) perencanaan pembelajaran menggunakan model tutor

sebaya adalah sebagai berikut: guru membuat program pengajaran satu pokok

bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan materi pokok

pembelajaran pada setiap pertemuan. Program ini berisi materi-materi pokok yang

akan disampaikan oleh guru pada tiap-tiap pertemuan, selain itu juga mencakup

rencana kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Rasa saling

menghargai dan mengerti dibina diantara siswa yang bekerja bersama.

Menurut Muntasir (2011) tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana

mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi

lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif

karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas,

13
sebagaimana diungkapkan oleh Muntasir (2011) bahwa dengan pergaulan antara

para tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang

terpendam dalam hatinya, dan khayalannya. Jadi, sistem pengajaran dengan tutor

sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima

pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan

yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu

sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan

mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima

pelajaran.

Syarat menjadi tutor sebaya menurut Afifah (2011)

a. Diterima dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat

b. Menguasai bahan yang akan ditutorkan

c. Berprestasi

d. Tutor adalah siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata didalam kelas

tersebut. Dapat dilihat dari prestasi hasil belajar yaitu rangking.

e. Mempunyai daya kreatifitas.

f. Dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik.

Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu

untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota

kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan.

14
Menurut Hamsa (dalam Wardiyyah, 2009) manfaat peran tutor sebaya antara lain:

1. Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru,

dan tutor sebaya.

2. Merupakan cara praktis untuk membantu secara individu dalam memahami

materi.

3. Pencapaian kemampuan memahami dengan bantuan tutor sebaya hasilnya

bisa menjadi di luar dugaan (lebih baik).

4. Jumlah waktu yang dibutuhkan siswa untuk memahami akan meningkat.

5. Mempererat hubungan antara sesama siswa .

6. Bagi tutor, merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung

jawab dalam mengemban suatu tugas serta melatih kesabaran.

Pembelajaran tutor sebaya memiliki kelebihan, hal ini didukung oleh Djamarah

(dalam Anggrowati, 2011) yang menyatakan bahwa kelebihan penggunaan

pembelajaran tutor sebaya antara lain adalah:

1) Dapat melatih atau dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk

mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi. Maksudnya pada keterampilan

ini dasarnya berkenaan dengan kemampuan siswa menangkap pengertian

atau makna dari apa yang didengar, dibaca, dan dilihat atau dilakukan

kemudian menjelaskan penelitian atau makna hasil tangkapan dan hasil

pengolahan pikiran dengan bahasa atau kata-kata sendiri sehingga dipahami

oleh orang lain,

2) Dapat melatih kemampuan siswa untuk berinisiatif dan kreativitas dalam

kemampuan siswa mempunyai kesediaan atau kesiapan kemampuan dan

15
keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau hal lain dalam menangani

suatu masalah

3) Untuk melatih kemampuan siswa untuk bekerja sama, maksudnya

mempunyai semangat atau spirit dan kesediaan untuk berbuat bersama

orang lain secara kompak dalam menangani suatu kegiatan yang secara

sadar dirancang bersama guru untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-

besarnya, tetapi dalam proses pembelajaran guru juga mengawasi dan

membantu tutor sebaya dalam pembelajaran di kelas. Jadi kelebihan dari

pembelajaran tutor sebaya ini yaitu dapat melatih siswa dalam kemampuan

komunikasi, berinsiatif dan kreativitas dalam kemampuan siswa , memiliki

jiwa berani dalam melakukan hal yang baru dan melatih kemampuan siswa

untuk saling kerjasama antar teman

Menurut Wardiyyah (2009) langkah-langkah penerapan model pembelajaran

tutor sebaya adalah:

a. Siswa mendapatkan materi yang akan dipelajari dan guru memotivasi siswa

dengan cara tanya jawab.

b. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak

sub-sub materi. siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan

bertindak sebagai tutor sebaya.

c. Siswa mendapat tugas mempelajari sub-sub materi sesuai dengan kelompok

masing-masing. Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai

tutor sebaya dan akan diberi waktu secukupnya.

16
d. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai

tugasnya yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.

e. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai

dengan urutan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi

seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

Menurut Suparno (2007) beberapa studi menemukan keuntungan dan

kekurangan dari model pembelajaran tutor sebaya, keuntungan tutor sebaya,

antara lain:

1. Tutoring sebaya menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh

perbedaan umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru. Antar

siswa lebih mudah kerja sama dan komunikasi.

2. Lebih mungkin terjadi pembelajaran personal, antara teman denganteman.

3. Si tutor sendiri akan mendapatkan pengertian lebih dalam dan juga

menaikkan harga dirinya karena mampu membantu teman.

4. Tutor teman akan lebih sabar dari pada guru terhadap siswa yang lamban

dalam belajar.

5. Lebih efektif dari pada pembelajaran biasa karena siswa yang lemah akan

dibantu tepat pada kekurangannya. Dan siswa yang lemah dapat terus terang

memberi tahu tutornya mana yang belum jelas, tanpa malu-malu.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran tutor sebaya adalah Siswa yang

dipilih menjadi tutor dan prestasinya baik belum tentu mempunyai hubungan baik

dengan siswa yang lain.

17
C. Model Pembelajaran Langsung

Menurut Wahyuningsih dkk (2013) model pembelajaran langsung merupakan

gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada

siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Menurut

Trianto (2009) pembelajaran langsung adalah untuk membantu siswa

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran langsung merupakan gaya mengajar guru

kepada siswa dimana guru lebih terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran dan

siswa memperoleh informasi secara langsung dari guru yang diajarkan dengan

pola kegiatan bertahap.

Langkah-langkah pembelajaran langsung yaitu.

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, informasi latar belakang

pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Guru mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

3. Guru merencanakan dan memberi pelatihan awal.

4. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi

umpan balik

5. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan

perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan

sehari-hari.

18
D. Materi Trigonometri

1. Perbandingan Trigonometri

a. Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku

1) Panjang sisi-sisi suatu segitiga


A
α

c
b

β γ
B a C
Gambar 2.1 Segitiga siku-siku

Panjang sisi dihadapan sudut α yaitu a

Panjang sisi dihadapan sudut β yaitu b

Panjang sisi dihadapan sudut γ yaitu c

Panjang sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku mempunyai hubungan

c2 = a2 + b2

2) Besar sudut pada segitiga

Jumlah ketiga sudut dalam segitiga adalah α+ β+γ=1800

3) Perbandingan pada sisi-sisi segitiga

a panjang sisi depan sudut α


a. Sin α = =
c panjang hipotenusa
b panjang sisi samping sudut α
b. Cos α = =
c panjang hipotenusa
a panjang sisi depan sudut α
c. Tan α = =
b panjamg sisi samping sudut α

19
c panjang hipotenusa
d. Cosec α = =
a panjang sisi depan sudut α
c panjang hipotenusa
e. Sec α = =
b panjang sisi samping sudut α
b panjang sisi samping sudut α
f. Tangen α = =
a panjang sisi depan sudut α
Dari perbandingan diatas diperoleh hubungan rumus :

1
α=
Cotg tan α

1
α=
Sec cos α

1
α=
Csc sin α

b. Perbandingan trigonometri untuk sudut khusus (00, 300, 450, 600, 900)

Berdasarkan gambar diatas dapat ditentukan nilai perbandingan trigonometri

sudut-sudut khusus tersebut dalam tabel berikut.

2.1 Tabel Sudut-sudut istimewa

sudut 00 300 450 600 900

frekuensi
Sin 0 1 1 1
√2 1
2 2
√3
2
Cos 1 1 1 0
1 √2
2
√3 2 2
Tan 0 1 1 -
√3
3 √3

c. Nilai perbandingan trigonometri di berbagai kuadran

20
Tanda nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut di berbagai kuadran

sebagai berikut

2.2 Tabel tanda-tanda perbandingan trigonometri dikuadran

I II III IV
Sin + + - -
Cos + - - +
Tan + - + -
Csc + + - -
Sec + - - +
Cotg + - + -

Garis Koordinat dalam sudut-sudut diberbagai kuadran

y
Kuadran II Kuadran I

Sin & Csc + Semua +

x
Kuadran III Kuadran IV

Tan & Cotg + Cos & Csc +

Gambar 2.2 Garis koordinat

d. Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut di semua kuadran

1) Rumus di kuadran I

Sin(90−α )=cos α
Cos(90−α )=sin α
Tan(90−α )=Cotg α

21
2) Rumus di kuadran II

Sin(90+ α)=Cos α Sin(180−α )=Sin α


Cos(90+α)=−Sin α Cos(180−α )=−Cos α
Tan(90+ α )=−Cotg α atau Tan(180−α )=−Tan α

3) Rumus di kuadran III

Sin(270−α )=−Cos α Sin(180+α )=−Sin α


Cos(270−α )=−Sinα Cos(180+α )=−Cos α
Tan(270−α )=Cotg α atau Tan(180+α )=Tanα

4) Rumus di kuadran IV

Sin(270+α )=−Cos α Sin(360−α )=−Sinα


Cos(270+α )=Sin α Cos(360−α )=Cos α
Tan(270+α )=−Cotg α atau Tan(360−α )=−Tan α

5) Rumus sudut negatif

Sin(−α )=−Sinα
Cos(−α )=Cos α
Tan(−α )=−Tanα

6) Rumus sudut lebih dari 3600

Sin(k . 360+α )=Sinα


Cos(k . 360+α )=Cos α
Tan( k . 360+α )=Tanα

E. Kemampuan Komunikasi Matematis tertulis

Menurut Armiati (2003) komunikasi merupakan bentuk pelemparan pesan

atau lambang yang mau tidak mau akan menimbulkan pengaruh pada proses

22
umpan balik, sebab dengan adanya umpan balik, sudah membuktikan adanya

jaminan bahwa pesan telah sampai pada pendengar.

Sadirman (2007) mengemukakan komunikasi (secara konseptual) yaitu

memberitahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan

nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang

diberitahukan menjadi milik bersama.

Suwito (1999) menjelaskan kata komunikasi (bahasa Inggris:

Communication) berasal dari kata kerja Latin “communicare”, yang berarti

”berbicara bersama, berunding, berdiskusi dan berkonsultasi, satu sama lain”.

Kata ini erat hubungannya dengan kata Latin ”communitas”, yang tidak hanya

berarti komunitas/masyarakat sebagai satu kesatuan, tetapi juga berarti ikatan

berteman dan rasa keadilan dalam hubungan antara orang-orang satu sama lain.

Menurut Sahat (2013) komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu

peristiwa saling menyampaikan informasi atau pesan yang berlangsung dalam

suatu komunitas.

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yaitu

pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan

yang dimaksud dapat dipahami secara tertulis maupun lisan. Komunikasi yang

dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima

gagasan, sehingga terjadi proses belajar komunikasi dalam pembelajaran

matematika memiliki peran yang cukup penting, pada dasarnya matematika

merupakan suatu bahasa dan belajar matematika merupakan aktivitas sosial.

Pada pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa , pemberi pesan tidak

23
terbatas dari guru saja melainkan dapat dilakukan oleh siswa maupun orang

lain. Pesan yang dimaksud adalah konsep-konsep matematika, dan cara

menyampaikan pesan dapat dilakukan baik melalui lisan maupun tulisan.

Komunikasi dapat mendukung belajar pada siswa , hal ini didukung

oleh Wahyudin (2010) komunikasi bisa mendukung belajar siswa atas konsep-

konsep matematis yang baru saat mereka memainkan peran dalam situasi,

mengambil, menggunakan obyek-obyek, memberikan laporan dan pejelasan-

penjelasan lisan, menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol-

simbol matematis. Sedangkan menurut Romberg & Chair (Sumarno, 2008),

komunikasi matematis meliputi menghubungkan benda nyata, gambar, dan

diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi dan relasi

matematis secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan

aljabar; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika; mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat

konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi;

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.

Menurut NCTM (2000) standar kemampuan komunikasi matematis

tertulis siswa dapat dilihat dari :

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

24
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.

3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide serta menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

Sedangkan menurut Sumarno (dalam Darkasyi, 2014) indikator yang

menunjukkan kemampuan komunikasi matematis tertulis adalah:

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

matematika

2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis , secara lisan atau tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;

3. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematis ;

4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

Menurut Wahyudin (dalam, Mayasari 2013) indikator kemampuan

komunikasi matematis tertulis yaitu

1. Menulis pernyataan matematis.

2. Menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis yang

digunakannya untuk menyelesaikan masalah matematika.

3. Menggunakan istilah, tabel, diagram, notasi atau rumus matematis dengan

tepat

4. Memeriksa atau mengevaluasi pikiran matematis orang lain.

25
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai indikator komunikasi matematis

tulis, penelitian ini menggunakan indikator komunikasi matematis tertulis

sebagai berikut

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,

dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

a. Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan.

b. Mendemonstrasikana ide-ide matematis serta menggambarkan ide-ide

matematis secara visual.

2. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide serta menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

a. Menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika untuk

menyajikan ide-ide.

b. Menyajikan ide-ide serta menggambarkan hubungan-hubungan dengan

model-model situasi.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk mempermudah penyusunan skripsi maka peneliti mendeskripsikan

beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan judul skripsi ini. Adapun

karya-karya penelitian tersebut adalah:

1. Hasil skripsi yang ditulis oleh Endang Sukasih, dengan judul

‘”Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Penjumlahan dan

Pengurangan Dengan Cara Menyimpan atau Meminjam Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Diskusi Kelompok

26
Kecil Pada Siswa Kelas II SD Supriyadi Semarang Tahun Pelajaran

2005/2006”. Dalam kesimpulannya ditulis bahwa dengan model tutor

sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematis a sampai 85 % dan

siswa semakin aktif.

2. Hasil penelitian yang ditulis oleh Hajar Puji Kurniawati dalam skripsinya

yang berjudul ”Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Kartu Sortir dan

Tutor Sebaya Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas

X Semester 1 SMA KOLOMBO Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran

2006/2007”. Dalam kesimpulanya ditulis, terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar Kimia siswa yang menerapkan strategi

pembelajaran aktif kartu sortir dengan hasil belajar kimia siswa yang

menerapkan strategi pembelajaran aktif tutor sebaya.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nara Solikhah, dalam skripsinya yang

berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dengan

Bantuan Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Matematika di SMP 5 Depok

Yogyakarta”.49 Mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran matematika

yang menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah dengan

bantuan tutor sebaya terbukti lebih baik dibanding dengan pemecahan

masalah tanpa bantuan tutor sebaya.

Perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian diatas adalah ketiga

penelitian tersebut menggunakan pembelajaran tutor sebaya untuk

optimalisasi hasil belajar dan pemecahan masalah. Sedangkan dalam penelitian

ini efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tutor sebaya terhadap

27
pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa . Pada penelitian

diatas, pembelajaran tutor sebaya lebih efektif untuk optimalisasi hasil belajar,

meningkatkan aktivitas, meningkatkan hasil belajar, minat belajar, prestasi,

dan kemampuan penalaran. Pada penelitian ini diharapkan mengetahui

perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran langsung.

G. Kerangka Berpikir

Salah satu kesulitan dalam pembelajaran matematika yaitu terlihat dari

kemampuan komunikasi matematis tulis Siswa MAN Tambakberas kelas X-

IPS 1 dan X-IPS 2 kurang. Siswa merasakan kesulitan mengkomunikasikan

gagasan persoalan matematika yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi

matematis tulis dan siswa menyelesaikan soal, belum menuliskan secara benar

dalam menulis alasan atau penjelasan dari setiap argumen matematis, belum

menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat. Pembelajaran

langsung lebih banyak berpusat pada guru dan siswa kurang memiliki

kesempatan mengkomunikasikan ide. Pembelajaran koperatif tutor sebaya

berpusat pada siswa dan siswa memiliki lebih banyak kesempatan

mengkomunikasikan ide. Untuk mencapai kemampuan komunikasi matematis

tulis tersebut dapat diterapkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya, karena

pembelajaran tutor sebaya berpusat pada siswa.

Pembelajaran kooperatif tutor sebaya diharap dapat efektif dalam

pencapaian kemampuan komunikasi matematis tulis siswa , karena memiliki

28
banyak keunggulan dari pada model pembelajaran langsung. Jadi, diduga

terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis antara siswa

yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa yang

mendapatkan pembelajaran langsung.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Rumusan masalahnya adalah “Apakah penerapan pembelajarana

tutor sebaya efektif terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematis

tulis?”

Hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan

siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.

H a: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa

yang mendapatkan pembelajaran langsung.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan penelitian yang

diklasifikasikan sebagai metode penelitian kuantitatif. Metode ini disebut

metode kuantitatif karena pada penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif bermaksud menguji hipotesis

selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk mengetahui menerima atau

menolak hipotesis. Pengukuran terhadap variabel-variabel yang telah

didenefisikan di dalam metode penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Tambakberas Jombang karena

pembelajaran disekolahan tersebut belum pernah menerapkan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Kelas Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pertemuan

Pertemuan 1 Selasa, 09 Mei 2017 Selasa, 09 Mei 2017

Pertemuan 2 Rabu, 10 Mei 2017 Rabu, 10 Mei 2017

Pertemuan 3 Kamis, 11 Mei 2017 Kamis, 11 Mei 2017

Pemberian soal tes Sabtu, 10 Juni 2017 Sabtu, 10 Juni 2017

30
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Definisi populasi menurut Sugiyono (2015), “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasinya

adalah seluruh kelas X MAN Tambakberas Jombang yang berdistribusi dalam

29 kelas.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, menurut Sugiyono (2015)

menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh suatu populasi”. Cara pengambilan sampel yang digunakan

peneliti adalah teknik purposive sample yaitu pengambilan sample dengan

alasan tertentu. Peneliti menggunakan teknik purposive sample berdasarkan

pertimbangan guru yaitu kelas X-IPS 1 dan X-IPS 2 dengan kemampuan

komunikasi matematis tulis yang setara.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2015)

1. Variabel bebas (Independent Variabel) (X)

31
Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan variabel perlakuan.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tutor

sebaya dan pembelajaran langsung.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel). (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya independent variabel (Sugiyono, 2015)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi

matematis tertulis.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini dijabarkan menjadi

beberapa indikator empiris yang kemudian menjadi titik tolak untuk

menyusun item pernyataan.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan untuk penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang

dikategorikan dalam jenis penelitian eksperimental semu (quasi experiment).

Metode ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang

sulit dilaksanakan. Sugiyono (2012) ”Quasi eksperimen adalah mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Kelas

eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dan kelas kontrol yaitu kelas

yang tidak diberi perlakuan (Kelas X-IPS 1), adapun posttest yang diberikan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Pembelajaran tutor sebaya

untuk kelas eksperimen (kelas X-IPS 2) dan pembelajaran langsung untuk

kelas kontrol (kelas X-IPS 1). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

32
perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapat

pembelajaran kooperatif tutor sebaya dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran langsung.

Model penelitian ini adalah postest-only control group design (Sugiyono,

2014)

K: X O1

O: O2

Gambar 3.2 postest-only control group design

Keterangan :

K : Kelas Kontrol (kelas X-IPS 1)

E : Kelas eksperiman (kelas X-IPS 2)

X : Perlakuan, yakni pembelajaran menggunakan model tutor sebaya

O1 : Tes Kemampuan komunikasi matematis tulis (posttest), tes ini diberikan

pada kelas X-IPS 1

O2 : Tes Kemampuan komunikasi matematis tulis (posttest), tes ini diberikan

pada kelas X-IPS 2

O1 : O2 : tes kemampuan komunikasi matematis (posttest) pada kelas X-IPS 1

dan kelas X-IPS 2.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk memperoleh data empiris yang berguna untuk

menjawab masalah penelitian dengan mengukur variabel penelitian beserta

syarat yang harus dipenuhinya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

33
1. Lembar observasi.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan

pembelajaran langsung pada kegiatan pembelajaran kelas kontrol.dan

pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya pada kegiatan pembelajaran kelas

eksperimen. Ada 2 lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembar

observasi untuk guru dan untuk siswa.

2. Lembar Validasi

Lembar validasi ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian ini valid atau tidak. Lembar validasi ini

digunakan untuk memvalidasi perangkat dan instrumen penelitian.

a. Data Hasil Validasi RPP Pembelajaran Langsung

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi RPP Pembelajaran

Langsung dari dua validator yaitu Ibu Tafsilatul Mufida, M. Pd dan

Mohamad Sihabuddin, S. Pd, MM, Pd.

Persentase Skor yang


Pertemuan Presentasi
Kriteria Keterangan
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
1 82,5% 80% Valid 81,25% Revisi Kecil
2 82,5% 80% Valid 81,25% Revisi Kecil
3 82,5% 80% Valid 81,25% Revisi Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi RPP pembelajaran

langsung, diperoleh hasil presentasi rataan skor validasi RPP

pembelajaran langsung sebesar 81,25% pada pertemuan pertama,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh hasil

presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data yang telah

34
ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi skor pertemuan ke satu,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa RPP pembelajaran

langsung valid dapat digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus

dilakukan adalah perbaikan RPP dan latihan soal karena alokasi waktu

pada RPP kurang terperinci, terdapat indikator yang memiliki arti

sama, alokasi waktu mengerjakan latihan soal.

c. Data Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Pelaksanaan

Pembelajaran Langsung

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas

siswa pada pembelajaran langsung dari dua validator yaitu Ibu

Tafsilatul Mufida, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd, MM, Pd.

Persentase Skor yang


Pertemuan Presentasi
Kriteria Keterangan
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Kurang Revisi
1 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil
Kurang Revisi
2 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil
Kurang Revisi
3 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi aktivitas

siswa pada pelaksanaan pembelajaran langsung, diperoleh hasil

presentasi rataan skor validasi lembar observasi aktivitas siswa pada

pelaksanaan pebelajaran langsung sebesar 73,2% pada pertemuan

pertama, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh

35
hasil presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data yang

telah ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi skor pertemuan ke

satu, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa lembar observasi

aktivitas siswa pada pelaksanaan pebelajaran langsung kurang valid

tapi dapat digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus dilakukan

adalah kesesuaian langkah-langkah observasi aktivitas siswa pada RPP

pembelajaran langsung, petunjuk kegiatan pembelajaran langsung dan

kriteria penilaian kegiatan pembelajaran langsung.

d. Data Validasi Lembar Observasi Aktivitas Gur Pada Pelaksanaan

Pembelajaran Langsung

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas

Guru pada pembelajaran langsung dari dua validator yaitu Ibu

Tafsilatul Mufida, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd, MM, Pd.

Persentase Skor yang


Pertemuan Presentasi
Kriteria Keterangan
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Revisi
1 75% 78,5% Valid 76,7%
Kecil
Revisi
2 75% 78,5% Valid 76,7%
Kecil
Revisi
3 75% 78,5% Valid 76,7%
Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi aktivitas

guru pada pelaksanaan pembelajaran langsung, diperoleh hasil

presentasi rataan skor validasi lembar observasi aktivitas guru pada

36
pelaksanaan pebelajaran langsung sebesar 73,2% pada pertemuan

pertama, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh

hasil presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data yang

telah ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi skor pertemuan

pertama, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa lembar

observasi aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran langsung valid

dapat digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus dilakukan adalah

kesesuaian langkah-langkah observasi aktivitas guru pada RPP

pembelajaran langsung, petunjuk kegiatan pembelajaran langsung dan

kriteria penilaian kegiatan pembelajaran langsung.

b. Data Validasi RPP Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi RPP Pembelajaran

Kooperatif Tutor Sebaya dari dua validator yaitu Ibu Tafsilatul

Mufida, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd, MM, Pd.

Persentase Skor yang


Pertemuan Presentasi
Kriteria Keterangan
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Revisi
1 82,5% 80% Valid 81,25%
Kecil
Revisi
2 82,5% 80% Valid 81,25%
Kecil
Revisi
3 82,5% 80% Valid 81,25%
Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi RPP pembelajaran Kooperatif

Tutor Sebaya, diperoleh hasil presentasi rataan skor validasi RPP

37
pembelajaran langsung sebesar 81,25% pada pertemuan pertama,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh hasil

presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data yang telah

ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi skor pertemuan ke satu,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa RPP pembelajaran

kooperatif tutor sebaya valid dapat digunakan setelah direvisi. Revisi

yang harus dilakukan adalah perbaikan RPP dan latihan soal karena

alokasi waktu pada RPP kurang terperinci, terdapat indikator yang

memiliki arti sama, alokasi waktu mengerjakan latihan soal.

e. Data Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Pelaksanaan

Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya.

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas

siswa pada pembelajaran kooperatif tutor sebaya dari dua validator

yaitu Ibu Tafsilatul Mufida, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd,

MM, Pd.

Persentase Skor yang


Pertemuan Presentasi
Kriteria Keterangan
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Kurang Revisi
1 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil
Kurang Revisi
2 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil
Kurang Revisi
3 71,4% 75% 73,2%
Valid Kecil

38
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi

aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya,

diperoleh hasil presentasi rataan skor validasi lembar observasi

aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya

sebesar 73,2% pada pertemuan pertama, pertemuan ke dua dan

pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh hasil presentasi tersebut

berpedoman pada kriteria kevalidan data yang telah ditetapkan, dapat

disimpulkan dari presentasi skor pertama, pertemuan ke satu,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa lembar observasi

aktivitas siswa pada pelaksanaan pebelajaran langsung kurang valid

tapi dapat digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus dilakukan

adalah kesesuaian langkah-langkah observasi aktivitas siswa pada RPP

pembelajaran kooperatif tutor sebaya, petunjuk kegiatan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya dan kriteria penilaian kegiatan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya.

f. Data Validasi Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan

Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya.

Data hasil analisis untuk mengetahui perangkat pembelajaran valid

atau tidak. Berikut ini adalah hasil validasi lembar observasi aktivitas

guru pada pembelajaran kooperatif tutor sebaya dari dua validator

yaitu Ibu Tafsilatul Mufida, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd,

MM, Pd.

Pertemuan Persentase Skor yang Kriteria Presentasi Keterangan

39
diperoleh
Ke- Skor
Validator 1 Vasilidator 2
Revisi
1 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Revisi
2 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Revisi
3 82,1% 78,5% Valid 78,8%
Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar observasi

aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya,

diperoleh hasil presentasi rataan skor validasi lembar observasi

aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya

sebesar 73,2% pada pertemuan pertama, pertemuan ke dua dan

pertemuan ke tiga. Untuk memperoleh hasil presentasi tersebut

berpedoman pada kriteria kevalidan data yang telah ditetapkan, dapat

disimpulkan dari presentasi skor pertama, pertemuan ke satu,

pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga bahwa lembar observasi

aktivitas guru pada pelaksanaan pebelajaran langsung valid dapat

digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus dilakukan adalah

kesesuaian langkah-langkah observasi aktivitas guru pada RPP

pembelajaran kooperatif tutor sebaya, petunjuk kegiatan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya dan kriteria penilaian kegiatan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya.

3. Tes

40
Tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang digunakan

pada penelitian ini berbentuk uraian. Pemberian tes ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pencapaian kemampuan komunikasi matematis

tulis. Posttest diberikan pada kedua kelas (X-IPS 1 dan X IPS 2) dan

menguji kemampuan komunikasi matematis tulis. Tes ini diadakan secara

terpisah terhadap masing-masing kelas, akan tetapi sebelumnya tes

divalidasi oleh ahli yaitu dosen atau praktisi guru bidang studi matematika.

Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan lebih mudah Ridwan (2004). Instrumen yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Soal tes kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa .

Dalam penelitian ini peneliti memberikan tes tertulis, yaitu tes atau

soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis. Posttest berupa soal

uraian pada materi trigonometri yang dapat menilai proses pembelajaran dan

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa . Tes disusun berdasarkan

indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis. Sebelum membuat tes,

perlu adanya kisi-kisi tes disusun sebagai acuan peneliti dalam menyusun

instrumen pengumpulan data. Penyusunan tersebut berdasarkan indikator

kemampuan komunikasi matematis tulis yang telah diuraikan pada bab II.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam membuat tes pada

penelitian ini adalah :

1) Menyusun kisi-kisi soal

41
Adapun kisi-kisi soal yang digunakan untuk tes sebagai berikut:

Nama Sekolah : Man Tambakberas

Bentuk Soal : Uraian

Mata Pelajaran : Matematika

Alokasi Waktu : 45 Menit

Kelas/Semester : X/Genap

Materi : Trigonometri

No KD Indikator Indikator soal No Bentuk


Pencapaian Soal Soal
1 3.7 Menjelaskan rasio Menentukan panjang sisi-sisi
trigonometri segitiga yang diketahui dua
1 Uraian
(sinus, cosinus, sudutnya dengan menggunakan
tangen, cosecan, perbandingan trigonometri
Menentukan panjang sisi-sisi
secan, dan
segitiga siku-siku yang diketahui
cotangen) pada 2 Uraian
panjang salah satu sisinya dan salah
segitiga siku-siku
satu ukuran sudutnya.
2 3.8 Menggeneralisasi Menentukan nilai perbandingan
rasio trigonometri trigonometri untuk sudut di kuadran 3 Uraian
untuk sudut-sudut IV
di berbagai
kuadran dan Menentukan nilai perbandingan
sudut-sudut nilai sin α, cos α dan tan α 4 Uraian
berelasi. dikuadran I

2) Menyusun soal –soal tes dan kunci jawabannya.

3) Melakukan validasi butir –butir soal.

42
Untuk mengetahui soal tes yang dibuat peneliti valid atau tidak,

hasil validasi lembar tes dari tiga validator yaitu Ibu Tafsilatul Mufida, M.

Pd , Ahmad Dzulfikar, M. Pd dan Mohamad Sihabuddin, S. Pd, MM, Pd.

Persentase Skor yang diperoleh Presentasi


Kriteria Keterangan
Validator 1 Vasilidator 2 Validator 3
Skor
Revisi
80% 65% 80% Valid 75%
Kecil
Berdasarkan hasil analisis data validasi lembar tes, diperoleh hasil

presentasi rataan skor validasi lembar tes sebesar 75% pada soal tes. Untuk

memperoleh hasil presentasi tersebut berpedoman pada kriteria kevalidan data

yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan dari presentasi soal tes valid dapat

digunakan setelah direvisi. Revisi yang harus dilakukan adalah pengetikan

simbol menggunakan equation, petunjuk mengerjakan soal, penskoran

penilaian dan kisi-kisi soal

4) Melakukan revisi soal –soal tes (jika belum valid).

5) Melaksanakan tes.

Soal tes diberikan setelah siswa mendapatkan pembelajaran kooperatif

tutor sebaya dan pembelajaran langsung. Tujuan posttest adalah untuk

mengetahui kemampuan komunikasi matematis tulis siswa pada kelas X-

IPS 1 dan kelas X-IPS 2 setelah pembelajaran.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer

maupun sekunder untuk keperluan penelitian. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode sebagai berikut :

43
Metode tes menurut Asep (2009) tes tertulis merupakan kumpulan soal-

soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika. Tes tulis dalam penelitian ini berupa tes kemampuan

komunikasi matematis tertulis.

Rubik penilaian posttest pencapaian kemampuan komunikasi matematis

tertulis yaitu

Indikator Kemampuan
Jawaban Skor
Komunikasi Matematis
Mengekspresikan ide- Tidak ada jawaban 0
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 1
ide matematis melalui tetapi tidak benar.
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 2
tulisan. secara benar tetapi tidak lengkap.
Mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan 3
secara lengkap dan benar.
Mendemonstrasikana Tidak ada jawaban 0
ide-ide matematis serta Menyatakan ide-ide matematis secara visual tetapi 1
menggambarkan ide- tidak benar.
ide matematis secara Menyatakan ide-ide matematis secara visual secara 2
visual. benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan ide-ide matematis secara visual secara 3
lengkap dan benar.
Menggunakan istilah- Tidak ada jawaban. 0
istilah, notasi-notasi Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 1
matematika untuk notasi matematika tetapi tidak benar.
menyajikan ide-ide. Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 2
notasi matematika secara benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan hasil dalam bentuk istilah-istilah, notasi- 3
notasi matematika secara lengkap dan benar.
Menyajikan ide-ide Tidak ada jawaban 0
serta menggambarkan Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 1
hubungan-hubungan model-model situasi tetapi tidak benar.
dengan model-model Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 2
situasi. model-model situasi secara benar tetapi tidak lengkap.
Menyatakan hasil dalam menyajikan ide-ide dengan 3
model-model situasi secara lengkap dan benar.
Skor satu butir soal 0-12

44
ST
SA = × 100 %
SM
S A : Skor siswa
ST : Total skor yang diperoleh siswa
S M : Skor maksimal

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Validasi

Analisis terhadap hasil validasi bertujuan untuk mengetahui perangkat dan

instrumen penelitian pada penelitian ini valid atau tidak. Hasil validasi yang

dilakukan validator ditentukan dengan persentase rerataan skor kevalidan dengan

menggunakan rumus berikut.


n

Xk =
∑ bi x 100%
i
total skor max

(diadaptasi dari Arikunto, 2002)

Keterangan :

Xi = Persentase skor hasil validasi validator ke-k

bi = Skor validasi aspek ke-i

Total skor max = Skor max per aspek x banyak aspek

Selanjutnya, rata-rata skor tiap validator diolah dengan rumus berikut

untuk mendapatkan rata-rata akhir skor validasi

x1 + x 2
X́ =
2

(diadaptasi dari Arikunto, 2002)

Keterangan :

X́ = Skor rata-rata akhir validasi

45
x 1 = Persentaseskor validasi oleh validator pertama

x 2 = Persentaseskor validasi oleh validator kedua

Tabel 3.1 Kriteria Kevalidan RPP dan Posttest

Presentase Kriteria Keterangan


0  X́  25% Tidak Valid Belum dapat digunakan
25%  X́  50% BelumValid Revisi besar (belum dapat digunakan)
50% X́  75% Cukup Valid Revisi kecil (dapat digunakan)
75% X́  100% Valid Tidak perlu revisi (dapat digunakan)
(diadaptasi Rohmawati, 2012)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumus Chi-Square. Dalam penghitungan tersebut data

berdistribusi normal jika nilai signifikansi ≥ 0,05 (sig ≥ 5%). (Dzulfikar,

2014)

Hipotesis

H o : Data berdistribusi normal

H a : Data tidak berdistribusi normal

O i−Ei
2
χ =∑ ( Ei )
Keterangan :

χ 2= Nilai x 2

O i= Nilai observasi

Ei = Nilai ekspected/harapan, luasan interval kelas berdasarkan tabel normal

dikalikan N (total frekuensi) (pi x N)

46
N= Banyaknya angka pada data (total frekuensi)

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang

terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar

kelas eksperimen dan kelas kontrol, bukan sebagai akibat perbedaan dalam

kelas. untuk menguji homogenitas digunakan uji F dengan tarif signifikan

5% dengan menggunkakan program SPSS 20.0 (Siregar, 2014).

Adapun rumus uji F yaitu :

S 2n
F hitung₌ 2
Sk

Keterangan :

S2n ₌ Untuk Varians Terbesar

S2k ₌ Untuk Varians Terkecil

Adapun Hipotesisnya sebagai berikut

H 0₌ kedua kelompok memiliki variansi yang berbeda (variansi populasi

kelas kontrol dan kelas eksperimen)

H a ₌ kedua kelompok memiliki variansi yang sama (variansi populasi kelas

kelas kontrol dan kelas eksperimen)

Kriteria penerimaan Hipotesis :

 Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

Jika F hitung  F tabel, maka H0 diterima

Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

 Membandingkan taraf signifikan dengan galatnya.

47
Jika sig,  0.05, maka H0 diterima

Jika sig, < 0.05, maka H0 ditolak

4. Uji t (independent-samples T-test)

Uji t untuk sampel saling bebas (independent-samples T-test) merupakan

prosedur uji-t untuk sampel bebas dengan membandingkan rata-rata dua

kelompok kasus, dan kasus (data) yang diuji bersifat acak serta dengan 1 kali

proses pengukuran (Muhid, 2012)

Uji t untuk sampel saling bebas (independen-samples T-test) itu menguji

kemampuan generalisasi rata-rata data dua sampel yang tidak berkorelasi.

Pada sampel-sampel berkorelasi biasanya terdapat pada rancangan penelitian

eksperimen. Sedangkan pada penelitian survei, biasanya sampel-sampel yang

dikomparasikan adalah sampel independen (Muhid, 2012).

Terdapat rumus yang digunakan untuk uji t sampel saling bebas

(independent-samples T-test)

x´1− x´2
t=
s 21 s22
√ +
n1 n2

Keterangan

x́ 1 = Rata-rata skor kelas eksperiman)

x́ 2 = Rata-rata skor kelas kontrol)

s1 = Simpangan baku sampel 1 (kelas eksperimen)

s2 = Simpangan baku sampel 2 (kelas kontrol)

s21 = Varian sampel 1 (kelas eksperimen)

s22 = Varian sampel 2 (kelas kontrol)

48
Pengolahan data dengan uji t juga dilakukan melalui SPSS independent sample t

test dengan taraf nyata 5%.

Kriteria pengujian untuk daerah penerimaan dan penolakan hipoteis adalah

sebagai berikut.

a) Dengan cara membndingkan nilai t hitung dengan t tabel:

 Jika t hitung ¿ t tabel, maka Ho ditolak

 Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima

b) Dengan cara membandingkan taraf signifikansi

 jika Jika sig  0.05, maka Ho diterima

 jika Jika sig < 0.05, maka Ho ditolak

Hipotesis:

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tulis antara


siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa yang
mendapatkan pembelajaran langsung.

Ha: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tulis antara kelas

pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan kelas pembelajaran langsung.

49
BAB IV

HASIL ANALISIS DATA

Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan di MAN Tambakberas Jombang selama

8 pertemuan, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2017 hingga tanggal 11 Juni

2017. Lebih jelasnya perhatikan tabel jadwal pelaksanaan penelitian sebagai

berikut.

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian

Kelas Kelas Kontrol Kelas Eksperimen


Pertemuan

Pertemuan 1 Selasa, 09 Mei 2017 Selasa, 09 Mei 2017

Pertemuan 2 Rabu, 10 Mei 2017 Rabu, 10 Mei 2017

Pertemuan 3 Kamis, 11 Mei 2017 Kamis, 11 Mei 2017

Pemberian soal tes Sabtu, 10 Juni 2017 Sabtu, 10 Juni 2017

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 dan X IPS 2 di MAN

Tambakberas yang berjumlah 63 siswa. Kelas X IPS 1 berjumlah 31 siswa yang

digunakan sebagai kelas kontrol dan X IPS 2 berjumlah 32 siswa yang digunakan

sebagai kelas eksperimen.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil pemberian soal

tes dan lembar observasi keaktifan siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Lembar observasi diberikan kepada dua observer pada setiap

melaksanakan pembelajaran untuk mengobservasi keaktifan siswa pada

50
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen. Sebelum

digunakan lembar observasi penelitian memberikan penjelasan terlebih

dahulu mengenai bagaimana cara mengisi lembar observasi keaktifan

siswa yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Observer

diminta untuk mencentang pada kolom pelaksanaan yang telah disediakan,

untuk keterangan keaktifan siswa observer diminta untuk menuliskan pada

lembar catatan yang sudah disediakan.

Hasil pemberian post-test kemampuan komunikasi matematis tertulis

diberikan diakhir pertemuan setelah siswa mendapatkan materi mengenai

perbandingan trigonometri pada sudut siku-siku, perbandingan trigonometri pada

sudut istimewa dan perbandingan trigonometri diberbagai kuadran. Siswa diminta

untuk mengerjakan soal dengan waktu 45 menit.

A. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

1. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Kontrol

Dari analisis data observasi kegiatan guru pada pelaksanaa pembelajaran dikelas

kontrol yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua

observer sebagai berikut

51
100.00%

90.00%

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

Gb. 4.1 Diagram aktivitas Guru di kelas kontrol

Diagram pada Gb. 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada pelaksanaan

pembelajaran dikelas kontrol dari pertemuan ke satu hingga pertemuan ke tiga

mengalami peningkatan. Berdasarkan kriteria penilaian jika 50%  S ¿ 75% maka

dikatakan cukup baik dan 75%  S 100% dikatakan baik, akan tetapi masih ada

kekurangan. Sehinga peneliti mendapat beberapa saran yang harus diperhatikan

yaitu guru kurang tegas terhadap siswa sehingga ada yang kurang memperhatikan

saat pembelajaran berlangsung, siswa ada yang izin kebelakang lebih dari waktu

yang telah ditentukan oleh guru, suara agar lebih lantang lagi, sesuaikan waktu

dengan RPP.

2. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Kontrol

Dari analisis data observasi keaktifan siswa pada pelaksanaa pembelajaran dikelas

kontrol yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua

observer sebagai berikut

52
95.00%

90.00%

85.00%

80.00%

75.00%

70.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gb. 4.3 Diagram Aktivitas Siswa di Kelas Kontrol

Berdasarkan kriteria penilaian jika 75%  S 100% dikatakan baik.Meskipun

respon siswa dalam pembelajaran dikelas kontrol dikatakan baik namun masih ada

kekurangan yaitu ada beberapa siswa yang kurang merespon dengan tugas

pekerjaan rumah sehinggan ada beberapa siswa yang belum mengerjakan ketika

dipertemuan selanjutnya alasanya lupa dengan tugas pekerjaan rumah dan ada

siswa yang tidur didalam kelas .

B. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

1. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Eksperimen

Dari analisis data observasi kegiatanguru pada pelaksanaa pembelajaran dikelas

Eksperimen yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor dari dua

observer sebagai berikut

53
96.00%

94.00%

92.00%

90.00%

88.00%

86.00%

84.00%

82.00%

80.00%

78.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gb. 4.2 Diagram Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen

Berdasarkan kriteria penilaian jika 75%  S 100% dikatakan baik. Meskipun

pembelajaran eksperimen dikatakan baik namun masih ada kekurangan yaitu

peniliti kurang memperhatikan alokasi waktu sehingga berdampak pada jam

pembelajaran selanjutnya, penataan kursi perkelompok harus diperhatikan karena

juga berdampak pada waktu, .

2. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Eksperimen

Dari analisis data observasi keaktifan siswa pada pelaksanaan pembelajaran

dikelas eksperimen yang kemudian disimpulkan dengan persentase rataan skor

dari dua observer sebagai berikut

54
100.00%

90.00%

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Pertemuan 1 Pertemuan2 Pertemuan 3

Gb. 4.4 Diagram aktivitas siswa di kelas eksperimen

Berdasarkan kriteria penilaian jika 75%  S 100% dikatakan baik.Meskipun

respon siswa dalam pembelajaran dikelas kontrol dikatakan baik namun masih ada

kekurangan yaitu ada beberapa siswa yang kurang merespon dengan tugas

pekerjaan rumah sehingga ada beberapa siswa yang belum mengerjakan ketika di

pertemuan selanjutnya dan ketika guru meminta siswa untuk presentasi hasil

diskusi kelompok ada siswa yang saling menunjuk.

C. Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis

1. Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa di kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

Setelah diterapkan pembelajaran langsung pada kelas kontrol dan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya dikelas eksperimen, siswa diberikan soal tes yang diikuti

oleh 31 siswa kelas kontrol dan 32 siswa kelas eksperimen. Adapun hasil dari

mengerjakan soal siswa terdapat pada tabel berikut ini.

55
Tabel 4.1 Perbandingan Data hasil Tes Siswa Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Statistik Kontrol Eksperimen


n 31 32
x́ 62,0 81,2
x max 83 91
x min 25 71
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat perbedaan hasil post-test kemampuan

komunikasi matematis tertulis dikelas kontrol dengan dikelas eksperimen. Untuk

lebih jelasnya perhatikan bagan berikut

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
n rata-rata

kelas kotrol kelas eksperimen


.

Gb. 4.3 diagram Hasil Tes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

Dengan gambar diagram dan tabel dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol dengan

jumlah 31 siswa yang menerapkan pembelajaran langsung memperoleh rata-rata

hasil tes kemampuan komunikasi matematis tertulis sebesar 62,0 dengan nilai

tertinggi 83 dan terendah 25. Sedangkan pada kelas eksperimen dengan jumlah 32

siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya memperoleh rata-

rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis tertulis sebesar 81,2 dengan nilai

56
tertinggi 91 dan terendah 71. Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan

bahwasanya kelas eksperimen lebih tinggi rata-rata hasil tes kemampuan

komunikasi matematis tertulis dibandingkan dengan kelas kontrol.

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesisnya sebagai

berikut.

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data tes kemampuan komunikasi matematis

tertulis siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen

Kelas n Sig. Kesimpulan


Kontrol 31 0,13 Data berdistribusi normal
Eksperimen 32 0,20 Data berdistribusi normal
Dari tabel SPSS.20 pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai signifikansi (Kolmogorofov-

Smirnov) data kelas eksperimen adalah 0,20. Hal ini menunjukan bahwa data

kelas eksperimen berdistri normal karena liai signifikansi kelas eksperimen lebih

dari 0,05 (0,20 > 0,05). Nilai signifikan (Kolmogorofov-Smirnov) data kelas

kontrol adalah 0,13. Hal ini menunjukan bahwa data kelas kontrol berdistri

normal karena niai signifikansi kelas eksperimen lebih dari besar 0,05 (0,13 >

0,05). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran 3

2. Uji Homogenitas

Pada uji normalitas diketahui bahwa data dari kedua kelas (kelas eksperimen dan

kelas kontrol) berdistribusi normal. Data tersebut selanjutnya akan diuji

homogenitasnya. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama atau

57
tidaknya varians dari kedua kelompok sampel. Menghitung uji homogenitas

dengan SPSS.20.

a. Menentukan hipotesis

H 0= Tidak ada perbedaan nilai varian

H a= ada perbedaan nilai varian

b. Pengujian hipotesis

Kriteria pengujian diambil berdasarkan nilai signifikansi

 Jika angka signifikansi  0,05 maka H 0 diterima

 Jika angka signifikansi < 0,05 maka H a ditolak

Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data lembar tes kemampuan komunikasi

matematis tertulis siswa

Analisis Sig. Kesimpulan


Hasil post-test siswa 0,267 Data Homogenitas
Berdasarkan tabel 4.5, nilai signifikansi dari data penelitian hasil post-test

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa adalah 0,267. Angka tersebut

menunjukkan bahwa 0,267 > 0,05, maka H 0 diterima. Jadi tidak ada perbedaan

nilai varian dari data hasil post-test kemampuan komunikasi matematis di kelas

kontrol dan kelas eksperimen (homogen). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

lampiran 3.

3. Uji (independent sampel T-test)

Setelah uji prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas) sudah terpenuhi

selanjutnya data tersebut diuji menggunakan Uji-t (independent samples T-test)

dengan SPSS.20, yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi matematis tertulis dalam penerapan pembelajaran

58
kooperatif tutor sebaya dengan penerapan pembelajaran langsung. Adapun

hipotesis dan kriteria pengujian hipotesis kemampuan komunikasi matematis

tertulis siswa sebagai berikut.

a. Menentukan hipotesis

H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan

siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.

H a: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa

yang mendapatkan pembelajaran langsung.

b. Pengujian Hipotesis

Kriteria pengujian diambil berdasarkan nilai signifikansi.

 Jika angka signifikansi ≥ 0,05, maka H 0 diterima

 Jika angka signifikansi ¿ 0,05, maka H 0 ditolak

Tabel 4.6 Hasil Uji-t (independent samples T-test)

Analisis Sig. (2-tailed) Kesimpulan


Kemampuan komunikasi 0,000 H 0 ditolak

matematis tertulis

Pada tabel 4.6 memuat data hasil analisis uji-t (independent samples T-test) yang

mana nilai signifikansinya diperoleh 0,000, kerena sig. ≥ 0,05, maka H 0 ditolak.

Jadi perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa yang mendapatkan

pembelajaran langsung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran 3.

59
60
BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pada bab ini akan dibahas mengenai

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pada bab ini akan dibahas mengenai

efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif tutor sebaya terhadap pencapaian

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa.

A. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya

Langkah pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang dilakukan pada siswa

sesuai dengan pendapat Wardiyyah (2009) pertama guru membagi kelompok

menjadi 5 tiap kelompok terdiri dari 6-7, kemudian guru membagikan bahan ajar

pada setiap kelompok. Siswa berdiskusi dengan teman sebaya (kelompok),

mencari referensi dibuku yang dimiliki siswa terkait materi yang didiskusikan

oleh siswa dan menuliskan hasil diskusi dengan teman sebaya. Siswa yang

mewakili kelompok (tutor) mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan

kelas. Guru meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi

dan memberikan arahan kepada siswa terkait hasil yang dipresentasikan.

Menurut Djamrah dkk (2006) model pembelajaran adalah suatu pola atau

langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau

kompetensi dari hasil yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih

efektif dan efisien. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan dua model

pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung dan model pembelajara

kooperatif tutor sebaya.

61
Pembelajaran dilaksanakan selama empat hari, hari pertama guru belum

menguasai kelas sehingga ada siswa yang kurang memperhatikan setiap langkah-

langkah yang diminta oleh guru hal ini di dukung oleh observer yang menyatakan

penguasaan kelas kurang baik. Pada pembelajaran kedua guru melakukan

perbaikan dari pertemuan kesatu yaitu ketika ada siswa yang terlihat kurang

memperhatikan, guru memberikan pertanyaan terkait apa yang dibicarakan

sebelumnya. Observer mengatakan bahwa ada peningkatan terkait pembelajaran

pertemuan kedua. Pada pertemuan ke tiga lebih baik, hal ini didukung oleh

observer yang menyatakan bahwa hasilnya semakin meningkat.

Pada lembar observasi pertemuan pertama menunjukkan hasil cukup aktif

hal ini terjadi karena ada beberapa siswa tidak mendengarkan saat tutor presentasi

didepan kelas dan ada beberapa siswa yang masih bingung dengan kelompok yang

telah dibentuk oleh guru sehingga saat maju kedepan kelas masih ada sebagian

siswa yang belum paham. Pada pertemuan kedua siswa sudah faham terkait apa

saja yang harus dilakukan saat berdiskusi dan presentasi. Pada pertemuan ketiga

masing-masing kelompok sudah ada peningkatan sehingga siswa bisa tukar

pikiran dengan masing-masing kelompok.

Pada pembelajaran

B. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa

Data yang dianalisis yaitu data dari posttest yang diberikan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol yang telah mendapatkan perlakuan. Pada kelas X-

IPS 2 diberi perlakuan berupa pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya dan pada

kelas X-IPS 1 diberikan pembelajaran langsung Pada kedua kelas diberikan soal

62
posttest yang sama berupa tes kemampuan komunikasi matematis. Sehingga dari

hasil posttest dapat dibandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berikut contoh hasil pekerjaan siswa pada pelaksanaan post-test

1) Contoh pekerjaan siswa pada kelas eksperimen

63
Terlihat lembar jawaban pada gambar 5.3 menunjukkan semua

indikator kemampuan komunikasi matematis terpenuhi karena dalam

penyelesaian soal siswa memenuhi indikator secara lengkap dan benar

2) Contoh pekerjaan siswa pada kelas kontrol

Gambar 5.2 hasil pekerjaan siswa

Terlihat lembar jawaban pada gambar 5.2 menunjukkan terdapat salah

satu indikator kemampuan komunikasi matematis tidak terpenuhi yaitu

tidak menyajikan ide-ide serta menggambarkan ide-ide matematis secara

visual sehigga mengurangi skor nilai siswa.

64
Gambar 5.3

Terlihat lembar jawaban pada gambar 5.3 menunjukkan bahwa

terdapat beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis yang

belum terpenuhi yaitu siswa menuliskan sedikit penyelesaian atau tidak

lengkap.

C. Hasil Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian

Kemampuan Komunikasi Matematis

Dari hasil post-test kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperetif tutor sebaya

terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari nilai tes siswa

yang dibuktikan dengan Uji-t (independent samples T-test) pengujian dengan

menggunakan SPSS versi 20.0 didapatkan signifikansi sebesar 0,000 pada hasil

tes siswa, kerena signifikansi ≥ 0,05, artinya terdapat perbedaan kemampuan

65
komunikasi matematis tertulis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya dan siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.

Dari hasil post-test kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperetif tutor sebaya

terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematis tertulis lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari nilai tes siswa

Pada kelas eksperimen terdapat 24 siswa (75%) yang nilainya diatas KKM dan

pada kelas kontrol terdapat 7 siswa (22,5%) yang nilainya diatas KKM artinya

terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis tertulis antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan siswa yang mendapatkan

pembelajaran langsung.

66
BAB VI

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan

pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa

1. pada kelas eksperimen terdapat 24 siswa (75%) yang nilainya diatas

KKM dan pada kelas kontrol terdapat 7 siswa (22,5%) yang nilainya

diatas KKM artinya terdapat perbedaan kemampuan komunikasi

matematis tertulis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran

kooperatif tutor sebaya dan siswa yang mendapatkan pembelajaran

langsung.

2. Pembelajaran kooperatif tutor sebaya yang dilakukan pada siswa kelas

X-IPS 2 MAN Tambakberas Jombang dapat efektif dalam pencapaian

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran

sebagai berikut.

1. Pada saat proses penerapan pembelajaran diperhatikan langkah-

langkah pembelajaran agar tidak ada langkah-langkah pembelajaran

yang terlewati

2. Untuk mengukur pencapaian kemampuan komunikasi matematis agar

peneliti selanjutnya menggunakan materi yang lain .

67
3. Model pembelajaran kooperatif tutor sebaya ini agar digunakan untuk

penelitian selanjutnya dalam meneliti selain kemampuan komunikasi

matematis tertulis.

68
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. (2011). Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Matematis a Anak Berkesulitan Belajar Kelas III A SD Negeri
Kepatih Surakarta. Jurnal.Uneversits Sebelas Maret Surakarta.

Akrom. (2011). Penerapan metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan


pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Diakses pada tanggal 19 November
2016).

Ali, H & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anggrowati, N. P. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada


Mata Pelajaran Sosiologi. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jawa tengah. Diakses
20 Desember 2016.

Antika Dkk. 2015. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Ditinjau Dari
Kemampuan komunikasi Matematis Siswa. Program Studi Pendidikan
Matematika.

Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah Seminar.


Disajikan dalamSeminar Nasional RME di Universitas Sanata Darma
Yogyakarta. Diakses 02 Desember 2016

Astuti, E. R. T & Hartati sasminta Chrisna Yuli. (2014). Penerapan Metode Tutor
Teman Sebaya Terhadap Peningkatan hasil Belajar Pssing Bawah
Balavoli. Jurnal. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Surabaya. Diakses 5 Desember 2016
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek.Edisi Revisi
Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Armiati. (2003). Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Berbasis Masalah.


Seminar Nasional Matematika. Bandung: Universitas Katholik
Parahyangan.
Darkasyi, M, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada
Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik Matematika. ,
[online] 1 (1)

Djamarah, S. B dan Zain Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rineka Cipta

Dzulfikar. (2014). Manajemen Riset Dengan Pendekatan Komputasi Statistika.


Yogyakarta. CV Budi Utama.

69
Endang. S. (2006).Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Cara Menyimpan atau Meminjam Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Diskusi
Kelompok Kecil Pada Siswa Kelas II SD Supriyai Semarang Tahun
Pelajaran2005/2006, prodi matematika, fakultas tarbiyah, UNNES.

Hajar. P. K. (2007). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Kartu Sortir dan


Tutor Sebaya Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas X Semester 1 SMA KOLOMBO Sleman Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2006/2007, prodi kimia, fakultas tarbiyah, UNNES.
Husna. 2013. Ngkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps). Jurnal Peluang,
Volume 1, Nomor 2.

Johnson, D & Johnson, R. (1994). Cooperation and Competition: Theory and


Research. Edina, MN: Interaction Book Company.

Mayasari, D . (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two


Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI
IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan. Jurnal pendidikan.

Muhid, C. (2012). Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik dengan


SPSS for Windows. Sidoarjo. Zifatama.

Mulyono, A. (2009). Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.
Muntasir. (2011). Penerapan metode tutor sebaya dalam mengoptimalkan
pembelajaran (online). Diakses tanggal 18 Desember 2016.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics..The NCTM Inc.

Nurrohmah. A. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis a


Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya. Skripsi tidak
diterbitkan. Muhamadiyyah Surakarta. Diakses 2 desember 2016.

Pujiarti. P. (2011). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Melalui Metode


Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas XI IS 4 SMAN 1
Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Diakses 13 Desember
2016

Rachmiati. T. (2010). Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam


Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi

70
Siswa kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. Diakses 05 desember 2016.
Rohmawati, Dessy.dkk. 2012. Pengembangan Media Slide Interaktif Berbasis
Power Point Materi Gerak Pada Tumbuhan Untuk Smp kelas VIII.
Surabaya. UNESA Surabaya

Sadirman. (2007). Pendekatan Pembelajaran Matematika dengan Komunikasi


Matematika. Bandung: CV Media Utama.

Sahat. S. (2013). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


Sma/Ma Di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Stad. Jurnal. SMA Negeri 1 Simpang Ulim.

Sawali. S. (2007). Diskusi Kelompok Terbimbing Metode Tutor Sebaya.

Siregar. S. (2014). Statistik Parametrik Untuk Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. (2013). Metode Penenlitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono . (2016). Metode Penelitian Kombnasi (Mixed Methods). Yogyakarta.


Alfabeta

Suparno. P. 2007.Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &


Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suwito, U.(1999). Komunikasi Untuk Pembangunan. IKIP Yogyakarta.

Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya

Syaiful dkk. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Melalui Pendekatan Matematis a Realistik. Prosiding, Seminar Nasional
Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA. FMIPA: Universitas Negeri
Yogyakarta

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wahyudin. (2010). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis


Mahasiswa Calon Guru Matematis a melalui Strategi Perkuliahan
Kolaboratif Berbasis Masalah. Makalah KNM 2010. Jurusan Pendidikan
Matematis a, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 2
Desember 2016

71
Wahyuningsih dkk. (2013). Perbandingan Hasil Belajar Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif.

Wardiyyah. N. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU Banat
Kudus Pada Materi Pokok Operasi Bilangan Pecahan. Skripsi. Fakultas
Tarbiyyah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

72

Anda mungkin juga menyukai