Anda di halaman 1dari 8

TERAPI KELUARGA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kep. Jiwa II

Dosen pengampu:

Aan Somana, S.Kp., M.Pd., M.N.S

Disusun oleh :

 Annisa Zahrotul Fuadah


 Dede Rudi Yansyah
 Novie Tresnawati
 Siti Khoiriyyah
 Purnama Alam

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS-B

2021

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Cimahi, 29 September 2021

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang
menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara
mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai
kegiatan dengan lebih efektif. Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwa
keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat
persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari macam-macam anggota
keluarga.
Masalah gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang
seringkali memberikan dampak tidak hanya kepada keluarga, tetapi juga bagi
masyarakat. Permasalah ini disebabkan oleh masalah social ekonomi, ketatnya
persaingan hidup dan masalah psikologis yang berasal dari keluarga. Keluarga
merupakan sumber utama konsep sehat sakit dan prilaku sehat, dan berpengaruh
besar terhadap kesehatan fisik maupun mental anggotanya. Selain itu, keluarga
cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses terapi pada setiap
tahap sehat dan sakit anggota keluarga dari keadaan sejahtera hingga tahap
diagnosis, terapi dan tahap pemulihan. Terapi keluarga adalah cara baru untuk
mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan
simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan dalam keluarga
antara lain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan Behavioral.
Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak
memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat
menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu
memberikan perawatan atau terapi spesialis sebagi seorang perawat spesialis jiwa
pada klien yang mangalami ansietas ataupun pada keluarga yang mengalami
ansietas karena kondisi atau masalah fisik pada anggota keluarganya. Pemberian
terapi spesialis pada klien ataupun anggota keluarga memberikan dampak yang
sangat besar bagi kesembuhan klien terhadap penyakit fisiknya.

B. Tujuan Penulisan
1. Mampu menganalisa konsep dan teori tentang terapi keluarga
2. Mampu memahami berbagai jenis terapi keluarga
3. Mampu mengaplikasikan berbagai macam jenis terapi keluarga

BAB II
Tinjauan Teori

A. Definisi Terapi Keluarga


Terapi keluarga adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah
pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya.
Oleh sebab itu, seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha
penyembuhannya. Terapi ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan
anggota keluarga.
Terapi keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga
dalam mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan
kebahagiaan. Dapat disimpulkan bahwa bahwa terapi keluarga merupakan suatu
bentuk bantuan untuk menangani suatu masalah dalam keluarga yang melibatkan
keluarga inti untuk mencapai keseimbangan dan merasakan kebahagiaan dalam
rumah tangga.
Ada beberapa tahapan dalam terapi keluarga:
1. Permulaan hubungan dan menjalin trust
2. Pengkajian dan perencanaan
3. Implementasi dan tahapan kerja
4. Evaluasi dan terminasi.

Terapi keluarga biasa dibutuhkan ketika :


1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

Terapi keluarga bertujuan sebagai :


1) Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga
2) Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang
ditunjukkan kepada anggota lainnya.
3) Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional
bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengkait di antara anggota keluarga.
4) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu
anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi,
ekspektasi dan interaksi anggota-anggota lain.
5) Agar tercapai keseimbangan yang membuat pertumbuhan dan peningkatan
setiap anggota.
6) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan
parenteral.

B. Jenis-Jenis Teknik Terapi Keluarga


1. Psychodinamik Family Therapy.

Pendekatan ini berfokus pada latar belakang intrapsikis dari masing-masing


anggota, hubungan di masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam
keluarga menjadi pola-pola yang disadari.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah:

a) Empati : memahami berbagai pengalaman dari perspektif keluarga tsb

b) Interpretasi : mengklarifikasi aspek yang tidak disadari

c) Netralitas analitik : terapis mempertahankan sikap mental yang analitik

2. Behavioral Family Therapy

Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku


keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku
itu. Berdasarkan analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah
keadaan tersebut dengan cara intervensi langsung dalam keluarga. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan perilaku yang positif yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku negatif. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga
sehingga perilaku yang diinginkan diperkuat dengan memberi reward.

3. Family Psycho Education (FPE)

Pendekatan ini berfokus pada latar belakang intrapsikis dari masing-masing


anggota, hubungan di masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam
keluarga menjadi pola-pola yang disadari. Menggunakan aliansi terapeutik,
menelaah pertahanan dan resistensi keluarga, membantu anggota keluarga
menginternalisasi objek yang adaptif .

Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah:

a) Empati : memahami berbagai pengalaman dari perspektif keluarga tsb

b) Interpretasi : mengklarifikasi aspek yang tidak disadari

c) Netralitas analitik : terapis mempertahankan sikap mental yang analitik

4. Terapi Bowenian atau Transgenerasional

Menurut pendekatan ini, keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang saling
tergantung secara emosional, dengan pola-pola perilaku yang terbentuk seiring
perjalanan waktu dan sering kali diulangi kembali dari generasi ke generasi.
Keluarga menciptakan iklim emosional dan pola perilaku yang akan diduplikat
oleh anggota-anggotanya dalam hubungan-hubungan di luar setting keluarga.

 Tujuan utama tipe intervensi ini adalah:

a) Mengurangi tingkat kecemasan keluarga secara keseluruhan, sehingga


memungkinkan anggota-anggotanya untuk berfungsi secara independen dan
mengubah perilaku-perilaku bermasalahnya,
b) Mengingkatkan tingkat diferensiasi dasar masing-masing anggota dari
kebersamaan emosional keluarga, proses yang memungkinkan anggota-
anggotanya untuk memberikan respons terhadap berbagai situasi emosional
secara lebih efektif. Refleksi diri tentang keluarganya sendiri merupakan hal
yang berguna bagi terapis keluarga.

Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini adalah :

a) Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota keluarga. Ini


untuk  menjaga agar reaktivitas emosional tetap rendah.

b)Genograms

c) Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.

5. Terapi Keluarga Strategik

Berfokus pada Perubahan perilaku bukan perubahan pemahaman/ insight,


Lebih berkonsentrasi pada teknik daripada teori. Tujuan utama pendekatan ini
adalah dihasilkannya solusi dan intervensi.

Lima Tahap Dasar Terapi :

a) Tahap Sosial : Klinisi berbicara terhadap tiap orang dalam keluarga dan
memperlakukannya seperti tamu.
b) Tahap Masalah : Klinisi melontarkan pertanyaan spesifik seputar masalah yang
dihadapi keluarga tsb.
c) Tahap Interaksi : Klinisi mengumpulkan seluruh anggota keluarga untuk
mendiskusikan masalah mereka sambil mengobservasi proses interseksional.
d) Tahap Penetapan Tujuan:  Klinisi mendefinisikan secara operasional tujuan-
tujuan yang diinginkan keluarga.
e) Tahap Penetapan Tugas: Klinisi memberikan instruksi yang diselesaikan di sela-
sela sesi dan didiskusikan dengan anggota keluarga

Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah : perintah,


perintah paradoksal, menetapkan gejala.

6. Terapi Keluarga Eksperiensial

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya mengalami dan mengekspresikan


emosi here-and-now. Tipe terapi ini cenderung menekankan pada promosi proses
pertumbuhan alamiah dalam keluarga, sambil sekaligus memberikan perhatian
pada perebutan tipikal antara otonomi dan interpersonal belonging yang terjadi
dalam keluarga. Terapi jenis ini membantu para anggota keluarga untuk
meningkatkan rasa memiliki keluarga, sambil meningkatkan kemampuan keluarga
itu untuk memberikan kebebasan sebagai individu kepada setiap anggotanya.
Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang satu sama lain
saling berkaitan. 

Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:


a) Bergabung, yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota keluarga
b) Pekerjaan rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan tentang
terapi di sela-sela sesi.
c) Penggunaan self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan berbagi
dengan keluarga itu.

C. Tahapan-Tahapan Terapi Keluarga


a) Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab,
jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya
pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni
kontak mata, perilaku nonverbal (perilaku attending, bersahabat atau akrab,
hangat, luwes, ramah, jujur atau asli, penuh perhatian) dan bahas lisan atau
verbal yang baik.
b) Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk
menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan
mereka agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar.
Muncul dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
c) Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli
maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku
baru yang disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini
muncul home assignment, yaitu mempraktikan perilaku baru selama masa 1
minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya
untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya.
d) Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance, unconditional
positive regard, understanding, genuine, empathy. Memperlancar tidakan
positif. Terdiri dari eksplorasi, perencanaan atau mengembangkan
perencanaan bagi konseli sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah,
kemudian penutup untuk mengevaluasi hasil konseling sampai menutup
hubungan konseling.

Anda mungkin juga menyukai