Anda di halaman 1dari 19

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO

TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA


5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

MINERALOGI DAN KIMIA MINERAL ALTERASI PROGRADE DAN


RETROGRADE ENDAPAN SKARN Pb-Zn-Cu-(Ag) RUWAI, KABUPATEN
LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, INDONESIA

Arifudin Idrus1, Rima Wardhani1*


Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No.2 Bulaksumur
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: Rimawardhani11@gmail.com

ABSTRAK. Studi ini bertujuan untuk mengkaji mineralogi dan kimia mineral alterasi
prograde dan retrograde endapan skarn Pb-Zn-Cu-(Ag) Ruwai di Kabupaten Lamandau,
Kalimantan Tengah. Intrusi granodiorit dan batuan dinding berupa batuan sedimen
(batulanau dan batupasir) dan batuan vulkanik (batuan vulkanik aliran dan tufa)
mengalami alterasi skarnisasi pada tahap prograde dan retrograde. Studi mineralogi
skarn dilakukan dengan analisis petrografi, sedangkan analisis EPMA (electron probe
micro analyser) untuk mengetahui kimia mineral dan variasi komposisinya. Hasil studi
menunjukan bahwa mineral skarn prograde terdiri dari garnet, klinopiroksen dan
mungkin anortit, sedangkan mineral skarn retrograde meliputi klorit, epidot, kalsit dan
zeolit. Garnet memperlihatkan tekstur zoning. Garnet memiliki kadar Fe 2O3 15,30
sampai 31,57wt.% (rerata 27,37wt.%; N = 10), sedangkan CaO 31,72 -34,47 wt.% (rerata
33,37wt.%; N = 10), diklasifikasi sebagai andradit. Elemental mapping garnet
menunjukan peningkatan komposisi Al dan pengurangan komposisi Fe dari center,
proximal ke distal. Klinopiroksen memperlihatkan tekstur kristal halus dan shreddy
dan kadang-kadang zoning. Komposisi CaO dan XFe (Fe/(Fe+Mg) klinoproksen rerata
berturut-turut 23,24 wt.% dan 0,08, yang menunjukan klinopiroksen sebagai diopsid
(CaMgSi2O6). Mineral retrograde berupa epidot dikategori sebagai klinozoisit, klorit
diklasifikasi sebagai klinoklor dan kamosit, serta zeolit merupakan chabazite (calcium-
rich zeolite). Secara umum, baik mineral prograde maupun retrograde secara konsisten
termasuk calc-silicate minerals yang merupakan mineral silikat yang kaya kalsium yang
terbentuk melalui proses reaksi kimia antara silicious hydrothermal fluid dengan calcium-
enriched wallrocks. Mineralisasi bijih terbentuk saat retrograde pada temperatur 210-250
°C, log sulphur fugacities -11,78 sampai -14,68 dan log oxygen fugacities -37,56 sampai -

41,25.

Kata kunci: Mineralogi, kimia mineral, skarn, prograde, retrograde, Ruwai Selatan,
Indonesia

I. PENDAHULUAN
Indonesia dikenal dengan kekayaan sumberdaya mineralnya yang melimpah.

1059
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Kekayaan sumberdaya alam ini mampu menyumbang Rp. 90 milyar untuk pendapatan
Negara Indonesia menurut (Hartriani, 2017 dalam Badaruddin, 2018). Hal ini mampu
penopang perekonomian negara dari sektor pertambangan. Oleh karena itu,
pemerintah sangat gencar melakukan eksplorasi, guna meningkatkan sumberdaya
mineral yang terukur agar dapat tambang, diolah dan dimanfaatkan. Prospek Ruwai
Selatan, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu
daerah yang menghasilkan sumberdaya logam dasar (Pb-Zn-Cu) Ag dan bijih besi (Fe)
di Indonesia. Bijih besi dan logam dasar ini dihasilkan oleh proses skarnisasi atau lebih
dikenal dengan endapan skarn (Setidjadi dkk., 2010; Idrus dkk., 2011). Endapan skarn
itu sendiri merupakan batuan kalk-silikat yang relatif berbutir kasar yang berasosiasi
dengan bijih besi (Geijer and Magnusson, 1952 dalam Meinert, 1992). Aspek geologi
yang mengontrol terbentuknya endapan skarn di daerah Ruwai Selatan, yaitu adanya
kontak batuan beku granit yang mengitrusi batuan sedimen dan batuan vulkanik
diatasnya, serta struktur yang berarah South West -North East (Idrus dkk., 2011).
Kedua faktor tersebut (litologi dan struktur) yang mengakibatkan terbentuknya
mineralisasi skarn dan alterasi skarn i.e. skarn prograde dan retrograde. Penelitian ini
bertujuan untuk melalukan karakterisasi mineralogi skarn dan menganalisis kimia
mineral dari mineral-mineral skarn tersebut.

II. GEOLOGI REGIONAL


Daerah Ruwai Selatan secara regional termasuk kedalam Formasi Granit
Sukadana (kus) dan Formasi Gunungapi Kerabai dalam Peta Geologi Regional
Tumbangmanjul (Kulk) (Margoni dkk, 1995). Formasi Granit Sukadana (kus) itu sendiri
terdiri dari litologi monzonit, kuarsa, monzogranit, sienigranit, granit alkali feldspar,
sedikit sienit kuarsa, monzodiorit kuarsa dan diorite kuarsa. Formasi tersebut juga
memiliki umur berkisar Kapur atau 86,3-103 juta tahun lalu berdasarkan penanggalan
K-Ar (Margono dkk., 1995). Formasi satuan Gunungapi Kerabai (kulk) terditi dari
batuan lava andesit, lava dasit dan riolit , serta tuf brrkso, aglomerat. Formasi satuan
gunungapi Kerabai ini memiliki umur yang sama dengan Formasi Granit Suakdana
yaitu Kapur (Margono dkk., 1995). Peta lokasi penelitian dan peta geologi regional
daerah pen litian terlihat pada Gambar 1.
Carlile and Mitchell, 1994 berpendapat bahwa secara
regional daerah Ruwai dan sekitarnya tersusun dari litologi batuan beku granit, batuan
sedimen dan vulkanik yang berasosiasi dengan busur magmatik Kalimantan Tengah
(Kapur Akhir – Tersier Tengah). Adapun struktur geologi yang terdapat di daerah
Ruwai Selatan secara umum memiliki arah Timurlaut-Baratdaya (Idrus dkk., 2011).

III. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan adalah analisis petrografi dan kimia mineral
EPMA (electron probe micro analyser). Metode ini tujukan untuk mengetahui komposisi
1060
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

mineralogi dari alterasi yang terjadi pada saat proses pembentukkan endapan skarn di
daerah Ruwai Selatan. Sampel yang dianalisi dalam metode ini terdiri dari sampel
skarn prograde dan retrograde. Pada prograde terdiri dari mineral garnet dan
klinopiroksen. Sedangkan pada retrograde terdiri dari mineral klorit, epidot dan zeolit.
Analisis petrografi dan microprobe tersebut dilakukan di Institut Mineralogi dan
Geologi Ekonomi, RWTH Aachen University, Jerman.

IV. HASIL PENELITIAN


Berdasarkan analisis petrografi dan EPMA, jenis mineral dan komposisi kimia
mineral skarn prograde dan retrograde dapat diidentifikasi/ditentukan. Peningkatan atau
pengurangan unsur-unsur kimia tertentu dari analisa elemental mapping pada bagian
tengah hingga luar mineral juiga dapat diketahui. Proses ini ditujukan untuk mineral-
mineral yang memiliki zonasi atau zoning seperti garnet dan klinopiroksen pada skarn
prograde. Pada Proses alterasi prograde mineral yang hadir diantaranya mineral garnet
dan klinopiroksen. Sedangkan pada proses alterasi Retograde, terdiri dari mineral klorit,
epidot dan zeolit. Ketiga mineral terakhir tersebut terbentuk akibat adanya penurunan
suhu (Corbett and Leach,1997).
1. Mineralogi dan Kimia Mineral Skarn Prograde
a. Garnet
Mineral garnet di daerah penelitian memperlihatkan kadar dari unsur Fe 2O3
bernilai 15,30 sampai 31,57wt.% (rerata 27,37wt.%), CaO 31,72 -34,47 wt.% (rerata
33,37wt.%) dan unsur MnO, MgO relatif rendah (Table 1). Berdasarkan
perhitungan mol fraksi Fe/(Fe+Al) (cf. Baghban dkk., 2014) menggambarkan
mineral garnet di daerah penelitian ini terklasifikasikan kedalam jenis andradite
(Gambar 2). Secara umum mineral garnet memperlihatkan pembagian zona-zona
dari bagian terkecil hingga terbesar atau lebih dikenal dengan zoning. Zona-zona
dari mineral garnet ini terbentuk pada kondisi yang berbeda (Hollister, 1966 dalam
Bollen, 2015). Untuk itu peneliti melakukan analisis mapping mineral dengan
menggunakan metode backscatter image EPMA (Gambar 3) dengan tujuan
mengetahui perubahan komposisi kimia garnet dari center-proximal-distal dari
sampel yang representatif (Gambar 4).

b. Klinopiroksen
Klinopiroksen terbentuk pada tahap isokimia dan prograde pada endapan
skarn. Klinopiroksen sering dijumpai bersamaan dengan mineral garnet (Meinert,
1992). Data kimia mineral klinopiroksen terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan
perhitungan nilai Ca (afu) terhadap nilai dari mol fraksi Fe/(Fe+Mg) klinopiroksen
didaerah penelitian diklasifikasikan kedalam diopside (Papike, 1998 dalam Baghban
dkk, 2014). Hal ini sependapat dengan (Einaudi, 1982 dalam Baghban dkk, 2014)
yang membagi jenis klinopiroksen, berdasarkan perhitungan mol fakrsi yang
menyatakan bahwa, mineral klinopiroksen di daerah penelitian teridentifikasi
sebagai diopside (Gambar 5). Sebagian besar klinopiroksen didaerah penelitian
1061
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

berasal dari batuan beku dan sebagian kecil berasal dari batuan metamorf, hal ini
ditunjukkan dari perhingan nilai (Ti+Cr+Na) (Berger dkk, 2005 dalam Baghban
dkk, 2014) (Gambar 7). Secara umum mineral klinopiroksen memperlihatkan
tekstur Kristal yang halus, sheddy dan sedikit zoning. Tekstur ini digambarkan
secara megaskopis dan mikroskopis. Secara mikroskopis ditampilkan dari hasil
pemetaan unsur menggunakan backscatter image EPMA (Gambar 8). Selain
memperlihatkan tekstur dari mineral klinopiroksen, pemetaan unsur juga
ditujukan untuk mengetahui perubahan komposisi unsur dari mineral
klinopiroksen.

2. Mineralogi dan Kimia Mineral Skarn Retrograde


a. Klorit
Kimia mineral klorit di daerah penelitian ditunjukan dengan nilai FeO
(37,08-39,87 wt %), Al 2O3 (6,704-7,428 wt%), dan SiO2 (6,737-7,14 wt%) (Table 3).
Struktur formula mineral klorit ini dihitung menggunakan oksigen 36. Berdasarkan
nilai dari Fe2+/sum of octahedral cations vs Si, mineral klorit didaerah penelitian
terklasifikasikan ke dalam jenis chamosite (Fe+2,Mg,Al,Fe+3)6 (Si,Al)4 O10(OH,O)8 pada
(Gambar 8) (cf. Strunz dkk., 2001). Secara umum, mineral klorit di daerah
penelitian mengalami perubahan komposisi, hal ini ditunjukkan dengan
perbandingan antara nilai FeO terhadap nilai mol fraksi Mg/(Mg+Fe+2).

b. Termometer Klorit
Termometer klorit merupakan perhitungan yang dilakukan untuk
mengetahui temperatur pembentukkan alterasi retrograde dari analisis mineral
klorit. Analisis mineral klorit ini dilakukan dengan menggunakan software
Chlorite dari Harrold and Walshe (1988). Selain mengidentifikasi temperatur,
aplikasi tersebut juga mampu menghitung nilai dari activity, log oxygen fugacity dan
log sulphur fugacity. Data kimia klorit terlihat pada Tabel 3, sedangkan Tabel 4
merupakan hasil perhitungan thermometer klorit menunjukan temperatur 210-250
°C), log sulphur fugacity antara -11,78) sampai -14,68, log oxygen fugacity antara -37,56

sampai -41,25, dan activity dari mineral clinochlore dan chamosite. Berdasarkan nilai
temperatur dan log sulphur fugacity, larutan hidrotermal yang membentuk alterasi
retrograde skarn South Ruwai berada pada kondisi intermediate sulfidation stage (cf.
Einuadi dkk, 2003; Piercey, 2017) (Gambar 9).

c. Epidot
Mineral epidot didaerah penelitian terbagi menjadi 2 jenis diantaranya,
epidote dan clinozoisite. Mineral epidot itu sendiri merupakan mineral monoklin
dengan rumus kimia Ca2Al2Fe3+ [Si2O7][SiO4]O(OH) (Haüy,1801 dalam Armbruster
dkk, 2006). Clinozoisite merupakan mineral polymorphism dengan zoisite
Ca2Al3[Si2O7][SiO4]O(OH) (Weinschenk, 1896 dalam Armbruster dkk, 2006) atau
lebih dikenal dengan mineral epidot dengan komposisi Fe yang rendah. Secara
umum mineral epidot ini berasosiasi dengan alterasi retrograde (Baghban dkk, 2014)
1062
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

hal ini dikarenakan mineral epidot termasuk kedalam secondary mineral


(Armbruster dkk, 2006). Mineral epidot didaerah penelitian didominasi dengan
komposisi FeO rerata (12,475-14,485wt%) (Tabel 5). Berdasarakan nilai fraksi mol
yang didapat dari perhitngan Fe/(Fe+Al) bekisar (0,24-0,35) menunjukkan
terjadinya peningkatan pada unsur besi (Gambar 10). Selain itu jenis mineral epidot
didaerah penelitian memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan jenis clinozoisite.
Perbedaan porsi ini digambarkan dengan perhitungan masing-masing fraksi mol.
Pada fraksi mol epidot (XEp) dihitung dengan menggunakan rumus
Fe+3/Fe+3+Al+Cr+3-2, sedangkan pada fraksi mol clinozosite (XCzo) dihitung dengan
rumus (Al-2)/(Fe+3+Al-Cr+3-2) (Franz and Liebscher, 2004), dimana hasilnya
menunjukan didominasi mol fraksi epidot sekitar 0,9.

d. Zeolit
Endapan skarn yang berasosiasi dengan mineral zeolite, cenderung
dipengaruhi temperatur sedang-menengah (Burt, 1977 dalam Ray dan Webster,
1997). Zeolite itu sendiri terbagi menjadi 3 bagian yaitu, zeolite yang didominasi
dengan komposisi sodium (NaO) disebut dengan zeolit mordenite, zeolite yang kaya
akan kalsium (CaO) disebut dengan zeolite chabazite, dan zeolite yang kaya akan
potassium (K) disebut dengan zeolite klipnoptilolite (Grim, 1968). Zeolit di daerah
penelitian terklasifikasi kedalam jenis chabazite, hal ini ditunjukkan dari komposisi
CaO rerata (12,81-24,91 wt%) (Tabel 7).

V. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Skarn di prospek Ruwai Selatan ini terbagi menjadi 2 jenis alterasi dalam proses
pembentukan endapan skarn, yaitu alterasi skarn prograde dan skarn retrograde. Asosiasi
mineral seperti pada alterasi prograde terdiri dari kelompok mineral garnet dan
klinopiroksen, sedangkan alterasi skarn retrograde terdiri dari kelompok mineral klorit,
epidot, kalsit dan zeolite. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Meinert (1992) dan
Idrus dkk. (2009). Berdasarkan studi petrografi dan BSE EPMA, paragenesa dari
pembentukkan endapan skarn terlihat pada Gambar 11.
Termometer klorit dari alterasi skarn retrograde di daerah penelitian berkisar 210
sampai 250 °C. Meinert (1987) menyatakan bahwa pada umumnya pembentukkan
alterasi skarn prograde berkisar 300 sampi 690 °C dengan salinitas (50 wt.%NaCl eq),
Sedangkan pada alterasi retrograde temperatur pembentukkannya berkisar 245-250 °C)
dan salinitas 25 wt.% NaCl eq. Hal ini sejalant dengan penelitian yang dilakukan oleh
Idrus dkk. (2011) dengan menggunakan mikrotermometri inklusi fluida menyatakan
bahwa temperatur pembentukkan alterasi retrograde skarn didaerah Ruwai dan
sekitarnya terbagi menjadi 2 jenis yaitu, fase alterasi retrograde dan fase late retrograde.
Pada fase retrograde terbentuk pada suhu berkisar 250-266 °C dengan salinitas 0,3-0,5
w.t% NaCl eq, sedangkan pada fase late retrograde berkisar 190 sampai 220 °C.
Adapun log sulphur fugacity larutan hidrotermal yang membentuk pada alterasi
retrograde di daerah penelitian terbentuk pada kisaran -11,78) – (-14,68) dan log oxygen
fugacity kisaran antara -37,56 sampai -41,25. Berdasarkan perbandingan antara nilai

1063
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

dari log sulphur fugacity terhadap temperatur, disimpulkan bahwa larutan hidrotermal
yang membentuk skarn logam dasar (Pb-Zn-Cu) Ruwai Selatan memiliki intermediate
sulfidation state. Hal ini didukung oleh studi megaskopik dan mikroskopi bijih yang
dilakukan menunjukan bahwa asosiasi mineral bijih yang hadir seperti galena, sfalerit,
kalkopirit, tennantit, pirit, pyrrhotit dan asenopirit (Einuadi dkk, 2003; Piercey, 2017).

VI. KESIMPULAN
1. Pada alterasi skarn prograde terdiri dari 2 jenis mineral meliputi garnet dan klinopiroksen.
Jenis garnet yang paling dominan berupa andradite. Klinopiroksen memiliki komposisi
CaO dan MgO yang tinggi, sehingga diklasifikasikan kedalam mineral diopside.
Pada alterasi skarn retrograde meliputi 3 jenis mineral yaitu klorit, epidot dan zeolit.
Mineral klorit diklasifikasi ke dalam chamosite, dikarenakan memiliki komposisi
FeO yang tinggi. Pada mineral epidot teridentifikasi ke jenis epidote-end member
ketimbang clinozosite. Zeolit diklasifikasi ke dalam jenis chabazite, hal ini
dikarenakan komposisi CaO yang sangat dominan.
2. Paragenesa pembentukkan alterasi skarn diawali dari mineral garnet,
klinopiroksen pada alterasi skarn prograde pada temperatur tinggi, yang diikuti
pembentukan klorit, epidot dan zeolit pada tahap alterasi skarn retrograde.
Mineralisasi bijih logam dasar Pb-Zn-Cu-(Ag) co-genetic dengan tahap alterasi skarn
retrograde. Berdasarkan termometer klorit memperlihatkan fluida hidrotermal
yang membentuk skarn retrograde memiliki kisaran temperatur 210-250 °C, log
sulphur fugacity antara -11,78) sampai -14,68, log oxygen fugacity antara -37,56 sampai
-41,25. Pemplotan temperatur dengan log sulphur fugacity dari thermometer klorit
menunjukan bahwa fluida hidrotermal yang membawa mineralisasi logam dasar di
daerah penelitian (Ruwai Selatan) berada pada kondisi intermediate sulfidation state.

ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian ini sebagian dibiayai melalui Hibah Penelitian Tesis S2 Departemen
Teknik Geologi FT-UGM 2019 dan Hibah Program RTA (Rekognisi Tugas Akhir) 2019
dari Universitas Gadjah Mada yang diberikan kepada penulis kedua dengan Nomor
Kontrak 3339/UN1/DITLIT/DIT-LIT/LT/2019. Penelitian lapangan dilakukan di lokasi
IUP Operasi Produksi PT. Kapuas Prima Coal (PT. KPC) Tbk. Terima kasih atas
bantuan dana penelitian dan dukungan semua pihak.

REFERENSI
Armbruster, T., Bonazzi, P,m Akasaka, M., Bermanec, V., Chopin, C., Giere, R., Heuss
Assbichler, S., Liebscher, A., Menchetti, S., Pan,Y., Pasero, M., 2006. Recommended
Nomenclature of Epidote-group Mineral. Eur.J.Mineral, vol 18, p. 551-657.
Badaruddin, M., 2018. Dinamika Industri Migas dan Petambangan di Indonesia. Laporan
penelitian (online). Diakses pada 20 juli 2019

1064
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Baghban, S., Reza., M., Moayyed,m., Asghar, M.,A., Gregory., D., 2014. Geology Mineral
Chemistry and Formation Conditions of Calc-Silicate mineral of Astamal Fe-LREE
distal Skarn Deposit, Eastern Azarbaijan Province NW Iran. Ore Geology Review, vol
68 pp 79-96
Bollen, E., M., 2015. Explaining Discontinuous Garnet Zoning Using
Reaction History P-T Models: An Example From The Salmon
River Suture Zone, West-Central Idaho. Thesis, Alabama University.
Carlile, J.C., dan Mitchell, A.H.G., 1994, Magmatic Arcs and Associated Gold and Copper
Mineralization in Indonesia: in van Leeuwen, T.M., Hedenquist, J.W., James, L.P., and
Dow, J.A.S., eds., Mineral Deposit of Indonesia, Discoveries of the Past 25 Years:
Journal of Geochemical Exploration, v. 50, p. 91-142.
Corbett. G. J dan Leach. T.M.,1996, Southwest Pasific Rim Gold-Copper Systems Structure,
Alteration, Mineralization, New Zealand.
Einaudi, M.T., 1982a, Descriptions of skarns associated with porphyry copper plutons,
|southwestern North America, in Titley, S.R. (Ed.), Advances in Geology of the
Porphyry Copper Deposits, Southwestern North America: University Arizona Press, p.
139-184.
Einaudi, M.T., 1982b, General features and origin of skarns associated with porphyry copper
plutons, southwestern North America, in Titley, S.R. (Ed.), Advances in Geology of the
Porphyry Copper Deposits, Southwestern North America: University of Arizona Press,
p.185-210.
Einaudi, M.T., Hedenquist J.W., and Inan E.E., 2003, Sulfidation State of Fluids in Active and
Extinct Hydrothermal Systems: Transitions from Porphyry to Epithermal
Environments: Society of Economic Geologists Special Publication No. 10, p. 285-314.
Google Inc. 2016. Google Maps: Peta Lokasi KP Ruwai, Kalimantan Tengah dalam
http://maps.google.com/
Grim, R., 1968. Clay Mineralogy, 2nd Ed. McGraw-Hill Book Co.: New York
Harrold, B.P., Walshe, J.L., 1988, Implementation of the CHLORITE and supporting programs on
Vax 11 series computer.
Idrus, A., Kolb., J., Meyer., F.,M., Aried., J., Setyandhaka., D., Kepli., S., 2009. A Preliminary Study On
Skarn-Related Calc-Silicate Rock Associated with the Batu Hijau
Porphyry Copper-Gold Deposit, Sumbawa Island, Indonesia. Resource Geology, Vol 3, pp 295-
306

Margono, U., Soejitno, T., dan Santosa, T., 1995, Peta Geologi Lembar Tumbangmanjul Kalimantan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Meinert, Lawrence D, 1992. Skarn and Skarn Deposits. Researchgate Publication.

Meinert, L.D., 1987, Skarn zonation and fluid evolution in the Groundhog Mine, Central Mining

District, New Mexico, Economic Geology, v. 82, p. 523-545.

Meinert, L.D., 1983, Variability of skarn deposits - Guides to exploration: in Boardman, S.J., ed., Revolution
in the Earth Sciences, Kendall-Hunt Publishing Co., p. 301-316.

Ray, G.,E., and Webster., I.,C.,L.,1997. Skarn in British Columbia. Bulletin 101

1065
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Setijadji, L, D., Idrus, A., dan Thamba, F., 2010, Geology of the Ruwai Iron and Zn-Pb-Ag Skarn Deposits
Lamandau District, Central Kalimantan, 81 Proceeding Book – Kalimantan Coal and Mineral
Resources, pp.175- 186.

Strunz, Nickel, H., Ernest, H., 2001, Strunz mineralogical tables: Chemical structural mineral classification
systems: 9th eds., Schweizerbart'sche Verlagsbuchhandlung, 870 p.

Piercey, S. J. 2017. Gold Deposits. Online course slide presentation


(http://docplayer.net/43633510-Es-gold-deposits-stephen-j-piercey.html)

1066
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Tabel 1. Kimia mineral dari garnet

Major oxides, weight percent


SiO2 34,704 35,358 34,813 37,256 35,075 36,698 34,37 34,614 34,482 35,317
Na2O 0,004 0 0 0 0,016 0,01 0 0,014 0 0,01
TiO2 0 0 0 0,011 0 0,017 0,005 0 0,019 0
K2O 0,007 0,007 0 0,005 0 0 0 0,003 0 0
Fe2O3 30,538 27,355 30,59 15,298 28,719 17,592 31,567 30,905 31,234 29,924
Al2O3 0,414 2,665 0,447 11,44 1,728 10,072 0,024 0,412 0,151 1,054
CaO 33,323 33,569 33,217 34,467 33,644 33,878 31,723 33,151 33,155 33,593
MnO 1,156 1,188 1,187 1,93 1,064 2,235 2,581 0,966 0,936 0,775
MgO 0,052 0,045 0,103 0,024 0,044 0,019 0,101 0,006 0,021 0,004
Cr2O3 0 0 0,009 0 0,014 0 0,044 0 0 0
Total 100,2 100,187 100,366 100,431 100,304 100,521 100,415 100,071 99,998 100,677

Number of ions on the basis of 32 oxygen


Si 7,8548 7,8928 7,8614 7,9148 7,8669 7,8647 7,8112 7,8441 7,8332 7,9063
Na 0,0018 0 0 0 0,0071 0,0041 0 0,0061 0 0,0041
Ti 0 0 0 0,0017 0 0,0028 0,0008 0 0,0032 0
K 0,0019 0,0019 0 0,0013 0 0 0 0,001 0 0
Fe 5,2014 4,5953 5,1984 2,4457 4,8473 2,8371 5,3989 5,2705 5,3394 5,0412
Al 0,1106 0,7011 0,119 2,8647 0,4569 2,5442 0,0065 0,1101 0,0405 0,278
Ca 8,0814 8,0293 8,0372 7,8459 8,0856 7,7794 7,7251 8,0499 8,0703 8,0581
Mn 0,2215 0,2246 0,2271 0,3474 0,2021 0,4057 0,4968 0,1854 0,1801 0,1471
Mg 0,0176 0,0151 0,0345 0,0075 0,0148 0,0059 0,0341 0,002 0,007 0,0013
Cr 0 0 0,0015 0 0,0025 0 0,0079 0 0 0
Total 21,491 21,4601 21,4791 21,4291 21,4832 21,4439 21,4813 21,4692 21,4737 21,4362
Fe/(Fe + Al) 0,9792 0,86763 0,977621 0,460549 0,91386 0,527215 0,9988 0,97954 0,99247 0,947737

1067
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Tabel 2. Kimia mineral dari klinopiroksen

Major oxides, weight percent


Al2O3 0,01 0,003 0 53,952 5,619 5,081 5,24 4,729 4,866 5,537
Na2O 0 0,004 0 0 0,324 0,291 0,316 0,34 0,255 0,322
TiO2 0 0 0,029 0,055 0,192 0,184 0,158 0,178 0,113 0,151
K2O 0 0,025 0 0,011 0 0,009 0,007 0,006 0,028 0,001
NiO 0,364 0,392 0,39 0,303 0,062 0,051 0,058 0,073 0,055 0,086
SiO2 40,894 40,824 40,532 0,011 50,706 50,911 50,894 50,921 51,315 50,532
CaO 0,032 0,018 0,002 0 24,003 24,299 24,332 24,234 18,469 24,091
MnO 0,158 0,123 0,134 0,14 0,087 0,097 0,122 0,09 0,089 0,103
MgO 48,862 49,359 49,655 19,054 15,55 15,46 15,399 15,795 18,867 15,753
FeO 9,436 9,527 9,525 12,504 2,518 2,486 2,498 2,426 3,491 2,406
Cr2O3 0 0,005 0 14,168 1,15 0,926 0,936 0,939 0,904 1,017
Total 99,756 100,28 100,267 100,198 100,211 99,795 99,96 99,731 98,452 99,999
Number of ions on the basis of 6 oxygen
Si 1,5053 1,4966 1,4872 0,0004 1,8501 1,8654 1,8622 1,8676 1,8809 1,848
Na 0 0,0003 0 0 0,0229 0,0207 0,0224 0,0242 0,0181 0,0228
Ti 0 0 0,0008 0,0016 0,0053 0,0051 0,0044 0,0049 0,0031 0,0042
K 0 0,0012 0 0,0005 0 0,0004 0,0003 0,0003 0,0013 0,0001
Fe 0,2905 0,2921 0,2923 0,4141 0,0768 0,0762 0,0765 0,0744 0,107 0,0736
Al 0,0004 0,0001 0 2,5181 0,2417 0,2195 0,226 0,2044 0,2102 0,2387
Ca 0,0012 0,0007 0,0001 0 0,9384 0,954 0,954 0,9524 0,7254 0,944
Mn 0,0049 0,0038 0,0042 0,0047 0,0027 0,003 0,0038 0,0028 0,0027 0,0032
Mg 2,6812 2,6975 2,716 1,1247 0,8458 0,84444 0,8399 0,8636 1,0309 0,8588
Cr 0 0,0002 0 0,4436 0,0332 0,0268 0,0271 0,0272 0,0262 0,0294
Total 4,4944 4,5041 4,5122 4,5175 4,0188 4,017 4,0184 4,0241 4,0075 4,0254
Fe/(Fe + Mg) 0,09775549 0,097705 0,09716451 0,269106 0,083243 0,082769 0,083479 0,079318 0,094033 0,078936
Mn/Fe 0,01686747 0,013009 0,0143688 0,01135 0,035156 0,03937 0,049673 0,037634 0,025234 0,043478
Ti+Cr+Na 0 0,0005 0,0008 0,4452 0,0614 0,0526 0,0539 0,0563 0,0474 0,0564

1068
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Tabel 3. Kimia mineral dari klorit

Major oxides, weight percent


Al2O3 21,25 20,67 20,78 20,81 20,49 20,68 21,08 20,61 19,74 20,11
Na2O 0,02 0,02 0,04 0,01 0,02 0,00 0,00 0,01 0,00 0,02
TiO2 0,08 0,04 0,05 0,00 0,01 0,02 0,01 0,02 0,04 0,06
K2O 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00
MnO 5,13 3,83 5,08 4,95 4,83 4,84 4,63 5,28 3,68 3,34
SiO2 22,77 23,17 23,15 22,58 22,52 22,81 22,84 22,47 24,80 23,32
CaO 0,01 0,11 0,01 0,00 0,01 0,03 0,00 0,01 0,01 0,00
FeO 37,72 37,08 37,57 39,84 39,87 39,76 39,83 38,84 34,83 39,54
MgO 1,52 2,45 1,23 1,00 0,97 0,99 1,25 1,17 5,46 1,52
Total 88,50 87,37 87,90 89,18 88,70 89,12 89,65 88,40 88,56 87,92

Number of ions on the basis of 36 oxygen


Si 6,75 6,89 6,91 6,72 6,75 6,78 6,74 6,73 7,15 6,97
Na 0,01 0,01 0,02 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01
Ti 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00
K 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Fe 9,36 9,23 9,37 9,92 9,99 9,89 9,82 9,73 8,39 9,88
Al 7,43 7,25 7,31 7,30 7,23 7,25 7,33 7,28 6,70 6,70
Ca 0,03 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02
Mn 1,29 0,96 1,28 1,25 1,23 1,22 1,16 1,34 0,90 0,84
Mg 0,67 1,08 0,55 0,44 0,43 0,44 0,55 0,52 2,35 0,68
Total 25,54 25,46 25,45 25,63 25,64 25,59 25,60 25,62 25,50 25,49
Fe2+/Sum Octahedral 1,00 0,99 1,03 1,10 1,12 1,11 1,09 1,06 0,84 1,20
XFe = Fe+2/(Fe+2+Mg) 0,93 0,89 0,94 0,96 0,96 0,96 0,95 0,95 0,78 0,94
XMg=(Mg/(Mg+Fe+2)). 0,07 0,11 0,06 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05 0,22 0,06

1069
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Tabel 4. Kimia mineral untuk perhitungan termobarometer klorit

NO RW1 RW2 RW3 RW4 RW5 RW6 RW7

SiO2 26,86 27,02 27,13 27,87 27,85 27,98 27,96

Al2O3 20,33 20,11 20,16 19,80 19,29 19,46 19,83

FeO 21,27 20,19 17,82 17,04 17,60 18,70 17,34

MnO 2,41 3,22 2,98 2,05 1,30 1,48 2,07

MgO 16,38 16,63 18,72 19,87 19,93 18,61 19,42

Na2O 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,00

K2O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03

TiO2 0,00 0,00 0,08 0,00 0,03 0,00 0,00

Cr2O3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

CaO 0,00 0,05 0,00 0,03 0,01 0,03 0,03

Total 87,239 87,242 86,904 86,652 86,012 86,275 86,675

Tabel 5. Hasil perhitungan fraksi mol dan termodinamika mineral klorit


No T X2 X3 Log Activity2 Log activity 3 Log fO2 Log FS2
1 243 0,905 0,111 -12,338 -25,366 -37,563 -12,860
2 238 0,908 0,103 -1,151 -2,659 -37,839 -12,982
3 250 0,964 0,086 -0,964 -2,983 -35,447 -11,710
4 230 0,922 0,081 -0,910 -3,091 -37,901 -12,942
5 223 0,085 0,123 -0,938 -3,007 -38,988 -13,511
6 210 0,853 0,091 -1,049 -2,846 -41,258 -14,689
7 222 0,903 0,082 -0,945 -3,039 -39,035 -13,526

1070
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Tabel 6. Kimia mineral epidot dan perhitungan fraksi mol

Major oxides, weight percent


Al2O3 22,667 24,913 22,621 22,438 23,938 23,708 22,831 23,256 22,391
Na2O 0 0,001 0,008 0,015 0,016 0,016 0,022 0 0,01
TiO2 0,051 0,171 0,047 0,017 0,011 0,036 0,019 0,269 0
K2O 0 0 0,021 0,011 0,011 0 0 0,016 0,008
MnO 0,615 0,274 0,072 0,069 0,247 0,163 0,511 0,994 1,262
SiO2 37,994 38,279 37,933 37,685 37,578 38,013 37,583 38,063 37,565
CaO 23,27 23,705 23,743 23,764 23,758 23,85 23,396 23,086 22,324
FeO 14,091 11,257 14,485 14,569 12,475 13,26 13,615 13,233 14,369
MgO 0,043 0,006 0 0,007 0,072 0,024 0,019 0,069 0,008
Total 98,731 98,606 98,93 98,575 98,106 99,07 97,996 98,986 97,937

Number of ions on the basis of 6 oxygen


Si 1,4857 1,473 1,4821 1,4797 1,4667 1,4731 1,4787 1,4791 1,4853
Na 0 0,0001 0,0006 0,0012 0,0012 0,0012 0,0017 - 0,0007
Ti 0,0015 0,0049 0,0014 0,0005 0,0003 0,001 0,0006 0,0079 -
K 0 0 0,001 0,0006 0,0005 - - 0,0008 0,0004
Fe 0,4608 0,3623 0,4733 0,4784 0,4072 0,4297 0,448 0,4301 0,4752
Al 1,0447 1,13 1,0417 1,0385 1,1013 1,0829 1,0588 1,0652 1,0435
Ca 0,975 0,9774 0,994 0,9998 0,9936 0,9903 0,9863 0,9612 0,9458
Mn 0,0204 0,0089 0,0024 0,0023 0,0082 0,0054 0,017 0,0327 0,0423
Mg 0,0025 0,0003 0 0,0004 0,0042 0,0014 0,0011 0,004 0,0005
Total 3,9906 3,9569 3,9966 4,0015 3,9832 3,985 3,9922 3,9811 3,9937
Fe/(Fe + Al) 0,30608 0,24278 0,31241 0,31538 0,269937 0,28408 0,297319 0,28763 0,312899
XEp = Fe+3/(Fe+3 + Al + Cr+3 - 2) -0,9319 -0,71361 -0,9759 -0,99027 -0,828484 -0,88162 -0,90835 -0,85219 -0,98733

Tabel 7. Kimia mineral zeolit


Unsur RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08
Al2O3 1,76 2,31 2,06 2,13 1,17 1,48 2,88 3,43
Na2O 0,23 0,30 0,28 0,27 0,19 0,10 0,29 0,24
TiO2 0,11 0,01 0,15 0,10 0,15 0,01 0,13 0,11
K2O 0,01 0,00 0,00 - - 0,09 0,09 0,12
MnO 0,05 0,08 0,08 0,07 0,10 0,08 0,08 0,07
SiO2 52,59 52,53 52,89 52,73 52,89 56,07 54,17 53,78
CaO 24,53 24,70 24,88 24,91 24,90 13,51 12,81 13,45
FeO 8,13 7,83 7,43 7,67 8,76 9,31 9,82 10,95
MgO 12,80 12,46 12,94 12,82 12,67 18,11 17,63 16,27
Total 100,20 100,20 100,70 100,60 100,80 98,75 97,90 98,42

1071
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Gambar 1. Peta lokasi penelitian yang


diplot pada peta geologi regional Lembar
Tumbangmanjul, Kab. Lamandau,
Kalimantan Tengah (cf. Margono dkk.,
1995)

Gambar 2. Klasifikasi garnet berdasarkan nilai dari mole fraction Fe/(Fe+Al) sebagian besar
menunjukkan jenis andradite

1072
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Gambar 3. Backscatter image EPMA dari pemetaan unsur kimia (Al, Si, Ca, Mn dan Fe) dari
garnet.

Gambar 4. Perubahan komposisi kimia mineral garnet dari metode backscatter image EPMA

1073
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Gambar 5. Pembagian jenis klinopiroksen didaerah penelitian berdasarkan nilai mole fraction
Fe/(Fe+Mg) yang termasuk kedalam jenis andradit

Gambar 6. Batuan asal dari mineral klinopiroksen didaerah penelitian (Berger dkk, 2005)

1074
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Gambar 7. Backscatter image EPMA pemetaan unsur kimia (Al, Si, Ca, Mn dan Fe) dari
klinopiroksen

Chamosite

Clinochlore

Gambar 8. Grafik klasifikasi jenis mineral klorit didaerah penelitian yang termasuk kedalam
jenis chamosite.

1075
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Gambar 9. Skarnisasi dan mineralisasi logam dasar di daerah penelitian terbentuk pada kondisi
intermediate sulfidation state yang dihitung dari kimia klorit.

Gambar 10. Peningkatan komposisi Fe pada mineral epidot didaerah penelitian

1076
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F040POO
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta

Prograde Retrograde
Assosiasi Mineral
(>300 °C) (210-250 °C)

Garnet

Klinopiroksen

Epidot

Klorit

Zeolit

Gambar 11. Paragenesa alterasi prograde dan retrograde dari asosiasi mineralnya di daerah
penelitian

1077
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

Anda mungkin juga menyukai