Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP DASAR AKUNTANSI

Prinsip sifat-sifat mendasar akuntansi dan seluruh outputnya yang menjadi dasar dalam
perkembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan
keuangan.
Prinsip dasar akuntansi menurut APB (Accounting Principles Board) statement 4 :
1. The cost principle/historical cost
Dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang. Dengan kata lain, setiap
perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan.
Contoh : biaya perolehan mesin

2. The revenue principle


Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengakuan dan pengungkapan revenue
sebagai salah satu elemen penyusunan laporan laba rugi.
Contoh : pengakuan pendapatan/aset

3. The matching principle


Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada periode yang sama
dengan periode pengakuan pendapatan.

Perusahaan di akhir periode mempertemukan beban di tahun 2021 atau di


tahun yang terjadi dan diakui.
Contoh : pengakuan beban secara accrual (proses pembuatan ayat penyesuaian)
- Beban pajak - Beban listrik
Utang pajak Utang listrik

4. The objectivity principle


Prinsip ini menjelaskan kegunaan laporan keuangan sangat tergantung pada tingkat
kepercayaan kepada prosedur pengukuran yang digunakan (sesuai realita yang
terjadi). Apa yang kita catat harus sesuai dengan kondisi sebenarnya/bukti
transaksi (faktur, nota).

5. The conistency principle


Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan
dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu periode ke periode berikutnya. Apabila
sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kerjadian-
kejadian yang serupa dari periode ke periode, maka perusahaan tersebut dianggap
konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya.

Kegunaan dari penerapan prinsip ini adalah agar laporan keuangan dapat
diperbandingkan (memiliki daya banding) dan dianalisis.
Contoh : penggunaan metode penyusutan

Hal ini tidak berarti bahwa metode tersebut tidak boleh dirubah. Jika perubahan
metode dilakukan, sifat pengaruh perubahan tersebut serta alasannya harus
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
Laporan keuangan sering berisi estimasi, dimana didasarkan pada pertimbangan
profesional terbaik dan didukung oleh informasi yang tersedia pada saat itu. Ketika
terjadi perubahan dalam estimasi (misalnya pada penetapan besarnya cadangan
piutang tak tertagih, lamanya masa manfaat aktiva tetap) harus tercermin dalam
periode berjalan dan periode berikutnya.

Tidak ada penyesuaian yang berlaku surut (retroactive adjustment) maupun penyajian
kembali laporan keuangan (restated financial statement). Jadi, perubahan dalam
estimasi akuntansi dianggap sebagai bagian dari proses akuntansi yang normal, bukan
sebagai koreksi atas periode sebelumnya.

6. The disclosure principle (pengungkapan penuh)


Prinsip ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara Full (penuh),
Fair (wajar), dan adequate (cukup). Jika tidak penuh akan menyebabkan pengambilan
keputusan yang salah.

Full disclosure principle – prinsip yang menyatakan bahwa informasi yang akan
mempengaruhi pengambilan keputusan harus diungkapkan.

Contoh : sebuah pabrik yang sedang digadaikan akan dijual. Lalu, pihak pabrik
harus melaporkan seluruh keadaan pabrik termasuk fakta bahwa pabrik
tersebut masih digadaikan kepada calon pembeli. Karena jika pihak pabrik
menutup-nutupi, maka hal itu akan berpengaruh pada keputusan yang akan
dibuat oleh calon pembeli tersebut.

7. The conservatisme principle


Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian tersebut akan
langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi
maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui. prinsip ini
menggambarkan sikap pesimis. Prinsip konservatisme ini timbul sebagai reaksi atau
sikap kehati-hatian akuntan terhadap ketidakpastian.

Contoh sangat sederhana : piutang-piutang yang sudah lama belum dibayar dan
sudah lama jatuh tempo diasumsikan tidak tertagih. Akuntan melakukan
cadangan penyisihan kerugian piutang atas piutang-piutang yang tidak tertagih
tersebut (piutang-piutang tersebut dicatat ke biaya.

8. The materiality principle


Laporan keuangan hanya menyangkut informasi yang dianggap cukup penting
(material) dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan. Materialitas berkaitan
dengan dampak dari suatu item terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Prinsip ini memungkinkan akuntan untuk menggunakan pertimbangan
propesionalnya untuk menentukan apakah suatu item material atau tidak. Tingkat
materialitas setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung besar kecilnya suatu
perusahaan.

Contoh sangat sederhana : bagi perusahaan A yang tergolong kecil, kalkulator


seharga 500 rb dicatat sebagai aset tetap karena dianggap material – dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Akan tetapi, bagi perusahaan B yang
tergolong besar, kalkulator seharga 500 rb tidak material – tidak dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan sehingga perusahaan B akan mencatat
pembelian kalkulator tersebut sebagai biaya, bukan merupakan aset tetap.

9. The uniformity dan comparability principle


Menggunakan prosedur yang sama untuk perusahaan yang berbeda. Tujuannya agar
laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat diperbandingkan.

Informasi akan menjadi lebih berguna jika bisa diperbandingkan dengan informasi
serupa menyangkut perusahaan lain pada periode waktu yang sama atau dengan
informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda.

Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan


yang nyata dalam beristiwa ekonomi antar laporan. Komparabilitas memerlukan
konsistensi (memerlukan keseragaman metode).

Contoh : prinsip ini mungkin terdengar sama dengan prinsip nomer 5, yaitu The
conistency principle. Namun bedanya, jika The conistency principle itu
membandingkan metode penyusunan laporan keuangan perusahaan yang sama.
Nah, jika The uniformity dan comparability principle ini membandingkan
metode penyusunan laporan keuangan perusahaan yang berbeda.

A. Standar Akuntansi
Peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip akuntansi yang mengatur tentang
bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau
kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity) oraganisasi atau
perusahaan.
Pentingnya standar akuntansi:
Belkaoui (1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu :
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan
perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding,
2. Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya secara hati-
hati dan independen.
3. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang perusahaan,
perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi ekonomi, serta
tujuan-tujuan makro lainnya.
4. Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai