KELOMPOK 6 :
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kebijakan Moneter Dan Instrument Kebijakan Moneter”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah TEORI EKONOMI MAKRO ISLAM yaitu Abdul Wahid Mongkito S. Si., M.EI
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Kebijakan Moneter Dan Instrument
Kebijakan Moneter
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan
akademis maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya MTKM selalu dikaitkan
dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi
ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya,
maka melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan moneter terhadap
ekonomi riil tersebut terjadi.
Sejatinya penelitian MTKM memberikan penjelasan mengenai bagaimana
perubahan (shock) instrument kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel
makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di sektor riil, semuanya
sangat tergantung pada perilaku atau respons perbankan dan dunia usaha lainnya
terhadap shock instrumen kebijakan moneter yaitu Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Meskipun telah banyak dilakukan studi mengenai efektivitas
MTKM, baik secara parsial maupun terintegrasi, namun karena adanya faktor
ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru yang dapat mempengaruhi
MTKM, maka penelitian lanjutan untuk masalah tersebut tetap relevan untuk
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kebijakan Moneter ?
2. Tentang apa perdebatan antara Rules Vs Discreation ?
3. Apa perdebatan dari Moneterist Vs Keynesians ?
4. Bagaimana Kerangka Kerja Kebijakan Moneter ?
5. Bagaimana Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal ?
6. Bagiamana Peranan Sistem Keuangan Moneter ?
7. Bagaimana Implementasi Kebijakan Moneter Di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tetentang perdebatan Rules Vs Keynesians
1
3. Untuk mengetahui perdebatan antara Moneteris Vs Keynesians
4. Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter
5. Untuk mengetahui Koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.
6. Untuk mengetahui Peranan Sistem Keuangan Moneter.
7. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Moneter Di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
juga akan memiliki dampak pada bidang social dan juga bidang
politik.
3) A Light Rate of Growth of Output yang dapat dicapai melalui
efesiensi atau penghematan. Pada dasarnya perluasan efesiensi
terjadi dikarenakan meningkatnya tingkat tabungan
masayarakat serta para investor mendapatkan hasil yang sangat
tinggi.
6
mekanisme (dengan biaya yang rendah) yang membatasi tindakan pemerintah
yang akan datang terhadap inflasi.
3) Pencrapan rule yang memperhatikan perilaku pemerintah secara jangka
panjang merupakan faktor penting bagi inflasi, karena akan memberi jaminan
tingkat inflasi yang rendah dan relatif stabil.
4) Bila pemerintah menerapkan discretion, pemerintah memandang trade off
pengangguran-inflasi pada setiap periode. Pemerintah kemungkinan berada
dalam situasi di mana kesepakatan jangka panjang dengan masyarakat
dihindari. Discretion tidak menyediakan suatu kebijakan jangka panjang atau
tidak mampu untuk melakukan tindakan yang akan datang.
5) Secara global, rule akan menghasilkan dampak inflasi yang lebih rendah
dibandingkan bila diterapkan kebijakan discretion.
2. Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians
Perdebtan diantara aliran Moneterist dan aliran Keynesians
sejatinyamenyangkut perdebatan tentang keberadaan variabel-variabel yang
mendorongpermintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian. Kelompok
monetaristberpendapat bahwa permintaan agregat semata-mata dipengaruhi
olehperkembangan JUB dan pengaruhnya adalah stabil. Sedangkan aliran Keynesians
berpendapat bahwa permasalahan dalam suatu perekonomian adalah
sangankompleks, sehingga bukan hanya uang yang berperan penting dalam
mendorongpertumbuhan ekonomi, tetapi juga variabel-variabel lain.
Keynesiansberpandangan bahwa dalam dunia nyata terjadi kekakuan dan mekanisme
pasarbebas tidak bekerja sempurna, misalnya karena adanya kontrak kerja
antaramajikan dan karyawan. Dalam kondisi seperti ini, jika terjadi perubahan
(shock)dalam jangka pendek shock akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
yang pada akhirnya memengaruhi perkembangan harga (inflasi) didalam
jangkamenengah panjang.
Aliran monetarist juga berpendapat bahwa uang hanya berpengaruh
padatingkat inflasi dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena
itu,kebijakan moneter harus diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan
tidakdiarahkan untuk memengaruhi kegiatan ekonomi riil.
Sebaliknya aliran Keynesians berpendapat bahwa uang berpengaruh,
baikterhadap ekonomi riil maupun terhadap inflasi. Implikasinya adalah
7
kebijakanmoneter dapat dipergunakan secara aktif memengaruhi naik turunnya
kegiatanekonomi riil.
9
5. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER
Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media
pengendalianoperasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank sentral
untukmemengaruhi sasaran operasioanal dan sasaran akhir yang telah ditetapkan
olehbank sentral atau pemerintah.
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra
menggunakaninstrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut
1) Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank
sentraluntuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukandengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat
berhargadi pasar modal.
2) Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah
uangberedar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank
sentralmemperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi),bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Denganmenaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.
3) Giro Wajib Minimum (Gwm)
Giro Wajib Minimum (GWM) atau cadangan wajib minimum
adalahketentuan bank sentral (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-bank
umumuntuk memelihara sejumlah alat-alat liquid (reserves) sebesar prosentase
tertentudari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dikumpulkan pada
suatu waktutertentu.
4) Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion)
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
denganberbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum
danpelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa
ajakanatau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan
pinjaman.
a) Sasaran Operasional
10
Sasaran operasional atau sasaran kerja merupakan sasaran yang
inginsegera dicapai oleh bank sentral dalam operasi moneternya. Variabel
sasaranoperasional digunakan untuk mengarahkan sasaran antara dalam
upayamewujudkan sasaran akhir (sasaran antara hanya digunakan pada
pendekatanKuantitas).
b) Sasaran Antara (Intermediate Target)
Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan
moneterbersifat tidak langsung dan kompleks serta membutuhkan time lag yang
panjang.Untuk alasan itu, para ahli moneter dan praktisi Bank Sentral mendesain
simplerule untuk membantu pelaksanaan kebijakan moneter dengan cara
menambahkanindikator yang disebut sebagai sasaran antara. Sasaran
tersebut merupakanindikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan
moneter, sasaran ini dipilihdari varibel-variabel yang memiliki keterkaitan
stabil dengan sasaran akhir,cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank
sentral, tersedia relatif cepat,akurat dan tidak sering direvisi. Variabel sasaran
antara meliputi:: agregat moneter(M1dan M2), kredit perbankan dan nilai tukar
(Bofinger, 2001:125).
c) Sasaran Akhir (Final Target)
Sasaran akhir kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh Bank
Sentraltergantung pada tujuan yang dimandatkan oleh UU bank sentral suatu
negara.Tujuan akhir kebijakan moneter di Indonesia mengacu pada Pasal 7 ayat
(1) UUNomor 3 Tahun 2004 yang secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan
akhirkebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah(stabilitas moneter).
d) Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal
Agar pencapaian akhir kebijakan moneter dapat efektif, maka
kerjasamadan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yangterintegrasi mutlak diperlukan untuk alasan tersebut,
di tingkat pengambilankebijakan (BI dan Pemerintah) secara rutin menggelar
Rapat Koordinasi untukmembahas perkembangan ekonomi terkini.
Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi
olehfaktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push),
makaagar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama
dankoordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
11
makroekonomi yangterintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal
tersebut, di tingkatpengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara
rutin menggelarRapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi
terkini. Di sisi lain,Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet
yang dipimpin olehPresiden RI untuk memberikan pandangan terhadap
perkembanganmakroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran
inflasi. Koordinasikebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam
penyusunan bersama AsumsiMakro di Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dibahasbersama di DPR. Selain itu, Pemerintah
juga berkoordinasi dengan BankIndonesia dalam melakukan pengelolaan
Utang Negara.
Ditataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah
diwujudkandengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran,
Pemantauan danPengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005.
Anggota TPI, terdiridari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di
Pemerintah sepertiDepartemen Keuangan, Kantor Menko Bidang
Perekonomian, Badan PerencanaanPembangunan Nasional, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian,Departemen Perhubungan, dan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.Menyadari pentingnya
koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPIdiperluas hingga ke level
daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BIdiharapkan akan semakin
efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupundaerah sehingga dapat
terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuarapada pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
12
debit yang masing- masing menjadi semakin penting setidaknya di sektor
modern, bahkan dinegara-negara berpendapatan rendah
b) Menghubungkan Para Penabung dengan Investor. Meskipun banyak orang yang
menabung seperti untuk masa pensiunnya, dan banyak orang yang mempunyai
proyek investasi seperti membangun sebuah pabrik atau memperbanyak
persediaan yang dimiliki oleh bisnis kecil keluarga, akan sulit mempertemukan
masing-masing investor yang sama persis dengan jumlah yang dibutuhkan untuk
mendanai proyek mereka. Oleh karena itu, para penabung dan investor harus
bertemu dan menyepakati segala hal mengenai persyaratan pinjam meminjam
atau segala bentuk pendanaan yang lain.
c) Menghasilkan dan Menyebarkan Informasi. Setiap orang tidak selalu berfikir
seperti ini, namun dari sudut pandang sosial secara luas, salah satu fungsi dari
system moneter yang paling penting adalah untuk menghasilkan dan
menyebarkan informasi. Harga saham dan obligasi di surat kabar harian di
Negara-negara merupakan contoh yang cukup sering kita jumpai, harga-harga ini
merupakan penilaian rata-rata oleh ribuan, jika bukan jutaan investor yang
didasarkan pada informasi yang tersedia mengenai berbagai jenis investasi.
d) Mengalokasikan Pinjaman Secara Efisien. Penyaluran dana investasi pada
berbagai penggunaan yang menghasilkan tingkat pengembangan tertinggi akan
meningkatkan spesialisasi dan pembagian tenaga kerja yang sudah dikenal sejak
jaman Adam Smith sebagai kunci kemakmuran suatu Negara.
e) Risiko Penentuan Harga, Risiko Pengumpulan dan Risiko perdagangan. Pasar
asuransi menyediakan perlindungan terhadap risisko, namun demikian pula
diverifikasi yang dapat dilakukan di pasar saham atau dalam sindikat pinjaman
perbankan.
f) Meningkatkan Likuiditas Aset. Beberapa investasi berjangka sangat panjang,
dalam sejumlah kasus pembangkit listrik tenaga air. Misalnya investasi semacam
itu yang mungkin berkeinginan untuk menjual surat berharganya pada suatu saat.
14
Pokok Perbankan 1992, tentang lembaga yang berhak menghim pun dan menyalurkan
dana hanyalah 'bank”.
Apakah BKKBN menjadi Bank Kredit Kedl Bagi Nasabah? Persoalan yang
lebih sulit adalah menyangkut 'konsisten* atau keajegan Bank Sentral, sihingga
apapun, slapapun, dimanapun, bagalmanapun tidak boleh melanggar ketetapan
bersama (komitmen) yang telah disepakat. Tetapi, karena manuslawl, maka persoalan
keajegan inl sulit untuk dllaksanakan, karena berbagai alasan yang manusia juga.
Jadi, apapun macam ataupun bentuk serta cara yang akan diambll
pemerintah/penguasa dalam menangani kemelut yang sedang berlangsung dl
Indonesia, bukan tergantung IMF, CBS ataupun ISP, tetapi lebih teigantung pada per
soalan “moral”, bukan berarti moralis, tetapi cukuplah berpegang pada 'komltmen-
kepedulian-konsisten'. Kalau komitmen kita adalah cinta rupiah atau cinta produksl
dalam negeri, maka sebagai panutan, janganlah menimbun valuta asing atau pun
mengendarai mobil mewah yang tidak naslonalis. Kalau peduli pada rakyat kecil,
maka tidak perlu dl TV untuk menjual emas atau valuta asing, oukup bagl-bagi
sembako pada rakyat kecil, kalau pertu diam-dlam.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yangbertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomiyang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbanganeksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuanekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya
bisamenggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secaraketat
mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkanbagi aliran
Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untukmenjamin
keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, olehkarena itu
kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana(discreation) sesuai
dengan perkembangan yang ada.
4. Kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4 (empat) komponen utama yaitu:
a) Instrumen-instrument kebijakan moneter
b) Sasaran oprasional
c) Sasaran antara
d) Sasaran akhir kebijakan moneter
5. Kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui
kebijakanmakroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan
B. Saran
Berkesinambungan atas dasar kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian
diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam menjaga tingkat suku bunga SBI, Bank Indonesia sebaiknya:
a) Suku bunga SBI diusahakan mendekati di sekitar besaran BI rate yang telah
ditetapkan sebagai hasil dari operasi moneter.
b) Melalui kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework), besaran tingkat suku
bunga SBI disesuaikan dengan keadaan perekonomian agar dapat
16
mempengaruhi kegiatan perekonomian dan berujung pada tingkat inflasi
yang sesuai dengan targetnya.
2. Dalam menjaga nilai tukar Rupiah secara nominal, Bank Indonesia sebaiknya:
a) Nilai tukar Rupiah perlu distabilkan cenderung ke arah penguatan atau secara
nominal diturunkan.
b) Sebagai sasaran antara dari kebijakan moneter, BI dapat menstabilkan nilai
tukar Rupiah melalui operasi moneter, dengan nilai tukar Rupiah yang stabil
maka perekonomian Indonesia menjadi kondusif.
3. Dalam meningkatkan indeks harga saham LQ45, Bursa Efek Indonesia hendaknya:
a) Membuat strategi khusus untuk menarik emiten baru dan investor baru untuk
menerbitkan sahamnya di pasar modal Indonesia. Dengan semakin
banyaknya emiten dan investor diharapkan bursa bisa lebih kompetitif dan
aktif sehingga indeks harga saham dapat merangkak naik.
b) Menghimbau kepada seluruh emiten indeks LQ45 agar meningkatkan
kinerjanya agar harga sahamnya menjadi naik dan berujung pada
peningkatan kapitalisasi dan likuiditasnya. Hal demikian bermuara pada
peningkatan indeks harga saham LQ45.
17
DAFTAR PUSTAKA
Wardhani Devira Kusuma.2016. “kebijakan Moneter di Indonesia” Jurnal Ilmiah Volume 15,
No 4, 2016
Rahutami Angelina Ika.1994. “Kebijakan Moneter Rule Atau Discretion”. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia Vol 9 Tahun 1994
Seftarita Chenny. 2005. “Kebijakan fiskal dan moneter dalam islam”. Jurnal Academia,
2005
Sardjonopermono Iswardono. 1998. “Kebijakan Moneter: Teori dan Bukti Emplris”. Jurnal
Ekonomi Vol.3 No.1,1998
18