Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Kebijakan Moneter Dan Instrument Kebijakan Moneter

Dosen Pengampu : Abdul Wahid Mongkito S. Si., M.EI

KELOMPOK 6 :

Dwiyana Lestari / 19050101101


Faris Ibnu M / 1905010102
Herlis Safitri / 19050101103

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kebijakan Moneter Dan Instrument Kebijakan Moneter”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah TEORI EKONOMI MAKRO ISLAM yaitu Abdul Wahid Mongkito S. Si., M.EI

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Kebijakan Moneter Dan Instrument
Kebijakan Moneter

Penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah


mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis


mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menujuarah yang lebih baik.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kendari, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB l : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 2

BAB ll : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Definisi Kebijakan Moneter ............................................................................... 3


B. Tujuan Kebijakan Moneter ................................................................................ 3
C. Jenis-Jenis Kebjiakan Moneter .......................................................................... 5
D. Kerangka Kerja Kebijakan Moneter .................................................................. 8
E. Instrument Kebijakan Moneter .......................................................................... 10
F. Peranan system Keuangan Moneter ................................................................... 12
G. Implementasi Kebijakan Moneter Di Indonesia ................................................ 13

BAB lll : PENUTUP ..................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................................. 17

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan
akademis maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya MTKM selalu dikaitkan
dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi
ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya,
maka melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan moneter terhadap
ekonomi riil tersebut terjadi.
Sejatinya penelitian MTKM memberikan penjelasan mengenai bagaimana
perubahan (shock) instrument kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel
makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di sektor riil, semuanya
sangat tergantung pada perilaku atau respons perbankan dan dunia usaha lainnya
terhadap shock instrumen kebijakan moneter yaitu Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Meskipun telah banyak dilakukan studi mengenai efektivitas
MTKM, baik secara parsial maupun terintegrasi, namun karena adanya faktor
ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru yang dapat mempengaruhi
MTKM, maka penelitian lanjutan untuk masalah tersebut tetap relevan untuk
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kebijakan Moneter ?
2. Tentang apa perdebatan antara Rules Vs Discreation ?
3. Apa perdebatan dari Moneterist Vs Keynesians ?
4. Bagaimana Kerangka Kerja Kebijakan Moneter ?
5. Bagaimana Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal ?
6. Bagiamana Peranan Sistem Keuangan Moneter ?
7. Bagaimana Implementasi Kebijakan Moneter Di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tetentang perdebatan Rules Vs Keynesians

1
3. Untuk mengetahui perdebatan antara Moneteris Vs Keynesians
4. Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter
5. Untuk mengetahui Koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.
6. Untuk mengetahui Peranan Sistem Keuangan Moneter.
7. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Moneter Di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI KEBIJAKAN MONETER


Secara umum kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan
olehotoritas moneter (bank sentral) suatu Negara dalam mengontrol
ataumengendalikan jumlah uang beredar (JUB). Melalui pendekatan kuantitas dan
/atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk mendorong stabilitasdan
pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk didalamnya stabilitas harga
dantingkat pengangguran yang rendah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yangbertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yangtinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro,yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja,kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabilakestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneterdapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakanmoneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemudianditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhanekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankankestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau
OtoritasMoneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang
denganpersediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuhdan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter
dilakukanantara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai
berikutyaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta
asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalamikesulitan likuiditas.

2. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER


BI sebagai bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternyabisa
menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.Pilihan
3
mengenai pendekatan apa yang akan digunakan sangat tergantung padaefektivitas di
antara kedua pendekatan tersebut dan sifat dari tujuan akhirkebijakan
moneter, apakah bertujuan jamak (ganda) atau tunggal (single).
a. Tujuan Jamak (ganda)
Kebijakan moneter yang bertujuan jamak atau ganda adalah
kebijakanmoneter yang tujuan akhirnya lebih dari satu untuk membantu
mecapai sasaranmakro ekonomi yaitu:
1) Memperluas Kesempatan Kerja
2) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
3) Stabilitas Harga
4) Stabilitas Tingkat Suku Bunga
5) Stabilitas Pasar Uang
6) Stabilitas Pasar Valuta Asing
b. Tujuan Tunggal (single)
Kebijakan moneter yang bertujuan tunggal (Single) yaitu menjaga ke
stabilanharga (Inflasi).

a) Kebijakan Moneter menurut Iswardono SP (1995:3), memiliki tujuan


paling utama adalah:
1) Masyarakat menginginkan antara barang dan jasa yang
diprimistikoduksi sama dengan kapasitas produksinya. Dengan
perkataan lain “ Actual GNP Should Equal Potential GNP” baik
untuk tenaga kerja,capital dan tanah seharusnya diolah para
entrepreneur untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang sangat penting terhadap
sumbangannya terhadap pendapatan, sehingga pencapaian
tingkat GNP yang tinggi sehingga secara dapat mencerminkan
rendahnya tingkat angka pengangguran
2) “A Stable Price On at Least a Constant and Pradictable rate of
Inflation” ada suatu kepercayaan. Suatu yang diperkirakan tidak
akan t bakal akan terjadi memberikan dampak pada
misallocation sumber daya ekonomi, demikian juga dengan laju
inflasi yang tidak akan berdampak pada perekonomian tetapi

4
juga akan memiliki dampak pada bidang social dan juga bidang
politik.
3) A Light Rate of Growth of Output yang dapat dicapai melalui
efesiensi atau penghematan. Pada dasarnya perluasan efesiensi
terjadi dikarenakan meningkatnya tingkat tabungan
masayarakat serta para investor mendapatkan hasil yang sangat
tinggi.

3. JENIS-JENIS KEBIJAKAN MONETER


a) Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam
rangkamenambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat).Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai
kebijakan moneter longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini
seperti :
1) Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
2) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham
danobligasi).
3) Politikcash ratio(penurunan cadangan kas)
4) Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
b) Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)
Kebijakan ini diberlakukan atau memiliki arti mengurangi jumlah uang
yang beredar. Alasan kenapa diberlakukan kebijakan kontraktif ini bisa karena
terjadinya Inflasi. Kebijakan ini bisa disebut kebijakan uang ketat. Bermaksud
untuk menjaga keuangan agar tetap stabil. Kebijakan suku bunga naik atau
turunnya bisa dilihat dari permintaan masyarakat. Dari sana Bank Indonesia
selaku bank sentral akan mencetak uang tapi sesuai permintaan dari
masyarakat dari situ bisa tercapainya target dari Bank Indonesia.
Reaksi dari bank Indonesia dilihat dari bagaimana permintaan
masyarakat sendiri apabila permintaan uang menurun yang terjadi adalah bank
Indonesia akan mengurangi jumlah yang beredar di masyarakat, begitu
5
sebaliknya apabila permintaan uang meningkat maka Bank Indonesia
menambah penwaran uang yang beredar Kebijakan ini dapat diterapkan
berupa :
1) Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
2) Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
3) Politikcash ratio(peningkatan cadangan kas)
4) Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

1. Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion


Rule Policy merupakan kebijakan yang berada di bawah teori moneter yang
dikemukakan oleh Friedman. Dalam teori Kuantitas dikemukakan bahwa fluktuasi
GNP disebabkan oleh adanya fluktuasi Supply Uang (JUB). Untuk mengatasi
fluktuasi GNP ini maka diperlukan suatu tingkat pertumbuhan JUB yang stabil/tetap.
Pengendalian JUB secara teratur dengan cara JUB tumbuh dengan suatu tingkat
tertentu yang konstan ini berlaku dalam jangka panjang. Dengan Fixed Growth Rate
in The Money Supply, maka kontraksi dan ekspansi ekonomi akan menjadi relatif
stabil.
Di lain pihak kebijakan Discretion atau sering disebut sebagai Countercyclical
merupakan kebijakan yang dicctuskan oleh penasihat presiden Kennedy dan Johnson.
Discretion ini mcnganut perubahan JUB yang sesuai dengan kebutuhan, karena JUB
tergantung pada nilai variabel ekonomi yang lalu dan yang akan datang.
Dengan memperhatikan dua model di atas, kita dapat melihat perbandingan
kelemahan/ keunggulan antara rule dan discretion. Perbandingan tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Bila pemerintah menggunakan rule, maka fungsi reaksi masyarakat yang
dipertimbangkan hanya satu saja yaitu h(It-1). Kondisi ini membuat rule
tampak seperti kendala yang tak berujung bagi pemerintah. Dari hal ini, maka
rule akan layak hanya jika pemerintah tidak cakap dan tidak terpercaya yaitu
dalam bentuk penetapan tujuan yang tidak tepat.
2) Hal penting dari rule adalah kapasitasnya untuk membatasi kebijakan yang
akan dibuat pada periode yang akan datang. Dalam kasus pengangguraninflasi,
hasil dari rule akan bersifat suboptimal, bila kita mengabaikan biaya
pemberlakuan kebijakan. Solusi πt = 0 dan Un t = Ut , dapat dicapai melalui

6
mekanisme (dengan biaya yang rendah) yang membatasi tindakan pemerintah
yang akan datang terhadap inflasi.
3) Pencrapan rule yang memperhatikan perilaku pemerintah secara jangka
panjang merupakan faktor penting bagi inflasi, karena akan memberi jaminan
tingkat inflasi yang rendah dan relatif stabil.
4) Bila pemerintah menerapkan discretion, pemerintah memandang trade off
pengangguran-inflasi pada setiap periode. Pemerintah kemungkinan berada
dalam situasi di mana kesepakatan jangka panjang dengan masyarakat
dihindari. Discretion tidak menyediakan suatu kebijakan jangka panjang atau
tidak mampu untuk melakukan tindakan yang akan datang.
5) Secara global, rule akan menghasilkan dampak inflasi yang lebih rendah
dibandingkan bila diterapkan kebijakan discretion.
2. Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians
Perdebtan diantara aliran Moneterist dan aliran Keynesians
sejatinyamenyangkut perdebatan tentang keberadaan variabel-variabel yang
mendorongpermintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian. Kelompok
monetaristberpendapat bahwa permintaan agregat semata-mata dipengaruhi
olehperkembangan JUB dan pengaruhnya adalah stabil. Sedangkan aliran Keynesians
berpendapat bahwa permasalahan dalam suatu perekonomian adalah
sangankompleks, sehingga bukan hanya uang yang berperan penting dalam
mendorongpertumbuhan ekonomi, tetapi juga variabel-variabel lain.
Keynesiansberpandangan bahwa dalam dunia nyata terjadi kekakuan dan mekanisme
pasarbebas tidak bekerja sempurna, misalnya karena adanya kontrak kerja
antaramajikan dan karyawan. Dalam kondisi seperti ini, jika terjadi perubahan
(shock)dalam jangka pendek shock akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
yang pada akhirnya memengaruhi perkembangan harga (inflasi) didalam
jangkamenengah panjang.
Aliran monetarist juga berpendapat bahwa uang hanya berpengaruh
padatingkat inflasi dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena
itu,kebijakan moneter harus diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan
tidakdiarahkan untuk memengaruhi kegiatan ekonomi riil.
Sebaliknya aliran Keynesians berpendapat bahwa uang berpengaruh,
baikterhadap ekonomi riil maupun terhadap inflasi. Implikasinya adalah

7
kebijakanmoneter dapat dipergunakan secara aktif memengaruhi naik turunnya
kegiatanekonomi riil.

4. KERANGKA KERJA KEBIJAKAN MONETER


Secara umum, kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4 (empat)
komponen utama yaitu:
a. Instrumen-instrument kebijakan moneter
b. Sasaran oprasional
c. Sasaran antara
d. Sasaran akhir kebijakan moneter
Kerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan
monetermeliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target
akhir(ultimatetarget)adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter
(bank sentral).Indikator (intermediate target)adalah variabel-variabel yang
ingindikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai. Sedangkan
instrumenadalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat digunakan
olehbank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa sehingga target
yangditetapkan dapat dicapai. Hubungan ketiganya digambarkan sebagai berikut.

a) Inflation Targeting Framework(ITF)


Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit
mengumumkansasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk
mencapaisasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai
sasaraninflasi, kebijakan moneter dilakukan secaraforward looking,
artinyaperubahanstancekebijakan moneter dilakukan melaui evaluasi
apakahperkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang
telahdicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai
olehtransparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik.
Secara operasional,stancekebijakan moneter dicerminkan oleh penetapansuku
bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bungapasar uang
dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahansuku bunga ini
pada akhirnya akan memengaruhioutputdan inflasi.
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi
nilaitukar (crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan
8
jangkarnominal (nominal anchor) baru dalam rangka menjalankan kebijakan
moneter.Jangkar nominal adalah variabel nominal (seperti indeks harga, nilai tukar,
atauuang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral
sebagaidasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai
tukardijadikan target, maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal? Karena
tanpaadanya jangkar nominal, tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter
akandiarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki pedoman dalam
membuatekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang mengapung di lautan tanpa kejelasan
kearahmana kapal dilabuhkan. Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal
masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi
usahanya sesuaidengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran
inflasi danBank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan
meningkatkankredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya ekspektasi inflasi
masyarakatsesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
1) ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi
secaraeksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya
dengansasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak
jelas,masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
2) ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan
monetersesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
3) ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada
inflasiyang memerlukan time lag.
4) ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan
monetermendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek
transparansi danakuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan
aspek-aspek goodgovernance dari sebuah bank yang telah diberikan
independensi.
5) ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang
beredar,output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang
lebihkomprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel
informasitentang kondisi perekonomian.

9
5. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER
Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media
pengendalianoperasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank sentral
untukmemengaruhi sasaran operasioanal dan sasaran akhir yang telah ditetapkan
olehbank sentral atau pemerintah.
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra
menggunakaninstrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut
1) Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank
sentraluntuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukandengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat
berhargadi pasar modal.
2) Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah
uangberedar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank
sentralmemperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi),bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Denganmenaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.
3) Giro Wajib Minimum (Gwm)
Giro Wajib Minimum (GWM) atau cadangan wajib minimum
adalahketentuan bank sentral (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-bank
umumuntuk memelihara sejumlah alat-alat liquid (reserves) sebesar prosentase
tertentudari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dikumpulkan pada
suatu waktutertentu.
4) Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion)
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
denganberbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum
danpelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa
ajakanatau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan
pinjaman.
a) Sasaran Operasional

10
Sasaran operasional atau sasaran kerja merupakan sasaran yang
inginsegera dicapai oleh bank sentral dalam operasi moneternya. Variabel
sasaranoperasional digunakan untuk mengarahkan sasaran antara dalam
upayamewujudkan sasaran akhir (sasaran antara hanya digunakan pada
pendekatanKuantitas).
b) Sasaran Antara (Intermediate Target)
Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan
moneterbersifat tidak langsung dan kompleks serta membutuhkan time lag yang
panjang.Untuk alasan itu, para ahli moneter dan praktisi Bank Sentral mendesain
simplerule untuk membantu pelaksanaan kebijakan moneter dengan cara
menambahkanindikator yang disebut sebagai sasaran antara. Sasaran
tersebut merupakanindikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan
moneter, sasaran ini dipilihdari varibel-variabel yang memiliki keterkaitan
stabil dengan sasaran akhir,cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank
sentral, tersedia relatif cepat,akurat dan tidak sering direvisi. Variabel sasaran
antara meliputi:: agregat moneter(M1dan M2), kredit perbankan dan nilai tukar
(Bofinger, 2001:125).
c) Sasaran Akhir (Final Target)
Sasaran akhir kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh Bank
Sentraltergantung pada tujuan yang dimandatkan oleh UU bank sentral suatu
negara.Tujuan akhir kebijakan moneter di Indonesia mengacu pada Pasal 7 ayat
(1) UUNomor 3 Tahun 2004 yang secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan
akhirkebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah(stabilitas moneter).
d) Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal
Agar pencapaian akhir kebijakan moneter dapat efektif, maka
kerjasamadan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yangterintegrasi mutlak diperlukan untuk alasan tersebut,
di tingkat pengambilankebijakan (BI dan Pemerintah) secara rutin menggelar
Rapat Koordinasi untukmembahas perkembangan ekonomi terkini.
Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi
olehfaktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push),
makaagar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama
dankoordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
11
makroekonomi yangterintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal
tersebut, di tingkatpengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara
rutin menggelarRapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi
terkini. Di sisi lain,Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet
yang dipimpin olehPresiden RI untuk memberikan pandangan terhadap
perkembanganmakroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran
inflasi. Koordinasikebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam
penyusunan bersama AsumsiMakro di Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dibahasbersama di DPR. Selain itu, Pemerintah
juga berkoordinasi dengan BankIndonesia dalam melakukan pengelolaan
Utang Negara.
Ditataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah
diwujudkandengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran,
Pemantauan danPengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005.
Anggota TPI, terdiridari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di
Pemerintah sepertiDepartemen Keuangan, Kantor Menko Bidang
Perekonomian, Badan PerencanaanPembangunan Nasional, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian,Departemen Perhubungan, dan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.Menyadari pentingnya
koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPIdiperluas hingga ke level
daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BIdiharapkan akan semakin
efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupundaerah sehingga dapat
terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuarapada pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

6. PERANAN SISTEM KEUANGAN MONETER


Todaro dan Smith (2006 : 310) menyatakan bahwa sektor moneter
menyediakan enam fungsi utama yang sangat penting pada lingkup perusahaan
maupun perekonomian secara keseluruhan. Adapun fungsi utama tersebut terdiri dari :
a) Menyediakan Jasa Pembayaran Akan merepotkan, tidak efisien dan beresiko jika
kita harus membawa-bawa uang tunai dalam jumlah banyak untuk membayar
barang dan jasa yang dibeli. Lembaga keuangan menyediakan alternative yang
efisien seperti cek, kliring pribadi dan komersial, serta jasa kartu kredit maupun

12
debit yang masing- masing menjadi semakin penting setidaknya di sektor
modern, bahkan dinegara-negara berpendapatan rendah
b) Menghubungkan Para Penabung dengan Investor. Meskipun banyak orang yang
menabung seperti untuk masa pensiunnya, dan banyak orang yang mempunyai
proyek investasi seperti membangun sebuah pabrik atau memperbanyak
persediaan yang dimiliki oleh bisnis kecil keluarga, akan sulit mempertemukan
masing-masing investor yang sama persis dengan jumlah yang dibutuhkan untuk
mendanai proyek mereka. Oleh karena itu, para penabung dan investor harus
bertemu dan menyepakati segala hal mengenai persyaratan pinjam meminjam
atau segala bentuk pendanaan yang lain.
c) Menghasilkan dan Menyebarkan Informasi. Setiap orang tidak selalu berfikir
seperti ini, namun dari sudut pandang sosial secara luas, salah satu fungsi dari
system moneter yang paling penting adalah untuk menghasilkan dan
menyebarkan informasi. Harga saham dan obligasi di surat kabar harian di
Negara-negara merupakan contoh yang cukup sering kita jumpai, harga-harga ini
merupakan penilaian rata-rata oleh ribuan, jika bukan jutaan investor yang
didasarkan pada informasi yang tersedia mengenai berbagai jenis investasi.
d) Mengalokasikan Pinjaman Secara Efisien. Penyaluran dana investasi pada
berbagai penggunaan yang menghasilkan tingkat pengembangan tertinggi akan
meningkatkan spesialisasi dan pembagian tenaga kerja yang sudah dikenal sejak
jaman Adam Smith sebagai kunci kemakmuran suatu Negara.
e) Risiko Penentuan Harga, Risiko Pengumpulan dan Risiko perdagangan. Pasar
asuransi menyediakan perlindungan terhadap risisko, namun demikian pula
diverifikasi yang dapat dilakukan di pasar saham atau dalam sindikat pinjaman
perbankan.
f) Meningkatkan Likuiditas Aset. Beberapa investasi berjangka sangat panjang,
dalam sejumlah kasus pembangkit listrik tenaga air. Misalnya investasi semacam
itu yang mungkin berkeinginan untuk menjual surat berharganya pada suatu saat.

7. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA.


Sejak krisis moneter terjadi di Indonesia, media 1997 yang lalu. Banyak orang
yang mempersoalkan keandalan atau keampuhan kecanggihan kebijakan moneter
yang dilalkan pemerintah via Bank Indonesia. Sebenamya krisis tersebut dapat
dihindari kalau Bank Sentral bekerja secara normatif. Artinya Bank Sentral, sebagai
13
penguasa moneter. mempunyai kebebasan dan tidak tergantung kepada penguasa/
pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan yang hendak dilakukan
dalam rangka mencapal tujuan kebijakan ekonomi makro: pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilisasi hargaharga dan distribusi yang lebih merata. Tetapi 'nasi sudah
menjad bubur', apa yang secara normatif diharapkan tidak muncul.Hal ini berarti
bahwa Bank Sentral yang seharusnya melakukan langkah-langkah kebijakan justru
di'langkah'i, dalam artlan bahwa Bank Sentral harus melaku kan kebijakan yang telah
ditetapkan pemerintah/penguasa, yang mungkin ada beberapa ha! secara normatip
bertentanga dengan kaldah- kaldah yang ada. MIsalnya, dalam pengendallan laju
Inflasi. Ban Sentral mencoba melakukan pengetatan uang, dalam hal Inl
meminimumkan pemberian kredit langsung ataupun KLBI hanya pada sektor-sektor
yang diangga menguasai hajat hidup orang banyak (Bulog dan PERTAMINA,
misalnya).
Akan tetapi. kenyataan menunjukkan lain, yakni bahwa ada komlditi yang
mungkin tidak atau belum termasuk kebutuhan pokok perlu dan harus diberi kredit
langsung tersebut agar tetap bertahan hIdup (BPPC). Yang menjadi persoalan
sebenamya bukanlah besamya kredit yan dipersoalkan, tetapi k(xnitmen bersama
untuk mengendalikan laju inflasi telah dilanggar. Demikian juga kasus yang
menyangkut persolan personl! Bank Sentral yang terpaksa berurusan dengan pihak
berwajlb karena melakukan pelanggaran komitmen tersebut Sehingga apa yang
pemah dllontarkan oleh Alejandro Dia (1985), 'moral hazard' ataupun kebobroka
moral itu telah teijadi di Indonesia. Dalam hal In penulis tidak perlu mendefinlsikan
'moral'. karena aspek yang dltlnjau hanya persoala komitmen yang telah dilanggar.
Belum lagi m nyangkut masalah kepedulian (concern) terhada situasi dan kondisi
perekonomian khususnya dimana rakyat banyak maslh memeiiukan SEMBAKO,
malah disodori MOBNAS. Hal ini hany dimotivasi bagalmana mengambil margin
keuntungan produsen mobil dengan dalih memasyarakatkan mobil rakyat/nasional
tersebut Persoalan yang disoroti adalah kredit yang di salurkan ke produsen mobil
tersebut, yang di lakukan oleh konsursium perbankan domesflk. Apakah kredit itu
akan kemball atau menjad kredit macet merupakan persoalan lain. Toh semua dapat
diatur. Kalau secara normatif kredit tersebut disalurkan untuk rakyat banyak, kredit
kecil atau apapun namanya, maka tidak akan terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh
BKKBN Pelanggaran yang penulis maksudkan adala dilanggamya Undang-undang

14
Pokok Perbankan 1992, tentang lembaga yang berhak menghim pun dan menyalurkan
dana hanyalah 'bank”.
Apakah BKKBN menjadi Bank Kredit Kedl Bagi Nasabah? Persoalan yang
lebih sulit adalah menyangkut 'konsisten* atau keajegan Bank Sentral, sihingga
apapun, slapapun, dimanapun, bagalmanapun tidak boleh melanggar ketetapan
bersama (komitmen) yang telah disepakat. Tetapi, karena manuslawl, maka persoalan
keajegan inl sulit untuk dllaksanakan, karena berbagai alasan yang manusia juga.
Jadi, apapun macam ataupun bentuk serta cara yang akan diambll
pemerintah/penguasa dalam menangani kemelut yang sedang berlangsung dl
Indonesia, bukan tergantung IMF, CBS ataupun ISP, tetapi lebih teigantung pada per
soalan “moral”, bukan berarti moralis, tetapi cukuplah berpegang pada 'komltmen-
kepedulian-konsisten'. Kalau komitmen kita adalah cinta rupiah atau cinta produksl
dalam negeri, maka sebagai panutan, janganlah menimbun valuta asing atau pun
mengendarai mobil mewah yang tidak naslonalis. Kalau peduli pada rakyat kecil,
maka tidak perlu dl TV untuk menjual emas atau valuta asing, oukup bagl-bagi
sembako pada rakyat kecil, kalau pertu diam-dlam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yangbertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomiyang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbanganeksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuanekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya
bisamenggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secaraketat
mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkanbagi aliran
Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untukmenjamin
keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, olehkarena itu
kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana(discreation) sesuai
dengan perkembangan yang ada.
4. Kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4 (empat) komponen utama yaitu:
a) Instrumen-instrument kebijakan moneter
b) Sasaran oprasional
c) Sasaran antara
d) Sasaran akhir kebijakan moneter
5. Kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui
kebijakanmakroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan
B. Saran
Berkesinambungan atas dasar kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian
diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam menjaga tingkat suku bunga SBI, Bank Indonesia sebaiknya:
a) Suku bunga SBI diusahakan mendekati di sekitar besaran BI rate yang telah
ditetapkan sebagai hasil dari operasi moneter.
b) Melalui kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework), besaran tingkat suku
bunga SBI disesuaikan dengan keadaan perekonomian agar dapat

16
mempengaruhi kegiatan perekonomian dan berujung pada tingkat inflasi
yang sesuai dengan targetnya.
2. Dalam menjaga nilai tukar Rupiah secara nominal, Bank Indonesia sebaiknya:
a) Nilai tukar Rupiah perlu distabilkan cenderung ke arah penguatan atau secara
nominal diturunkan.
b) Sebagai sasaran antara dari kebijakan moneter, BI dapat menstabilkan nilai
tukar Rupiah melalui operasi moneter, dengan nilai tukar Rupiah yang stabil
maka perekonomian Indonesia menjadi kondusif.
3. Dalam meningkatkan indeks harga saham LQ45, Bursa Efek Indonesia hendaknya:
a) Membuat strategi khusus untuk menarik emiten baru dan investor baru untuk
menerbitkan sahamnya di pasar modal Indonesia. Dengan semakin
banyaknya emiten dan investor diharapkan bursa bisa lebih kompetitif dan
aktif sehingga indeks harga saham dapat merangkak naik.
b) Menghimbau kepada seluruh emiten indeks LQ45 agar meningkatkan
kinerjanya agar harga sahamnya menjadi naik dan berujung pada
peningkatan kapitalisasi dan likuiditasnya. Hal demikian bermuara pada
peningkatan indeks harga saham LQ45.

17
DAFTAR PUSTAKA

Latifah Nur Aini.2015. Modernisasi “Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi


Syariah” Jurnal Kebijakan Moneter Volume 11, Nomor 2, Juni 2015

Wardhani Devira Kusuma.2016. “kebijakan Moneter di Indonesia” Jurnal Ilmiah Volume 15,
No 4, 2016

Rahutami Angelina Ika.1994. “Kebijakan Moneter Rule Atau Discretion”. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia Vol 9 Tahun 1994

Safuridar.2018. “Peranan Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Aceh”. Jurnal Samudra Ekonomika, Vol. 2, No. 1, April 2018

Seftarita Chenny. 2005. “Kebijakan fiskal dan moneter dalam islam”. Jurnal Academia,
2005

Sardjonopermono Iswardono. 1998. “Kebijakan Moneter: Teori dan Bukti Emplris”. Jurnal
Ekonomi Vol.3 No.1,1998

Hadi Seno Sudarmon.2017. “Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian


Indonesia Secara Global”. Jurnal Moneter Vol. IV No. 1 April 2017

18

Anda mungkin juga menyukai