Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TEORI DASAR

Uji puntir dilakukan untuk menentukan modulus of elasticity in shear,


torsional yield strengh dan modulus of rupture. Uji ini sering digunakan pada
material getas. Spesimen yang digunakan pada uji puntir adalah batang
berpenampang lingkaran karena mudah untuk di ukur. Spesimen tersebut hanya
dikenai beban puntiran pada salah satu ujung saja karena jika dua pemebebanan akan
menimbulkan ketidakkonstanan sudut yang diperoleh dari pengukuran.

Gambar 1
Standar Spesimen

Besaran yang terukur dari uji puntir adalah momen putar dan sudut putar spesimen.
Pada pengujian ini mengukuran digunakan alat uji puntir (mesin uji yang digunakan
adalah Trano Grocki) yang dihubungkan ke komputer. Mesin ini terdiri dari twisiting
head, yang berfungsi untuk mengencangkan ujung spesimen dan memberi momen

1
torsi kepada spesimen tersebut. Weighting-head berfungsi untuk mencengkram ujung
spesimen yang, dan mengukur momen toris. Deformasi (sudut putar) yang terjadi
pada spesimen diukur dengan alat yang bernama Torptometer. Spesimen yang
digunakan dalam uji puntir ini adalah ST 37 (AISI 1010).
Rumus yang digunakan pada Uji Puntir adalah, rumus teganngan dan
regangan geser untuk batang pada :

Tegangan Geser Regangan Geser


T .r θ.r
τ= γ=
J L

Sedangkan untuk momen inersia polar (J), rumusnya adalah :


T .r
τ=
J
Data yang diperoleh dair percobaan, yaitu momen torsi dan jumlah putuaran
hingga spesimen mengalamai patah. Data tersebut perlu diolah lagi, yaitu
menkonversi jumlah putaran ke sudut puntir,sehingga di dapatkan grafik hubungan
antara momen torsi terhadapa sudut puntir. Namun, pada daerah plastits hubungan
antara momen puntir dengan sudut puntir tidak linear lagi, sehingga diperlukan rumus
yang berbeda untuk mencarai tegangan geser.

Gambar 2
Grafik momen torsi terhadap sudut puntir

2
Gambar 2
Grafik momen torsi terhadap sudut puntir

Untuk mengetahui tegangan geser pada daerah plastis, digunakan rumus :


1
τ a= ( BC +3 CD )
2. π . a3
Sedangkan untuk mencari regangan geser (γ), keduanya memiliki rumus yang sama
yaitu :
γ = θ’. R,
θ’ = sudut putar per satuan panjang = θ/L

Kriteria Tresca dan Von Mises digunakan untuk mengetahui factor keamana
suatu material agar kegalan dapat diminimalisir pada saat perancangannya.
Pada kriteria Tresca, specimen mengalami luluh bila tegangan geser maksimum
mencapai harga tegangan geser dalam uji tarik uniaksial. Rumusnya adalah :
γ
σ =2. τ dan ε=
2
σ = Tegangan geser sebenarnya
τ = Tegangan geser teknik
ε = Regangan geser sebenarnya
γ = Regangan geser teknik

3
Sedangkan Von Mises, spesimen mengalami luluh bila invariant kedua deviator
tegangan melampui harga kritis terteni. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
γ
σ =√ 3 . τ dan ε=
√3

Sifat mekanik adalah respon material terhadap pemebebnana yang dilakukan


pada material.
1. Modulus Elasitas Geser (G)
Modulus Elastitas Geser adalah ukuran kekakuan suatu material pada daerah
elastisnya. Dalam uji puntir nilai Modulus Elastitas Geser (G) dapa diketahui
melalui perbandingan tegangan geser (τ ¿ dengan regangan geser ( γ ) yang
terjadi pada daerah elastisnya.
τ T .L
G= =
γ J .θ
G = Modulus Elasitas Geser T = Momen Torsi
τ = Tegangan Geser L = Panjang Spesimen
γ = Regangan Geser J = Momen Inersia Polar
θ = Sudut Puntir

2. Modulus of Rupture
Modulus of Rupture adalah tegangan geser maksimum akibat beban puntir
maksimum saat terjado patah pada material.
3 M max
τu=
2. π . a3
τu = Modulus of Rupture a = Jari-jari penampang
M max = Momen torsi maksimum

3. Tosional Yield Strength

4
Torsional Yield Strength adalah batas tegangan geser sebelum material
sebelum mengalami deformasi plastits. Kekuatan luluh ini dapat dieketahui
dengan metode yang dilakukan juga pada pencarian kekuatan luluh uji tarik,
yaitu metode offset, namun dengan ketentuan 0.004 rad dalam grafik momen
puntir terhadap sudut puntir.

Standar uji puntir dilakukan berdasakan ASTME E 143. Prosedur


percobaannya adalah:
1. Ukur dimensi spesimen

2. Ukur harga kekerasan awal

3. Pilih beban momen puntir skala penuh pada mesin uji puntir.

4. Tentukan kecepatan puntiran dan kecepatan kertas

5. Letakkan spesimen pada mesin uji puntir dan pastikan spesimen terpasang

dengan kuat

6. Beri tanda pada spesimen dengan tinta atau tip-ex

7. Jalankan mesin uji puntir,

8. Perhatikan perubahan yang terjadi pada pena dan kertas perekam data

9. Saat spesimen patah, lepaskan spesimen dari mesin uji puntir

10. Ukur diameter di tempat patahan dan daerah deformasi plastis, ukur juga

harga kekerasan akhir.

Uji tarik dan uji puntir mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan dalam

pengujiannya. Kelebihan uji puntir antara lain sebagai berikut:

1. Tidak mengalami fenomena necking

5
2. Nilai koefisien n dan K untuk strain hardening lebih akurat karena daerah

deformasi plastis yang lebih panjang

3. Hasil pengukuran mengenai plastisiatas lebih banyak dan mendasar

4. Laju reganan yang diperoleh konstan dan besar

Sedangkan kelemahan dari uji puntir adalah sebagi berikut:

1. Pengolahan data menjadi kurva tegangan-regangan geser membutuhkan

perhitungan lebih dan tidak sedikit

2. Jika spesimen yang digunakan adalah batang padat (tidak hollow), maka

kevalidan data yang diperoleh berkurang karena tidak seluruh batang yang

berdeformasi (batang bagian dalam).

Anda mungkin juga menyukai