Anda di halaman 1dari 1

WACANA PILKADA AKAN DIKEMBALIKAN KE DPRD

Komisi II DPR RI sepakat untuk melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan


pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung atau dipilih oleh rakyat. Hal ini sesuai
dengan keinginan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang sebelumnya
mengusulkan penyelenggaraan pilkada langsung harus dievaluasi. Pasalnya, ongkos politik
yang dikeluarkan calon kepala daerah cukup tinggi. Oleh karena itu, ia menilai, pilkada
langsung banyak mudaratnya. Mantan Kapolri ini juga meminta, perlu dilakukan pengkajian
terhadap pilkada langsung untuk melihat dampak positif dan negatifnya. Selain banyak
manfaatnya yakni partisipasi demokrasi, tetapi lihat juga mudaratnya karena ada politik
dengan biaya tinggi. Seorang calon kepala daerah jika tidak punya dana sebesar 30 miliar,
maka dia tidak akan berani mencalonkan diri menjadi seorang bupati.
Usulan dari Mendagri tersebut menjadi ramai dan didiskusikan oleh publik. Publik
beranggapan Tito ingin mengubah pemilihan kepala daerah dikembalikan ke DPRD. Tito pun
mengklarifikasi pernyataannya terkait pilkada secara langsung. Tito menegaskan, dirinya
hanya mengusulkan mekanisme pilkada secara langsung untuk dievaluasi, bukan
dikembalikan kepada DPRD. Terkait hal ini, Mendagri meminta pilkada langsung dievaluasi
karena ada potensi terjadi konflik horizontal dan ongkos politik yang tinggi. Ongkos politik
yang tinggi ini membuat kepala daerah sering terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Selain itu Mendagri meminta adanya kajian tentang indeks kedewasaan demokrasi di
tiap-tiap daerah terkait pilkada langsung. Menurut Tito, hasil kajian tersebut menjadi dapat
menjadi mekanisme pilkada secara asimetris. Selanjutnya Tito juga menjelaskan bahwa
daerah-daerah yang memiliki kedewasaan demokrasi yang cukup tinggi bisa
menyelenggarakan pilkada secara langsung. Sebab, masyarakat di daerah tersebut dinilai
mampu mengkritisi visi dan misi calon kepala daerah mereka. Sementara itu, bagi daerah
yang memiliki indeks kedewasaan demokrasi rendah, maka perlu disiapkan mekanisme lain
yaitu, pemilihan kepala daerah di kembalikan ke DPRD.
Menurut Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kriyanto mengatakan, pihaknya menilai
pemerintah bisa saja melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara asimetris
sebagai bagian dari hasil evaluasi sistem pemilihan langsung. Hal tersebut disampaikan Hasto
menanggapi rencana Mendagri dalam mengevaluasi pelaksanaan pilkada langsung. Hasto
menambahkan, PDI-P mendukung wacana yang dilontarkan Mendagri dalam mengevaluasi
pilkada. Sebab, dari berbagai pengalaman dan masukan, pilkada langsung juga bisa memecah
belah masyarakat.

Latihan Soal:
1. Berikan analisa anda mengenai wacana pilkada asimetris yang diusulkan oleh
Mendagri?
2. Bagaimana dampak positif dan negatif pilkada secara langsung maupun tidak
langsung?
3. Jelaksan menurut pendapat anda indicator yang menentukan taraf tinggi atau
rendahnya penerapan demokrasi disuatu wilayah?
4. Jika anda terpilih sebagai Kepala Daerah, usaha kreatif apa yang akan anda lakukan
untuk meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat diwilayah anda?

Anda mungkin juga menyukai