Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TERNAK PERAH


“UJI MIKROBA SUSU”

Oleh
Nama : Arinta Dian Septiani
NIM : D0A021003
Kelompok : 1F
Asisten : Dimas Alfiansyah Ajoetjik

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahan pangan maupun produk olahannya umumnya dapat ditumbuhi oleh satu
atau lebih jenis mikroba. Adanya mikroba pada pangan kemungkinan dapat
menyebabkan kerusakan pangan atau bahkan dapat membahayakan kesehatan
konsumen. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah susu. Susu adalah
suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan
asal susu. Misalnya lemak susu, kasein, laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam
kambing, dan tidak terdapat di tempat lain manapun dalam tubuh sapi (Muchtadi et al
2010).
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kualitas susu adalah interval
pemerahan. Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Interval waktu yang sama antara pemerahan pagi dan sore hari akan memberikan
perubahan komposisi susu yang relatif sedikit, sedangkan interval waktu pemerahan
yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda juga (M. Arifin. Et,al
2016).
Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang,
asam, racun dan lain-lain yang menunjukkan kerusakan pada susu. Salah satu faktor
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dairy product adalah pertumbuhan dan
aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan kapang. Cemaran mikroba merupakan
salah satu faktor yang penting dalam menentukan kualitas susu. Pengujian kandungan
mikroba yang terkandung di dalam susu dapat dilakukan dengan metode Total Plate
Count (TPC), pengujian ini dilakukan untuk menghindari penurunan kualitas susu serta
menentukan baik atau tidaknya susu, sehat dan layak untuk dikonsumsi.

I.2 Tujuan
1. Mengetahui jumlah mikroba dalam susu
2. Mengindentifikasi atau mengetahui pengujian kandungan mikroba dalam susu

I.3 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dasar ternak perah dilaksanan pada tanggal 30 September 2021,
pukul 18.10-Selesai dilaksanakan di rumah masing-masing melalui Google Meet,
Whastapp Group dan Youtube.
II. MATERI DAN CARA KERJA
II.1 Materi
II.1.1 Uji Total Mikroba
a. Alat
1. Beef extract
2. Pepton
3. Agar
4. Aquades
5. Botol sample
6. Gelas ukur
7. Gelas piala
8. Autoclave
9. Timbangan
10. Kertas pH.
11. Kertas paying
12. Cawan petri steril
13. Kapak
14. Pipet 10 ml
15. Pipet I ml
16. Tabung reaksi
17. Alat pengaduk
18. Kompor gas
19. Kompor biasa
20. Label
21. Karet gelang
22. Filler
23. Lampu spirtus
24. Incubator
25. Erlenmeyer
26. Thermometer
b. Bahan
1. Susu
2. Media PCA
II.1.2 Uji Reduktase
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Incubator
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Kapas
6. Alumunium foil
7. Becker glass
8. Stopwatch
b. Bahan
1. Susu
2. Methylen blue
II.2 Cara Kerja
II.2.1 Uji Total Mikroba

Pembuatan media PCA

Sterilisasikan alat dan bahan

Pengenceran dan inokulasi

II.2.2 Uji Reduktase


Menambahkan 1 ml larutan methylene blue 1% pada 10 ml susu

Ditempatkan di dalam incubator suhu 37 derajat

Pengujian dengan menentukan lamanya perubahan warna biru menjadi hilang

Koreksi lamanya waktu hilangnya warna biru dan jumlah bakteri dengan kualitas susu.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
III.1.1 Uji Total Mikroba

a. Pengenceran ke-3 (10-3)


Jumlah koloni = 83
1
Jumlah Bakteri = Jumlah koloni x
Faktor Pengenceran
1
= 83 x CFU
10−3
= 83 X 10 3 CFU
= 83.000 CFU
b. Pengenceran ke-4 (10-4)
Jumlah koloni = 34
1
Jumlah bakteri = Jumlah koloni x
faktor pengenceran
1
= 34 x
10−4
= 34 x 10 4 CFU
= 340.000 CFU

III.1.2 Uji Reduktase


Warna biru pada susu berubah menjadi putih setiap dua jam, tetapi dalam
delapan jam warna biru belum hilang sepenuhnya. Hal tersebut diasumsikan bahwa
warna biru akan menghilang setelah delapan jam dan perkiraan jumlah bakterinya
yaitu kurang dari setengah juta.
III.2 Pembahasan
III.2.1 Uji Total Mikroba
Uji mikroba merupakan salah satu uji yang sangat penting untuk mengetahui
kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional berasal dari alam yaitu
dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya. Oleh karena didalam
pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses pengangkutan dan
penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dalam proses tersebut dapat
terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk mengetahui bahwa bahan baku,
bahan tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami perubahan sifat serta bebas
dari kontaminan mikroba, maka diperlukan uji mikrobiologis, meliputi pengujian
angka lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri / kapang. Jika telah dilakukan uji-
uji tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang yang sesuai standar SNI, maka
produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut Sarkar (2015)
bahwa penerapan higienitas selama proses pemerahan hingga penanganan susu
merupakan faktor sangat penting untuk mengurangi konntaminasi dari peternakan
hingga pabrik pengolahan susu. Menurut Abu el-Hassan et al. (2015) bahwa
perlunya penerapan sistem HACCP pada semua pabrik susu serta perlunya suatu
Proses pemantauan dan evaluasi terhadap Pelaksanaan HACCP pada pabrik-pabrik
susu. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kualitas produk olahan susu.
Dalam percobaan tentang perhitungan jumlah mikroba digunakan metode total
Plate count (TPC).metode ini merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroba
dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode
cawan tuang adalah metode per plate. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan
sumber Isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis,
larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri steril,
dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur media untuk makanan mikroba
(dwidjoseputro. 2003).
Ada beberapa cara perhitungan mikroba secara langsung yaitu menggunakan
Colony counter, menggunakan cara pengecatan dan pengamatan dibawah
mikroskop, dan cara lainnya dengan menggunakan filter membran. Keuntungan
menggunakan metode langsung yaitu pelaksanaannya relative cepat dan tidak
membutuhkan banyak peralatan. Sedangkan kerugiannya yaitu sel mikroba yang
telah mati tidak dapat dibedakan dengan sel hidup, hal ini dapat menyebabkan sel
yang mati dapat terhitung juga. Cara menghitung mikroba secara tidak langsung
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan, baik yang hidup
maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja,
tergantung cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup
dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikroba diencerkan beberapa
kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari
macamnya bahan dan sifat mikroba. Berapa cara menetukan jumlah mikroba secara
tidak langsung yaitu menghitung jumlah mikroba menggunakan sentrifuge,
berdasarkan kekeruhan, menggunakan perhitungan elektronik (elektronik
counter),berdasarkan analisis kimia, bedasarkan berat kering, menggunakan cara
pengenceran, menggunakan cara Most Probable Number (MPN) dan menggunakan
metode hitungan cawan (Indra, 2009).

III.2.2 Uji Reduktase


Uji reduktase yang dilakukan di KAN Jabung merupakan salah satu cara prosedur
uji kualitas susu untuk menilai harga susu sapi yang diperah oleh peternak sekitar,
agar mendapatkan upah yang didapat setelah pemerahan yang dilakukan pagi dan
sore hari. Hal ini sesuai menurut Hidayat (2006), uji reduktase merupakan salah satu
cara untuk mengetahui secara kasar jumlah bakteri dalam susu, uji ini didasarkan
pada kemampuan dari semua bakteri didalam susu yang dapat mengubah warna
biru menjadi warna putih.
Enzim reduktase dihasilkan oleh bakteri- bakteri yang ada didalam susu, sehingga
semakin banyak bakteri dalam susu tersebut semakin banyak pula enzim yang
dihasilkan senyawa pereduksi, bila susu ditambahkan larutan Methylene blue 1%
akan berwarna biru, jika bakteri tumbuh dan berkembang akan menghasilkan enzim
reduktase yang sanggup mengoksidasi dengan pemindahan hydrogen,dalam hal ini
methylene blue bertindak sebagai hydrogen aceptor yang akan menerima hidrogen
sehingga bakteri direduksi dan kekuatan oksidasi reduksi akan menjadi rendah
sampai negatif. Semakin cepat warna biru berubah menjadi putih maka semakin
banyak bakteri yang ada didalam susu, karena ini berarti semakin cepat oksidasi
habis dikonsumsi oleh bakteri, oleh karena itu uji reduktase dapat digunakan sebagai
salah satu prosedur untuk menentukan upah peternak dan salah satu untuk
mengetahui kualitas susu segar. Hidayat (2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka reduktase ini antara lain adalah jenis
ternak (hereditas), tingkat laktasi, umur ternak, kesehatan pada ambing, nutrisi pada
ternak, sanitasi putting dan ambing, sanitasi tempat pemerahan, sanitasi
pemerahan, sanitasi milkcan dan penyimpanan milkcan. Pada saat sanitasi putting
dan ambing peternak menggunakan air biasa bukan air hangat, padahal air hangat
membantu untuk merangsang memancarnya air susu yang memudahkan
pemerahan. Peternak sebelum memerah, mereka melakukan pembersihan kandang
terlebih dahulu, setelah pemerahan selesai milkcan yang digunakan dicuci
menggunakan deterjan dan milkcan diletakan dilantai secara terbalik dimana lubang
milkcan berada dibawah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saragih, Suada dan Sampurna (2013), bakteri yang ditemukan dalam kotoran tanah
dan air dapat masuk kedalam susu karena peralatan pemerahan serta kontak
dengan susu. Hal ini diperjelas oleh Everit Et al (2002) bahwa faktor yang harus
diperhatikan adalah higienitasnya dengan cara melindungi susu dari kontak langsung
ataupun tidak langsung dengan sumber-sumber yang dapat mencemari susu selama
pemerahan, pengumpulan dan pengangkutan. Selain itu perlu penanganan yang
tepat dalam proses pengolahan dan penyimpanannya.
IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
 Uji mikroba merupakan salah satu uji yang sangat penting untuk mengetahui
kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional berasal dari
alam yaitu dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya. Oleh
karena didalam pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses
pengangkutan dan penyimpanan dalam waktu yang cukup lama.

 Pada Uji Reduktase faktor yang harus diperhatikan adalah higienitasnya


dengan cara melindungi susu dari kontak langsung ataupun tidak langsung
dengan sumber-sumber yang dapat mencemari susu selama pemerahan,
pengumpulan dan pengangkutan. Selain itu perlu penanganan yang tepat
dalam proses pengolahan dan penyimpanannya.

IV.2 Saran
Menurut saya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Praktikum Mikroba susu
ini ialah :
• Tekun dan teliti dalam praktikum
• Memperhatikan alat dan bahan yang digunakan, harus bersih.
• Bersungguh-sungguh dan tekun.
DAFTAR PUSTAKA

M. Arifin, A. Y. Oktaviana, R. R. S. Wihansah, M. Yusuf, Rifkhan, J. K. Negara, A. K. Sio. 2016. Kualitas


Fisik, Kimia dan Mikrobiologi Susu Kambing pada Waktu Pemerahan yang Berbeda di Peternakan
Cangkurawok, Balumbang Jaya, Bogor. 4:(2), 291-295.

Abu el-Hassan, N. N., Ibrahim, M. T. dan E. Ochi. 2015. A study on some quality control of

pasteurized milk in Sudan. J. IJISET. 2(12): 777-784.

Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta

Everitt, B., T. Ekman and M. Gyllensward. 2002. Monitoring Milk Quality and Udder Health in Swedish.
AMS Herd. Proc. Of The 1st North American Conference on Robotic Milking. P. V-72.

Hidayat, H. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Benzaklin Untuk Diping Terhadap Total Bakteri dan pH
Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Indra, Deden Dinata.2009. Bioteknologi Pemanfaatan Mikroorganisme dan Teknologi Bioproses.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

Bogor: Alfabeta, CV.

Rizqan., Arief dan E. Roza. 2019. Uji Didih, Uji Alkohol dan Total Plate Count Susu Kambing Peranakan
Etawa (PE) di Peternakan Ranting Mas. 21:(2), 122-129.

Sarkar, S. 2015. Microbiological Considerations: Pasteurized Milk. International J. of Dairy

Sci. 10(5): 206-218.

Saragih, C. I., I. K. Suada dan I. P. Sampurna. 2013. Ketahanan Susu Kuda Sumba Ditinjau Dari Waktu
Reduktase, Angka Katalase, Berat Jenis dan Uji Kekentalan. Indonesia Medicus Veterinus. 2 (5) : 553-
561.

Anda mungkin juga menyukai