Anda di halaman 1dari 54

PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAM PATOLOGIS

A. Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan elektrokardiogram secara legeartis.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menginterpretasikan temuan patologis dari
pemeriksaan elektrokardiogram.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan penyakit yang menunjukkan tanda patologis dari
pemeriksaan elektrokardiogram.

B. Alat dan Bahan


1. Persiapan alat
Siapkan alat-alat di dekat tempat tidur penderita. Alat-alat tersebut adalah,
 Mesin EKG
 Jelly
 Tissu
 Elektroda
Hubungkan arder / ground ke lantai atau tempat arder. Nyalakan EKG, cek
kaliberasi
Kalibrasi
    Normal calibrasi adalah 1mV (10 kotak kecil / 2 kotak besar) 

2. Persiapan penderita
Berikan penjelasan kepada penderita tentang prosedur pemeriksaan.
Baringkan penderita pada alas yang rata, tidak berhubungan langsung dengan
tanah/ lantai tidak menyentuh logam, orang lain. Pastikan tidak terdapat
penghalang pada thoraks, lengan dan kaki. Saat pemeriksaan, privasi pasien
harus tetap terjaga dikarenakan ketidaknyamanan saat pemeriksaan.
Hasil dari pemeriksaan EKG bisa berubah-ubah tergantung kepada posisi
tubuh saat diperiksa. Posisi terlentang direkomendasikan pada saat
pemeriksaan, dan penting untuk memastikan bahwa tempat tidur cukup luas
untuk pasien berbaring. Untuk mendapatkan hasil perekaman yang akurat
pasien perlu diberitahu agar saat pemeriksaan tetap relaks dan memposisikan
diri dengan nyaman. Persiapan lain yaitu, mencukur rambut pada dada pasien
untuk memastikan kontak yang adekuat dengan kulit. Sebelum perekaman
sebaiknya kulit dibersihkan, beberapa variasi cara dapat dilakukan mulai dari
penggunaan sabun sampai dengan penggunaan alkohol.
3. Pasang elektrode pada kulit penderita yang sebelumnya telah diberi jelly.
Limb Lead
Kabel merah /R : lengan kanan bawah, proksimal dari wrist
Kabel kuning /L : lengan kiri bawah, proksimal dari wrist
Kabel hijau /F : kaki kiri, proksimal dari pergelangan kaki
Kabel hitam /N : kaki kanan, proksimal dari pergelangan kaki

Precordial ( Chest ) Leads


Kabel merah /C1 : SIC IV linea parasternalis dextra
Kabel kuning /C2 : SIC IV linea parasternalis sinistra
Kabel hijau /C3 : Pertengahan C2 dan C4
Kabel coklat /C4 : SIC V linea midclavikula sinistra
Kabel hitam /C5 : setinggi C4, linea axillaris anterior sinistra
Kabel violet /C6 : setinggi C4 dan V5, linea midaxillaris sinistra
4. Perekaman EKG
Untuk mendapatkan hasil dengan kualitas baik, pasien harus relaks dan
nyaman. Pastikan tidak terdapat kekauan pada lengan dan tungkai pasien atau
pergerakan pada jari-jari, jika hal ini tidak dapat terpenuhi, selain merekam
aktivitas jantung, EKG juga akan dapat merekam potensial dari otot somatik
sehingga akan lebih sulit menginterpretasi hasil perekaman.
Masing-masing lead minimal 3 gelombang, beri/ buat tanda pemisah masing-
masing lead. Tuliskan identitas lengkap, tanggal, dan waktu pemeriksaan.
Apabila diperlukan, lead II diperpanjang sampai 10 gelombang.

C. Membaca elektrokardiogram
1. Ritme
Normal ritme jantung adalah 60-100x/menit
Irama sinus: adalah irama gelombang P dikuti komplek QRS dan gelombang T

    sinus rhytm : berarti detak jantung diantara 60-100x/menit

  sinus takikardi : berarti detak jantung >100x/menit

     sinus bradikardi : berarti detak jantung kurang dari 50x/menit


    sinus aritmia : berarti detak jantung berubah setiap detik

2. Rate
 Yang paling mudah menggunakan rumus 1500/Jumlah kotak kecil antara gel. R – R
atau 300/jumlah kotak besar antara gel R-R

    Contoh:

3. Gelombang P
    Normal : Tinggi 1-3 kotak kecil
    Positif pada lead I, II, aVF
Gelombang P

 Gelombang P merupakan Defleksi positif pertama pada suatu gelombang EKG


 Gelombang P mempunyai makna sebagai depolarisasi atrium

o Setengah gelombang P pertama menunjukkan depolarisasi dari atrium kanan 


o Setengah gelombang P kedua menunjukkan depolarisasi dari atrium kiri
 Karakterisitik Gelombang P Sinus yang normal :
o Morfologi :
 Positif pada lead I, II, aVF dan V2 - V6 
 Negatif pada lead aVR
 Biphasic pada lead V1
 Bervariasi pada lead III dan aVL
o  Axis :  
 Axis gelombang P yang normal berada pada 0° dan +75°
 Selalu positif pada lead II dan negatif pada lead aVR 
o Durasi : 
 < 120 msec ( atau 3 kotak kecil )
o Amplitudo :
 < 2,5 mV ( atau 2.5 kotak kecil )  

  Gambar gelombang P yang normal dan abnormal :

o Gambar pertama merupakan gambar gelombang P yang normal, Positif di lead


II dan Biphasic di lead V1 yang kita sebut sebagai Gelombang P sinus ( Sinus
Rhytm )
o Gambar kedua merupakan salah satu contoh gelombang P yang abnormal,
Negatif di lead II dan Positif di lead V1 yang kita sebut sebagai Gelombang P
ektopik ( Ectopic Atrial Rhytm )

o Gambar di atas merupakan contoh kelainan gelombang P yang umumnya


ditemui :
 Right Atrial Enlargement , Amplitudo Gelombang P > 2.5 mm di
lead II dan V1
 Left Atrial Enlargement, Durasi gelombang P > 120 msec dan
komponen negatif P di lead V1 > 0.1mV 

o Bila terdapat gelombang P lebih dari 3 macam, maka kita sebut


dengan Multifocal Atrial Rhytm
o Bila tidak terdapat gelombang P atau tidak terlihat dengan gelombang QRS
yang reguler kita sebutJunctional Rhytm
 Kelainan Gelombang P paling mudah dilihat pada lead Inferior ( II,III,aVF ) dan lead
V1 karena disini gelombang P paling menonjol

4. PR Interval 
    Normal: Durasi 3-5 kotak kecil

Interval PR
 
 Interval PR merupakan waktu yang diukur dari awal gelombang P sampai dengan
awal Kompleks QRS
 Interval PR mempresentasikan waktu yang dibutuhkan dari depolarisasi atrium hingga
arus listrik melewati AV Node
 Kriteria Interval PR :

 Interval PR normal dan memanjang


o Interval PR normal berada pada antara 120 ms - 200 ms ( 3-5 kotak
kecil ) 
o Interval PR dikatakan memanjang bila Interval PR lebih dari 200 ms
atau 5 kotak kecil yang kita katakan sebagai AV Block Derajat 1
 Interval PR memendek
  
o Interval PR dikatakan memendek bila Interval PR kurang dari 120 ms
atau 3 kotak kecil 
  Penyebab Interval PR memanjang ( > 200 ms ) : 

Interval PR memanjang pada AV Block Derajat 1


o AV Block Derajat 1
o AV Block Derajat 2 Mobitz 1
o Normal Variant
 Penyebab Interval PR memendek ( < 120 ms ) :
o Normal Variant 
o Low Atrial atau Upper Junctional  Rhytm

 Interval PR Memendek pada Junctional Rhytm


o Peningkatan Aktivitas Simpatis
o Sindrom Preeksitasi :
 Wolf Parkinson White Syndrome
 Interval PR Memendek pada Sindrom WPW
 Lown Ganong Levine Syndrome

5.. QRS axis (menggunakan gelombang QRS)

   

    -Axis normal : Lead I dan aVF (+)


    -Menyimpang ke kanan : Lead I (-) dan aVF (+)
    -Menyimpang ke kiri : Lead I (+) dan aVF (+)
    -Menyimpang ke kanan yang hebat: Lead I dan aVF (-)
*(+) : naik ke bawah, (-) : turun ke bawah
6.. Gelombang QRS
     Tinggi : 5-20 kotak kecil
     Durasi : 1,5-3 kotak kecil
Kompleks QRS

 
 Gelombang QRS merupakan Gelombang Defleksi yang terjadi setelah gelombang P
 Gelombang QRS mempresentasikan aktivitas depolarisasi dari ventrikel atau
aktivasi listrik dari ventrikel yang dibutuhkan agar ventrikel dapat berkontraksi
 Gelombang QRS mempunyai nomenklatur untuk penamaan defleksi setiap
gelombang antara lain :
o Gelombang Q : Defleksi Negatif Awal pada Kompleks QRS
o Gelombang R : Defleksi Positif pada Kompleks QRS
o Gelombang S : Defleksi Negatif pada Kompleks QRS setelah munculnya
gelombang R

Durasi Gelombang QRS  :


o Narrow QRS Complex (< 012 ms) menandakan Impuls berasal dari
supraventrikular

 
o Wide QRS Complex (> 0.12 ms) impuls bisa berasal dari ventrikular atau
supraventrikular dengan konduksi aberan
             Berbagai Penyebab Wide QRS complex :
 Bundle Branch Block
 Irama Ventrikular
 Hiperkalemia
 Left Ventricular Hyperthrophy
 Pre-Excitation Syndrome
 Amplitudo Gelombang QRS :
o  Large Voltage : 
 Ventricular Hyperthrophy
 Thin Chest Wall
 Kesalahan Standarisasi dari Voltage
o Low Voltage ( Amplitudo gelombang QRS < 0.5 mV pada lead ekstremitas
dan < 1 mV pada lead Prekordial ) :
 Kardiomiopati utamanya kardiomiopati restriktif
 Efusi Perikardium
 Perikarditis Konstriktif
7.. QT Interval
    Durasi < 10 kotak kecil

Interval QT

 Interval QT merupakan waktu yang diukur dari awal gelombang Q sampai akhir


gelombang T
 Interval QT mempresentasikan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel
 Nilai dari Interval QT bervariasi tergantung dari heart rate, semakin tinggi heart rate
maka interval QT semakin memendek. sebaliknya semakin rendah heart rate maka
interval QT semakin memanjang. oleh karena ada dikenal perhitungan Interval
QTc atau Interval QT koreksi yang nilainya konstan berapapun nilai heart rate
 Kenapa kita harus memperhatikan Interval QT dalam membaca EKG??
o Interval QT yang memanjang dan abnormal akan meningkatkan resiko aritmia
ventrikular yang berpotensi membahayakan keadaan pasien, yang kita kenal
sebagai Torsade de Pointes
 Cara Mengukur Interval QT dan QTc :  
o Interval QT diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T ( hitung
dalam msec )

o Rumus yang digunakan dalam menentukan interval QTc umumnya yang


dipakai adalah Formula Bazzet's =  QTC = QT / √ RR

o Nilai Normal Interval QTc :  


 Interval QTc dikatakan memanjang jika > 450 msec pada pria dan
> 460 msec pada wanita
 Interval QT memendek bila < 360 msec pada pria dan < 370 msec
pada wanita 

  
 Terdapat Cara cepat dalam menilai apakah interval QT memanjang
atau tidak. yakni denganmetode 1/2 Interval R-R :

 Apabila Interval QT > 1/2 Interval R-R maka Interval QT


dikatakan memanjang
 Apabila Interval QT < 1/2 Interval R-R maka Interval QT
dikatakan normal

 Penyebab Interval QT memanjang : 


o Elektrolit : Hipokalemia , Hipokalsemia , Hipomagnesemia
o Drugs ( Psikotropik , Amiodarone )
o Kongenital
o Perdarahan Intrakranial
o Hipothermi dll
 Penyebab Interval QT memendek : 
o Hiperkalsemia
o Hiperkalemia
o Intoksikasi Digitalis
 

8..  Gelombang U => tanda hipokalemi


      

 Normal : tidak ada/tidak muncul


9. ST segment
      Normalnya isoelektrik (sejajar/menyentuh garis merah) atau < 1 kotak kecil
Segmen ST

 
 ST Segmen merupakan Segmen waktu  di antara gelombang QRS dan gelombang
T
 ST Segmen mempresentasikan waktu diantara depolarisasi ventrikel dan repolarisasi
ventrikel
 Segmen ST normalnya Flat, isoelektrik diantara akhir gelombang S ( J Point )
dan awal gelombang T
 Penyebab kelainan ST Segmen Utama ( Elevasi atau Depresi ) adalah Iskemia dan
Infark Miokardium

 Kelainan Segmen ST :

o ST Elevasi : Merupakan Peningkatan Segmen ST di atas Garis Isoelektrik


Baseline yang diukur dari J Point ( Awal dari Akhir kompleks QRS )
o ST Depresi : Merupakan Penurunan Segmen ST di bawah Garis Isoelektrik
Baseline yang diukur dari J Point ( Awal dari Akhir kompleks QRS )
 Segmen ST Elevasi :

   
o  Penyebab ST Elevasi :
 Infark Miokardium
 Benign Early Repolarization
 Myopericarditis
 Left Bundle Branch Block
 Left Ventricular Hyperthropy
 Aneurisma Ventrikel
 Hiperkalemia
 Penyebab Lain : Hipotermi, Sindrom Brugada, Perdarahan Intrakranial
atau Subarakhnoid 

 Segmen ST Depresi :
 
             ST Depresi : Upsloping (A), Downsloping (B), Horizontal (C)
o Penyebab ST Depresi :
 Iskemia Miokardium / NSTEMI
 Reciprocal dari STEMI
 Gangguan Konduksi ( LBBB, RBBB, Sindrom WPW )
 Hipertrofi Ventrikel ( LVH, RVH )
 Drugs ( Intoksikasi Digitalis )
 Hipokalemia
 Perdarahan Subarachnoid

10. Gelombang T
     -Positif (+) pada Lead I, II, V3-V6
     -Negatif (-) pada Lead aVR
*(+) : naik ke bawah, (-) : turun ke bawah
Gelombang T

 Gelombang T merupakan Defleksi positif setelah tiap gelombang QRS yang


mempunyai makna sebagai repolarisasi ventrikel

 Karakteristik Gelombang T yang normal :


o Positif di semua lead kecuali aVR dan V1
o Amplitudo umumnya tidak melebihi 2/3 gelombang R atau < 5 mm di limb
lead dan < 15 mm di prekordial lead
o Durasi lihat interval QT
 Kelainan Gelombang T : 
o Gelombang T-Tall atau Peaked T Waves :
 Hiperkalemia
 Hyperacute T waves ( Stadium awal STEMI ) 

 T-Tall pada Hiperkalemia

T-Tall pada Hiperakut gelombang T dengan STEMI

o Gelombang T Inversi :
 Normal pada Anak-anak
 Abnormalitas Sekunder dari Bundle branch block dan hipertrofi
ventrikel
 Iskemia dan Infark Miokardium
 Myoperikarditis
 Penggunaan Digoxin
 Penyakit Sistem Saraf Pusat ( perdarahan subarachnoid )
 
Inversi gelombang T pada Infark Miokard
o  Gelombang T Biphasic : 
 Iskemia Miokardium
 Hipokalemia

 Gelombang T Biphasic pada Iskemia Miokard

 Gelombang T Biphasic pada Hipokalemia

o Gelombang T Camel Hump :


 Gelombang U Prominen pada Hipokalemia 
 Gelombang P Tersembunyi di dalam gelombang T

 Tampak Gelombang P menyatu dengan Gelombang T pada 1st degree AV Block

KESIMPULAN: NORMAL/ABNORMAL
D. Interpretasi hasil patologisnya
ECG RHYTHM ABNORMALITIES
Berdasarkan Irama
A. Irama sinus
Aritmia yang terjadi pada keadaan bradikardia atau takikardi atau sinus aresst.

                                       sinus Bradycardi

                                        sinus Tachycardia

                                          sinus Aresst


B.       Irama Atrial
Dibagi menjadi :
1) Atrial Flutter

                            irama atrial pada atrial Flutter (jumlah gel.P banyak)

       Gambaran terlihat baik pada sadapan II, III, dan aVF seperti gambaran gigi gergaji ,
kelaianan ini dapat terjadi pada kelainan katub mitral atau tricuspid, cor pulmonal akut atau
kronis , penyakit jantung koroner dan dapat juga akibat intoksikasi digitalis

2) Atrial Fibrilasi

Atrial fibrillation

Pada EKG terlihat gelombang yang sangat tidak teratur dan cepat sekali , mencapai 300 -500
kali permenit dan sering kali ditemukan pulsus deficit.
Pada atrial fibrillation beberapa signal listrik yang cepat dan kacau "menyala" dari daerah-
daerah yang berbeda di atria, dari pada hanya dari satu daerah pemacu jantung di SA node.
Signal-signal ini pada gilirannya menyebabkan kontraksi ventricle yang cepat dan tidak
beraturan. Penyebab-penyebab dari atrial fibrillation termasuk serangan jantung, tekanan
darah tinggi, gagal jantung, penyakit klep mitral (seperti mitral valve prolapse), tiroid yang
aktif berlebihan, gumpalan darah di paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan,
emphysema, dan radang dari lapisan jantung (pericarditis).

3) Atrial takikardi
Biasanya adalah paroksimal (PAT= paroxysmal atrial tachycardia ), disebut juga takikardi
supraventrikuler paroksimal, yaitu takikardai yang berasal dari atrium dan nodus AV. Pada
gambar terdapat ektrassistole yang berturut- turut.
                    

Atrial tachycardia

4) Ekstrasistole atrial
Disebut juga Premature atrial beats. Hal ini timbul akibat impuls yang berasal dari atrium
timbul premature . kelainan ini biasanya tidak memiliki arti klinis penting dan biasanya tidak
butuh terapi 

                                                   Ekstrasistole Atria
C. Irama Junctional
Gambaran EKG menunjukan laju QRS antara 40 -60 permenit dengan irama biasanya
teratur , gelombag { biasanya terlihat negative disadapan II , III, aVF . Gelombang P  bisa
mendahului atau tumpang tindih dengan QRS.
Biasanya disebabkan karena nodus SA kurang aktiv sehingga diambil alih :
1) AV junctional ektrasistole
 
                                                                                    
2) AV junctional takikardi paroksimal seperti PAT

                                               
3)  AV junctional takikardi Non  paroksimal
 D. Irama Ventrikuler
1.      Ventrikel Ekstra Sistole (VES)
Adalah gelombang ventrikel yang muncul tiba tiba pada gelombang sinus , ini muncul karena
pace maker ventrikel tiba – tiba lebih kuat dari SA node dalam memproduksi listrik . jenis ini
terdiri dari :
a.       VES Uniform atau Unifokal
VES yang bentuknya serupa pada lead yang sama.
b.      VES multiform
c.       VES Begimini
Artinya setiap satu komplek normal diikuti oleh satu VES
d.      VES trigemini
Artinya setiap dua komplek normal diikuti oleh satu VES
e.       VES Couplet
Artinya setelah komplek normal , muncul 2 VES sekaligus , jika muncul lebih dari 2
sekaligus disebut Run of…

2.      Ventrikular Takikardi (VT)


Pelepasan impuls yg cepat oleh fokus ektopic di Ventricel, yang ditandai oleh sederetan
denyut Ventrikel. Terdapat 3 atau lebih komplek yang berasal dari ventrikel secara berurutan
dengan laju lebih dari 100x/ menit. Pengaruhnya terhadap jantung adalah ventrikel yang
berdenyut sangat cepat tanpa sempat mengosongkan dan mengisi darah secara sempurna,
Akibatnya sirkulasi darah menjadi tidak cukup.

Ventrikel tachycardia

3.      Ventrikel Fibrilasi (VF)


Adalah gambaran bergetarnya ventrikel , yang disebabkan karena begitu banyak tempat yang
memunculkan implus, sehingga sel jantung tidak sempat berdepolarisasi dan repolarisasi
sempurna. Disini sudah tidak terlihat gelombang P, QRS dan T. hal ini biasa terjadi pada
iskemiaakut atau infrak miokard.

 4.      Ventrikel Flutter
Ventrikel Fluter adalah gambaran getaran ventrikel  yang disebabkan oleh produksi sebuah
pacemaker diventrikel dengan frekuensi 250 – 350 kali permenit. Gambaran yang muncul
adalah gelombang berlekuk dan rapat.

ECG CONDUCTION ABNORMALITIES


Gangguan Konduksi
             Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi pada jaringan konduksi ( jalur listrik
jantung ) sehingga listrik jantung tidak berjalan lancer atau berhenti di tengah jalan.terdiri :
1.      Block SA node
                 Gangguan pada SA node menyebabkan block SA dan sinus Aresst.

  

  Gangguan AV Block
a.       AV Block derajat 1
Umumnya disebabkan karena gangguan konduksi di proximal His bundle , sering terjadi pada
intoksitas digitalis, peradangan , proses degenerasi maupun varian normal . Gambar yang
muncul pada EKG adalah interval PR yang melebar > 0,22 detik dan interval PR tersebut
kurang lebih sama disetiap gelombang 
                                               Gambar 22. first degree AV Block

b.      AV Block derajat II


Dibagi menjadi 2 tipe :
1.      Mobitz tipe 1  ( wenckebach block)
Interval PR secara progresif bertambah panjang sampai suatu ketika implus dari atrium tidak
sampai ke ventrikel  dan denyut ventrikel ( gelombang QRS)tidak tampak , atau gelombang P
tidak diikuti oleh QRS. Hal ini disebabkan karena tonus otot yang meningkat , keracunan
digitalis atau iskemik .

                   
              Gambar 23. Secon degree AV Block  tipe 1

2.       Mobitz tipe 2
Interval PR tetap sama tetapi didapatkan denyut ventrikel yang berkurang. Dapat terjadi pada
infrak miocard akut, miocarditis, dan proses degenerasi.
                                        Gambar 24. Second degree AV Block  tipe 2

c.       AV Block derajat III


Disebut juga block jantung komplit , dimana implus dari atrium tidak bisa sampai pada
ventrikel , sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena implus yang berasal dari ventrikel
sendiri .gambaran EKG memperlihatkan adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60 –
90 kali permenit , sedangkan komplek QRS hanya 40 – 60 kali permenit . hal ini disebabkan
oleh infrak miocard akut, peradangan, dan proses degenerasi. Jika menentap diperlukan
pemasangan pacu jantung.

                                         
third degree AV Block ( Total AV block)

3.      Gangguan pada serabut HIS menyebabkan RBBB dan LBBB


Bundle Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi dicabang kanan atau kiri
sistem konduksi , atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Dimana pada EKG
ditemukan komplek QRS yang melebar lebih dari 0,11 detik disertai perubahan bentuk
komplek QRS dan aksis QRS. Bila cabang kiri yang terkena disebut sebagai Left Bundle
Branch Block (LBBB) dan jika kanan yang terkena disebut Right Bundle Branch Block
(RBBB)

a.       LBBB
Pada EKG akan terlihat bentuk rsR’ atau R di lead I, aVL, V5 dan V6 yang melebar.
Gangguan konduksi ini dapat menyebabkan aksis bergeser ke kiri yang ekstrim, yang disebut
sebagai left anterior hemiblock (jika gangguan dicabang anterior kiri ) dan left posterior
hemiblock (jika gangguan dicabang posterior kiri )

LBBB

b.      RBBB
Pada EKG akan terlihat kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,12 detik dan akan tambapk
gambaran rsR’atau RSR’ di V1, V2 , sementara itu di I, aVL , V5 didapatkan S yang melebar
karena depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat.
                                                              RBBB
ATRIAL ENLARGEMENT
1. Right Atrial Enlargement (RAE)
 Amplitude gelombang P >2.5 mm pada lead II dan atau >1.5 mm pada lead V1
(kriteria ini tidak spesifik atau sensitive)
 Gambaran klasik pembesaran atrium kanan, yang tergambar pada sadapan II dan V1
disebut P pulmonale, karena gambaran ini sering disebabkan oleh penyakit paru yang berat.

2. Left Atrial Enlargement (LAE)


 Interval P di lead II melebar (>0,12 detik). Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar
≥0,04 detik dan dalam ≥1 mm.
 Gambaran EKG pembesaran atrium kiri sering disebut P mitrale karena penyakit
katup mitral merup akan penyebab yang lazim pembesaran atrium kiri.
3. Bi-Atrial Enlargement (BAE)
 Features of both RAE and LAE in same ECG
 P wave in lead II >2.5 mm tall and>0.12s in duration
 Initial positive component of P wave in V1 >1.5 mm tall and prominent P-terminal
force
Untuk melihat pembesaran atrium, lihat sadapan II dan V1
Pembesaran atrium kanan ditandai dengan hal-hal sbb:
1. Peningkatan amplitude bagian pertama gelombang P
2. Tidak ada perubahan durasi gelombang P
3. Kemungkinan deviasi aksis ke kanan gelombang P
Pembesaran atrium kiri ditandai dengan hal-hal sbb:
1. Amplitude komponen terminal (negatif) gelombang P dapat meningkat, dan harus
turun setidaknya 1 mm di bawah garis isoelektrik
2. Durasi gelombang P meningkat, dan lebar bagian terminal (negatif) gelombang P
harus setidaknya 1 kotak kecil (0,04 detik)
3. Tidak ada deviasi aksis yang berarti, karena atrium kiri normalnya mendominasi
aliran listrik.
VENTRICULAR HYPERTROPHY
1. Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
 Pada umumnya vector QRS membesar dalam ukurannya
 Penebalan septum menyebabkan vector QRS awal membesar, sehingga terlihat
gelombang Q yang lebih dalam di lead I, II, III, aVL, V5 dan V6, dan gelombang R yang
lebih besar di V1.
 Harus ada peningkatan amplitude gelombang R pada sadapan-sadapan yang
mengawasi ventrikel kiri, dan peningkatan amplitude gelombang S pada sadapan-sadapan
yang mengawasi ventrikel kanan
 Kriteria yang paling berguna pada sadapan prekordium adalah sbb:
1. Amplitude gelombang R pada sadapan V5 atau V6 plus amplitude gelombang S
pada sadapan V1 atau V2 melebihi 35 mm
2. Amplitude gelombang R pada sadapan V5 melebihi 26 mm
3. Amplitude gelombang R pada sadapan V6 melebihi 18 mm
4. Amplitude gelombang R pada sadapan V6 melebihi amplitude gelombang R pada
sadapan V5
Makin banyak kriteria yang positif, makin besar kemungkinan bahwa pasien tersebut
menderita hipertrofi ventrikel kiri. Kriteria yang akurat adalah kriteria yang pertama.
 Kriteria yang paling berguna pada sadapan ekstrimitas adalah sbb:
1. Amplitude gelombang R pada sadapan aVL melebihi 13 mm
2. Amplitude gelombang R pada sadapan aVF melebihi 21 mm
3. Amplitudo gelombang R pada sadapan I melebihi 14 mm
4. Amplitudo gelombang R pada sadapan I plus amplitude gelombang S pada
sadapan III melebihi 25 mm

2. Right Ventricular Hypertrophy (RVH)


 Pada sadapan ekstrimitas, tanda paling lazim yang terkait dengan hipertrofi ventrikel
kanan adalah deviasi aksis ke kanan
 Aksis QRS harus melebihi + 1000, karenanya komppels QRS pada sadapan I
(diarahkan pada 0o) harus sedikit lebih negatif daripada positif.
 Kriteria EKG:
o Rasio R/S yang terbalik: R/S di V1 > 1, R/S di V6 < 1
o Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke kanan
3. Biventricular Hypertrophy
 Keadaan yang mendukung diagnose:
o R/S ratio di V5 atau V6 < 1
o S di V5 atau V6 > 6 mm
o RAD (>90 degrees)
 Temuan dalam EKG yang lain:
o Kriteria LVH dan RVH terpenuhi
o Kriteria LVH terpenuhi dan tanda RAD atau RAE ada

E. Penyakit-penyakit dengan hasil pemeriksaan elektrokardiogram dengan hasil


patologis
1. Penyakit jantung koroner
Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard
Iskemia miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG
dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung
beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST
pada iskemia tergantung morfologinya. 

 EKG pada Injure Miokard


Sel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna, secara
elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidak mengalami injuri dan
pada EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST pada sandapan yang berhadapan
dengan lokasi injuri. Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi > 1mm pada
sandapan ekstremitas dan >2mm pada sandapan prekordial di dua atau lebih
sandapan yang menghadap daerah anatomi jantung yang sama. Perubahan segmen
ST, gelombang T dan kompleks QRS pada injuri dan infark mempunyai
karakteristik tertentu sesuai waktu dan kejadian selama infark. Aneurisma
ventrikel harus dipikirkan jika elevasi segmen ST menetap beberapa bulan setelah
infark miokard

 
EKG pada Infark Miokard
Infark miokard terjadi jika aliran arah ke otot jantung terhenti atau tiba-tiba
menurun sehingga sel otot jantung mati. Sel infark yang tidak berfungsi tersebut
tidak mempunyai respon stimulus listrik sehingga arah arus yang menuju daerah
infark akan meninggalkan daerah yang nekrosis tersebut dan pada EKG
memberikan gambaran defleksi negatif berupa gelombang Q patologis dengan
syarat durasi gelombang Q lebih dari 0,04 detik dan dalamnya harus minimal
sepertiga tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama.

 
Lokalisasi Infark Berdasarkan Lokasi Letak Perubahan EKG
MYOCARDIAL INFARCTION
Infark miokard terjadi bila salah satu arteri koroner tersumbat secara total karena trombosis
menimpaplak yang sudah ada atau karena spasme arteri koronaria. Patogenesis yang
mendasari pada hampir semua kasus adalah penyempitan progresif arteri koronaria karena
aterosklerosis.
Ada tiga komponen untuk mendiagnosis infark miokard, yaitu:
 Anamnesa dan pemeriksaan fisik: nyeri dada substernal lama yang menyesakkan dan
menyebar ke rahang atau lengan kiri, disertai mual, diaforesis, dan nafas pendek
 Eenzim jantung: peningkatan kadar kreatinin kinase (CK), laktat dehidrogenase
(LDH), dan aspartat aminotransferase (AST/SGOT) pada beberapa jam setelah serangan.
 EKG. Selama infark miokard akut, EKG berkembang melalui tiga stadium:
o Gelombang T runcing diikuti dengan inverse gelombang T
o Elevasi segmen ST
o Muncul gelombang Q baru (>25% tinggi gelombang R)
1. Infark Inferior
Infark inferior hampir selalu akibat dari penyubatan arteri koronaria kanan atau
cabang descendensnya. Perubahan terjadi pada lead II, III, aVF. Perubahan resiprokal
dapat dilihat pada lead anterior dan lateral kiri.
2. Infark dinding lateral
Infark dinding lateral dapat merupakan akibat dari sumbatan arteri sirkumfleksa kiri.
Perubahan dapat ditemukan pada lead I, aVL, V5, dan V6. Perubahan resiprokal dapat
dilihat pada sadapan inferior.
Gambaran EKG pada MI anterior ekstensif/anterolateral:
3. Infark Anterior
Infark anterior dapat merupakan akibat dari sumbatan arteri descendens anterior kiri
(DAK). Perubahan ditemukan pada lead precordial (V1 sampai V6). Jika arteri utama
kiri tersumbat, dapat terjadi infark anterolateral, dengan perubahan di sadapan
prekordial serta pada sadapan I dan aVL. Perubahan resiprokal tampak di sebelah
inferior.
Gambaran EKG pada :
4. Infark Posterior
Infark posterior hampir selalu disebabkan oleh sumbatan pada arteri koronaria kanan.
Karena tidak ada sadapan yang memonitor dinding posterior, diagnosis memerlukn
temuan perubahan resiprokal pada sadapan anterior. Dengan kata lain, karena kita
tidak dapat mencari elevasi segmen ST dan gelombang Q pada sadapan posterior yang
tidak dipasang, kita harus mencari depresi segmen ST dan gelombang-gelombang
R tinggi pada sadapan anterior, terutama sadapan V1. Infark posterior merupakan
bayangan cermin dari infark anterior pada EKG.
5. Infark Miokard tanpa gelombang Q
Satu-satunya perubahan EKG yag tampak pada infark tanpa gelombang Q adalah
inversi gelombang T dan depresi segmen ST. Infark tanpa gelombang Q mempunyai
angka mortalitas awal yang lebih rendah, tetapi risiko untuk infark lanjut dan
mortalitasnya lebih tinggi daripada infark gelombang Q.
Pada beberapa pasien, juga dapat muncul gelombang U.
 Penyakit Jantung Lain
1) Perikarditis: perubahan segmen ST dan gelombang T. Efusi besar dapat
menyebabkan voltase rendah dan alternans listrik.
2) Kardiomiopati hioertrofi (Stenosis Subaorta Hipertrofi Idiopatik_IHSS): dapat
menyebabkan hipertrofi ventrikel, deviasi aksis ke kiri, gelombang Q sekat
3) Miokarditis: blokade konduksi
 Penyakit Paru
1) COPD: voltas erendah, deviasi aksis ke kanan, progresi gelombang R jelek.
Kor pulmonale kronik dapat menyebabkan P pulmonale dan hipertrofi ventrikel kanan
dengan strain
2) Embolisme paru akut: hipertrofi ventrikel kanan dengan strain, blokade
cabang berkas kanan, gelombang S besar di sadapan I dan Q yang dalam di lead III (S1Q3),
aritmia (takikardi sinus dan fibrilasi atrium adalah yang paling lazim)
 Penyakit Sistem Saraf Pusat
Dapat menyebabkan perubahan EKG berupa inversi gelombang T difus, dengan gelombang T
lebar dan dalam, gelombang U menonjol.
 Jantung Atlet
Pada keadaan ini, akan tampak gambaran bradikardi sinus, perubahan segmen ST dan
gelombang T nonspesifik, hipertrofi ventrikel kiri dan kanan, blokade cabang berkas kanan
inkomplit, blokade AV derajat I atau Wenckebach, kadang-kadang aritmia supraventrikuler.
2. Aritmia
A. SA Node

Sinus Bradikardia Ciri-cirinya :


 Irama teratur
 RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
 PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
 Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
 Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
 Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
 Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
 Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
Sinus Takikardia

Ciri-cirinya :
 Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR)
lebih dari 100x/menit.
Sinus Aritmia

Ciri-cirinya :
 Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia
iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.
Sinus Arrest

Ciri-cirinya:
 Gel P dan komplek QRS normal
 Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
 Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Sinus Blok

Ciri-cirinya :
 Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul,
dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.

F. ABNORMALITAS GELOMBANG EKG PADA KEADAAN KHUSUS

1. Gangguan Elektrolit
1) Hiperkalemia
Hiperkalemia menimbulkan evolusi progresif perubahan pada EKG yang dapat
memuncak pada fibrilasi ventrikel dan kematian. Perubahan pada EKG tersebut yaitu:
 Ketika kalium mulai naik, gelombang T pada semua sadapan EKG mulai meruncing
dan bersifat difus
 Kalau kalium serum mulai meningkat lagi, interval PR akan memanjang dan
gelombang P secara bertahap menjadi rata dan kemudian hilang
 Akhirnya, kompleks QRS melebar sampai menyatu dengan gelombang T, membentuk
gambaran gelombang sinus. Fibrilasi ventrikel akhirnya dapat terjadi.
Serum K > 5.5 - 6.5 mEq/L dihubungkan dengan gangguan repolarisasi

Gelombang T yang tinggi, runcing dan dasarnya sempit


o Serum K > 6.5 mEq/L dihubungkan dengan paralisis atrium yang progresif

 Gelombang P memendek, dan menghilang serta interval PR memanjang


  
o Serum K > 8.5 mEq/L dihubungkan dengan gangguan konduksi di ventrikel
 Gelombang QRS dan T menyatu serta melebar yang dikenal sebagai Sine Wave 

2) Hipokalemia
Pada hipokalemi, dapat ditemukan tiga perubahan, yang terjadi tanpa urutan tertentu:
 Depresi segmen ST
 Gelombang T merata
 Munculnya gelombang U
Istilah gelombang U diberikan pada gelombang yang muncul setelah gelombang T.
Walaupun gelombang U merupakan tanda hipokalemi yang khas, gelombang U ini
sendiri saja tidak bersifat diagnostik dan kadang dapat muncul pada keadaan lain.
 Contoh Gambar EKG Hipokalemia :
o Perhatikan strip di atas, terdapat interval QT yang memanjang ( > 1/2 R-R ) dan
tampak gelombang U yang Prominen ( Panah Merah pada gambar di bawah )

 
o Terdapat juga ST depresi di hampir semua lead, serta amplitudo gelombang P
meningkat
o Kesimpulan Hipokalemia
 

o Perhatikan strip di atas, terdapat interval QT yang memanjang ( > 1/2 R-R)


o ST depresi di hampir semua lead dan gelombang T serta U yang menyatu
o Level Kalium pada pasien ini K+ 1.7 mEq/L
Gangguan kalsium
Perubahan kalsium serum terutama mengganggu interval QT. Hipokalsemia
memperpanjang interval ini, hiperkalsemia memperpendeknya.
 Karakteristik EKG pada Hipokalsemia : 

 
o Perubahan utama ekg pada hipokalsemia adalah Interval QT yang memanjang
o Aritmia jarang dijumpai, meskipun atrial fibrilasi pernah dilaporkan
o Torsade De Pointes bisa dijumpai, namun jarang ditemukan bila
dibandingkan hipokalemia dan hipomagnesemia
 
 Contoh Gambar EKG Hipokalsemia : 
o  Perhatikan strip di atas, bila kita melakukan pengukuran interval QT dengan bazzet's
formula akan didapatkan Interval QT 500ms
o Kesimpulan interval QT memanjang dan bila dihubungkan dengan gejala klinis, maka
diagnosis Hipokalsemia dapat dikonfirmasi dengan EKG

o Perhatikan strip di atas, terlihat Interval QT yang memanjang ( > 1/2 R-R ) QTc =
500 ms
o Serum Kalsium pasien ini adalah 1.4 mmol/L, yang diambil dari pasien
hipoparatiroidism post tiroidektomi 
 Karakteristik EKG pada Hiperkalsemia : 

o Perubahan utama ekg pada hiperkalsemia adalah Interval QT yang memendek


o Pada kasus yang sangat berat dapat terlihat Osborn J Wave
o Peningkatan amplitudo QRS serta gelombang T yang bifasik
o Kasus VT / VF pernah dilaporkan pada kasus hiperkalsemia yang berat
 Contoh Gambar EKG Hiperkalsemia : 

o Perhatikan strip di atas, bila kita melakukan pengukuran interval QT dengan bazzet's


formula akan didapatkan Interval QT 260ms
o Kesimpulan interval QT memendek dan bila dihubungkan dengan gejala klinis, maka
diagnosis Hiperkalsemia dapat dikonfirmasi dengan EKG
o Perhatikan strip di atas, terlihat Interval QT yang memendek
o Tampak Osborn J wave ( Anak Panah Hitam )
o Serum Kalsium pasien ini adalah 4.1 mmol/L, sehinnga pemendekan interval QT serta
Osborn Wave disebabkan oleh hiperkalsemia

 Hipotermia
Ketika suhu tubuh turun di bawah 30oC, beberapa perubahan dapat terjadi pada EKG:
1) Segala sesuatunya melambat. Lazim ada bradikardi sinus, interval PR, QRS, QT dapat
memanjang
2) Tipe elevasi segmen ST yang khas, berupa kenaikan tegak lurus mendadak pada titik J
dan kemudian menurun kembali secara mendadak pula ke garis isoelektrik. Hasil
konfigurasinya disebut gelombang J atau gelombang Osborn
3) Berbagai aritmia akhirnya dapat timbul. Fibrilasi atrium tipe lambat adalah yang
paling sering.
4) Artifak tremor otot karena menggigil dapat mempersulit perekaman.
 Karakteristik EKG Hipotermi : 
o Bradiaritmia seperti Sinus Bradikardi, Atrial Fibrilasi dengan respon ventrikel
yang lambat, AV Block

 
o Terdapat Gelombang Osborn J Waves ( Defleksi Positif pada J Point yang biasa
ditemukan di lead prekordial ) seperti gambar di atas
o Interval Memanjang ( Interval PR, QRS, Interval QT )
o Shivering Artifact ( Artifak pada EKG karena menggigil )
o Cardiac Arrest karena VT, VF atau Asistol 
Contoh gambar EKG Hipotermi :
o Perhatikan strip diatas, Terdapat Irama yang ireguler tanpa pola dengan Heart
Rate di bawah normal
o Tidak Terdapat Gelombang P yang jelas, dan terdapat gelombang fibrilasi
o Terdapat Defleksi positif pada J Point pada lead prekordial yang kita kenal
sebagai Osborn J Waves ( Tanda Panah Hitam )
o Interval QT Memanjang
o Kesimpulan Atrial Fibrilasi dengan Slow Respon akibat Hipotermia

 Digitalis
Perubahan pada EKG yang disebabkan oleh digitalis yaitu:
1) Perubahan EKG yang berkaitan dengan kadar terapeutik darah
Efek digitalis yang dapat terjadi adalah depresi segmen ST yang mempunyai lereng turun
sangat landai, gelombang T menjadi rata atau inversi. Efek digitalis biasanya paling
menonjol pada sadapan yang mempunyai gelombang R tinggi.
Ingat bahwa efek digitalis adalah normal dan dapat diramalkan, sehingga obat tidak perlu
dihentikan.
2) Perubahan EKG yang berkaitan dengan kadar toksik darah
Manifestasi toksik digitalis memerlukan intervensi klinis. Intoksikasi digitalis dapat
menyebabkan blokade konduksi dan takiaritmia, sendirian atau bersamaan.

 Blokade hantaran
Digitalis memperlambat hantaran melalui nodus AV sehingga dapat menyebabkan
blokade AV derajat I, II, dan bahkan III. Kemampuan digitalis untuk memperlambat
konduksi AV berguna dalam pengobatan takikardi supraventrikuler.
 Takhiaritmia
Takikardi atrium paroksismal (TAP) dan KVP adalah tipe takiaritmia yang paling sering
disebabkan oleh digitalis. Geletar dan fibrilasi atrium adalah yang paling jarang.
 Kombinasi
Kombinasi TAP dengan blokade AV derajat II merupakan gangguan irama yang paling
khas pada intoksikasi digitalis. Blokade konduksi biasanya 2:1, tetapi dapat bervariasi
dan tidak dapat diramalkan.
 Quinidin
Quinidin (obat antiaritmia) memperpanjang interval QT dan dapat meningkatkan risiko
terjadinta takiaritmia vetrikuler. Interval QT harus dipantau pada penggunaan
quinidin, dan obat ini harus dihentikan bila terjadi pemanjangan yang besar (>25%).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC
Hampton, J. R, 1994. Dasar-dasar EKG . Jakarta. EGC
Hampton, J.R.2003.EKG dalam Praktek Sehari-hari.Jakarta. Binarupa Aksara
Karim, ett all. 2006. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung Untuk Dokter
Umum. Jalarta.FKUI
Lindsay. 2006. ECG Learning Center in Cyberspace. http://library.med.utah.edu/kw/ecg/
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996 .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,
edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrates.
PENILAIAN MONITORING EKG

Nama :
Nim :
N KETERANGAN SCORE
O 0 1 2
1 Persiapan alat
2 Cek kaliberasi
3 Persiapan penderita
4 Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektrda
5 Pasang elektrode pada kulit extremitas
6 Pasang elektrode precordial*
7 Lakukan perekaman di semua lead
8 Menulis identitas penderita, waktu perekaman pada
elektrokardiogram
9 Memberikan tanda pemisah pada tiap lead
10 Lepaskan eletroda, rapikan peralatan.
11 Menentukan Ritme
12 Menentukan Rate
13 Menentukan gelombang P
14 Menentukan QRS Aksis
15 Menentukan gelombang QRS
16 Menentukan QT interval
17 Apakah ada atau tidak gelombang U
18 Menentukan ST segmen
19 Menentukan gelombang T
20 Menentukan Kesimpulan hasil bacaan EKG
TOTAL
KETERANGAN
Score 0 : bila tidak dikerjakan atau salah interpretasi
Score1 : bila dikerjakan, tetapi tidak sempurna
Score 2 : bila dikerjakan dengan sempurna atau jawaban benar
Nilai = skor total /40 X 100%

Anda mungkin juga menyukai