Anda di halaman 1dari 6

Wujudkan Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan GERMAS melalui

Perbaikan Gizi
Rossa Widhiya Ningrum
IIK STRADA Indonesia
lacitaivana717@gmail.com

Abstrak
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah
miskin gizi (iodium). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam
mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat. Gizi yang seimbang dapat
meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan
pertumbuhan yang normal. Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perorangan dan masyarakat. Gerakan masyarakat hidup sehat merupakan upaya
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang untuk hidup
sehat agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui kegiatan
UPGK, yang kegiatan pokoknya adalah penyuluhan gizi, pelayanan gizi, dan pemanfaatan
pekarangan. Kegiatan UPGK jtlga merupakan kegiatan yang strategis dalam
menyebarluaskan gerakan sadar pangan dan gizi agar masyarakat lebih sadar dalam
mengkonsumsi makanannya.

Kata Kunci : Derajat Kesehatan, Germas, Perbaikan Gizi

1. LATAR BELAKANG
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi
pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan
derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat. Gizi yang seimbang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal.
Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali
ditanggulangi. Masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP),
Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia
Gizi Besi (Depkes RI, 2008).
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah
miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2009).
Berdasarkan data terakhir WHO di Indonesia kini tercatat 4,1 juta anak balita menderita
gizi buruk, dan tersebar di 18 propinsi. Kondisi balita yang mengalami gizi buruk
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi rumah tangga orang tua dan lemahnya akses.
Departemen Kesehatan menyebutkan pada tahun 2007 sebanyak 5 juta anak balita 27,5%
kurang gizi, dimana 3,5 juta atau 19,2% gizi kurang dan 1,5 juta atau 8,3% gizi buruk, pada
tahun 2008 sebanyak 77,3% terjadi di kabupaten dan 56% terjadi di kota (Santoso, 2008)
Pada tahun 2002 sampai 2008 ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 8.960 anak. Kasus
tersebut dapat disembuhkan sebanyak 5.423 anak, meninggal 182 anak sehingga jumlah
kasus balita buruk masih harus ditangani pada akhir 2002 adalah 3.355 anak. Dari tahun 2008
itu sendiri ada status gizi lebih sebesar 1,75%, status gizi baik sebesar 83,95%, status gizi
kurang sebesar 12,98%, dan status gizi buruk sebesar 1,32%. Data lain yang dikumpulkan
dari kegiatan pelacakan, perawatan dan rujukan gizi buruk menunjukan bahwa perbaikan
status gizi pada kelompok balita gizi buruk belum dapat terwujud secara optimal (Depkes,
2008).
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas
pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin dan dalam situasi darurat. Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat melakukan upaya untuk
mencapai status gizi yang baik, termasukdalam pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin
dan penanggulangan gizi buruk dengan mendirikan pusat atau unit pemulihan gizi.
2. KASUS / MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalahnya yaitu bagaimanakah
rancangan dan implementasi program germas dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui perbaikan gizi dengan pengeluaran yang terjangkau dan terlaksana secara
berkelanjutan?

3. TINJAUAN PUSTRAKA
3.1 Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat adalah gambaran tentang kondisi kesehatan yang terjadi
secara umum di masyarakat. Untuk mengukur atau mengkuantifikasi kondisi kesehatan yang
dihadapi suatu daerah, digunakanlah sejumlah indikator kesehatan. Di Indonesia, derajat
kesehatan masyarakat diukur berdasarkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi, dan
morbiditas (kesakitan). Angka mortalitas terdiri atas: angka kematian neonatal, angka
kematian bayi, angka kematian balita, dan angka harapan hidup, sedangkan morbiditas
mengacu pada angka kesakitan sejumlah penyakit pada balita dan dewasa. Faktor-faktor yang
memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal dari sektor kesehatan
melainkan juga di pengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan,
dan faktor lainnya.

3.2 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


Gerakan masyarakat hidup sehat merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan bagi setiap orang untuk hidup sehat agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Tujuan umum dari Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat adalah untuk :
a. Terlaksananya Sosialisasi Gerakan Masyarakat Sehat sehingga mampu
menyampaikan kepada masyarakat tentang Gerakan Masyarakat Sehat
b. Tersebar luasnya informasi tentang Gerakan Masyarakat Sehat kepada
masyarakat
c. Terselenggaranya gerakan masyarakat untuk Hidup Sehat
d. Advokasi Kepada pengambil kebijakan di tingkat kabupaten, kecamatan dan
kelurahan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Masyarakat sehat dalam
bentuk kebijakan yang dikeluarkan.

3.3 Perbaikan Gizi


Kekurangan gizi biasanya terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari
pengamatan biasa. Tidaklah mudah untuk mengetahui seorang ibu hamil yang menderita
kekurangan zat gizi besi (anemia), atau seorang bayi yang terganggu pertumbuhannya atau
seorang anak sekolah yang lemah tidak mampu mengikuti proses belajar karena kekurangan
zat gizi tertentu seperti iodium atau zat besi. Sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar
50% dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat dan kondisi ini tergolong
kekurangan gizi. Kekurang gizi secara perlahan akan berdampak terhadap tingginya kematian
anak, kematian ibu dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi ini secara langsung
menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara, oleh karena itu upaya
perbaikan gizi masyarakat merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia untuk
pembangunan suatu bangsa.
Upaya perbaikan gizi di Indonesia secara nasional telah dilaksanakan sejak tiga puluh
tahun yang lalu. Upaya yang dilakukan difokuskan untuk mengatasi masalah gizi utama
yaitu: Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB)
dan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Upaya tersebut telah berhasil menurunkan
keempat masalah gizi utama namun penurunannya dinilai kurang cepat. Dengan terjadinya
transisi demografi, epidemiologi dan perubahan gaya hidup telah terjadi peningkatan masalah
gizi lebih dan penyakit degeneratif. Keadaan ini menyebabkan Indonesia mengalami beban
ganda masalah gizi yaitu gizi kurang belum sepenuhnya diatasi, gizi lebih sudah
menunjukkan peningkatan.
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak
cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung
dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang
memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Sehingga untuk
mengatasi masalah gizi diperlukan penanganan faktor–faktor tersebut secara terintegrasi,
sinergi dan memerlukan dukungan lintas sektor, masyarakat, LSM dan swasta.

4. PEMBAHASAN
4.1 Penyuluhan “Germas” Meningkatkan Derajat Kesehatan Melalui Perbaikan
Gizi
UPGK adalah usaha perbaikan gizi masyarakat yang berintikan penyuluhan gizi
melalui peningkatan peran serta masyarakat dan didukung kegiatan yang bersifat lintas
sektoral, dilaksanakan oleh berbagai sektor terkait (Kesehatan, BKKBN, Pertanian, Agama,
Dalam Negeri, PKK dan lain-lain). Secara lebih rinci UPGK adalah :
1. Merupakan usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga yang
dilaksanakan oleh keluarga / masyarakat dengan kader sebagai penggerak
masyarakat dan petugas berbagai sektor sebagai pembimbing dan pembina
2. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga
3. Merupakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
4. Secara operasional adalah rangkaian kegiatan yang saling mendukung
5. Untuk mejaksanakan alih teknologi sederhana kepada keluarga atau masyarakat.
Tujuan UPGK sendiri adalah meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh
anggota masyarakat, melalui pembinaan keluarga agar upaya peningkatan gizi menjadi
bagian dari pola kehidupan sehari-hari. Tujuan Khusus :
1. Partisipasi dan pemerataan kegiatan sehingga :
a. Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan kegiatan.
Penanggungjawab kegiatan adalah anggota masyarakat setempat yang telah
mendapat latihan
b. Pada daerah UPGK, kegiatan meluas ke semua dukuh (Kampung, Banjar,
Dusun, RW atau nama lain bagi wilayah yang setingkat di bawah desa)
c. Pada tiap dukuh semua balita (anak bawah lima tahun), ibu hamil, dan ibu
menyusui tercakup dalam kegiatan.

4.2 Implementasi “Germas” Meningkatkan Derajat Kesehatan Melalui


Perbaikan Gizi
Seperti telah diketahui bahwa kegiatan UPGK pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan kemampuan keluarga agar dapat menolong dirinya sendiri dalam mencapai
keadaan gizi yang optimal. Untuk itu maka dilakukan upaya kegiatan yakni :
 Penyuluhan Gizi Masyarakat dan Pemanfaatan Tanaman Pekarangan
Tujuan penyuluhan gizi adalah untuk memungkinkan terjadinya proses perubahan
pengertian, sikap, dan perilaku yang lebih sehat mengenai kegunaan dan pemanfaatan
berbagai jenis makanan yang ada serta pemanfaatan pelayanan gizi yang tersedia di
masyarakat. Dengan kegiatan ini masyarakat diharapkan :
a. Lebih mengenal, menghargai, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis
makanan yang terdapat setempat dan harganya terjangkau serta dapat
menyusun hidangan keluarga yang memenuhi syarat gizi
b. Lebih memahami pentingnya penganekaragaman pola konsumsi pangan,
sebagai bagian dari upaya memperbaiki mutu gizi hidangan keluarga
c. Lebih mengetahui dan terampil dalam memberikan nilai tambah dengan
terlebih dahulu mengolah dan mengawetkan secara sederhana berbagai jenis
makanan yang dapat dipasarkan, dengan demikian dapat mendukung .upaya
peningkatan penghasilan keluarga.

 Pelayanan Gizi Melalui Posyandu


Tujuan pelayanan ini terutama adalah untuk menurunkan angka Kurang Kalori
Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangan vitamin A pada balita, serta anemia gizi pada
ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien dengan memadukan
kegiatan-kegiatan pelayanan gizi dengan pelayanan kesehatan dasar dan keluarga berencana
di posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi di posyandu adalah bayi, balita, ibu
hamil dan ibu menyusui.
4.3 Indikator Keberhasilan dan Keberlanjutan Program Germas
Dalam kegiatan UPGK untuk meningkatkan perubahan sikap dan perilaku masyarakat
yang mendukung tercapainya perbaikan gizi, dilakukan dengan melalui kegiatan penyuluhan
gizi masyarakat baik secara kelompok maupun secara perorangan. Hasil penyuluhan secara
kuantitatif masih sulit diperoleh, tetapi menurut penelitian dan pengamatan dari lapangan
sudah terlihat adanya hasil yang sangat positif, dimana sebagian besar masyarakat dan
keluarga sudah sadar dan tahu akan pentingnya peranan gizi terhadap kesehatan. Hal ini
terbukti dengan makin baiknya status gizi pada balita yang secara kuantitatif telah diuraikan
pada bab pendahuluan di atas. Di samping itu dari berbagai studi terlihat pula makin
beragamnya pola konsurnsi pangan yang ada di masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa di
samping sebagai akibat dari adanya pengaruh peningkatan pendapatan masyarakat juga
perilaku masyarakat terhadap gizi secara umum sudah makin meningkat.
Dalam upaya penganekaragaman konsumsi pangan masayarakat, melalui program
diversifikasi pangan dan gizi telah dilaksanakan secara luas di daerah. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi agar masyarakat tidak harus tergantung terhadap saIah satu bahan
makanan saja, tetapi pola konsumsi masyarakat agar dapat lebih beraneka ragam sesuai
dengan yang tersedia di lingkungannya. Dari hasil kegiatan tersebut sudah menunjukkan hasil
yang nyata, di antaranya adalah dengan pemanfaatan pekarangan rumah tangga dengan
menanam berbagai macam bahan makanan maupun ikan atau ternak yang sesuai dengan
kondisi lahan pekarangan, serta dapat dikonsumsi secara mudah dan cepat, di samping dapat
juga untuk menghasilkan tambahan pendapatan keluarga.
5. KESIMPULAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui kegiatan
UPGK, yang kegiatan pokoknya adalah penyuluhan gizi, pelayanan gizi, dan pemanfaatan
pekarangan. Kegiatan UPGK jtlga merupakan kegiatan yang strategis dalam
menyebarluaskan gerakan sadar pangan dan gizi agar masyarakat lebih sadar dalam
mengkonsumsi makanannya, tidak tergantung oleh satu macam bahan makanan saja, tetapi
lebih beranekaragam sesuai dengan bahan makanan setempat untuk meningkatkan gizi
anggota keluarganya. Dengan demikian telah terwujud banyak keluarga yang sadar gizi, yang
merupakan salah satu aset nasional dalam pernbangunan

6. DAFTAR PUSTAKA

Sodik, M. A., Yudhana, A., & Dwianggimawati, M. S. (2018). Nutritional status and anemia in
islamic boarding school adolescent in Kediri City East Java Indonesia. Indonesian Journal of
Nutritional Epidemiology and Reproductive, 1(3), 172-176.

Atthina, N., & Iswari, L. (2014, June). Klasterisasi data kesehatan penduduk untuk
menentukan rentang derajat kesehatan daerah dengan metode k-means. In Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) (Vol. 1, No. 1).

Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And Family Support
With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family Planning Program In
Health. Journal of Global Research in Public Health, 2(2), 82-89.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI

Sodik, M. A. (2018, September). Analysis of Improved Attitude of Youth in HIV/AIDS


Prevention through the Provision of Health Education with Peer Education. In The 2nd Joint
International Conferences (Vol. 2, No. 2, pp. 495-502).

Effendy, N., 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai