Anda di halaman 1dari 16

Zubaidah Farhad Zaid Al-Bin Saeed

(052011007)
Universitas Binawan

•KETERAMPILAN KLINIK
PRAKTIK KEBIDANAN•
1. BENTUK OBAT
´ 1. Pulvis (serbuk) 4. Pil (pilulae) 7. Larutan (solutiones) 10. Suppositoria

´ 2. Pulveres 5. Kapsul (capsule) 8. Suspensi 11. Obat tetes

9. Salep (unguenta)
´ 3. Tablet 6. Kaplet (kapsul tablet) 12. Injeksi
CONTOH OBAT GENERIK DAN PATEN
´ 1. Parasetamol (asetaminofen) 2. Asam Mefenamat (mefenamic acid)
´ Generik : Parasetamol adalah obat yang
- Generik : Asam mefenamat (mefenamic acid)
memiliki fungsi utama untuk menurunkan
adalah obat yang memiliki fungsi utama untuk
demam. Obat ini juga memiliki manfaat
meredakan nyeri atau sakit akibat peradangan
sampingan meringankan nyeri derajat ringan
di tubuh. Obat in juga bisa membantu
hingga sedang.
meredakan nyeri haid.
´ Paten : Pamol adalah salah satu nama dagang
(nama paten) dari Paracetamol, obat ini - Paten : Asam mefenamat adalah obat dalam
digunakan untuk membantu mengobati nyeri bentuk generik, sedangkan dalam bentuk
dan sakit ringan hingga sedang. Selain itu, obat paten, nama obat ini berubah sesuai dengan
ini juga digunakan untuk membantu farmasi yang memproduksinya. Mungkin Anda
menurunkan demam. Pamol atau Paracetamol pernah mendengar nama obat Ponstan.
bekerja dengan cara menghambat produksi Ponstan merupakan obat yang mengandung
zat tertentu dalam tubuh yang menjadi asam mefenamat.
penyebab peradangan dan rasa sakit/nyeri
yang disebut prostaglandin.
Bidan Harus Memperhatikan Dengan benar
Cara/Rute Pemberian Obat
´ Seorang bidan harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon pasien terhadap obat tersebut.
´ Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki
seorang bidan. Bidan memiliki peran utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan pasien dengan mendorong pasien untuk lebih
produktif jika membutuhkan pengobatan.
´ Berusaha membantu pasien dalam membantu pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan mengonsultasikan setiap obat yang dipesan.
´ Turut serta bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Dan bertanggung jawab
dalam pemberian obat yang aman dan selalu waspada dengan hal yang
diduga akan terjadi.
Macam- macam Cara Pemberian Obat dan
Contohnya
1. Diminum secara langsung (oral) :
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet, kapsul, atau tablet kunyah. Contohnya
seseorang meminum obat batuk.

2. Suntikan (parenteral) :

Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini dibedakan dari lokasi suntiknya.
Beberapa di antaranya:

- Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat ini kemudian masuk ke pembuluh darah
kecil (kapiler) menuju alirah darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.

- Intramuskular. Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan obat dengan dosis yang lebih besar. Obat
disuntikkan langsung ke jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat menggunakan jarum berukuran besar.

- Intravena. Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui intravena dilakukan dengan menyuntikkan
cairan mengandung obat langsung ke pembuluh vena. Obat dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.

- Intratekal. Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang belakang, serta lapisan pelindungnya.
Obat disuntikkan melalui jarum yang dimasukkan ke celah antara dua tulang belakang bagian pinggang.
3. Topikal

Obat-obatan topikal merupakan jenis obat yang diserap secara langsung oleh permukaan tubuh,
terutama kulit. Contoh obat topikal adalah salep, losion, krim, bedak, gel, dan plester yang ditempelkan
ke kulit. Menggunakan obat dengan cara topikal memiliki keunggulan, yakni efek obat akan langsung
terasa pada bagian tubuh yang memerlukannya.

4. Supositoria (rektal)

Supositoria merupakan jenis obat-obatan yang dimasukkan melalui dubur. Jenis obat ini ditujukan
bagi pasien yang tidak bisa menelan obat secara langsung, mengalami mual parah, atau harus
menjalani puasa sebelum dan setelah operasi.

5. Cara Lainnya

• Tablet yang ditempelkan di bawah lidah (sublingual) atau di bagian dalam pipi (bukal)
• Tablet, cairan, gel, krim, atau cincin obat yang dimasukkan ke dalam vagina
• Obat tetes mata berbentuk cair
• Obat tetes telinga berbentuk cair
• Partikel obat yang dihirup secara langsung atau melalui uap
KIE Yang Perlu Disampaikan Oleh Seorang
Bidan Sebelum Pasien Pulang
1. Memberikan KIE terkait identitas obat : hal pertama yang harus diingat adalah menjelaskan nama obat beserta
komposisinya, lengkap dengan bentuk sediaan serta indikasi. Jika obat yang akan diberikan belum dipahami, jangan
sungkan untuk membaca terlebih dahulu leaflet obat dan mencari informasi lainnya melalui buku referensi.

2. Memberikan KIE terkait aturan pakai : Informasi aturan pakai obat bisa didapat di resepnya ataupun di leaflet jika
merupakan upaya swamedikasi. Durasi penggunaan serta berapa kali pakai dalam sehari merupakan hal yang penting
untuk disampaikan.
3. Memberikan KIE terkait cara pakai : Khususnya bagi obat dengan formulasi khusus seperti supositoria, ovula, inhaler, pen
insulin dan lainnya perlu dijelaskan kepada pasien. Terlebih jika pasien baru mendapatkannya.

4. Memberikan KIE terkait Efek Samping Obat dan terapi non farmakologi : Bidan bukan hanya sekedar memberikan obat
layaknya pelayan di minimarket, tetapi selayaknya memiliki pengetahuan lebih terkait efek samping dan terapi non
farmakologi dari obat yang akan diberikan. Apa efek samping yang mungkin terjadi dan cara mencegah atau
mengatasinya. Informasi ini yang umumnya sering tidak diberikan kepada pasiennya.

5. Memberikan KIE terkait penyimpanan obat : Keahlian dasar yang tidak kalah penting adalah mengetahui bagaimana
cara menyimpan obat. Informasi ini sebenarnya selalu ada di kemasan obatnya. Bagaimana kondisi suhu dan tempat
penyimpanannya, termasuk faktor cahaya dan tentunya harus diberikan informasi agar jauh dari jangkauan anak-anak.

6. Melakukan verifikasi akhir : Verifikasi akhir menjadi hal yang sering terlewatkan oleh para bisan. Sebaiknya bidan
mempersilahkan pasien atau konsumennya agar meminta untuk mengulang penjelasan yang sebelumnya telah
diinformasikan.
Hal-hal Yang Perlu di Perhatikan dalam
Menyimpan Obat
Simpan obat di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Jauhkan dari jangkauan anak. Simpan dalam kemasan aslinya dan dalam wadah
tertutup rapat. Jangan pernah mengganti kemasan botol ke botol lain. Tidak
melepas etiket pada wadah obat, karena tercantum nama, cara penggunaan,
dan informasi penting lainnya. Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu
wadah. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di tempat panas dan/atau lembab
karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak. Jangan tinggalkan obat di mobil
dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu dapat merusak obat tersebut.
Pisahkan penyimpanan obat dalam dengan obat luar. Baca aturan penyimpanan
obat pada kemasan. Perhatikan tanda-tanda kerusakan obat dalam
penyimpanan, seperti perubahan warna, bau, penggumpalan. Periksa secara rutin
tanggal kadaluarsa dan kondisi obat. Kunci lemari penyimpanan obat. Sangat
penting untuk selalu memeriksa tempat penyimpanan obat guna memastikan obat
yang disimpan masih dalam kondisi baik dan tidak kadaluarsa. Obat yang
kadaluarsa tentu akan sangat berbahaya jika dikonsumsi karena sangat berisiko
menyebabkan keracunan obat.
Penggolongan Obat
1. Obat Bebas
Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau
dengan garis tepi hitam. Ini menunjukkan bahwa obat
tersebut dapat dibeli secara bebas tanpa
menggunakan resep dokter. Di negara-negara Barat,
obat ini disebut OTC atau over-the-counter. Ini adalah
obat yang paling aman dan bisa dibeli bebas di
warung, toko obat, maupun apotek. Meskipun disebut
aman, obat bebas tetap tidak boleh digunakan
sembarangan. Karena bagaimanapun, obat memiliki
kandungan kimia yang dapat berdampak pada tubuh.
Obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas biasanya
digunakan untuk mengatasi penyakit yang memiliki
gejala ringan. Contohnya adalah parasetamol, vitamin,
multivitamin, dan antasida.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat jenis ini sebenarnya masih bisa dibeli tanpa resep
dokter, namun tetap tergolong obat keras. Jadi bagi
orang yang memiliki penyakit tertentu, penggunaan obat
ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya
menggunakan resep dokter. Meski gejala dan keluhan
penyakit sama, obat yang digunakan belum tentu sama.
Obat ini ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi
hitam. Pengunaan obat ini pun harus mengikuti aturan
pengobatan yang tertera pada kemasan. Jangan lupa
perhatikan tanggal kedaluwarsa obat, serta membaca
informasi pada kemasan tentang petunjuk penggunaan
obat yang tidak diperbolehkan, efek samping, dosis obat,
cara menyimpan obat, dan lainnya. Selain itu, terdapat 5
jenis obat bebas terbatas, yaitu: P.No.1: Awas! Obat
keras. Baca aturan pemakaiannya. - P.No.2: Awas! Obat
keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. - P.No.3:
Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. - P.No.4: Awas!
Obat keras. Hanya untuk dibakar. - P.No.5: Awas! Obat
keras. Obat wasir, jangan ditelan. Beberapa obat yang
dijual bebas terbatas adalah CTM, Theopiline, Tremenza,
dan Lactobion.
3. Obat Keras

Obat keras hanya bisa didapatkan dengan resep


dokter. Golongan obat ini ditandai dengan
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh
garis tepi. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini, misalnya antibiotik, obat-obatan
yang mengandung hormon, obat penenang,
dan lain-lain. Contoh dari obat keras adalah
asam mefenamat, loratadine, alprazolam,
clobazam, pseudoefedrin. Ketahuilah bahwa
obat ini tidak bisa sembarang dikonsumsi,
karena dapat berbahaya, meracuni tubuh,
memperparah penyakit, atau menyebabkan
kematian sehingga harus digunakan sesuai
aturan yang tepat.
4. Obat Golongan Narkotik
Ini merupakan golongan obat yang paling berbahaya.
Obat golongan narkotik mempunyai simbol seperti
tanda plus dengan lingkaran berwarna merah. Obat ini
hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, dengan
tanda tangan dokter disertai nomor izin praktik dokter
pada resep tersebut, dan tidak dapat menggunakan
kopi resep. Golongan obat narkotik berbahan dasar
tanaman atau buatan berupa sintesis ataupun semi
sintetis. Obat-obatan narkotik atau psikotropika dapat
menimbulkan ketergantungan pada penggunanya,
sehingga pemakaiannya perlu diawasi dengan ketat
sesuai anjuran dan kebutuhan. Selain itu, obat narkotik
dapat memengaruhi susunan saraf pusat dan
mempengaruhi tingkah laku serta aktivitas pada titik
tertentu. Mereka sering kali digunakan oleh dokter
sebagai obat bius dan antinyeri atau analgetik potensi
kuat. Karena itu, penggunaan obat ini hanya boleh
dilakukan dengan dilakukan oleh dokter dan/atau
dengan pengawasan dokter. Contoh obat-obatan
golongan narkotik adalah obat batuk yang
mengandung kodein.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis

1. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya
anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya
perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus
diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan : total body water,
protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim
glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul
akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey sindrom. Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi
fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus
berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan
minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek
samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan
2. Berat badan
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak
mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese
mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan
berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat
3. Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibanding pria. Pemberian obat pada wanita
hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi,
antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau
kerusakan congenital
4. Status Patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akanmenyebabkan
proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan
ginjal/hati rusak akan menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus
dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang (Hidayatullah, 2012)
5. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu.
Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik
narkotik.
6. Bentuk sediaan dan cara pemakaian
Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara pemakaian.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet
memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar
dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses
farmakokinetik.
6. Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini
terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan
kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada
beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk
obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera
sesudah makan.
7. Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika
dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu.
Missal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium
(logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara
bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena
tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh
saluran cerna

Anda mungkin juga menyukai