Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Usulan Ir soekarno ini dipengaruhi oleh pemikiran filosofi liberal dan filosofi sosialis
komunis. Bagaimana komentar anda tentang hal ini, jelaskan!
Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pada kenyataannya Ir.Soekarno merumuskan
dasar ideologi pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sesuai dengan kebudayaan dan kultur
asli dari masyarakat Indonesia. Didalam pancasila tersebut tidak terdapat pemikiran filosofi
yang dipengaruhi oleh pemikiran filosofi liberal, filosofi sosialis, maupun filosofi komunis.
Hal itu terbukti dengan sila yang terkandung dalam pancasila yang sekarang sangat relevan
dengan kebudayaan bangsa Indonesia sampai sekarang.
2. Pembangunan Nasional Bidang ekonomi, kita mengedepankan pada ekonomi pancasila yang
cara kerjanya tidak mempermasalahkan adanya sistem kompetisi. Bagaimana komentar anda
terhadap hal ini, jelaskan!
Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Pembangunan nasional dibidang ekonomi memang
memerlukan adanya kompetisi. Dengan adanya kompetisi semua pelaku ekonomi dapat
mengembangkan daya kreatifitasnya dan daya inovasinya masing-masing. Sehingga hal
tersebut dapat membantu untuk melengkapi ekonomi pancasila tersebut. Kompetisi di bidang
ekonomi tersebut membuat para pelaku ekonomi belomba-lomba untuk mengembangkan
kreatifitas dan inovasinya untuk menjadi yang terdepan. Dengan para pelaku ekonomi yang
kompetitif, maka pendapatan mereka pun ikut meningkat. Sehingga dengan pendapatan yang
meningkat, maka mengakibatkan pembangunan ekonomi pun juga ikut meningkat.
3. Sila pertama ketuhanan yang maha esa, tidak membenarkan adanya aliran kepercayaan
terhadap tuhan yang maha esa, karena aliran kepercayaan itu bukan termasuk agama.
Bagaimana komentar anda terhadap hal ini, jelaskan
Saya setuju dengan pernyataan tersebut. menurut saya, aliran kepercayaan merupakan suatu
hal yang berbeda dengan agama. aliran kepercayaan itu merupakan sebuah kepercayaan yang
penting bagi mereka untuk menjalani kehidupannya di bawah tuntunan Aliran Kepercayaan
yang dianut. para penganut Aliran Kepercayaan sering kali dijumpai tidak merasa perlu
memperkenalkan atau memperjuangkan sistem kepercayaannya sebagai sebuah agama,
karena bagi mereka tidak perlu pengakuan orang lain bahkan oleh negara. aliran kepercayaan
sendiri tidak memiliki syarat, rasul, kitab, dan juga sistem. sedangkan agama memiliki Nabi
atau tokoh spiritual yang menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan, ada Kitab Suci
yang menjadi sumber tata-nilai dan kepercayaan yang menjelaskan hal-hal yang terlarang dan
yang wajib dilakukan, ada dogma dan ajaran ritual diperaktekkan di dalam masyarakat,
diperkuat dengan adanya pengakuan masyarakat luas bahwa sistem kepercayaan yang
diamalkan itu adalah agama. sehingga diantara keduanya memiliki perbedaan di antara
unsur-unsur secara universal di dalam suatu agama tidak dimiliki oleh Aliran Kepercayaan.
4. Kita mengenal pancasila sebagai sistem filsafat dimana sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia menjiwai sila sila lainnya. Karena nilai keadilan sosial menjadi cita cita
utama bagi bangsa Indonesia. Bagaimana komentar anda terhadap hal ini, jelaskan
Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Pancasila sebagai sistem filsafat dimana sila keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia menjiwai sila-sila lainnya. Didalam sila ke lima tersebut
merupakan sebuah tujuan bangsa Indonesia yaitu menciptakan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia. Jadi, pada dasarnya sila kelima tersebut memang sebuah cita-cita utama
bangsa Indonesia, karena dengan keadilan social maka kesejahteraan seluruh masyarakat
Indonesia dapat tercapai.
5. Kita mengenal pelaksanaan pancasila secara subyektif dan obyektif. pelaksanaan pancasila
secara obyektif lebih penting daripada pelaksanaan pancasila yang subyektif. Bagaimana
komentar anda terhadap hal ini, jelaskan!
Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pelaksanaan pancasila yang objektif adalah
pelaksanaan pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara,
baik dibidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
sedangkan Jalur pelaksanaan subjektif Pancasila adalah jalur yang ditunjukkan kepada setiap
pribadi, perorangan, bahkan setiap elemen masyarakat Indonesia. menurut pendapat saya
mengenai pelaksanaan pancasila secara objektif lebih penting daripada pelaksanaan subjektif
itu salah. justru pelaksanaan pancasila secara subjektiflah yang lebih penting karena
pelaksanaan pacnasila secara subjektif lebih berkaitan dengan bagaimana kesiapan, ketaatan
dan kemauan individu untuk menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila dalam kehidupan sehari hari. ketika individu tersebut telah menghayati,
mendalami, meresapi, dan juga mengamalkan nilai nilai tersebut maka individu tersebut telah
memiliki moral pancasila. oleh karena itu, menurut pendapat saya, pelaksanaan pancasila
secara subjektiflah yang lebih penting daripada pelaksanaan pancasila secara objektif.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan
oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan
yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang
berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-
masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang
harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk
menjamin kebebasan tersebut didalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada
pemaksaan beragama,atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri.
Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang
dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama
7. Jelaskan apa makna dari pengertian pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan
beragama di Indonesia
Setiap orang bebas memilih dan memeluk agama atau kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Kita semua sependapat bahwa semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang paling luhur bagi umat manusia, baik
dalam hubungan secara vertikal maupun horizontal. Tujuan pengembangan kehidupan
beragama adalah terciptanya kehidupan sosial yang aman dan tentram, serta saling
menghargai dan menghormati satu sama lain. Pengembangan kehidupan beragama harus di
laksanakan atas dasar paradigma yang jelas dan dapat diterima oleh semua penganut agama
dan aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pancasila menjadi paradigma
pengembangan kehidupan beragama. Dengan paradigma pancasila, kiranya cukup jelas
langkah-langkah dan strategi apa yang harus di lakukan guna membangun kehidupan
beragama yang paling menguntungkan bagi seluruh masyarakat.
Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan beragama
yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk mengembalikan suasana
kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati, serta
saling mencintai sebagai manusia yang beradab. Pancasila memberikan dasar nilai yang
fundamental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan
beragama di Negara Indonesia. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk dan menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan kepercayaannya masing
masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebasan untuk
berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang agama karena setiap agama
memiliki hak hak dan dasar masing masing.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta
ini. Manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib
untuk beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana mereka hidup.
Namun demikian Tuhan menghendaki untuk hidup saling menghormati, karena Tuhan
menciptakan umat manusia dari laki-laki dan perempuan ini yang kemudian berbangsa-
bangsa, bergolong-golong, berkelompok-kelompok baik sosial, politik, budaya, maupun etnis
tidak lain untuk saling hidup damai yang berkemanusiaan.
Negara mengaskan dalam Pokok Pikiran Ke IV bahwa "Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Hal ini berarti
bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Setiap agama
memiliki dasar-dasar ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing maka dalam pergaulan
hidup negara kehidupan beragama hubungan antarpemeluk agama didasarkan atas nilai-nilai
kemanusiaan yang beradab hal ini berdasarkan pada nilai bahwa semua pemeluk agama
adalah sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
8. Bagaimana keadaan penegak hukum di Indonesia dilihat dari perspektif pancasila dewasa ini?
Jelaskan!
Penegakkan hukum di Indonesia ibarat sebuah pisau yang sangat tajam jika digunakan ke
bawah namun sangat tumpul jika digunakan ke atas. Hukum di Indonesia saat ini dapat
dikendalikan dengan mudahnya oleh orang-orang yang berkuasa. Maksud orang-orang yang
berkuasa disini adalah unsur politik. Semuanya dapat dikendalikan, hal ini memicu terjadinya
Negara kekuasaan sentralis. Unsur politik merupakan unsur utama yang menjadikan hukum di
Indonesia seperti Negara yang tidak mempunyai hukum. Banyak masalah-masalah Negara
yang ditimbulkan oleh unsur politik. Bahkan Ketua KPK pun mengakui salah satu masalah
Negara yaitu proses pemberantasan korupsi terhambat oleh politik. Kasus-kasus hukum saat
ini cenderung melibatkan organisasi politik dan jabatan. jika keadaan hukum saat ini tidak
segera diatasi dan disembuhkan maka dalam jangka panjang akan mengakibatkan lumpuhnya
penegakkan hukum di Indonesia. Hukum saat ini cenderung sebagai alat untuk mewujudkan
kepentingan para penguasa-penguasa Negara.
9. Berikan contoh sekurang kurangnya 5 kejadian yang menunjukkan bahwa penegakan hukum
di indonesia belum sesuai atau sejalan dengan pancasila sebagai pancasila sebagai etika
penegakan hukum
Contoh 5 kejadian yang menunjukkan bahwa penegakan hukum di indonesia belum sesuai
atau sejalan dengan pancasila sebagai pancasila sebagai etika penegakan hukum
1) Kasus HAM Novel Baswedan yang disiram air keras ( sila kedua) hingga saat ini
belum diusut padahal pada kasus yang lebih rumit justru mudah terselesaikan.
2) Koruptor dihukum lebih berat daripada mereka yang mencuri barang 'ringan'. ( sila
kelima ) menunjukkan bahwa penegak hukum masih belum bisa menunjukkan
ketegasan dan keadilan dalam penegakan hukum.
3) Sengketa Pemilu ( sila keempat ) Aparat penegak hukum seringkali membiarkan
begitu saja sengketa pemilu dan pilkada karena adanya politik uang dan lain - lain.
4) Banyak nya pungli, ( sila kelima ) penegak hukum walau tidak semuanya menerima
tetapi pungli ini banyak terjadi dari parkiran hingga pembuatan SIM yang ujung -
ujung pada ketidak adilan
5) Pemberantasan Narkoba tidak segencar dulu ( sila kelima ) hal ini memunculkan rasa
ketidak adilan masyarakat akibat penagak hukum saat ini tidak setegas dulu ketika
menghadapi kasus narkoba dan cenderung membiarkan ke kasus lain.
6) Kasus nenek Minah (55) dihukum oleh PN Purwokerto selama 1 bulan 15 hari
penjara dengan masa percobaan 3 bulan. Dia dinyatakan bersalah karena memetik 3
buah kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA), Ajibarang,
Banyumas.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap
sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan
dasar ontologism. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat
pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus
memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep
dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-
nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis
Pancasila. Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila
maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk pyramidal.
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang
artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan
kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya
abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness).
Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang
diinginkan.