Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANALSIS KARBOHIDRAT (KH)

OLEH

KELOMPOK 1

Agnes Sri Wulandari (S.0019.G.001)


Ayu Ashari (S.0019.G.003)
Esti (S.0019.G.005)
Nur Iknal (S.0019.G.015)
Ratmalia (S.0019.G.017)
Willin (S.0019.G.019)

STIKES KARYA KESEHATAN


KENDARI
PRODI S1 GIZI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa) dan
turunannya atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua
komponen tersebut di atas. Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman yaitu Kohlenhydrote dan
dari bahasa Prancis Hidrate de Carbon yang berarti unsur karbon yang mengikat hidrogen
dan oksigen dalam perbandingan 2:1.
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia selain protein
dan lemak. Karbohidrat dalam makanan biasanya dalam bentuk umbi-umbian, serealia
maupun dalam batang tanaman. Selain dari sumber nabati, karbohidrat juga berasal dari
pangan hewani yang terbentuk dalam jumlah yang kecil yang melalui biosintesa glikogen dan
sintesa secara kimiawi.
Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin pati, selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan karbohidrat lain. Karbohidrat dikenal sebagai bentuk yang memiliki
senyawa kimia yang berbeda antara lain monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah golongan karbohidrat yang paling sederhana ukuran
molekulnya. Contoh monosakarida adalah glukosa dan fruktosa. Disakarida adalah 2 molekul
monosakarida dan melepaskan molekul air. Disakarida yang penting antara lain sukrosa,
maltosa dan laktosa. Sedangkan polisakarida terdiri dair monosakarida yang membentuk
rantai polimer dengan ikatan glikosidik. Jenis polisakarida antara lain selulosa, hemi selulosa,
pektin dan lignin.
.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan karbohidrat?

2. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kualitatif?

3. Bagaimana metode analisis karbohidrat secara kuantitatif?

4. Bagaimana aplikasi dari metode analisis karbohidrat?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dan penggolongan
karbohidrat, mengetahui metode analisis karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif, serta
mengetahui aplikasi metode analisis karbohidrat dalam sampel.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan
dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan keringdalam bahan makanan
ternak. Karbohidrat atau arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanyas ebagai penghasil
energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Di Negara berkembang, karbohidrat
di konsumsi sekitar 70 – 80 % dari total kalori, bahkan di negara miskin bisa mencapai 90
%. Sedangkan pada negara maju,karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40 – 60 %.
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji – bijian yang tersebar di alam.Selain itu, karbohidrat juga
menjadi komponen struktur penting pada mahluk hidup dalam membentuk serat (fiber),
seperti selulosa, pektin dan lignin (Sumadjo, 2009).

B. Analisis Kualitatif Karbohidrat

Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yg dapat dgunakan
untuk analisis kualitatif. Beberapa reaksi yg lebih spesifik dpt membedakan golongan
karbohidrat. Banyak cara untuk mengetahui atau mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu
bahan alam, diantaranya adalah sebagai berikut (Sudarmadji, 2003):

1. Uji Molisch

Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi
pentose menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam
pereaksi molish.Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu -naphthol yang terlarut dalam
etanol 95%. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H 2 SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau
hanya membentuk lapisan. H 2 SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk
menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian
bereaksi dengan reagent Molisch, alfanaphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.

Prosedur kerja :
1. Masukkan 15 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering
danbersih
2. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik.
3. Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H 2 SO4 pekat melalui
dinding tabung supaya tidak bercampur.
4. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
yangmenandakan reaksi positif karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.

 Kelebihan
Salah satu kelebihan dalam uji Molisch yaitu mengetahui adanya karbohidrat dengan
menggubakan pereksi molisch.

2. Uji Benedict

Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3(Lenhninger, 1982).
Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan
larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan
bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi
keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki
gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Untuk
mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan
dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selama 4 - 10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru
(tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan
glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik
sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton.
Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi(Lenhninger, 1982).
Pengamatan yang dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan
mengamati perubahan warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-
macam tergantung dari konsentrasi karbohidrat yangg dipakai, larutan dapat berwarna hijau,
hijau kebiruan dan kuning. Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna
hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian
positif, sedangkan pada maltosa dan laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa
endapan merah bata hal ini menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya,
tetapi pada pengujian terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan
bahwa hasil uji negatif mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki gula
pereduksi yang dapat mereduksi reagen benedict. Berikut reaksi yang berlangsung:
R-COH + CuO → Cu2O (s) + R-COOH
atau
KH + camp Cu SO 4, Na-Sitrat, Na2 CO 3 → Cu2O (endapan merah bata)

Pereaksi Benedict : Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak
100 gram natrium karbonat anhydrous ( Na2 CO 3), 173 gram natrium sitrat, dan 17,3 gram
tembaga (II) sulfat pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.

Prosedur kerja :
1. Masukkan 3 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering
dan bersih
2. Tambahkan 2 mL pereaksi Benedict, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan warna endapannya.
4. Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi positif
karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan glukosa, galaktosa,
maltosa,fruktosa, laktosa, sukrosa dan larutan amilum.
 Kelebihan
Kelebihan uji benedict yaitu mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sapel.

3. Uji Iodin

Uji iodin merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan pati.Reaksi positif yang ditunjukan adanya pati yang telah membentuk kompleks
dengan iodium adalah larutan berwarna biru tua.Polisakarida memberikan uji positif berupa
warna biru keunguan atau biru tua dengan glikogen atau amilopektin yang intensitas birunya
rendah. Hal ini diakibatkan karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral akan mengikat
molekul iodin sehingga terbentuklah warna biru yang lebih pekat
(Sukatiningsih, 2010).
Prosedur Kerja :

1. Kedalam masing-masing lubang plat tetes yang bersih,


dimasukkansatujenislarutankarbohidratsebanyak 3 tetes, laluditambahkan 1 tetes HCI
1N
2. Kedualarutandicampursampai homogeny dengancaramenggoyangkan plat tetes
3. Kedalamtiaplubangtersebutditambahkan 1 teteslarutaniodin 0,01N
4. Plat tetesdigoyangkankembaliuntukmencampurkanlarutan
5. Perhatikanperubahanwarna yang terjadipadamasing-masinglubang plat tetes
 Kelebihan
Kelebihan uji iodin yaitu untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan
monosakarida.

4. Uji Barfoed

Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan
cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri
dari tembaga asetat dan asam asetat glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida
merupakan agen pereduksi yang lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen
Barfoed yang ada dalam keadaan asam, sedangkan monosakarida merupakan agen pereduksi
yang kuat dan mampu membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed dalam keadaan asam
karena itu uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan
monosakarida pereduksi dalam suatu sampel. Pada proses pengujian, larutan dipanaskan,
pemanasan terhadap sampel membantu asamasetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi
monosakarida yang kemudian akan mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada
menjadi indikasi perbedaan terhadap monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi.
Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro oksida (Cu2O)
pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit sedangkan disakarida
pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah bata kupro oksida ( Cu2O) dalam
kurun waktu sepuluh sampai dua belas menit. Reaksi (Sudarmadji, 2003):
KH + camp Cu SO4dan CH 3COOH →Cu2O endapan merah bata
Prosedur kerja :
a. Masukkan 1 mL larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih.
b. Tambahkan 1 mL pereaksi Barfoed, kemudian dikocok.
c. Masukan kedalam penangas air selama 3 menit.
d. Kemudian didinginkan dalam air mengalir.
e. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
f. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
g. Lakukan percobaan ini dengan larutan glukosa, galaktosa, laktosa, sukrosa dan
maltosa.
 Kelebihan
Kelebihan uji barfoed adalah mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi
pada bahan pangan.

5. Uji Fehling

Pereaksi Fehling terdiriatas Fehling A (34,65 gram kuprisulfatdalam 500 mL air) dan
Fehling B (campuran 173 gram natriumhidroksidadan 125 gram kaliumtetratdalam 500 mL
air), campuran larutan fehling A dan larutan fehling B merupakan larutan berwarna
biru( Sumardjo, 2006).
Pereaksi Fehling ditambah karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi
perubahan warna dari biru  hijau  kuning  kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak.
Reaksi Karbohidrat Pereduksi Dengan Pereaksi Fehling ( Sumardjo, 2006)
Dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat, yang
membentuk garam karena adanya basa, sehingga pereaksi Fehling akan mengalami reduksi
sehingga tembaga yang bermuatan +2 akan berubah menjadi tembaga yang bermuatan +1
( Sumadjo, 2006).
Prosedur Kerja :
a. Disiapkan pada tabung rekasi masing-masing 2 Ml larutan 0,5% glukosa, 0,1%
glukosa, dan 2,0% glukosa.
b. Disapkan larutan fehling (6 ml), mencampurkan antara fehling A (3 ml) dan
fehling B (3 ml) dengan volume yang sama.
c. Memasukan 2 ml larutan fehling ke dalam masing-masing tabung reaksi, kocok
dan panaskan denagan air mendidih.
d. Mengamati perubahan (warna) yanh terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
e. Memasukan sepotong irisan tipis dari pisang mentah kedalam tabung reaksi, dan
sepotong irisan tipis dari pisang yang telah masak sempurna kedalam tabung lain.
f. Menghancurkan irisan tipis pisang tersebut, dan tambahkan 2 ml larutan fehling
kedalam tabung reaksi.
 Kelebihan
Kelebihan dari uji ini yaitu digunakan untuk menguji kandungan gula pereduksi
(monosakarida atau disakarida) ddalam suatu sampel.

6. Uji Tollens

Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitratdenganlarutan


ammonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula-mula terbentuk larut.
Reaksi Karbohidrat Pereduksi Dan Pereaksi Tollens
Bila karbohidrat pereduksi dipanaskan dengan pereaksi tollens dalam tabung reaksi bersih,
terbentuk lapisan tipis menyerupai cermin pada bagian bawah tabung percobaan. Dalam
proses ini, karbohidrat pereduksi dioksidasi menjadi asam onat yang segera membentuk
garam Ammonium, sedangkan pereaksi tollens direduksi sehingga dibebaskan logam perak
yang melekat pada dinding menyerupai cermin (Sumardjo, 2006).

Prosedur Kerja :
a. 1.ml larutan AgNO3 di campurkan kemudian 2 tetes NaOH 10% (ditetes
demi tetes) dan ammonia encer.
b. Campuran di atas di aduk kemudian di tambahkan 1 ml larutan sampel
(karbohidrat)di diamkan selama 5 menit.
c. Jika tidak terjadi reaksi larutan di panaskan.
d. pAda semua larutan smapel di lakukan hal yang sama
e. hasil pengamatan di catat.
 Kelebihan
Kelebihanya yaitu untuk membedakan senyawa aldehid dan keton.

7. Uji Asam Pikrat


Asam pikrat jenuh dalam suasana basa dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
karbohidrat pereduksi. Pada 5 mL larutan karbohidrat pereduksi ditambahkan 2-3 mL asam
pikrat dan 1 mL natrium karbonat 10%. Pada pemanasan, terjadi perubahan warna kuning
menjadi merah.
Reaksi yang terjadi dalam uji ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat
dan reduksi asam pikrat yang berwarnakuningmenjadiasampikramat yang
berwaramerah( Sumardjo, 2006).

Prosedur kerja :
a. siapkan labu bulat,masukkan fenol 7,5 gr.tambahkan asam sulfat pekat 20
ml,kocok panaskan campuran dalam pemanas hinggah mendidih 0,5-1
jam,amati perubahan campuran menjadih jernih yaitu terbentuknyaasam
fenol sulfanot.
b. Dinginkan dengan ice bath,tambahkan asam nitrat 22 ml.kocok 1-2
menit.terbentuk gas kemerahan.
c. Panaskan kembali dalam penangas 2 jam
d. Tambahkan air 50 ml dinginkan dengan ice bath,saring dan cuci dengan air
e. Pindahkan Kristal,lakukan rekristalisasi dengan air;etanol (2;1) dinginkan
kembali
Hitung massa

 Kelebihan
- Mengetahui massa krystal asam fikrat yang dihasilkan pada percobaan
- Mengetahui karakteristik asam pikrat yang dihasilkan pada percobaan
- Mengetahui % rendemen yang dihasilkan pada percobaan.

8 Uji Saliwanof

Uji Saliwanoff dipakai untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya fruktosa.


Pereaksi Saliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Pendidihan fruktosa
dengan pereaksi Saliwanoff menghasilkan larutan berwara merah.
Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan ini, yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl yang
ada dalam pereaksi Seliwanoff membentuk hidroksimetil furfural dan kondensasi
hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna
merah( Sumardjo, 2006).

Prosedur Kerja :
a. Mentiiaypkan alat dan bahan
b. Membuat reagen seliwanoff
c. Mengisi tabung reaksi dengan reagen uji seliwanoff sebanyak 3 ml
d. Kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 3 tetes larutan glukosa,
fruktosa, maltose, laktosa dan sukkrosa.
e. Semua tabung reaksi ditaru di dalam penangas air menddih sampai terlihat
perubahan wara larutan dalam beberapa tabung.
f. Encatat hasl pengamatan
g. Mebersihkan peralatan dan menyimpanya pada tenpatanya.

Kelebihan:
Kelebihan uji sekiwanoff adalah unyuk membedakan gula aldose dan ketosa.

9. Uji Bial dan Uji Tauber


Pereaksi Bial dapat dibuat dengan melarutkan 1,5 g orsinol dala 500 Ml asam klorida
pekat, kemudian ditambah dengan 20-3- tetes ferilklorida 10%. Pereaksi Tauber dapat
diperoleh bila larutan benzidin 4% dicampur dengan asam asetat glasial. Pendidihan
aldopentosa dengan pereaksi Bial akan menghasilkan larutan berwarna hijau. Bila
aldopentosa didihkan dengan pereaks Tauber, dihasilkan warna pink sampai merah
setelah didinginkan (Sumardjo, 2006).

Prosdur Kerja Uji Bial :


a. Reagen bial dimamsukan kedalam tabung reaski asing-masing 2,5 ml
b. Tambabhkan masing-masing 1 ml lautan karbohidrat yang akan di uji
c. Selanjutnya larutan dipanaskan dalam pemanas air selama 5 menit
d. Setelah dipanaskan dinginkan larutan beberapa saat kemudian ditmbahkan
dengan 1 ml ambil alkohol dan kocok larutan
e. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi kemudian hasilnya dicatat dan di
dokumentasikan.

 Kelebihan
Kelebihan uji bial yaitu mengetahui adanya pentose

Proseur Kerja Tauber :


a. Masukan satu tetes larutan uji dan 2 ml pereaksi tauber
b. Lalu di panaskan sampai endidih dan di dinginkan dengan cara di rendam
dalam air dingin
c. Kemudian ditambahkan sejulah air untuk memperjelas warna
d. Larutan bahan yang di uji adalah glukosa 1 %, fruktosa 1%, arabinose 1%,
dan gum arab 1%
 Kelebihan
Kelebihanya yaitu untuk membentuk komplesks senayawa yang bewarna merah ungu.

C. Analisis Kuantitatif Karbohidrat

1. Metode Lane-Eynon
Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik. Biasanya
digunakan untuk penentuan laktosa (anhidrat atau monohidrat) glukosa, fruktosa, maltosa
(anhidrat atau monohidrat) dan lainnya. Penetapan gula pereduksi dengan metode ini
didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan untuk
mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan metilen biru yang warnanya akan hilang karena kelebihan gula
pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi tembaga (Day dan
Underwood, 1999).

2. Metode Shaffer-Somogyi
Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama berguna
untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula pereduksi akan
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang terbentuk dari hasil
oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu 2+ kembali. Kelebihan I2 dititrasi dengan
Na2S2O3. Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula pereduksi dalam sampel dapat
ditentukan (Sumardji, 1989).

3. Metode Anthrone
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone (9,10-
dihidro-9-oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone bereaksi
secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru
kehijauan yang khas (Apriyanto, 1989).

4. Metode Munson Walker


Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu 2O yang terbentuk,
kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula pereduksinya.
Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang larutan endapan
Cu2O yang terbentuk. Dapat juga ditentukan secara volumetrik yaitu dengan titrasi
menggunakan larutan Na-tiosulfat atau K-permanganat (Apriyanto, 1989).

5. Metode Nelson – Somogyi


Penentuan kadar gula reduksi dengan metode Nelson – Somogyi dibuat larutan
standar dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 mg/100ml, larutan standar tersebut masing-
masing ditambah reagen Nelson Somogyi yang berwarna biru. Penambahan reagen
Nelson somogyi ini bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang
mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk
mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Selain 5 larutan standar tersebut, dibuat
juga larutan blanko dari akuades yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding
(Sumardji, 1989).

6. Metode Luff Schoorl


Pada penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kupro oksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan
dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi
(titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Selisih
titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan
juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi
yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri oksida yang ada
dalam reagen akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat diketahui
dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah
cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru
menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat
tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah
diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan
dengan tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya
Natrium tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Winarno, 1995).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia selain
protein dan lemak, dan terdiri dari gugus aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton
(ketosa). Karbohidrat dapat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa karbohidrat
secara kualitatif terdiri dari uji molisch, uji benedict, uji saliwanof, uji fehling, uji asam
pikrat, uji bial, uji barfoed, uji tollen dan uji tauber. Sedangkan analisa karbohidrat secara
kuantitatif terdiri dari Metode Lane-Eynon, Metode Shaffer-Somogyi, Metode Anthrone,
Metode Munson Walker, Metode Nelson – Somogyi, dan Metode Luff Schoorl. Contoh
aplikasi analisis karbohidrat yaitu Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada
Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi Aspergillus
oryzae dengan metode Nelson Samogyi secara spektrofotometri.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai