Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
KELOMPOK 1
A. Latar Belakang
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa) dan
turunannya atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua
komponen tersebut di atas. Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman yaitu Kohlenhydrote dan
dari bahasa Prancis Hidrate de Carbon yang berarti unsur karbon yang mengikat hidrogen
dan oksigen dalam perbandingan 2:1.
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia selain protein
dan lemak. Karbohidrat dalam makanan biasanya dalam bentuk umbi-umbian, serealia
maupun dalam batang tanaman. Selain dari sumber nabati, karbohidrat juga berasal dari
pangan hewani yang terbentuk dalam jumlah yang kecil yang melalui biosintesa glikogen dan
sintesa secara kimiawi.
Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin pati, selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan karbohidrat lain. Karbohidrat dikenal sebagai bentuk yang memiliki
senyawa kimia yang berbeda antara lain monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah golongan karbohidrat yang paling sederhana ukuran
molekulnya. Contoh monosakarida adalah glukosa dan fruktosa. Disakarida adalah 2 molekul
monosakarida dan melepaskan molekul air. Disakarida yang penting antara lain sukrosa,
maltosa dan laktosa. Sedangkan polisakarida terdiri dair monosakarida yang membentuk
rantai polimer dengan ikatan glikosidik. Jenis polisakarida antara lain selulosa, hemi selulosa,
pektin dan lignin.
.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dan penggolongan
karbohidrat, mengetahui metode analisis karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif, serta
mengetahui aplikasi metode analisis karbohidrat dalam sampel.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan
dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan keringdalam bahan makanan
ternak. Karbohidrat atau arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanyas ebagai penghasil
energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Di Negara berkembang, karbohidrat
di konsumsi sekitar 70 – 80 % dari total kalori, bahkan di negara miskin bisa mencapai 90
%. Sedangkan pada negara maju,karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40 – 60 %.
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji – bijian yang tersebar di alam.Selain itu, karbohidrat juga
menjadi komponen struktur penting pada mahluk hidup dalam membentuk serat (fiber),
seperti selulosa, pektin dan lignin (Sumadjo, 2009).
Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yg dapat dgunakan
untuk analisis kualitatif. Beberapa reaksi yg lebih spesifik dpt membedakan golongan
karbohidrat. Banyak cara untuk mengetahui atau mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu
bahan alam, diantaranya adalah sebagai berikut (Sudarmadji, 2003):
1. Uji Molisch
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi
pentose menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam
pereaksi molish.Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu -naphthol yang terlarut dalam
etanol 95%. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H 2 SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau
hanya membentuk lapisan. H 2 SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk
menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian
bereaksi dengan reagent Molisch, alfanaphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.
Prosedur kerja :
1. Masukkan 15 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering
danbersih
2. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik.
3. Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H 2 SO4 pekat melalui
dinding tabung supaya tidak bercampur.
4. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
yangmenandakan reaksi positif karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
Kelebihan
Salah satu kelebihan dalam uji Molisch yaitu mengetahui adanya karbohidrat dengan
menggubakan pereksi molisch.
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3(Lenhninger, 1982).
Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan
larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan
bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi
keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki
gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Untuk
mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan
dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selama 4 - 10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru
(tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan
glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik
sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton.
Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi(Lenhninger, 1982).
Pengamatan yang dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan
mengamati perubahan warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-
macam tergantung dari konsentrasi karbohidrat yangg dipakai, larutan dapat berwarna hijau,
hijau kebiruan dan kuning. Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna
hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian
positif, sedangkan pada maltosa dan laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa
endapan merah bata hal ini menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya,
tetapi pada pengujian terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan
bahwa hasil uji negatif mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki gula
pereduksi yang dapat mereduksi reagen benedict. Berikut reaksi yang berlangsung:
R-COH + CuO → Cu2O (s) + R-COOH
atau
KH + camp Cu SO 4, Na-Sitrat, Na2 CO 3 → Cu2O (endapan merah bata)
Pereaksi Benedict : Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak
100 gram natrium karbonat anhydrous ( Na2 CO 3), 173 gram natrium sitrat, dan 17,3 gram
tembaga (II) sulfat pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Prosedur kerja :
1. Masukkan 3 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering
dan bersih
2. Tambahkan 2 mL pereaksi Benedict, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan warna endapannya.
4. Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi positif
karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan glukosa, galaktosa,
maltosa,fruktosa, laktosa, sukrosa dan larutan amilum.
Kelebihan
Kelebihan uji benedict yaitu mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sapel.
3. Uji Iodin
Uji iodin merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan pati.Reaksi positif yang ditunjukan adanya pati yang telah membentuk kompleks
dengan iodium adalah larutan berwarna biru tua.Polisakarida memberikan uji positif berupa
warna biru keunguan atau biru tua dengan glikogen atau amilopektin yang intensitas birunya
rendah. Hal ini diakibatkan karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral akan mengikat
molekul iodin sehingga terbentuklah warna biru yang lebih pekat
(Sukatiningsih, 2010).
Prosedur Kerja :
4. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan
cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri
dari tembaga asetat dan asam asetat glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida
merupakan agen pereduksi yang lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen
Barfoed yang ada dalam keadaan asam, sedangkan monosakarida merupakan agen pereduksi
yang kuat dan mampu membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed dalam keadaan asam
karena itu uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan
monosakarida pereduksi dalam suatu sampel. Pada proses pengujian, larutan dipanaskan,
pemanasan terhadap sampel membantu asamasetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi
monosakarida yang kemudian akan mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada
menjadi indikasi perbedaan terhadap monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi.
Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro oksida (Cu2O)
pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit sedangkan disakarida
pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah bata kupro oksida ( Cu2O) dalam
kurun waktu sepuluh sampai dua belas menit. Reaksi (Sudarmadji, 2003):
KH + camp Cu SO4dan CH 3COOH →Cu2O endapan merah bata
Prosedur kerja :
a. Masukkan 1 mL larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih.
b. Tambahkan 1 mL pereaksi Barfoed, kemudian dikocok.
c. Masukan kedalam penangas air selama 3 menit.
d. Kemudian didinginkan dalam air mengalir.
e. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
f. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
g. Lakukan percobaan ini dengan larutan glukosa, galaktosa, laktosa, sukrosa dan
maltosa.
Kelebihan
Kelebihan uji barfoed adalah mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi
pada bahan pangan.
5. Uji Fehling
Pereaksi Fehling terdiriatas Fehling A (34,65 gram kuprisulfatdalam 500 mL air) dan
Fehling B (campuran 173 gram natriumhidroksidadan 125 gram kaliumtetratdalam 500 mL
air), campuran larutan fehling A dan larutan fehling B merupakan larutan berwarna
biru( Sumardjo, 2006).
Pereaksi Fehling ditambah karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi
perubahan warna dari biru hijau kuning kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak.
Reaksi Karbohidrat Pereduksi Dengan Pereaksi Fehling ( Sumardjo, 2006)
Dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat, yang
membentuk garam karena adanya basa, sehingga pereaksi Fehling akan mengalami reduksi
sehingga tembaga yang bermuatan +2 akan berubah menjadi tembaga yang bermuatan +1
( Sumadjo, 2006).
Prosedur Kerja :
a. Disiapkan pada tabung rekasi masing-masing 2 Ml larutan 0,5% glukosa, 0,1%
glukosa, dan 2,0% glukosa.
b. Disapkan larutan fehling (6 ml), mencampurkan antara fehling A (3 ml) dan
fehling B (3 ml) dengan volume yang sama.
c. Memasukan 2 ml larutan fehling ke dalam masing-masing tabung reaksi, kocok
dan panaskan denagan air mendidih.
d. Mengamati perubahan (warna) yanh terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
e. Memasukan sepotong irisan tipis dari pisang mentah kedalam tabung reaksi, dan
sepotong irisan tipis dari pisang yang telah masak sempurna kedalam tabung lain.
f. Menghancurkan irisan tipis pisang tersebut, dan tambahkan 2 ml larutan fehling
kedalam tabung reaksi.
Kelebihan
Kelebihan dari uji ini yaitu digunakan untuk menguji kandungan gula pereduksi
(monosakarida atau disakarida) ddalam suatu sampel.
6. Uji Tollens
Prosedur Kerja :
a. 1.ml larutan AgNO3 di campurkan kemudian 2 tetes NaOH 10% (ditetes
demi tetes) dan ammonia encer.
b. Campuran di atas di aduk kemudian di tambahkan 1 ml larutan sampel
(karbohidrat)di diamkan selama 5 menit.
c. Jika tidak terjadi reaksi larutan di panaskan.
d. pAda semua larutan smapel di lakukan hal yang sama
e. hasil pengamatan di catat.
Kelebihan
Kelebihanya yaitu untuk membedakan senyawa aldehid dan keton.
Prosedur kerja :
a. siapkan labu bulat,masukkan fenol 7,5 gr.tambahkan asam sulfat pekat 20
ml,kocok panaskan campuran dalam pemanas hinggah mendidih 0,5-1
jam,amati perubahan campuran menjadih jernih yaitu terbentuknyaasam
fenol sulfanot.
b. Dinginkan dengan ice bath,tambahkan asam nitrat 22 ml.kocok 1-2
menit.terbentuk gas kemerahan.
c. Panaskan kembali dalam penangas 2 jam
d. Tambahkan air 50 ml dinginkan dengan ice bath,saring dan cuci dengan air
e. Pindahkan Kristal,lakukan rekristalisasi dengan air;etanol (2;1) dinginkan
kembali
Hitung massa
Kelebihan
- Mengetahui massa krystal asam fikrat yang dihasilkan pada percobaan
- Mengetahui karakteristik asam pikrat yang dihasilkan pada percobaan
- Mengetahui % rendemen yang dihasilkan pada percobaan.
8 Uji Saliwanof
Prosedur Kerja :
a. Mentiiaypkan alat dan bahan
b. Membuat reagen seliwanoff
c. Mengisi tabung reaksi dengan reagen uji seliwanoff sebanyak 3 ml
d. Kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 3 tetes larutan glukosa,
fruktosa, maltose, laktosa dan sukkrosa.
e. Semua tabung reaksi ditaru di dalam penangas air menddih sampai terlihat
perubahan wara larutan dalam beberapa tabung.
f. Encatat hasl pengamatan
g. Mebersihkan peralatan dan menyimpanya pada tenpatanya.
Kelebihan:
Kelebihan uji sekiwanoff adalah unyuk membedakan gula aldose dan ketosa.
Kelebihan
Kelebihan uji bial yaitu mengetahui adanya pentose
1. Metode Lane-Eynon
Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik. Biasanya
digunakan untuk penentuan laktosa (anhidrat atau monohidrat) glukosa, fruktosa, maltosa
(anhidrat atau monohidrat) dan lainnya. Penetapan gula pereduksi dengan metode ini
didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan untuk
mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan metilen biru yang warnanya akan hilang karena kelebihan gula
pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi tembaga (Day dan
Underwood, 1999).
2. Metode Shaffer-Somogyi
Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama berguna
untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula pereduksi akan
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang terbentuk dari hasil
oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu 2+ kembali. Kelebihan I2 dititrasi dengan
Na2S2O3. Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula pereduksi dalam sampel dapat
ditentukan (Sumardji, 1989).
3. Metode Anthrone
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone (9,10-
dihidro-9-oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone bereaksi
secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru
kehijauan yang khas (Apriyanto, 1989).
B. Saran