Anda di halaman 1dari 26

MIOMA UTERI

Pendahuluan

Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

menumpanginya, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah fibromioma,

leiomioma, ataupun fibroid.

Angka 30% ternyata bukan merupakan angka saja. Angka tersebut juga

merupakan perkiraan angka statistik kelainan kandungan yang diderita wanita, yaitu

Mioma Uteri. Jumlah penderita belum diketahui secara akurat karena banyak yang

tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera memeriksakannya ke dokter. Penyakit

ini adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Tumor ini

letaknya pada alat reproduksi wanita.

Asal mulanya penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa

teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen

karena sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan dan biasanya berkurang

ukurannya sesudah menopause. Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga

jenis, yaitu pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim, pertumbuhan ke arah rongga

rahim dan pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim Sering kali tumor jinak

rahim ke arah rongga ini membesar dan bertumbuh keluar dari mulut rahim. Tumor

yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba seperti kenyal, bentuknya

bulat dan berbenjol-benjol sesuai ukuran tumor. Beratnya bervariasi, mulai dari

beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai lima kilogram atau lebih.

1
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan

letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi

rahim,perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta,

bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak

memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan

sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor

sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa

terputar.

Lantas bagaimana cara penanganannya? Bila tumor berukuran kecil dan tidak

membesar, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap tiga sampai enam bulan sekali.

Jika terjadi komplikasi dan timbul perdarahan, perlu diberikan transfusi darah dan

obat penghilang rasa nyeri. Tindakan operasi dilakukan jika tumor membesar dan bila

timbul gejala penekanan dan nyeri dan perdarahan yang terus menerus.

Insidensi

Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, disangka bahwa 20 %

wanita yang berumur 35 tahun menderita mioma uteri walaupun tidak disertai gejala-

gejala. Mioma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause, bahkan yang telah ada

pun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause. Setelah menopause kira-kira

hanya 10 % saja mioma yang masih tumbuh. Menurut Novak dalam Sarwono(1994)

pada 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, dan lebih banyak

pada wanita kulit hitam..

2
Di Indonesia, mioma uteri di temukan sebanyak 2,39 – 11,7 % pada semua

penderita ginekologi yang dirawat. Jarang ditemukan satu sarang mioma saja pada

uterus, biasanya berjumlah 5-20 sarang, walaupun ada juga yang mencapai jumlah

100 sarang. Biasanya untuk mencapai ukuran sebesar kepalan tangan dibutuhkan

waktu tiga tahun. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada nulipara dan wanita-

wanita yang kurang subur.

Patogenesis

Meyer dan De Snoo mengajukan Cell nest atau teori genitoblas. Percobaan

Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain

dalam abdomen. Efek fibromatos ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

progresteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor

estrogen pada mioma lebih bayak didapati dari pada miometrium normal. Menurut

Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.

Patologi Anatomi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uterus hanya 1-3%, sisanya

adalah dari korpus uterus.

Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :

a. mioma submukosum : berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam

rongga uterus.

3
b. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut

miometrium.

c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol

pada permukaan uterus, diliputi serosa.

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt). Mioma subserosum dapat tumbuh

diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma

subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum

atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut

wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam

satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga

ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak

bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti

konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari

jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah

ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang

saja. Dengan pertumbuhan moima dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali

mioma ditemukan pada wanita berusia 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45

tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3

tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata

tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10 % saja yang

masih dapat tumbuh lanjut.

4
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang

subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma

uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degeneratif. Hal ini oleh karena

berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan Sekunder berupa :

1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil

2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia

lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok

serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian

dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur

berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkaan yang luas dan bendungan

limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor

sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) : teritama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rotgen.

5. Degenerasi merah (carneuous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi

pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut

sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti

daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.

Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
5
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau

mioma bertangkai.

6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan dgenerasi hialin.

Komplikasi

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah

diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat

membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom

abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terhjadi.

Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak

sarang mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang

dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai

6
leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus

sendiri.

Gejala dan tanda

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang

dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada. (serviks,

intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang

terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan abnormal.

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia

dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

perdarahan ini anatara lain :

- Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endmetrium

- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya

- Atrofi endometrium diatas mioma submukosum

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2. Rasa nyeri

7
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan. Pada pengeluaran mioma submukoum yang akan dilahirkan, pula

pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga

dismenore.

3. Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada

kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidroefrosis,

pada rekum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah

dan pembuluh limfe di pinggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri

panggul.

Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

abortus oleh katena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila

penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab

infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

Mioma uteri dan kehamilan

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan

infertilitas, resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus,


8
khususnya pada mioma submukosum, letak janin, menghalangi kemajuan persalinan

karena letaknya pada serviks uteri, menyebabkan inersia maupun atonia uteri,

sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan

mekanik dalam fungsi miometrium, menyebabkan plasenta lepas dari dasarnya, dan

mengganggu proses involusi dalam nifas.

Memperhatikan hal-hal tersebut diatas, adanya kehamilan pada mioma uteri

memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif. Kehamilan sendiri dapat

menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain :

1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh

estrogen yang kadarnya meningkat

2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil ataupun masa nifas,

kadang-kadang memerlukan segera guna mengangkat sarang mioma. Anehnya

pengangkatan sarang mioma ini jarang menyebabkan banyak perdarahan

3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan

gejala dan tanda sindrom abdomen akut.

Diagnosis

Seringkali penderita mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut

bagian bawah. Pemeriksaan bimanual mengungkapkan tumor pada uterus, yang

umumnya terletak digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba

berbenjol-benjol,. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan

dengan uterus.

9
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang

ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang

dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis. Dan terasa benjolan

pada permukaan kavum uteri.

Diagnosis banding yang perlu dipikirkan tumor abdomen dibagian bawah atau

panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan, mioma submukosum yang

dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri, mioma intra mural harus dibedakan

dengan suatu adenomiasis, kloriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu

sarkoma uteri. USG abdominal transvaginal dapat membantu dan menegakkan

dugaan klinis.

Pengobatan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55 % dari semua

mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama

apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.

Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam

menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya

suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan

tindakan segera.

Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH

agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-

sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor

gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi

leiomioma.
10
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri

menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya

menjadi kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang

lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih

mengadung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa

penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.

Berbagai macam pengobatan seperti :

a. Pengobatan operatif

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Tindakan ini dapat dikerjakn misalnya pda mioma submukosum pada

myoma geburt dengan dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan

sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor

bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh

anak, maka kemungkinan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

Sekitar 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan histerektomi.

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan

terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominam atau pervaginam.

Yang akhirnya ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor

angsa dan tidak ada perlengketan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri

akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis

dalam mengangkat uterus keseluruhannya.


11
b. Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita

mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau

terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra

indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendakna hanya dikerjakan

apabila tidak ada keganasan pada uterus.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada mioma uteri antara lain :

1. Degenerasi ganas. Mioma dapat berubaha menjadi leimiosarkoma (0,32 – 0,6

%) dari seluruh mioma. Kita harus curiga apabila mioma cepat membesar dan

adanya pembesaran sarang mioma dalam masa menopause.

2. Torsi. Sarang mioma yang bertangkai akan berputar / torsi menyebabkan

gangguan sirkulasi akut dan nekrosis dan menjadi sindrom abdomen akut.

3. Infeksi dan nekrosis. Terjadi karena gangguan sirkulasi darah, perdarahan

yang bisa berupa metroragia/menoragia dan infeksi dari uterus itu sendiri.

12
PRESENTASI KASUS

IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn. Z
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tegallayang, Bangunharjo, Pandak, Bantul
Tanggal Masuk : 24-07-2010
Cara Masuk : Poli Obsgyn
:
:

I. ANAMNESA
Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 20 hari yang lalu os merasakan nyeri perut bagian bawah, perut terasa panas
dan keras. Os tidak merasakan adanya benjolan di perut kanan bawah. Os juga
mengeluh keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit sejak tanggal 6 September 2003.
Satu hari sebelum masuk Rumah Sakit Os periksa ke Puskesmas dan disarankan
untuk periksa ke Rumah Sakit karena terdapat benjolan diperut bawah. Sejak
setengah tahun lalu os merasa menstruasi tidak teratur kadang banyak dan kadang
sedikit dan kadang terjadi 1 bulan 2 kali.

13
Riwayat Penyakit Dahulu
Os belum pernah menderita penyakit serupa. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit serupa.
Riwayat Haid
Menarche : 15 Tahun
Lama Haid : 7 hari
Siklus haid : 30 hari
Disertai rasa sakit : tidak
Riwayat gangguan pola menstruasi : tidak ada
Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali dengan suami sekarang 13 tahun
Riwayat Obstetrik
No. Keadaan kehamilan, Umur Keadaan anak Tempat
persalinan, keguguran, sekarang/Tgl. Perawatan
dan nifas lahir

1. Preterm, partus spontan, 12 th Sehat Bidan


nifas baik, bayi laki-laki
2000gram
2. Aterm, partus spontan, 11 th Sehat Bidan
nifas baik, bayi laki-laki,
2900 gram

Penyakit dan Operasi Yang Pernah Dialami


Tidak terdapat riwayat menderita penyakit berat atau mendapat tindakan operasi.

Riwayat Keluarga Berencana


Menggunakan IUD selama 10 tahun sejak tahun 1999 dari bidan

II. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Praesens :
14
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg S : 36,7 0 C
N : 88 x/menit R : 20 x/menit
Berat Badan : 50 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
Gizi : cukup
Kulit : turgor dan elastisitas cukup, ujud kelainan kulit
tidak ada
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi ada karies
dentis, lidah kotor,tepi hiperemis dan tremor
JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Leher : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
Thorak : ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
Abdomen : venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa setinggi 3 jari dibawah
pusat dengan ukuran satu kepal tangan,
konsistensi keras, permukaan rata, sulit
15
digerakkan dan terdapat nyeri tekan. Hepar dan
lien tak teraba
Perkusi : tympani
Perempuan
Genetalia : Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
Ekstremitas : oedema dan varises tidak ada

b. Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : keadaan umum baik
Palpasi : teraba massa 3 jari dibawah pusat, keras, sulit digerakkan, permukaan rata,
dengan nyeri tekan.
Pemeriksaan Dalam
VT vulva/uretra/vagina tenang, teraba benang IUD, porsio lunak sebesar ibu jari
tangan, OUE tertutup, adneksa parametrium/cavum douglas tenang

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG : Myoma uteri ukuran 10x10 cm
Hasil Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Nilai Satuan Range Normal
Hb 9,5 Gram % 12-16
AL 8,2 Ribu/ul 4-10
AT 334 Ribu/ul 150-450
Hematokrit 31,2 % 36-46
PPT 13,2 detik
APTT 28,7 detik
Ureum 16
Kreatin 1,08
SGOT 37
SGPT 21
Elektrolit
Natrium 139,4
Kalium 4,54
Clorida 111,1

16
HbsAg _

III. DIAGNOSA BANDING


P2 A0 dengan mioma uteri

VI. DIAGNOSA SEMENTARA


P2 A0 dengan mioma uteri.

VII. TERAPI
Miomektomi
Infus RL 20 tetes/menit
Parasetamol 3x1 tab
Inj.Ceftriaxon 2x 1 gr
Inj.Tramadol 3x1 amp

VII. PROGNOSIS
dubia ad bonam

FOLLOW UP BANGSAL
Tanggal 25 Juli 2010 Jam 07.00 WIB
Subyektif : keluhan nyeri perut sebelah bawah.
Obyektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 100/70 mmHg S : 38 0 C
N : 100 x/menit R : 20 x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik

17
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis, lidah kotor,tepi hiperemis dan
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa, konsistensi keras,
permukaan rata, sulit digerakkan dan tidak nyeri
tekan. Hepar dan lien tak teraba
Perkusi : tympani
Perempuan, fluxus -, flour -, BAB/BAK normal
Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
Genetalia : oedema dan varises tidak ada
Ekstremitas :

Assesment : P2 A0 dengan mioma uteri

Planing : Persiapan Operasi


- Infus RL 20 tetes/menit

18
- Transfusi PRC 1 kolf dilanjutkan cek Hemoglobin

Tanggal 26 Juli 2010


Subyektif : Keluhan -
Obyektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg S : 360 C
N : 86 x/menit R : 20x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis, lidah kotor,tepi hiperemis dan
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa setinggi 3 jari dibawah
19
pusat dengan ukuran satu kepal tangan,
konsistensi keras, permukaan rata, sulit
digerakkan dan tidak nyeri tekan. Hepar dan lien
tak teraba
Perkusi : tympani
Genetalia : Perempuan, pengeluaran pervaginam tidak ada
Ekstremitas : Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
: oedema dan varises tidak ada
Assesment : P2 A0 dengan mioma uteri

Planing :
- Infus RL 20 tetes per menit
- Persiapan Operasi hari ini

Tanggal 27 Juli 2010


Subyektif : nyeri bekas operasi
Obyektif :
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg S : 36 0 C
N : 86 x/menit R : 20 x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis lidah kotor,tepi hiperemis dan
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak

20
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa setinggi 3 jari dibawah
pusat dengan ukuran satu kepal tangan,
konsistensi keras, permukaan rata, sulit
digerakkan dan tidak nyeri tekan. Hepar dan lien
tak teraba
Perkusi : tympani
Genetalia : Perempuan, pengeluaran pervaginam tidak ada
Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
Ekstremitas : oedema dan varises tidak ada

Assesment : Post Miomektomi, P2A0

Planing :
- Infus RL 20 tetes per menit
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj. Vitamin C 2x1 amp
- Inj. Tramadol 3x1 amp

21
Tanggal 28 Juli 2010
Subyektif : nyeri bekas operasi
Obyektif :
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg S : 36 0 C
N : 86 x/menit R : 20 x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis lidah kotor,tepi hiperemis dan
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa setinggi 3 jari dibawah
pusat dengan ukuran satu kepal tangan,
konsistensi keras, permukaan rata, sulit
22
digerakkan dan tidak nyeri tekan. Hepar dan lien
tak teraba
Perkusi : tympani
Genetalia : Perempuan, pengeluaran pervaginam tidak ada
Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
Ekstremitas : oedema dan varises tidak ada

Assesment : Post Miomektomi, P2A0

Planing :
- Infus RL 20 tetes per menit
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj. Vitamin C 2x1 amp
- Inj. Tramadol 3x1 amp

Tanggal 27 Juli 2010


Subyektif : nyeri bekas operasi
Obyektif :
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg S : 36 0 C
N : 86 x/menit R : 20 x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis lidah kotor,tepi hiperemis dan
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada

23
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Cor : suara jantung I-II murni reguler, gallop dan
bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : datar, striae gravidarum tidak ada,
venektasi tidak ada
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : teraba massa setinggi 3 jari dibawah
pusat dengan ukuran satu kepal tangan,
konsistensi keras, permukaan rata, sulit
digerakkan dan tidak nyeri tekan. Hepar dan lien
tak teraba
Perkusi : tympani
Genetalia : Perempuan, pengeluaran pervaginam tidak ada
Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
Ekstremitas : oedema dan varises tidak ada

Assesment : Post Miomektomi, P2A0

Planing :
- Amoxicillin 3x500 gr
- Asam Mefenamat 3x500 gr
- Ferrofort 2x1
- BLPL

24
PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian

bawah, merasa ada benjolan di perut yang semakin membesar sejak tiga minggu yang

lalu. Ibu haid sebelumnya teratu. Pada saat datang, kita berpikir apakah telat

menstruasinya karena ibu sedang hamil atau karena penyebab yang lain.

Pasien kemudian diperiksa, dan didapatkan hasil bahwa keadaan umum,

kesadaran dan tanda-tanda vital dari pasien normal. Kemudian pemeriksaan

dilanjutkan dengan palpasi abdomen, pemeriksaan dengan inspekulo dan Recto

Vaginal Toucher (pemeriksaan dalam); didapatkan hasil sebagai berikut :


25
• Teraba benjolan di perut bawah, keras dan immobile.

• Dinding perut supel, teraba masa tumor padat,bergerombol dengan batas:

atas : 4-6 cm di bawah pusat

kanan : linea midclavicula dextra

kiri : linea mediana

bawah : Pintu Atas Panggul

• Dinding vagina licin, cervix uteri mencucu dan tertutup

• Tidak ada discharge, darah maupun lendir

• v/u tenang, dinding vagina licin, cervix uteri mencucu,

• massa teraba sebesar telur bebek, kesan tumor padat dengan ukuran diameter

kira-kira 7 cm. licin, ampula tidak kolaps, teraba masa tumor.

Karena kecurigaan mengarah pada mioma uteri, maka dilakukan pemeriksaan

penunjang berupa USG, ditambah dengan EKG dan Hb. Hasil EKG dalam batas

normal dan Hb pasien termasuk rendah ( < 12 ). Hasil USG menunjukkan uterus

mengandung massa (tumor) padat berukuran 10x 10x 7 dan v/u dalam batas normal

makin memperkuat diagnosis mioma uteri.

Akhirnya pasien dioperasi dengan miomektomi, bukan dengan histerektomi,

karena mengingat bahwa pasien belum memiliki keturunan dan kemungkinan untuk

hamil masih ada setelah penagangkatan mioma.

26

Anda mungkin juga menyukai