Anda di halaman 1dari 3

Siroh#1 DIANGKATNYA MUHAMMAD ‫ ﷺ‬MENJADI NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut seorang untuk mengetahui sifat-
sifat dan keadaan kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala bidang
kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ً ِ‫هللا َو ْال َي ْو َم اْأل َ ِخ َر َوذَك ََر هللاَ َكث‬


‫يرا‬ َ ‫سو ِل هللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
َ ‫سنَة ٌ ِل َمن كَا َن َي ْر ُجوا‬ ُ ‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم ِفي َر‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.[Al-Ahzab/33:21]

Bukti Agama dan Kitab kitab sebelumnya telah mengabarkan akan datangnya nabi Muhammad ‫ﷺ‬
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)”. [Ash Shaf / 61 : 6].

Dan setelah datang kepada mereka al Qur`an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada
mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat
kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui ini, mereka ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. [al
Baqarah/2:89]

DIANGKATNYA MUHAMMAD MENJADI NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM


Diangkatnya Muhammad Menjadi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam DIANGKATNYA MUHAMMAD
MENJADI NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM Pada sebelumnya, telah dipaparkan bahwa para ahli
kitab sudah mengetahui akan kedatangan seorang rasul. Mereka mengetahui nama dan sifatnya. Akan
tetapi, karena faktor kesombongan dan kecongkakan, saat rasul yang ditunggu-tunggu ini telah diutus
oleh Allah Azza wa Jalla , dan ternyata bukan dari golongan mereka, serta merta mereka mengingkarinya.
Di antara peristiwa manakjubkan menjelang kenabian,yaitu adanya sebuah batu yang mengucapkan
salam kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Peristiwa ini diceritakan sendiri oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim (4/1782) :
َ ْ ُ ُ ْ َ َ ِ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ُ ِّ َ ُ َ َ َ ‫َ َ َ ُ ُ ه َ ه ه ُ َ َ ْ َ َ ه َ ِّ َ َ ْ ُ َ َ ً َ ه‬
‫َّل ق ْب َل أن أ ْب َعث ِإ ّ ين َلع ِرفه اْلن‬
‫اَّلل صَّل اَّلل علي ِه وسلم ِإ ين َلع ِرف حجرا ِبمكة كان يسلم ع ي‬
ِ ‫قال رسول‬
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sungguh aku mengetahui, ada sebuah batu di daerah
Mekkah, yang dia itu mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi Rasul. Aku sungguh
mengetahuinya sekarang.” Ketika menjelaskan hadits ini, Imam Nawawi mengatakan, di dalam hadits ini
terdapat penjelasan tentang salah satu mu’jizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

PERISTIWA TURUNNYA WAHYU


Aisyah Radhiyallahu anhuma menceritakan, peristiwa menjelang kenabian dan saat wahyu pertama
diturunkan melalui Malaikat Jibril Alaihissallam , ia Radhiyallahu anhuma mengatakan[1] : “Peristiwa
yang mengawali turunnya wahyu kepada Rasulullah, yaitu mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak
memimpikan sesuatu, kecuali mimpi itu datang bagaikan cahaya Subuh”. Kemudian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka berkhalwat (menyendiri), bertempat di dalam Gua Hira.[2] Disanalah
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertahannuts[3] (yaitu beribadah) selama beberapa malam sebelum
pulang ke keluarganya dan mengambil bekal lagi untuk beribadah, kemudian kembali lagi ke Khadijah,
serta mengambil bekal lagi untuk itu. Peristiwa ini berulang terus sampai al haq datang kepadanya.
Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan cara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beribadah pada
waktu itu.[4] Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam [5] dan mengatakan :
ََ َ َّ َّ َ َ َ َ َ َ َ ََ ُ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ّ َ َ ْ َ َّ ُ َ ْ َ ْ ِّ َ َ َ ََّ َ ّ َّ َ َ ّ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َْ ْ
‫ال اق َرأ قلت َما أنا ِبق ِار ٍئ فأخذ ِ ّ ين فغط ِ ّ ين الث ِان َية َح ََّن َبلغ ِم ِّ ين‬ ‫ال َما أنا ِبق ِار ٍئ قال فأخذ ِ ين فغط ِ ين حن بلغ ِم ين الجهد ثم أرسل ِ ين فق‬ ‫اقرأ ق‬
َ َ َ
ُ َ َّ َّ َ َ َ َ
َ َ َ َ َ ْ َ
ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ ّ َ َ ْ َّ ُ َ ْ َ ْ
‫ال اق َرأ فقلت َما أنا ِبق ِار ٍئ فأخذ ِ ّ ين فغط ِ ّ ين الث ِالثة ث َّم أ ْر َسل ِ ّ ين‬ ‫الجهد ثم أرسل ِ ين فق‬
“Bacalah !” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,”Lalu Malaikat Jibril merangkulku, sampai aku merasa kepayahan,
kemudian dia melepasku dan mengatakan : “Bacalah!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” dia merangkulku untuk kali kedua, sampai aku merasa
kepayahan, kemudian dia melepasku dan mengatakan,”Bacalah!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” dia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku merasa
kepayahan, kemudian dia melepasku, dan mengatakan :

َ َ َ ْ ْ ‫َه‬ ََْ ‫َه‬ ‫ه‬ َْْ َ ْ ْ ََ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ‫َ ه‬ ْ ‫ْاق َ ْرأ ب‬


‫﴾ عل َم ِاْلن َسان َما ل ْم َي ْعل ْم‬٤﴿ ‫﴾ ال ِذي عل َم ِبالقل ِم‬٣﴿ ‫﴾ اق َرأ َو َرُّبك اَل ك َر ُم‬٢﴿ ‫﴾ خلق ِاْلن َسان ِم ْن عل ٍق‬١﴿ ‫اس ِم َرِبك ال ِذي خلق‬
َ َ ْ ْ َّ َّ َ ِ
‫ان َل َي ْط َّ ى‬
‫غ‬ ‫﴾ كَّل ِإن ِاْلنس‬٥﴿
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [al ‘Alaq/96 : 1-5].
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dengan hati gemetar. Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam masuk ke Khadijah binti Khuwailid dan berseru : “Selimuti aku! Selimuti aku!” Kemudian beliau
diselimuti sampai rasa takutnya hilang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan apa yang
dialaminya kepada Khadijah, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Aku
mengkhawatirkan diriku sendiri.” Khadijah berkata seraya menghibur : “Sama sekali tidak.
(Bergembiralah), demi Allah! Allah Azza wa Jalla tidak akan membinasakanmu selama-lamanya. Karena
engkau menyambung tali silaturrahim, (berkata jujur), menghormati tamu, mampu menahan beban
(tidak berkeluh-kesah), membantu orang tidak punya, serta menolong duta-duta kebenaran”. Lalu
Khadijah membawanya mendatangi Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uza, sepupu Khadijah, yaitu
anak dari saudara bapaknya. Pada masa jahiliyah, Waraqah ini penganut agama Nashrani. Dia bisa
menulis kitab dalam bahasa Ibrani. Dia menulis Injil dalam bahasa Ibrani, sesuai dengan kehendak Allah.
Dia sudah lanjut usia dan buta. Khadijah berkata kepadanya : “Wahai, anak pamanku (sepupuku).
Dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini,” Waraqah menyahut,”Wahai, anak saudaraku! Apa yang
engkau lihat?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai menceritakan apa yang dilihatnya.
Setelah mendengar cerita itu, Waraqah berkata : “Ini adalah an Namus yang pernah turun kepada Nabi
Musa Alaihissallam . Seandainya aku masih muda saat itu, seandainya aku masih hidup dikala engkau
diusir oleh kaummu,” (mendengar ini) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,”Apakah mereka
akan mengusirku?” Waraqah menjawab,”Ya. Tidak ada seorang pun yang datang membawa seperti yang
apa engkau bawa, kecuali dia akan dianiaya. Seandainya aku masih mendapatkan zamanmu, pasti aku
akan benar-benar menolongmu,” dan tak lama kemudian Waraqah meninggal. [HR Imam Bukhari, no.
6982] [6].

Hadits yang panjang ini menjelaskan :


1. Iqra’ (al Alaq ayat 1-5) merupakan bagian dari al Qur`an yang pertama kali turun kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Peristiwa ini terjadi saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 40
tahun.
2. Turunnya wahyu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan peristiwa yang tidak disangka-
sangka. Oleh karena itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan ketakutan teramat sangat.
3. Sikap Khadijah dalam menenangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membantunya untuk
mengetahui hakikat dari kejadian tersebut.
4. Menunjukkan kadar pengetahuan Waraqah tentang para nabi dan peringatannya kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kejadian-kejadian yang dialaminya. Juga menjelaskan tentang
keinginannya untuk membantu dan mendukung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , jika dia masih hidup,
namun dia meninggal sebelum peristiwa yang diperkiraan itu terjadi.

Footnote
[1]. HR Imam Bukhari dalam at Tafsir, no. 4953. Lihat Shahih Sirah, karya Syaikh al Albani, hlm. 84.
[2]. Yang terletak di bukit Hira. Untuk sampai kesana, perlu waktu sekitar tiga puluh menit. Lihat Sirah
an Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 123.
[3]. Ibnu Hajar (Fathul Baari 12/355) mengatakan : “Seakan berkhalwat itu termasuk perkara-perkara
syar’i yang masih tersisa pada mereka dalam bentuk sunnah i’tikaf”. Ibnu Ishaq (Sirah Ibnu Hisam, 1/253)
menyatakan : “Berkhalwat itu merupakan salah satu cara di antara cara-cara beribadah yang dilakukan
oleh kaum Quraisy pada masa jahiliyah”. Lihat Sirah an Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 123.
[4]. Sirah an Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 125.
[5]. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin saat siang hari bulan Ramadhan.
[6]. Shahih Sirah, karya Syaikh al Albani, hlm. 85-86.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Pernyataan Guru BPPDGS
    Surat Pernyataan Guru BPPDGS
    Dokumen6 halaman
    Surat Pernyataan Guru BPPDGS
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat
  • Fiqih
    Fiqih
    Dokumen2 halaman
    Fiqih
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat
  • Aqidah
    Aqidah
    Dokumen3 halaman
    Aqidah
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat
  • Tema 8
    Tema 8
    Dokumen4 halaman
    Tema 8
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat
  • Hadits
    Hadits
    Dokumen2 halaman
    Hadits
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat
  • Tauhid
    Tauhid
    Dokumen2 halaman
    Tauhid
    Muhsin Nafik
    100% (1)
  • B. Arab
    B. Arab
    Dokumen2 halaman
    B. Arab
    Muhsin Nafik
    Belum ada peringkat