Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, merupakan sebuah langkah reformasi di
bidang penataan ruang yang cukup signifikan, telah memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Kota / Kabupaten untuk melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi
sumber daya, karakteristik dan budaya (kearifan lokal) masing-masing. Undang-Undang ini
pertimbangan untuk mitigasi bencana, dan pengenaan sanksi yang tegas di bidang
penataan ruang. Serta Sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota harus menetapkan bagian dari
wilayah kabupaten/ kota yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang dan peraturan
zonasinya. Bagian dari wilayah yang akan disusun rencana detail tata ruang dan peraturan
zonasi tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau kawasan
strategis kabupaten.
teknis RDTR yang mampu menghasilkan muatan rangka pengaturan zonasi, perizinan, dan
pembangunan kawasan agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang, dan
terpadu. Kawasan yang berkembang sendiri secara tepat, tanpa adanya pengendalian
pemanfaatan ruang, membuat kota berkembang tanpa penataan yang jelas. Keadaan ini
menjadikan wilayah / kota tumbuh tanpa arah, dimana pertumbuhan kawasan cenderung
berkembang secara sporadis. Untuk jangka pendek, hal demikian tidak menjadi
permasalahan yang berarti, akan tetapi dalam jangka panjang hal tersebut dapat merugikan,
karena kota tumbuh dan berkembang secara tidak terarah sehingga memerlukan kerja keras
dan dana yang sangat besar untuk menata kawasan-kawasan itu kembali.
Dalam mengatasi agar tidak terjadi pengisian ruang / lahan yang tidak terarah /
tertata, maka diperlukan suatu rencana penataan ruang sebagai pedoman dan arahan
I-1
Kawasan perkotaan dengan wilayah perkembangannya dapat dicapai. Selain itu dapat
Berdasarkan RTRW Kabupaten Dairi, Kawasan perkotaan adalah bagian yang perlu
diperinci penataan ruangnya. Maka dalam upaya pengendalian pembangunan yang lebih
terinci perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasinya.
Oleh karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dairi disebutkan bahwa
Kawasan Perkotaan Kabupaten Dairi adalah kawasan yang masih memerlukan rencana
detail tata ruang, maka disusunlah rencana detail tata ruang yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan
sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi zona-
zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya
diprioritaskan.
Silahisabungan Kabupaten Dairi yang berfungsi sebagai pedoman dalam perwujudan ruang
Tujuan yang hendak dicapai dalam dalam penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Manfaat tersusunnya RDTR dan Peraturan Zonasi ini, bagi Pemerintah Daerah adalah:
I-2
Sasaran dalam pekerjaan ini yaitu terwujudnya kawasan perencanaan yang
berkualitas, serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung
lingkungan, kondisi sosial masyarakat yang mengacu pada RTRW, pedoman dan petunjuk
pelaksanaan bidang penataan ruang serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Penataan Ruang, yang dimuat dalam (Pasal 1) dijelaskan pengertian sebagai berikut:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara;
termasuk didalamnya tanah, air, udara dan benda lainnya serta daya dan keadaan,
sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
2. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang
pemanfaatan ruang;
3. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya;
pemanfaatan ruang;
5. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
6. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya;
8. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang;
9. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang yang dipersyaratkan dalam kegiatan
I-3
10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait pada yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek / pengamatan
11. Kawasan adalah suatu wilayah yang memliki fungsi utama lindung atau budidaya;
12. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
13. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
14. Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang / jalur dan / atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tentang Penataan Ruang yang dimuat dalam (Pasal 2 dan 3) dijelaskan pengertian sebagai
berikut:
a. Keterpaduan;
c. Keberlanjutan;
e. Keterbukaan;
i. Akuntabilitas.
I-4
2. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
tata ruang di Indonesia yang berada dibawah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten /
Kota (RTRWK). Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan merupakan penjabaran dari Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota ke dalam rencana pemanfaatan ruang
Perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian
Wilayah Kota / Perkotaan secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan
Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan juga merupakan rencana yang menetapkan
ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan
fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan
Penataan Ruang ditentukan bahwa setiap RTRW kabupaten / kota harus menetapkan
bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang
akan disusun RDTR tersebut merupakan Perkotaan atau kawasan strategis kabupaten / kota.
pedoman ini.
I-5
Bardasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal penyusunan
RTRW Kabupaten / Kota memerlukan RDTR yang mencakup muatan materi peraturan
zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus
menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak disusun atau RDTR telah
ditetapkan sebagai Perda namun belum ada peraturan zonasinya sebelum keluarnya
pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun terpisah dan berisikan zoning map dan
zoning text untuk seluruh Perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada
RDTR ditetapkan dengan Perda Kabupaten / Kota sebagai Perda terpisah dari
peraturan zonasi sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi ditetapkan
a. RTRW Kabupaten / Kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tidak terpenuhi, maka
dapat disusun peraturan zonasi, tanpa disertai dengan penyusunan RDTR yang lengkap.
a. Wilayah administrasi;
Bagian dari wilayah kabupaten / kota yang berupa kawasan pedesaan dan
I-6
Wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) tersebut kemudian disebut
sebagai Bagian Wilayah Perkotaan (BWP). Setiap BWP terdiri atas Sub BWP yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
a) Morfologi BWP;
Daerah;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Penatagunaan Tanah;
Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau
I-7
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten;
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi Dalam
Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Dan
Kawasan Permukiman;
Pokok-poko Agraria
Penatagunaan Tanah;
Bangunan Gedung;
I-8
Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas
Negara
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan
Pertanahan ;
Perkotaan;
Bencana;
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota.
Permendagri No. 1 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
I-9
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan
dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan tata Cara Peran
a. Listrik :
Undang-undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan
b. Transportasi :
Undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Angkutan Jalan
Telekomunikasi.
d. Industri dan Pengolahan :
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perindustrian
Industri
Industri;
e. Pariwisata :
I-10
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
Sampah
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
wilayah kabupaten/kota; fungsi dan peran wilayah perencanaan; potensi investasi; kondisi
sosial dan lingkungan wilayah perencanaan; peran masyarakat untuk turut serta dalam
Tata Ruang /Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten / Kota;
mempertimbangkan:
I-11
c. potensi investasi;
jaringan prasrana di BWP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam
melayani kegiatan skala BWP. Materi dari rencana struktur ruang RDTR meliputi :
pelayanan di dalam BWP yang akan melayani sub BWP, dapat meliputi:
dan jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi: jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan,dan jaringan jalan lainnya yang tidak
atas:
I-12
jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/
distribusiprimer meliputi :
gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju
menyalurkan/ menghubungkan
sekunder(220v/380 v);
I-13
ESDM no.865 tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum
Ketenagalistrikan)
penyediaan:
rumah kabel;
kotak pembagi;
kabeldistribusi;
bak penampung.t
I-14
Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas:
perencanaan;
kolam retensi
sistem pemompaan
pintu air
I-15
Rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan digambarkan
1) jaringan jalan yang terdiri dari beberapa kelas dan tingkat jalan yang
tersendiri; dan
sebenarnya.
minimum1:5.000
perencanaan.
3. RencanaPola Ruang
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan
I-16
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:
sungai, zona sekitar danau atau waduk, zona sekitar mata air;
- zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi hutan kota,
taman kota, taman kecamatan, taman RT, taman RW, dan pemakaman;
- zona konservasi (KS) yang meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman
kepadatan: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah; Bila
diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel,
- zona perdagangan dan jasa yang meliputi perdagangan jasa deret dan
swasta;
- zona sarana pelayanan umum yang meliputi sarana pelayanan umum skala
- zona industri yang meliputi Kawasan Industri dan sentra industri kecil
menengah (SIKM);
- zona lainnya (yaitu: zona yang tidak selalu ada di kawasan perkotaan) antara
I-17
- Zona Campuran (C), yang meliputi perumahan dan perdagangan/jasa,
rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis pembangunan yang
utama RDTR.
a. Lokasi
penanganan nya perlu digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian
dengan mempertimbangkan:
perencanaan/desa;
I-18
5. penentuan berdasarkan kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota
campuran.
b. Tema Penanganan
bencana.
akhir tahun masa perencanaan. Arahan pemanfaatan ruang ini bersifat optional
I-19
dalam penyusunannya dan tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing.
Program dalam rencana pemanfaatan ruang apabila dibuat dalam dokumen RDTR
Kabupaten/Kota memuat:
berikut:
perencanaan;
meliputi:
I-20
(f) perwujudan sistem drainase;
perencanaan.
pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan,
6. Peraturan Zonasi
I-21
e. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang; serta
peraturan zonasi.
b. Pengelompokkan Materi
Pengelompokan materi terdiri atas materi wajib dan materi optional. Materi wajib
adalah materi yang harus ada dalam peraturan zonasi. Materi optional adalah
materi yang dapat dimasukkan dalam peraturan zonasi apabila dianggap perlu.
Ketentuan pelaksanaan;
Ketentuan tambahan;
Ketentuan khusus;
Standar teknis;
I-22
kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, bersyarat secara terbatas,
peruntukan ruang yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan
pemanfaatan tersebut.
2) pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, atau pun
I-23
bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini berupa bersyarat umum dan
bersyarat spesifik.
Penentuan I,T,B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi
didasarkan pada :
1) Pertimbangan Umum
terhadap pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah), toleransi terhadap
2) Pertimbangan Khusus
I-24
unsur bangunan/komponen yang dikembangkan.
b. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran
pada suatu zonasi. Pertimbangan besar KDH Minimum didasar kan pada
yang ditetapkan
2) Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT Maksimum)
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB tetapi dalam unit blok
(bukan persil)
3) Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan Bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan faktor
kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya mata hari, aliran
udara dan ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang terbuka privat, privasi,
I-25
(resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk bangunan/rumah), faktor
dasar)
4) Kepadatan Penduduk Minimum
antar bangunan minimum yang harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas
yang ditentukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangu nan serta
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir,
bongkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta kelengkapan
secara optimal.
Materi aturan merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh instansi
teknis terkait.
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri dari:
I-26
1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kelu wesan
mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada
peraturan zonasi.
masyarakat luas.
sebagainya.
zonasi ditetapkan.
tersebut terbukti memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai
zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang ditujukan untuk
memberikan penyelesaian pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan
I-27
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang
karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu , ketentuan pada zona-zona yang
4) Zona Militer;
9) Zona BTS.
Aturan khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang
yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan hasil penelitian untuk aspek
dan ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dilapangan dan
I-28
penerapan peraturan zonasi dasar.
3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam
perencanaan kawasan fungsional;
1. Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup perencanaan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan
I-29
2. Lingkup Kegiatan
Secara garis besar lingkup kegiatan dalam pekerjaan ini terdiri atas :
data fisiografis;
data kependudukan;
data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata masa
bangunan;
- Kedudukan dan peran bagian wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih
luas (kabupaten/kota);
- Keterkaitan antar wilayah dan antara bagian wilayah yang lebih luas
(kabupaten/kota);
- Karakteristik perekonomian;
kurangnya meliputi:
I-30
- Analisis kebutuhan ruang;
- Kecenderungan perkembangan;
Analisis Transportasi
Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait
dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya. Teknik analisis yang terkait dengan
teknologi tinggi, dan/atau daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
I-31
ditentukan melalui kajian lingkungan hidup strategis. Dimana dari analisis ini akan
dihasilkan :
dan sarana pada kawasan secara umum dan pada area-area inti pengembangan;
yang berisi:
Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi terdiri dari 5 Bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, landasan hukum, maksud, tujuan dan sasaran, muatan
pengembangan kawasan sekitar Danau Toba dan Perda RTRW Kabupaten Dairi.
I-32
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Di dalam bab ini membahas mengenai gambaran umum Kecamatan
data, serta analisis yang dipakai dalam penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
terakhir.
I-33