Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Sosial

Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dilihat apabila tiap

individu dan kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-

bentuk hubungan tersebut serta apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-

perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada

(Rusdiyanta,2009:25). Sementara itu, proses sosial terjadi karena adanya interaksi

sosial yang terjadi dimasyarakat. Menurut H. Bonner dalam Ahmadi (1990:54)

menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu dengan

individu atau lebih, dimana sikap dari individu yang ada dapat mempengaruhi,

merubah serta memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Sehingga

dapat di simpulkan bahwa dalam interaksi sosial terdapat hubungan antar individu

atau kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain dan merupakan syarat

terjadinya kehidupan sosial dimasyarakat.

Interaksi Sosial

Manusia hidup bermasyarakat, dan akan saling berhubungan dan saling

membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu

proses interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-

hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa

hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok

yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.

12
13

Teori yang digunakan adalah teori interaksi dari Georg Simmel dalam Ritzer

(2012;282) menjelaskan bahwa interkasi sosial merupakan suatu interaksi antar

aktor atau individu yang dilakukan secara sadar, sehingga dapat dikatakan bahwa

interaksi sosial selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat dimana individu itu

berada. Interaksi sosial terjadi karena adanya hubungan antar individu dalam

masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Simmel bahwa masyarakat merupakan

relasi atau hubungan antar individu yang bersatu (Vegger,1986:91). Interaksi

Sosial sendiri merupakan kebutuhan bagi manusia, karena itu manusia akan

mencari kontak dengan orang lain dari berkomunikasi dengan orang tersebut.

Sehingga pada akhirnya menciptakan suatu kehidupan sosial yang terdiri dari

sejumlah aksi dan reaksi, baik antara individu maupun kelompok

(Vegger,1986:92).

Berdasarkan penjelasan Simmel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial dianggap hal biasa dan tidaklah

penting, tetapi perlu diingat bahwa karena interaksilah yang menentukan berbagai

aktivitas sosial yang terjadi dalam masyarakat, seperti di jelaskan oleh Gillin dan

Gillin dalam Soekanto (2012:55) bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Gillin dan Gillin (dalam

Soekanto,2012:55) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan suatu

hubungan sosial yang bersifat dinamis yang berlangsung dalam hubungan antara

individu dengan individu, antara individu dengan kelompok maupun kelompok

dengan kelompok. Selain itu, masyarakat muncul karena adanya proses interaksi

timbal balik, saling berhubungan antara individu (Johnson.1986:257). Simmel


14

sendiri memiliki sudut pandang bahwa dunia nyata terdiri dari peristiwa, tindakan

dan interaksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa interaksi sendiri memiliki berbagai

bentuk dan tipe yang berbeda antar satu sama lain (Ritzer, 2012:283). Adapun

bentuk dan tipe interaksi sosial dapat dilihat dari proses sosial yang muncul

setelah adanya interaksi.

2.2.1 Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Interaksi social mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Basrowi,2005. 139)

1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang)

yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.

4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan

tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.

2.2.2 Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto (2012:58) menjelaskan ada dua syarat interaksi sosial dapat terjadi

masyarakat, yaitu:

1. Adanya Kontak Sosial

Kontak merupakan suatu pertemuan yang bersifat fisik maupun batin.

Kontak sendiri dapat bersifat primer berupa bertemu secara langsung

maupun bersifat sekunder melalui media komunikasi seperti TV atau radio

(Rusdiyanta.2009:26)

Menurut Nazsir, 2008;29 mengatakan bahwa kontak social dapat bersifat

positif atau negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mempererat jalinan
15

kerjasama yang baik dan membawa manfaat kepada kehidupan social, sedangkan

yang bersifat negatif mengarah kepada suatu pertentangan sehingga memberi

resiko dapat terhambatnya proses pengembangan kehidupan social. Seperti yang

di jelaskan oleh Soejono Soekanto bahwa suatu kontak social dapat bersifat

primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan

langsun bertemu dan berhadapan muka, seperti berjabat tangan, saling senyum,

dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang bersifat sekunder memerlukan suatu

perantara seperti melalui telepon dan berkirim surat. Apabila di ermati, baik dalam

kontak primer maupun kontak sekunder terjadi hubungan timbal balik antara

kedua belah pihak. Dalam hubungan timbal balik tersebut supaya kontak sosial

dapat berjalan dengan baik, harus ada saling penertian dan kerjsama yang baik

antara kedua belah pihak.

2. Adanya Komunikasi

Komunikasi merupakan usaha dalam menyampaikan suatu informasi dari

individu kepada individu lainnya. Di dalam komunikasi sendiri dapat terjadi

perbedaan penafsiran dari tiap individu sesuai akibat perbedaan makna

terhadap tingkah laku individu lainnya (Rusdiyanta.2009:26). Denan adanya

komunikasi sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia

atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok manusia

atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian menjadi bahan untuk

menentukan apa yang akan di lakukannya. Suatu kontak dapat terjadi tanpa

adanya komunikasi, namun perlu diketahui bahwa suatu kontak tanpa

komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa. Komunikasi memungkinkan


16

kerja sama antara orang-perorangan atau antar kelompok manusia dan

memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama.

Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama, bahkan

suatu pertikaian mungkin akan terjadi akibat salah paham atau masing-

masing tidak mau mengalah (Borgadus. 1961:253)

Maka dari itu, interaksi sosial pada hakikatnya merupakan salahsatu sifat

manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan melalui kontak dengan

manusia lain akan berkomunikasi sehinga timbul suatu interaksi sosial. Interaksi

sosial sendiri akan memunculkan interaksi yang bersifat asosiatif berupa kerja

sama dan akomodasi dan interaksi yang bersifat disasosiatif, berupa persaingan

dan pertentangan. Dalam penelitian ini, interaksi yang akan dilihat antar anggota

Kelompok Peternak Itik yang merupakan masyarakat Desa Sukamenakyang

pastinya tinggal di pedesaan, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini

merupakan cabang dari Sosiologi Pedesaan. Masyarakat yang terdampak

genangan Waduk JAtigede dapat dikatakan sebagai masyarakat desa, karena

selain tinggal di pedesaan, mereka juga memiliki ciri-ciri kehidupan sebagai

manalazimnya masyarakat desa.

Menurut Siagian dalam Sosiologi Pedesaan 2003:29-30 mengemukakan

bahwa masyarakat desa memiliki ciri khas seperti berikut ini;

a. Kehidupan di pedesaan erat hubungannya dengan alam, mata

pencaharian dari alam serta terikat pada alam.

b. Anggota keluarga mengambil bagian dalam kegitan bertani, walaupun

keterlibatannya berbeda.
17

c. Orang desa sangat terikat pada desa dan lingkungannya.

d. Di pedesaan segala sesuatu seolah-olah membawa hidup rukun, perasaan

sepenanggungan dan jiwa tolong-menolong sangat kuat.

e. Corak feodalisme masih nampak walaupun derajatnya sudah mulai

berkurang.

f. Hidup dipedesaan selalu berkaitan dengan adat istiadat dan kaidah-

kaidah yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

g. Di beberapa daerah jiwa masyarakat terbuka kepada perkara-perkara

rohani sehingga mereka tidak mudah melepaskan keterikatannya dan

ketakutannya terhadap ilah-ilah dalam kehidupan sehari-hari.

h. Keterikatannya dengan lingkungan dan kebiasaan masyarakat desa

mudah curiga terhadap sesuatu yang lain daripada biasanya, terutama

terhadap hal-hal yang lebih menuntut rasionalitas.

i. Banyak daerah pedesaan yang penduduknya sangat padat padahal

lapangan pekerjaan dan sumber penghidupan relatif sedikit

mengakibatkan kemelaratan.

2.2.3 Bentuk Interaksi Asosiatif

Bentuk interaksi asosiatif memiliki tiga bentuk, yakni Kerja Sama dan

Akomodasi dan Asimilasi. Berikut adalah penjelasannya:

a) Kerja Sama (Cooperation)

Menurut Soekanto (2012:66)Kerja Sama adalah suatu usaha bersama

antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau

beberapa tujuan bersama. Sehingga kerja sama merupakan salah satu bentuk
18

dari interaksi sosial karena mengingat bahwa dalam kerjasama ini perlu

adanya kontak dan komunikasi baik itu antar perorangan maupun kelompok

manusia itu sendiri.

Sementara itu terdapat bentuk-bentuk dari kerja sama dalam teori sosiologi

adalah;

a. Kerja sama yang bersifat spontan, dilakukan secara serta merta tanpa

adanya perintah. Kerjasama ini biasanya tidak terkoordinasi dengan baik

dan merupakan hasil dari kepedulian atau keadaan yang menuntut kerjasama

dengan mendadak.

b. Kerja sama yang bersifat langsung, artinya kerjasama yang terjadi karena

sebuah perintah atau aturan.

c. Kerja sama yang bersifat kontrak, terjadi atas dasar suatu perjanjian

untuk melakukan sesuatu bersama-sama.

d. Kerja sama yang bersifat tradisional, merupakan kerja sama yang

menjadi bagian dari suatu sistem sosial. (Soekanto, 2012:67)

Adapun bentuk kerjasama yang lainnya adalah sebagai berikut;

a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong.

b. Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-

barang atau jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.

c. Kooptasi, suatu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepimpinan atau

pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara dalam

menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang

bersangkutan.
19

d. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang

mempunyai tujuan-tujuan sama. Koalisi akan menghasilkan keadaan yang

tidak stabil dalam sementara waktu, hal itu disebabkan oleh perbedaan

struktur dan kebiasaannya akan tetapi karena tujuannya adalah untuk

mencapai tujuan bersama maka sifatnya adalah kooperatif.

e. Joint Venture, yakni kerjasama dalam mengerjakan proyek-proyek

tertentu seperti pengeboran minyak, perfilman, perhotelan, propeti, dan lain-

lain.

Koentjaraningrat (1990:136) menjelaskan bahwa kerja sama merupakan

salah satu dari ciri kehidupan kolektif yang selalu ada di dalam masyarakat, maka

dari itu terdapat beberapa ciri yang di tunjukan dari kehidupan kolektif itu sendiri,

di antara sebagai berikut;

a. Pembagian kerja sendiri bersifat tetap, terjadi diantara berbagai macam

golongan individu yang dilakukan secara kolektif untuk mencapai tujuan,

terutama dalam mencapai berbagai macam fungsi kehidupan sehari-hari.

b. Karena bersifat kolektif, individu satu dengan individu lain bersifat

sangat ketergantungan. Hal ini akibat pembagian kerja yang ada.

c. Kerja sama antar individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan

tadi.

d. Komunikasi merupakan sarana penting bagi pelaksanaan pembagian

kerja yang sifatnya sudah tetap.

e. Individu-individu yang bersifat kolektif tersebut, melakukan diskriminasi

terhadap individu lain yang berasal dari luar kelompoknya. Artinya


20

mereka tidak akan melakukan kerja sama dengan individu asing atau

yang non-kelompok.

b. Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi

sosial antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan

pertentangan. Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian, yaitu: (a) upaya

untuk mencapai penyelesaian dari suatu konflik atau pertikaian. Jadi

mengarah kepada prosesnya, (b) keadaan atau kondisi selesainya suatu

konflik atau pertikaian tersebut. Jadi, mengarah kepada suatu kondisi

berakhirnya pertikaian. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada

usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-

usaha manusia untuk mencapai kestabilan.Menurut Gillin dan Gillin dalam

soekanto (2012:69) akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh

para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-

hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi.

Menurut Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar (2012:70)

bahwa bentuk-bentuk akomodasi yaitu;

1) Koersi, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena

adanya paksaan.

2) Kompormi, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat

saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian

terhadap perselisihan yang ada.


21

3) Arbitrasi, Suatu cara untuk mencapai kompromiapabila pihakpihak

yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

4) Konsiliasi, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan

dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan

bersama.

5) Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang

formal bentuknya.

6) Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan

karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik

tertentu dalam melakukan pertentangannya.

7) Ajudikasi, Penyelesaian pertentangan di pengadilan. Ajudikasi

merujuk pada penyelesaian secara hukum yang berlaku di suatu wilayah

terhadap pertentangan yang ada.

c. Asimilisai ( Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai

dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat

antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga

meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan

proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan

bersama.
22

2.2.4 Bentuk Interaksi Disosiatif

Pada bentuk interkasi disosiatif memiliki tiga bentuk interaksi yakni,

persaingan, kontravensi dan pertikaian atau petertentangan (konflik). Berikut

penjelasan mengenai bentuk interkasi disosiatif.

a. Persaingan (Competition)

Menurut Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul Sosiologi Suatu

Pengantar (2012:87) persaingan adalah suatu proses sosial, dimana individu

atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang

kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan

cara menarik perhatian tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman.

Adapun bentuk atau jenis persaingan yang terjadi di masyarakat karena

adanya kepentingan yang melandasi persaingan, sehingga jenis persaingan

dapat di jelaskan sebagai berikut;

a) Persaingan Ekonomi yang timbul akibat terbatasnya persediaan yang

ada berbanding dengan banyaknya jumlah konsumen.

b) Persaingan Kebudayaan biasa terjadi pada bidang keagamaan atau

lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan.

c) Persaingan Kedudukan dan Peranan terjadi ketika seseorang di

hinggapi perasaan bahwa kedudukan dan peranan yang di milikinya

dalam masyarakat sangat rendah. Individu tersebut pada dasarnya

menginginkan kedudukan dan peranan yang sederajat dengan individu

lainnya, tergantung seberapa penting kedudukan atau peranan tersebut

dimata masyarakat.
23

d) Persaingan Ras terjadi ketika adanya perbedaan kulit dan lainnya,

sebagai lambang dari kesadaran dan sikap atas perbedaan dalam

kebudayaan. Persaingan ras terjadi karena secara jasmani mudah

terlihat (Soekanto, 2012:83-84)

b. Kontravensi ( Contrantion)

Kontraversi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan

dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak

senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan

yangditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-

unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi

kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Pertentangan ( Pertikaian atau Konflik)

Menurut Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul Sosiologi Suatu

Pengantar (2012:87) bahwa pertentangan merupakan suatu proses sosial

dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan cara

melakukan penentangan terhadap pihak lawan serta dilakukan melalui

kekerasan ataupun dengan ancaman.

Pertentangan juga dapat diartikan sebagai perbedaan pendapat atau salah

paham, dapat berupa sikap tidak setuju dalam mencapai suatu tujuan

tertentu, serta menyimpang dari suatu motivasi atau keberatan dalam

melakukan sesuatu. Selain itu jenis pertentangan merupakan penggambaran

dari persoalan sikap, perilaku dan situasi yang ada. Jenis konflik yang biasa

terjadi dalam masyarakat di antaranya sebagai berikut;


24

a) Tanpa Pertentangan, situasi dalam kondisi yang relatif stabil,

dimana hubungan antar individu atau kelompok dapat saling

memenuhi dan damai.

b) Pertentangan yang bersifat Laten, dimana terjadi banyak persoalan

yang tidak terlihat dan perlu diangkat ke permukaan agar dapat di

selesaikan.

c) Pertentangan yang bersifat Terbuka, ketika situasi pertentangan

sosial telah muncul ke permukaan. Hal ini telah berakar dalam dan

sangat nyata, sehingga perlu diatasi, dengan menyelesaikan penyebab

dan berbagai efek dari pertentangan.

d) Pertentangan yang terjadi di permukaan, memiliki akar yang

dangkal atau tidak berakar sekali. Pertentangan ini muncul hanya

karena kesalahpahaman, akibat adanya perbedaan pendapat dalam

mencapai suatu tujuan dan dapat diatasi dengan komunikasi atau

dialog terbuka (Susan,2014:85-86 )

Definisi Kelompok Sosial

2.3.1 Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok adalah individu yang hidup bersama dalam suatu ikatan, serta

terdapat dalam ikatan hidup bersama adanya interaksi dan interrelasi sosial, serta

organisasi antar anggota. Kelompok merupakan inti kehidupan dalam masyarakat.

Secara sosiologi, kelompok adalah suatu kumpulan dari orang-orang yang

mempunyai hubungan dan berinteraksi. Menurut Soekanto (2000), kelompok

sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
25

bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara

lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga

kesadaran untuk saling menolong. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial

merupakan sekumpulan orang yang memiliki kesadaran serta tujuan bersama akan

keanggotaannya dan saling berinteraksi, dan dapat mempengaruhi perilaku para

anggotanya.

Di Desa Sukamenak terdapat suatu kelompok peternak itik yang di bentuk

oleh Tim Alg Unpad & Dosen Fapet Unpad. Keanggotaan kelompok peternak itik

tersebut merupakan masyarakat OTD yang merupakan orang terkena dampak

akibat pembangunan waduk jatigede. Salah satunya adalah masyarakat yang saat

ini bertempat tinggal di Desa Sukamenak. Masyarakat tersebut kehilangan tempat

tinggal serta pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian sebagai petani

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu untuk mencipatakan lahan

pekerjaan di Desa sukamenak yaitu dengan mengadakan pemberdayaan budidaya

ternak itik terlebih dahulu yang di adakan oleh Tim ALG Unpad dengan beberapa

Dosen Fakultas Peternakan Unpad, hal ini merupakan salah satu upaya untuk

membantu masyarakat dalam memperoleh sumber mata pencaharian.


26

Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Kelompok Peternak
Itik

Kontak Sosial Komunikasi

Interaksi
Sosial

Asosiatif Disosiatif
1. Kerja Sama 1. Persaingan
2. Akomodasi 2. Kontravensi
3. Asimilasi 3. Pertentangan
.

Sumber: Penulis (2017)

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa pada

dasarnya manusia merupakan mahkluk sosial yang tak pernah bisa hidup sendiri

tanpa adanya bantuan dari orang lain guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Salah satu cara yang di lakukan pada manusia untuk memenuhi kebutuhannya

adalah dengan membentuk sebuah kelompok, kelompok peternak itik adalah salah
27

satu kelompok yang berada dalam masyarakat Desa Sukamenak yang bertujuan

sebagai sumber mata pencaharian mereka dengan cara berternak itik. Salah satu

syarat adanya kelompok perternak itik ini adalah adanya anggota atau beberapa

orang dimana keduanya akan saling melakukan kontak social dan komunikasi.

Kontak social adalah hubungan yang terjadi melalui percakapan satu dengan yang

lainnya, baik secara primer atau yang terjadi secara langsung, seperti tatap muka,

maupun secara sekunder atau melalui perantara. Sedangkan yang di maksud

dengan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain atau seseorang kelompok masyarakat lainnya untuk

memberitahu tentang sesuatu yang dapat merubah sikap, pendapat atau perilaku

baik secara lisan atau tidak langsung melalui sarana media masa seperti surat

kabar maupun media elektronik seperti telepon. Adanya kontak social dan

komunikasi inilah yang akhirnya akan menghasilkan bentuk interaksi sosial di

antaranya interaksi yang bersifat Asosiatif dan yang bersifat Disosiatif.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat di asumsikan bahwa dalam

kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, terjadinya interaksi sosial akibat dari

kontak dan komunikasi antar individu atau kelompok. Gillin dan Gillin (1964)

dalam Nazsir (2008:137) menjelaskan bahwa proses social akan menentukan

bentuk-bentuk dari interaksi social. Gillin dan Gillin menggolongkan bentuk-

bentuk-bentuk interaksi sosial melalui proses social asosiatif dan proses sosial

disosiatif. Proses asosiatif adalah suatu proses sosial yang mengarah untuk

meningkatkan solidaritas antar anggota kelompok. Bentuk-bentuk yang di

hasilkan seperti kerja sama, akomodasi dan asimilasi. Sedangkan proses sosial
28

disosiatif adalah proses sosial yang cendrunng membawa anggota kelompok

masyrakat ke arah perpecahan, maka bentuk yang di hasilkan dari proses sosial

disosiatif adalah persaingan, pertentangan dan kontravensi.

Anda mungkin juga menyukai