Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
TRANSFER A 2018
LABORATORIUM FARMASETIKA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri satu atau lebih bahan
padat dengan atau tanpa bahan inert yang dimasukkan ke dalam
cangkang kapsul yang umunya dibuat dari gelatin yang sesuai (Ansel,
1989). Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan
dikenal 8 macam ukuran, yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Kapsul tidak boleh
digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah mencair karena dapat
melunakkan kapsul, sedangkan yang menguap akan mengeringkan
kapsul dan mengakibatkan kerapuhan.
Kapsul lansoprazole adalah kombinasi antara Anti-Inflamasi Non-
Steroid (NSAID) dan Inhibitor Pompa Proton. NSAID mengobati gejala
rasa sakit dan peradangan pada tenggorokan. Inhibitor pompa proton
(PPI) bekerja dengan mengurangi sekresi asam lambung. Asam lambung
dihasilkan dari pompa proton yang ditemukan pada sel-sel yang melapisi
lambung, jika lapisan sel-sel ini rusak maka produksi asam dilambung
meningkat dan disebut dengan tukak lambung. Lansoprazole bekerja
dengan menghambat aksi pompa proton sehingga mengurangi produksi
asam lambung. Penurunan asam lambung berlebih dapat membantu
meringankan gejala seperti sakit maag, kesulitan menelan dan batuk
terus-menerus (Dirjen Pom, 1995).
Lansoprazole dibuat dalam bentuk kapsul karena tidak larut air
dan kadar puncak sekitar 1,5-2 jam sehingga di buat dalam bentuk kapsul
untuk mempercepat penyerapan dalam saluran cerna. Lansoprazole
dibuat granul salut enterik karena lansoprazole tidak stabil pada pH asam
(Sweetman, 2009).
Bentuk sediaan yang dipilih adalah kapsul granul salut enterik.
Dibuat salut enterik dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di
lambung tetapi diusus, dengan demikian dapat membantu zat aktif
melewati lambung dan diabsorbsi di usus (Ansel, 1989).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami cara
formulasi sediaan kapsul pembuatan dan evaluasi sediaan kapsul dengan
metode yang sesuai.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
formulasi sediaan kapsul pembuatan dan evaluasi sediaan kapsul dengan
metode yang sesuai.
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah perancangan formula
berdasarkan studi preformulasi zat aktif dan zat tambahan, membuat dan
mengevaluasi sediaan sesuai persyaratan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel
(1989), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana
satu macam obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam
air.
II.1.2 Macam-Macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung
gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi
tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan
warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke
kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan
dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari debu,
kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna
macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan
kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang
membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat
dikunyah. Sebagai plasticizerdigunakan gliserin dan sorbitol atau
campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran,
atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke
dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam
kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah
terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan
tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling
baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul
cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul
cangkang lunak.
II.1.3 Cara Pembuatan Kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena
menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering
dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya
menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin
timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul dapat dilakukan
dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta.
Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan
pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-
puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap
dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
a. Buka bagian-bagian kapsul
b. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang
tidak bergerak/ tetap.
c. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
d. Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
e. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian
alat yang bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari
membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
II.1.4 Ukuran Cangkang Kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil
(5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk
hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat
diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran Asetosal (gr) Natrium bikarbonat (gr) NBB (gr)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0.6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12
II.1.5 Cara Penyimpanan Kapsul
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan
tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau
bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang
lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk
mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan
dalam lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air
akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan
mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia
edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan
di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu
sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul
sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering
(silika gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
II.1.6 Keuntungan dan Kerugian Kapsul
II.1.6.1 Keuntungan Kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga
obat cepat diabsorpsi
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
II.1.6.2 Kerugian kapsul
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
II.1.7 Evaluasi
II.1.7.1 Evaluasi Granul
Menurut Fatmawaty (2012) evaluasi granul sebagai berikut :
1. Uji kandungan lembab
Kandungan lembab ditentukan dengan cara ditimbang granul dan
setelah dikeringkan.
bobot granul basah−bobot granul kering
%MC = x 100 %
bobot granul kering
2. Uji Susut Pengeringan Susut pengeringan dinyatakan sebagai “ Less
on drying” yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan
berat basah.
bobot granul basah−bobot granul kering
%MC = x 100 %
bobot granul basah
3. Uji Sudut Istirahat Granul zat aktif yang telah kering ditimbang
sebanyak 25 g, dimasukkan ke dalam corong yang lubang dibawahnya
di tutup,kemudian diratakan permukaannya. Pada bagian corong diberi
alas. Tutup bawah corong dibuka sehingga granul dapat mengalir ke
atas meja yang telah dilapisi kertas grafik. Diukur tinggi dan jari-jari
dasar timbul granul terbentuk
2h
tan α=
d
Ket : α = sudut istirahat
h = tinggi timbunan granul
d = diameter
3. Uji kecepatan alir
Pengujian dilakukan seperti pada pengujiansudut istirahat,
menggunakan stopwatch
bobot granul
kecepatan alir=
waktu alir
4. Penetapan bobot jenis sejati
Ditimbang piknometer 50 mL yang kosong (a) kemudian
piknometer isi dengan paraffin cair ditimbang (b)
b−a
BJ parafin=
50
Granul zat aktif sebanyak 1 g di isi kan kedalam piknometer
kosong kemudian ditimbang (c) lalu paraffin cair ditambah kedalamnya
hingga penuh dan ditimbang kembali (d)
( c−a ) x BJ parafin
kecepatan alir=
( c+b )−(a+d )
5. Uji BJ nyata, BJ mampat, dan porositas
Sebanyak 25 g granul dimasuk kan kedalam gelas ukur 250 mL
dan di catat volumenya (v) kemudian dilakukan pengetukan ke 10, 50,
dan 100.
bobot granul
BJ nyata=
volume awal
bobot granul
BJ mampat =
volume mampat
BJ mampat
[
porositas= 1−
BJ sejati ]
x 100 %
Alur Produksi
Tahap Bahan Alat Parameter Hasil
Penimbangan Semua bahan Tombangan Sesuai Bahan hasil
perhitungan penimbangan
Pencampura Pvp Gelas ukur homogen Larutan pvp
n
Pengerusan Lansoprazole, Lumpang homogen Bahan
avicel, dan alu pencampuran
amilum, homogen
potassium
Pencampura Campuran 1 Lumping homogen Bahan
n &2 bercampur
pengayakan Campuran 3 Ayakan 14 Terbentuk
granul
pemanasan Granul Oven kering Granul kering
pengemasan Granul kering Cangkang Sediaan
kapsul kapsul
VI. 4 Pembahasan
Bentuk sediaan yang dipilih adalah kapsul granul salut enterik.
dimana kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak terbuat dari bahan glatin bahan lain yang
sesuai, kapsul yang dibuat merupakan kapsul salut enterik yang bertujuan
agar granul tidak melarut atau hancur dilambung dengan memastikan
granul dapat melewati lambung dan hancur diabsorsi di usus dikarenakan
zat aktif yang di gunakan (lansoprazole) tidak stabil pada pH lambung dan
karena tidak larut air dan kadar puncak sekitar 1,5-2 jam sehingga di buat
dalam bentuk kapsul salut enterik untuk mempercepat penyerapan dalam
saluran cerna.
Dilakukan beberapa evaluasi granul seperti :
Uji kandungan lembab di dapatkan hasil 220,6% hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyatakan kandungan lembab harus
kurang dari 10%, adapun faktor kesalah yang menyebabkan hasil tidak
sesuai yaitu alat timbangan yang di gunakan tidak memadai sehingga
mempengaruhi hasil yang di peroleh.
Uji susut pengeringan di dapatkan hasil 68,8% yang tidak sesuai
dengan literatur yang myatakan susut pengeringan untuk amylum maydis
tidak lebih dari 15%, adapun faktor kesalah yang menyebabkan hasil tidak
sesuai yaitu waktu yang kurang pada saat pemanasan pengeringan
menggunakan oven.
Uji sudut istrahat didapatkan hasil 8,92° (sangat mudah mengalir)
sesuai dengan literatur sangan mudah mengalir jika kurang dari 25°.
(Lachman,1994)
Uji kecepatan alir didapatkan hasil 0,26 g/s yang sesuai dengan
literatur yang menyatakan memiliki sifat alir yang sangat sukar mengalir,
jika granul yang di uji memiliki waktu alir kurang dari 1,6 g/detik.
Perhitungan % kompresibilitas diawali dengan mengukur Bj nyata
dan Bj mampat. Untuk hasil evaluasi pengujian bobot nyata dengan hasil
0,311 g/ml Bj sejati 0,014 g/ml dan Bj mampat 0,144 g/ml dan %
kompresibilitas 53,69% berdasarkan literatur hasil % kompresibilitas
terhadap sifat alir memiliki sifat aliran sangat buruk sekali yaitu >38% .
(Voitght, 1994)
Selanjutnya dilakukan evaluasi kapsul yang dihasilkan yaitu Uji
keseragaman bobot kapsul diperoleh hasil bahwa tiap kapsul menyimpang
dari bobot rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan
kolom B. Menurut keputusan mentri kesehatan RI No 6/ MKS/SK/VII/1994
yaitu dari 20 kapsul tidak lebih dari 2 yang menyimpang dari kolom A dan
tidak satupun yang menyimpang dar i kolom B. Adapun faktor-faktor
kesalahan yang menyebabkan ketidak sesuaian hasil yang di peroleh
yaitu kurangnya alat pengisi kapsul, bahan tidak sesuai dengan
perhitungan yang di peroleh karna alat timbangan yang digunakan kurang
mendukung, dan kurangnya ketelitian dan kehati-hatian dalam
pengerjaan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan kapsul granul salut enterik
dengan menggunakan metode granulasi basah. Adapun formulasi yang
disetujui dengan zat aktif lansoprazole adalah :
Tiap 100 mg sediaan mengandung :
Lansoprazole 30 mg
Pvp 1%
Amilum maydis 5%
Mg strearat 1%
Talk 2%
Aerosol 1%
Porasium sorbet 0,1%
Hpmc 5%
Aquadest q.s
Avicel 103 ad 100 %
Hasil evaluasi granul pada uji kandungan diperoleh 220,6 %, uji
susut pengeringan 68,8 %, uji sudut istirahat 8,92 o, uji kecepatan alir,
0,26 g/ s, bobot jenis sejati 0,014 g /ml , bobot jenis nyata 0,311 g/ml, bobot
mampat 0,144 g/ml, porositas 61,142 g. Dari hasil evaluasi granul
menunjukan bahwa pada uji sifat alir, sudut istirahat dan BJ mampat
memenuhi persyaratan standar evaluasi granul. Pada evaluasi kapsul
dilakukan uji keseragaman bobot diperoleh hasil bahwa semua kapsul
menyimpang dari nilai harga pada kolom A dan B.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Agar alat dan bahan yang kurang memadai diharapkan
kedepannya kelengkapan alat dan bahan dapat terpenuhi sehingga
memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Praktikum
Perlunya pemahaman prosedur kerja dan juga ketelitian dalam
pengerjaan di laboratorium agar didapat hasil yang diharapkan serta lebih
hati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium agar tidak terjadi
kerusakan alat dan selalu mematuhi segala peraturan dan kesepakatan
selama di laboratorium terutama dalam berpakaian juga tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah. Edisi 4. Jakarta: UI
Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Fatmawaty, dkk. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta:
depublishing
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.
Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Syamsuni, H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press
LAMPIRAN
Etiket, Wadah, Brosur
Brosur
OnePrazole® OnePrazole®
Kapsul salut Enterik Enteric coated capsules
Komposisi: Composition:
Tiap 1 kapsul mengandung:
Each 1 capsule contains:
Lansoprazol…………………30 mg
Lansoprazole ………………… 30 mg
Farmakologi:
Pharmacology:
Menekan ekskresi asam lambung dengan cara menghambat proton pompa di dalam sel
Suppresses the secretion of gastric acid by blocking proton pumps in gastric parietal cells
parietal lambung.
Indication:
Indikasi:
Short-term treatment of peptic ulcer, to maintain duodenal ulcer healing, short-term
Pengobatan jangka pendek ulkus peptikum, untuk menjaga penyembuhan duodenal ulcer,
treatment for esophagitis, long-term treatment of pathological hypersecretion, including
pengobatan jangka pendek untuk esophagitis, pengobatan jangka panjang hipersekresi
zollinger ellison syndrome, in combination with amoxicillin plus clantromycin or
patologis, termasuk sindrom zollinger ellison, dengan kombinasi dengan amoksisilin
amoxicillin alone, for eradicating H phylori in patients with duodenal ulcer, treatment
ditambah klantromisin atau amoksisilin saja, untuk pemberantasan H phylori pada pasien
short-term and reduce symptoms of benign active gastric ulcer (including NSAIDs)
dengan ulkus duodenal, pengobatan jangka pendek dan mengurangi gejala-gejala ulkus
related gastric ulcer, mules treatment, and other symptoms of gastroresphigeal reflex
lambung jinak aktif (termasuk NSAID) terkait lambung ulkus, pengobatan mules, dan
disease (GERD).
gejala lain dari penyakit gastroresphigeal reflex (GERD).
How to use:
Aturan pakai:
1 x a day
1 x sehari
Countraindicated:
Kontraindikasi:
Hypersensitivity.
Hipersensitifitas.
Attention:
Perhatian:
Pregnancy: Category B, Lactation: not determined, children: safety and therapeutic effects
Kehamilan : Kategori B, Laktasi : belum ditentukan, anak-anak : keamanan dan efek
not in children <1 year old, elderly: do not exceed 30 mg / day unless needed, liver
terapi tidak pada anak-anak < 1 tahun, lansia : jangan melebihi 30 mg/ hari kecuali
function disorders: considered dose adjustments.
dibutuhkan, gangguan fungsi hati: dipertimbangkan penyesuaian dosis.
Drug interactions:
Interaksi obat:
Ketoconazole, the effect may be reduced by enzoprazol, suiralfat, may delay or reduce
Ketokonazol, efeknya mungkin bisa dikurangi oleh enzoprazol, suiralfat, mungkin dapat
absorption, give cansoprazol 30 minutes before suiralfat.
menunda atau mengurangi absorbsi, berikan cansoprazol 30 menit sebelum suiralfat.
Side effects:
Efek samping:
SSP; Headache, GI; diarrhea, abdominal pain, and nausea
SSP; Sakit kepala, GI; diare, nyeri perut, dan nausea
Storage:
Penyimpanan:
Store in a cool, dry place, protected from light
Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
ON MEDICAL PRESCRIPTION
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Makassar-Indonesia Makassar-Indonesia
Wadah
Etiket
Alur Pembuatan Kapsul dengan Metode Granulasi Basah
Evaluasi Sediaan Granul
a. Sudut Istirahat
b. Sifat Alir
B. Kemasan Primer
C. Kemasan Sekunder