Prakarsa - Laporan Kajian Evaluasi BLKK-Kemnaker - AM - 21.12.2020
Prakarsa - Laporan Kajian Evaluasi BLKK-Kemnaker - AM - 21.12.2020
AH MAFTUCHAN
Direktur Eksekutif
The PRAKARSA
SEKILAS TENTANG THE PRAKARSA
PRAKARSA adalah lembaga riset independen yang fokus pada isu
kebijakan fiskal, kebijakan sosial dan pembangunan berkelanjutan.
PRAKARSA bekerja sama dengan pemerintah, parlemen, otoritas
keuangan, LSM, universitas, organisasi internasional, sektor privat, dan
media massa untuk memperkuat kebijakan berbasis bukti di level lokal,
nasional dan global.
Latar Belakang
138,22 juta jiwa PANDEMI COVID-19
Jumlah Angkatan Kerja telah mengakibatkan bertambahnya pengangguran
sebanyak 2,67 juta orang (BPS, Agustus 2020) dan
9,77 juta jiwa pengurangan jam kerja/dirumahkan/menganggur terhadap 29,12 juta
Jumlah Pengangguran orang (BPS, Agustus 2020; Kemnaker, 2020)
(BPS, Agustus 2020)
11,6%
15 tahun sampai 30
30,1% Laki-laki
tahun
Perempuan
lebih dari 30 tahun
69,9%
88,4%
0,9%
Ujian Penerimaan Sulit 33,3%
99,1%
10,0% 20,0% 30,0% 40,0%
5 minggu 8,1%
6 minggu 2,9%
8 minggu 2,6%
3 minggu 0,9%
100,0%
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0%
Temuan Akses dan Efektifitas Kelas
• Di banyak tempat ditemukan jabatan ini diduduki oleh 2-5 orang 70,7%
Memudahkan 42,9%
Cukup 12,2%
0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% 45,0% 50,0%
Temuan Hasil Pelatihan (2)
Penilaian Responden terhadap Relevansi antara Keterampilan
Penilaian Responden terhadap Relevansi antara
yang Diterima dengan Pekerjaan yang Anda Inginkan/Miliki di
Keterampilan yang Diterima dengan Pekerjaan yang
Masa Depan
Anda Inginkan/Miliki Saat Ini
Relevan 33,0%
Relevan 35,1%
10,1%
11,0%
25,5% Ya
Ada Tidak
Tidak Ada Tidak Tahu
89,9% 63,5%
13,0%
13,0%
Ada Tidak Ada
Ada Tidak Ada
87,0%
87,0%
Tantangan yang Dihadapi
Alur koordinasi antarlembaga (pusat dan daerah), administrasi, perizinan, biaya
(ketimpangan antar kejuruan), pemeliharaan alat, sertifikasi kompetensi)
• Perizinan menjadi problem utama dalam membangun sinkronisasi program antara Kemnaker
(Pemerintah Pusat) dan Disnaker (Pemerintah Daerah).
• Hampir seluruh BLKK di pesantren tidak memiliki ijin operasional yang berdampak pada kemitraan
antara aktifitas BLKK dan Disnaker tidak bisa dilaksanakan.
• Beberapa BLKK sudah berinisiatif mengajukan ijin operasional, namun hanya hitungan jari yang
berhasil memperoleh ijin operasional.
• Persyaratan dokumen pengajuan ijin, misalnya kepemilikan asset dan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB), masih belum terpenuhi.
• Kemenaker belum memperhatikan signifikansi ijin operasional ini, sehingga tidak ada pembekalan
pengelola jurnal terkait teknis pengajuan perijinan
• Peran sentral kyai dalam pengelolaan dan pengembangan BLKK juga perlu
diperluas, khususnya membangun link and match atau kerja sama dengan
sektor industri, pemerintah daerah, pemerintah desa, koperasi dan UMKM.
• Beberapa inovasi pengembangan BLKK sudah dilakukan dengan cara
menghubungkan lulusan BLKK dengan unit produksi di internal pesantren,
desa dan industri, namun tidak dalam pengertian link and match.
• Instruktur masih perlu ditambah dan ditingkatkan porsi kerjanya serta
skill-nya
• Distribusi kewenangan pengelolaan BLKK perlu dilakukan sehingga tidak
tergantung dengan kyai.
Tantangan yang Dihadapi
Desain pelatihan (Durasi, Ragam dan level ketampilan)
• Desain pelatihan yang dirancang oleh Kemenaker dengan membatasi peserta latih kurang
mencerminkan kondisi sosio-kultural BBLK pesantren.
• Ada perbedaan pemahaman definisi magang dan definisi kerja / bekerja antara Kemnaker, pengelola
BLKK dan santri.
• Persepsi “kerja” di BLK-K sangat luas, tidak hanya bekerja di sektor formal (masuk ke pasar
kerja/industri) namun kerja sebagai wirausaha dan kerja pengandian dalam pengembangan pesantren
(public services).
• Peran BLKK dalam peningkatan skill santri dan masyarakat sekitar pesantren cukup terlihat, namun
akan sangat sulit mengukur keberhasilan alumni yang terserap oleh sektor industri/usaha di luar
pesantren karena keterserapan alumni lebih disebabkan relasi informal ketimbang satu sistem yang
terstruktur oleh BLKK.
• Jenis pelatihan belum sepenuhnya sinkron dengan potensi dan kebutuhan pasar di tingkat lokal.
Link and match perlu menjadi prioritas dan dilakukan dengan assesment komprehensif, melibatkan
masyarakat dan otoritas lokal di lokasi BLKK. Sebagian pesantren memilih jurusan berdasarkan
pendekatan kultural-religius (istikharoh).
• Perluasan akses pelatihan kerja bagi masyarakat dapat diwujudkan dengan adanya program BLK-K
dan akan makin berkualitas jika pilihan jurusan menggunakan assesment potensi dan pasar kerja di
tingkat komunitas/lokal.
• Relasi pesantren dengan masyarakat memiliki varian yang kompleks serta melibatkan elemen yang beragam.
Keterlibatan masyarakat dalam program pelatihan BLKK, setidaknya 3 hal penting yang menentukan relasi
pesantren dengan masyarakat dan melahirkan tantang yang berbeda pula, yaitu ukuran (size), lokasi (desa-kota)
dan karakter pesantren (khalaf-salaf).
• Pesantren kecil, cenderung terbuka terhadap partisipasi masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam program
BLKK. Jenis pesantren kecil dengan karakter khalaf yang sebagian besar santrinya adalah sedang mengenyam
pendidikan formal, cenderung akan melibatkan masyarakat sekitar pesantren dalam program pelatihan BLKK
• Di pesantren salaf dengan jumlah santri yang mencapai ribuan, keterlibatan masyarakat sangat minim. Pelatihan
biasanya hanya melibatkan santri.
• Kategori urban-rural dapat membantu juga menjelaskan skala partisipasi masyarakat. Pada pesantren urban
misalnya, keterlibatan peserta latihan dari unsur masyarakat cukup tinggi, namun tidak di wilayah rural
• Pada wilayah rural, BLKK sulit melakukan rekrutmen peserta karena aktifitas ekonomi informal lebih mengemuka,
misalnya dalam sektor pertanian dan peternakan, sementara jurusan yang dipilih adalah TIK
Capaian BLKK Secara Umum
• Menciptakan kegiatan
ekonomi
Wirausahawan
• Mengembangkan unit usaha
yang ada
• Pengembangan di sektor
pendidikan
Pelayan Publik
• Pengembangan pelayanan di
pemerintah desa
Aspek yang Perlu Diperbaiki BLK Komunitas
Dukungan Penempatan Kerja 80,0%
Perlu diadakan Pilot Proyek Kemitraan dengan Pemda dan Pemerintah Desa bagi BLK Komunitas Tipe A dan Tipe
B (Sangat Bagus dan Bagus). Kemitraan dilakukan baik dalam kerjasama dalam pelaksanaan pelatihan maupun
1 penempatan dan pembinaan. Pendanaan dapat bersumber dari APBD dan Dana Desa. Sedikitnya 50 BLK Komunitas
unggul harus dipilih dan disiapkan.
Skema Kemitraan dapat meliputi (a) Pembiayaan pelatihan dan pemagangan; (b) pembiayaan sertifikasi dan
2 perizinan; (c) pembiayaan operasional BLK-K; dan (c) dukungan dana/modal awal untuk memulai usaha
mandiri/wiraswasta. Skema pembiayaan dengan skema Co-Financing dari APBD dan Dana Desa.
Perlu diadakan Pilot Proyek Kemitraan dengan perusahaan-perusahaan bagi BLK Komunitas Tipe A dan Tipe B
3 (Sangat Bagus dan Bagus). 50-100 BLK bisa disiapkan dan dipilih. Skema kerjasama dapat meliputi; (a) peningkatan
mutu instruktur; (b) pemagangan kerja; (c) penempatan kerja; dan (d) penyediaan alat praktikum / buku referensi.
Kemnaker - Binalattas menyusun Pedoman/Panduan Pengembangan BKL Komunitas yang berisi pengalaman
4 nyata empiris BLK Komunitas yang telah berhasil sebagai best practices BLK-K.
Kemnaker - Binalattas dapat mengeluarkan surat edaran resmi kepada setiap BLK Komunitas wajib
menyusun Renaksi Pengembangan (Rencana Aksi Pengembangan) sebagai syarat menerima dukungan paket
5 pelatihan tahun 2021. Format Renaksi Pengembangan sedikitnya berisikan a) Rencana kemitraan; (b) Penguatan
mutu Pelatihan; (c) Penguatan manajemen pengelola dan (d) Rencana perluasan/diversifikasi pendanaan termasuk
co-financing.
6 Perlu adanya insentif dan penghargaan kepada BLK Komunitas Tipe A dan Tipe B akan tetapi sebaliknya
perlu pengawasan ketat dan sanksi kepada BLK Komunitas yang Tipe C dan Tipe D.
7 Perlu dibentuk wadah dan forum komunikasi BLK-K yang bertemu secara tahunan untuk pembelajaran dan
berbagai pengalaman (peer sharing and learning) antar BLK Komunitas, juga sebagai wadah untuk menyajikan
pengalaman BLK berkinerja bagus.
Perlu diadakan kegiatan dan produk komunikasi (Branding BLK Komunitas termasuk melalui medsos dan media
8 umum untuk menunjukkan capaian, keberhasilan dan kontribusi BLK Komunitas dalam (a) Penguatan SDM Bangsa
dan (b) penurunan Pengangguran di Indonesia, termasuk dengan cara (a) Testomini oleh alumni dan stakeholder;
(b) Profil BLK Komunitas Tipe A; (c) Pengakuan oleh lintas stakeholder.
Rekomendasi
Pelatihan dan Penguatan Kapasitas Teknis perlu disediakan oleh Kemnaker Bina Lattas untuk
mempertahankan mutu pelatihan dan keberlanjutan kelembagaan BLK Komunitas. Perlu diadakan
9 misalnnya Pelatihan dan pemagangan bagi (1) Manajer BLK Komunitas untuk Manajemen dan Pengelolaan SDM
dan Keuangan; (2) Instruktur Pelatihan, termasuk kemampuan soft skill dan komunikasi.
Perlu ada perumusan ulang konsepsi “kerja” dan “komunitas” yang lebih luas dan disesuaikan dengan kondisi
10 lapangan yang ditemukan dalam riset evaluasi ini.
Perlu ada pemetaan dan verifikasi lanjut sebagai sarana melakukan monitoring dan evaluasi kinerja BLK-K secara
11 rutin tiap tahun oleh pihak eksternal.
Rekomendasi