Nim : 105111101919
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian.Sebaliknya keadaan
imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh
itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring . Mobilisasi secara
garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi
secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu
dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.Mobilisasi secara
tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara
psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang
menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan
berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
1. Mobilisasi Merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannnya. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk
kemandirian.Jenis mobilisasi ada dua yaitu sebagai berikut:
a. Mobilisasi Penuh
Bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi soal dan menjalankan
peran sehari-hari.
b. Mobilisasi Sebagian
Bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnyaHal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang.
2. Imobilitas merupakan Keadaan dimana individu tidak dapat bergerak dengan bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan(aktivitas).misalnya trauma tulang belakang ,cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.Imobilisasi merupakan pembatasan gerak
atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan
berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring.Ada beberapa jenis imobilitas yaitu sebagai berikut:
a. Imobilitas Fisik merupakan pembatasan pergerakan secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,contohnya pada pasien hemiplegi,dan fraktur.
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk
rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral
khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat susuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan fibia.
Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah.Bagian
ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic
pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi
kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian soamtis
memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada
fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf
tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari
rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segemen dan berbagai derajat pertumbuhan
tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua
ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi
dan berisi cairan synovial.
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup
berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses Penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi
sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstrimitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat;
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan
kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan perkembangan usia.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan
lama terjadinya gangguan imobilitas.
Berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas misalnya adanya riwayat penyakit system
neurologis, riwayat penyakit system kardiovaskular, riwayat penyakit system pernapasan,
riwayat pemakaian obat.
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk
menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan dan spastic.
d. Kemampuan Mobilitas
Dilakukan untuk menilai kemampuan gerak keposisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tempat tanpa bantuan.
Pengkajian rentang gerak dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
f. Perubahan Intoleransi
Berhubungan dengan perubahan system pernapasan antar lain: suara napas, analisis gas darah,
gerakan dinding torax, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas dan nyeri saat respirasi.
Dalam mengkaji kekuatan otot dapatditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
h. Perubahan Psikologis
Disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping.
2. Diagnosis
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
4. Tindakan Keperawatan
Dapat dilakukan dg pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat
disesuaikan dg tingkat gangguan seperti:
· Posisi fowler : Posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidurlebih
tinggi atau dinaikan
· Dorsal recumbent : Posisi berbaring terlentang dg kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
· Lithotomi : Posisi berbaring telentang dg mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut
· Genu pectoral : Posisi menungging dg kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur
Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas atau trauma memerlukan
latihan sendi.
· Rotasi Bahu
5. Evaluasi
Yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah
sebagai berikut:
· Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukan keceriaan.