Anda di halaman 1dari 15

PENCEMARAN LINGKUNGAN

MATA KULIAH SISTEM PRODUKSI BERSIH

Oleh :

Ebia Paray Salman Baretta

191710301014 / TIP-B

Dosen Pengampu :

Andrew Setiawan Rusdianto. S. TP,. M. Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran adalah perubahan yang tidak dapat dikehendaki dari


lingkungan yang sebagian besar akibat dari kegiatan manusia (Darmono, 1995).
Perubahan ekosistem atau habitat dapat berupa perubahan fisik, kimia, atau perilaku
biologis yang akan mengganggu kehidupan manusia, spesies, biota bermanfaat,
proses-proses industri, kondisi kehidupan, dan asset kultural. Selain itu perubahan
ekosistem akibat kegiatan manusia yang merusak atau menghamburkan secara sia-
sia sumber daya yang ada di alam (Palar, 1994).

Pencemaran lingkungan hidup menurut undang-undang No.23 tahun 1997,


yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
lingkungan menurun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemaran
adalah setiap kegiatan yang membuang bahan pencemar. Bahan pencemar tersebut
dapat berupa benda padat, cair, gas, atau partikel dalam kadar tertentu ke dalam
lingkungan, baik melalui udara, air, bahkan daratan.

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


kualitas kehidupan makhluk di sekitar sehingga masalah pencemaran lingkingan ini
menjadi salah satu hal yang paling krusial. Banyak pencemaran yang marak dalam
kehidupan sehari-hari yang kita temui seperti pencemaran udara, air, tanah. Semua
dari pencemaran tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor penyebab dari
pencemaran itu sendiri sangat banyak salah satunya merupakan proses alam,
manusia, dan faktor lainnya. Saat ini meraknya pencemaran yang sekarang sudah
mulai sulit dikendalikan utamanya setelah adanya revolusi peindustrian. Akibatnya
banyak sekali pabrik yang dibangun dan menyebabkan berbagai macam
pencemaran atau polusi.
Hal ini tidak trlepas dari kegiatan industri yang melibatkan penggunaan
bahan-bahan kimia yang berbahaya terutama limbah industri jika terlepas ke
lingkungan tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut sehingga bahan-bahan
tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme di lingkungan pembuangannya. Terlebih
akhir-akhir ini, di saat zaman mulai modern, sudah terdapat banyak sekali industri
yang didirikan dan mesin-mesin canggih meraja lela.

Pencemaran lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor. Namun, faktor


terbesarnya ialah manusia itu sendiri. Sadar atau tidak, manusia telah berkontribusi
dalam proses pencemaran lingkungan itu sendiri. Mulai dari pertambahan jumlah
penduduk yang tidak terkendali di suatu lingkungan, banyaknya sumber-sumber zat
pencemaran sehingga alam tak mampu menetralisir. Baik disadari maupun tidak,
aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat mencemari suatu lingkungan. Jika
dibiarkan, hal ini akan mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup makhluk
hidup.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini ialah agar


mahasiswa mengetahui pencemaran apa yang dapat mempengaruhi udara maupun
air, serta mengetahui nilai baku mutu pada air dan udara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencemaran Lingkungan

Istilah pencemaran sebagai salah satu istilah tehnis dalam bahasa Indonesia
adalah suatu istilah yang baru. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun 1970.
Menurut Dr. Apriliani Soegiarto (1976), istilah “pencemaran” ini mulai digunakan
untuk pertama kalinya guna menterjemahkan arti istiah asing dari “pollution”.
Secara mendasr dalam pencemaran terkandung pengertian pengotoran
(contamination) dan pemburukan (deteriotation). Penotoran dan pemburukan
terhadap sesuatu semakin lama akan kian menghancurkan apa yang dikotori atau
diburukkan sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasarap yang
dikotorinya.

Pencemaran lingkungan merupakan suatu keadaan yang terjadi karena


perubahan kondisi tata lingkungan yang tidak menguntungkan yang disebabkan
oleh keberadaan benda benda asing (sampah, limbah industri, minyak, logam, dan
sebagainya) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semua (Susilo, 2003). Kontaminasi pada
tanah dan perairan diakibatkan oleh banyak penyebab terbasuk limbah industri,
limbah penambangan, residu pupuk, dan pestisida hingga bekas instalasi senjata
kimia. Bentuk kontaminasi berupa berbagai unsur dan substansi kimia berbahaya
yang mengganggu keseimbangan fisik, kimia, dan biologi tanah (Squires 2001;
Matsumoto 2001; Wise dkk, 2000).

Dampak negatif lain yang ditimbulakn yaitu kerusakan dan pencemaran


lingkungan hidup, berupa terjadinya penggundulan hutan menjadi padang pasir
yang berjumlah ribuan hektar, dan pencemaran air sungai terutama oleh unsur
merkuri yang jauh di atas ambang batas, kecelakaan tambang seperti tertimbun
tanah yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa pelaku tambang rakyat,
pemborosan sumberdaya mineral, tertinggalnya cadangan kadar rendah yang tidak
ekonomis lagi untuk ditambang baik karena pertambangan rakyat hanya
menambang cadangan berkadar tinggi maupun akibat “recovery” (Refles, 2012).

Menurut golongannya, pencemaran dapat dibagi menjadi (Refles, 2012) :

a. Kronis, dimana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat.


b. Kejutan atau akut, kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari
kecelakaan.
c. Berbahaya, dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada
radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.
d. Katasrofis, kematian organisme hidup banyak dan mungkin organisme
hidup menjadi punah.

Pencemaran terjadi apabila dalam lingkungan terdapat bahan yang


menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik,
kimiawi maupun biologis sehingga menganggu kesehatan, eksistensi manusia, dan
aktivitas manusia serta organisme lainnya (Imam Supardi, 2003).

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat


kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap
kehidupan tanaman, hewan, juga manusia. Apabila lingkungan alam telah tercemar
demikian pula hewan yang hidup di lingkungan tersebut. Dan pada akhirnya
manusia yang paa dasarnya mengonsumsi beberapa tumbuhan dan hewan yang ada
di muka bumi ikut merasakan dampak pencemaran tersebut, pencemaran yang
masuk melalui jalur makanna cepat atau lambat akan merasakan dampaknya.

Manusia meruapkan salah satu yang menyebabkan dampak buruk bagi


lingkungan. Banyak sekali dampak buruk yang terjadi dikemajuan zaman saat ini
terhadap lingkungan. Beberapa hal yang menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembuangan limbak pabrik langsung kea lam yang tidak diolah terlebih
dahulu.
2. Asap pabrik yang dapat mencemari udara.
3. Penggunaan insektisida yang berlebihan.
4. Pembuangan air detergen yang tidak ramah lingkungan secara langsung
ke tanah maupun saluran perairan.
5. Penggunaan alat-alat listrik yang dapat memicu gas rumah kaca.

Menurut R.T.M. Sutamiharja (1978), pencemaran merupakan penambahan


bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan
biasanya memberikan pengaruh yang berbhaya terhadap lingkungan itu.

Pencemaran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya pencemaran, karena lebih besar kecepatan produksi suatu zat


daripada kecepatan produksi suatu zat daripada kecepatan
penggunaannya atau degradasinya secara kimia fisik. Bahan sintetis
misalnya yang dalam proses degradasi pada lingkungan hidup sering
berjalan amat lambat karena bahan itu merupakan bahan asing dan baru,
yang mana belum ada organisme dapat menggunakannya dalam
metabolism.
2. Proses biologi yang membentuk atau menkonsentrasikan zat pencemar
terntentu. Jenis-jenis mikroba misalnya, dapat membentuk zat racun
dalam beberapa makanan manusia atau ternak. Dapat juga terjadi proses
melalui rantai makanan, misalnya ikan dimakan burung, atau ikan
karnivora dimakan ikan karnivora.
3. Berdasarkan proses disika-kimia non-biologis, proses ini dapat terjadi
tanpa pengaruh (langsung) oleh manusia seperti pencemaran yang
berasal dari gunung berapi, juga pencemaran karena kebisingan pabrik
atau kendaraan.

Selain itu, pencemaran dapat ditinjau dari berbagai sudut, misalnya:

a. Dari sudut zat pencemarannya, yang dapat berupa zat biologi, zat kimia,
panas yang berlebihan, suara yang melebihi ukuran pendengaran,
substansi dan situasi yang merusak pemandangan, atau yang dapat
digolongkan ke dalamnya.
b. Dari sudut lokasi dimana pencemaran terjadi, misalnya lokasi nasional,
regional, dan global.
c. Dari sudut hubungan suatu zat pencemar dengan salah satu unsur
lingkungan, misalnya tanah, air, dan udara.
d. Dari sudut akibatnya secara langsugn dan tidak langsung, misalnya
melalui lingkaran biosphere, atau melalui lingkaran sesuatu unsur
tertentu.

Salah satu akibat sampingan dari kegiatan pembangunan di berbagai sector


dan daerah adalah dihasilkan limbah yang semakin banyak, baik jumlah maupun
jenisnya. Limbah tersebut telah menimbulkan pencemaran yang merusak fungsi
lingkungan hidup, terutama didaerah yang pada penduduk. Lingkungan hidup yang
mengalami pencemaran cukup berat adalah sungai-sungai, danau dan perairan
pesisir di daerah perkotaan dan daerah industri yang padat. Di beberapa tingkat
pencemaran limbah rumah tangga, pestisida, logam berat, dan lain-lain semakin
nyata. Sungai-sungai yang melewati kota-kota besar pada umumnya telah tercemar
berat. Di samping itu, pembangunan yang pesat juga menimbulkan dampak yang
kurang menguntungkan bagi mutu lingkungan.

2.2 Baku Mutu Air

Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di


selruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan
manusia yang beragam. Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air
dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, limbah
usaha peternakan, perhotelan, rumah sakit, dan limbah tersebar. Sedangkan non
point sources, seperti: limbah pertanian, perkebunan, dan domestic. Dalam
perushaan atau industri yang besar masalah penanggulangan air limbah dapat
diatasi karna memiliki modal yang lebih, namun akan berbada dengan industri yang
skalanya masih kecil atau menengah mereka belum mampu untuk mengatasi
masalah air limbah (Asmadi dan Suharno, 2012).
Menurut Zulkifli (2014), apabila air limbah yang mengandung bahan
pencemar langsung dialirkan ke danau, badan air, sungai, dan telaga tanpa diolah
terlebih dahulu maka air limbah dapat menyebabkan air tidak dapat dikonsumsi
secara layak oleh manusia, gangguan terhadap kesehatan, dan mengakibatkan
kematian kehidupan air yang ada di dalamnya. Maka dari iru perlu adanya
pengolahan limbah terlebih dahulu agar tidak terjadi pencemaran.

Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu makhluk hidup, zat
cair atau zat padat, suatu energy atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas
air menjadi turun sampai ke tingkat terntentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan kegunaannya. Tercemarnya suatu air, dapat terjadi secara alami
atau disebabkan oleh alam maupun adanya campur tangan manusia, akibatnya air
mengalami penurunan akan kualitasnya. Adanya benda asing yang mengakibatkan
air tersebut tidak layak untuk digunakan sesuai dengan peruntukannya secara
normal disebut dengan pencemaran air, karena kebutuhan makhjluk hidup akan air
sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-
beda. Sebagai contoh, air sungai dipegunungan yang belum tercemar tidak dapat
digunakan langsung untuk air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan sebagai air minum (Kristianto, 2002). Salah satu pencemaran air
yang sering terjadi ialah pencemaran air sugnai. Air sungai menjadi tempat
pembuangan akhir dari berbagai limbah baik dari limbah rumah tangga (limbah
padat maupun limbah cair, limbah industri-industri kecil maupun industri-industri
besar disekitar sungai, serta limbah yang berasal dari pegunungan yang berupa
vulkanik.

Limbah industri sangat berperan dalam pencemaran air. Salah satu hasil
limbah industri ialah limbah logam berat Kadmium (Cd). Kadmium (Cd) digunakan
sebagai pewarna pada batik dan salah satu komponen dalam batu batrei. Kadmium
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko
tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal
dan hati terutama terikat sebagai metalothionein. Metalothionein mengandung asam
amino sistein, dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim
karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin.
Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan
protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim
(Darmono, 1995).

Nilai baku mutu air merupakan ukuran batass atau kadar makhluk hidup,
zat, energy, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa
baku mutu air dan kriteria mutu air mempunyai pengertian yang hampir sama.

PP No. 82 Tahun 2001 memperbolehkan Pemerintah atau Pemerintah


Daerah menentapkan baku mutu air yang lebih ketat dibandingkan dengna kriteria
mutu air pada kelas yang sudah ditetapkan dan juga parameter dalam baku mutu
air. Penetapan baku mutu air oleh pemerintah dilakukan dengan Keputusan Menteri
unutk sungai yang lintas batas Provinsi atau lintas batas Negara. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, mutu air atau kualitas air
diklarifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
minum, dan untuk peruntukan lain yang memiliki persyaratan mutu air
yang sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukkan dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan,
air untuk mengaliri pertanian, dan pruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empaat, air diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Penetapan kelas air tersebut sesuai dengan Pasal 9 pada PP RI No.82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Dalam hal ini
pemeriksaan Sungai Sei Kera ditetapkan klasifikasi kelas air nya sebagai golongan
air kelas I.

Dalam menetapkan baku mutu air, pemerintah merujuk kriteria mutu air
dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001. Jika kelas sungai telah ditetapkan tanpa
menetapkan baku mutunya, maka kriteria mutu otomatis berlaku sebagai baku mutu
air. Sebagaimana dijelaskan di atas, jika kelas sungai belum ditetapkan, maka baku
mutu air mengacu pada kriteria mutu Kelas 2. Beberapa parameter yang paling
umum ditemui berikut acuan baku mutunya adalah ssebagai berikut :

Parimeter pencemar yang umum ditemui pada air.

Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku,


sering kali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter
kualitas air yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam
angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam
menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air (Slamet, 1994).

2.3 Baku Mutu Udara

Udara merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk bernyawa lainnya di bumi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), udara merupakan campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau (seperti oksigen dan nitrogen) yang memenuhi ruang di atas bumi seperti
yang kita hirup apabila kita bernapas. Polusi atau pencemaran udara adalah
dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara
langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan udara lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Setiap substansi yang
merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Candra,
2005).

Kualitas udara bebas dari suatu daerah ditentukan oleh daya dukung alam
serta jumlah sumber pencemaran yang ada di daerah tersebut. Komposisi udara
bersih sendiri terdiri atas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%), karbon
dioksida (0,03%), neon (0,002%), helium (0,001%), metana (0,0002%), dan
krypton (0,0001%) (Arifin dan Sukoco, 2009). Udara yang setiap saat dihirup
ketika bernafas merupakan udara ambien yang berada di lingkungan sekitar. Udara
ambien merupakan udara bebas dipermukaan bumi yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia, mahluk hidup dan perubahan iklim global baik secara lansung
maupun tidak lansung (Wardoyo, 2016). sumber polusi udara dibagi menjadi 2,
yaitu polutan primer dan polutan sekunder, berikut contoh-contoh polutan tersebut:

1. Polutan primer, merupakan polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber


tertentu, dan dapat berupa :
a. Polutan Gas
i. Senyawa Karbon : hidrokarbon, hidrokarbon
teroksigenesasi, dan karbon oksida (CO).
ii. Senyawa sulfur : sulfur oksida
iii. Senyawa nitrogen : nitrogen oksida dan amoniak
iv. Senyawa halogen : flour klorin, hydrogen klorida,
hidrokarbon terklorinasi dan bromin.
b. Partikulat atau partikel, partikulat di atmosfer mempunyai
karateristik yang spesifik dapat berupa zat padat atau cairan maupun
suspensi udara. Partikulat primer dihasilkan melalui proses mekanik
maupun proses pembakaran.
2. Polutan sekunder, biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan
kimia diudara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh hasil disosiasi
NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah
reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu konsentrasi relatif dari
bahan reaktan, derajat fotoaktivasi, kondisi iklim dan topografi lokal dan
adanya embun. Polutan sekunder mempunyai sifta fisik dan kimia yang
tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl
Nitrat (PAN), dan formaldehid.

Baku mutu udara merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara. Indeks standar kualitas udara yang
dipergunakan secara resmi di Indonesia ialah Indek Standar Pencemar Udara
(ISPU), hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
: KEP 45 / MENLH / 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam
keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan adalah untuk
memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada
masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks
Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi
dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia,
nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara
ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi
suatu angka yang tidak berdimensi.
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jika angka menunjukkan semakin
tingginya angka pada indeks maka semakin berbahaya kualitas udara pada lokasi
tersebut. Adapn kategori yang masih dapat ditoleran oleh mkhluk hidup yaitu
rentang 0-100, meskipun terdapat beberapa tumbuhan akan terpengaruh
kesehatannya abapila tumbuhan tersebut memiliki sensitifitas yang tinggi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah tentang pencemaran


lingkungan ialah pencemaran lingkungan merupakan suatu hal yang sering terjadi
lingkungan masyarakat. Pencemaran lingkungan juga disebabkan oleh manusia
yang lalai akan lingkungannya. Air dan udara merupakan sumber daya alam yang
memiliki presentase lebih sering terdampak pencemaran daripada sumber daya
alam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani Soegiarto, Bibliografi beranotasi tentang lingkungan laut dan pencemaran


laut, Lembaga Oceanologi Nasional, LIPI, Jakarta, 1976, hal. 4.

Arifin dan Sukoco. 2009. "Pengendalian Polusi Kendaraan". Bandung: Alfabeta.

Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk hidup, 111, 131-134,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Imam Supardi, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Bandung,
Alumni,hlm 25.

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.


Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, 10-11, 33-34, 74-75,
116-117, PT Rineka Cipta,Jakarta.
Sutamihardja, RTM, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, Sekolah Pasca
Sarjana, IPB Bogor, 1978, hal.1.

Zulkifli, Arif. 2014. Dasar-dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Salemba Teknika.

Anda mungkin juga menyukai