Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Lingkungan
Oleh :
191710301014 / TIP-B
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Istilah pencemaran sebagai salah satu istilah tehnis dalam bahasa Indonesia
adalah suatu istilah yang baru. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun 1970.
Menurut Dr. Apriliani Soegiarto (1976), istilah “pencemaran” ini mulai digunakan
untuk pertama kalinya guna menterjemahkan arti istiah asing dari “pollution”.
Secara mendasr dalam pencemaran terkandung pengertian pengotoran
(contamination) dan pemburukan (deteriotation). Penotoran dan pemburukan
terhadap sesuatu semakin lama akan kian menghancurkan apa yang dikotori atau
diburukkan sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasarap yang
dikotorinya.
1. Pembuangan limbak pabrik langsung kea lam yang tidak diolah terlebih
dahulu.
2. Asap pabrik yang dapat mencemari udara.
3. Penggunaan insektisida yang berlebihan.
4. Pembuangan air detergen yang tidak ramah lingkungan secara langsung
ke tanah maupun saluran perairan.
5. Penggunaan alat-alat listrik yang dapat memicu gas rumah kaca.
a. Dari sudut zat pencemarannya, yang dapat berupa zat biologi, zat kimia,
panas yang berlebihan, suara yang melebihi ukuran pendengaran,
substansi dan situasi yang merusak pemandangan, atau yang dapat
digolongkan ke dalamnya.
b. Dari sudut lokasi dimana pencemaran terjadi, misalnya lokasi nasional,
regional, dan global.
c. Dari sudut hubungan suatu zat pencemar dengan salah satu unsur
lingkungan, misalnya tanah, air, dan udara.
d. Dari sudut akibatnya secara langsugn dan tidak langsung, misalnya
melalui lingkaran biosphere, atau melalui lingkaran sesuatu unsur
tertentu.
Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu makhluk hidup, zat
cair atau zat padat, suatu energy atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas
air menjadi turun sampai ke tingkat terntentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan kegunaannya. Tercemarnya suatu air, dapat terjadi secara alami
atau disebabkan oleh alam maupun adanya campur tangan manusia, akibatnya air
mengalami penurunan akan kualitasnya. Adanya benda asing yang mengakibatkan
air tersebut tidak layak untuk digunakan sesuai dengan peruntukannya secara
normal disebut dengan pencemaran air, karena kebutuhan makhjluk hidup akan air
sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-
beda. Sebagai contoh, air sungai dipegunungan yang belum tercemar tidak dapat
digunakan langsung untuk air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan sebagai air minum (Kristianto, 2002). Salah satu pencemaran air
yang sering terjadi ialah pencemaran air sugnai. Air sungai menjadi tempat
pembuangan akhir dari berbagai limbah baik dari limbah rumah tangga (limbah
padat maupun limbah cair, limbah industri-industri kecil maupun industri-industri
besar disekitar sungai, serta limbah yang berasal dari pegunungan yang berupa
vulkanik.
Limbah industri sangat berperan dalam pencemaran air. Salah satu hasil
limbah industri ialah limbah logam berat Kadmium (Cd). Kadmium (Cd) digunakan
sebagai pewarna pada batik dan salah satu komponen dalam batu batrei. Kadmium
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko
tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal
dan hati terutama terikat sebagai metalothionein. Metalothionein mengandung asam
amino sistein, dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim
karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin.
Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan
protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim
(Darmono, 1995).
Nilai baku mutu air merupakan ukuran batass atau kadar makhluk hidup,
zat, energy, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa
baku mutu air dan kriteria mutu air mempunyai pengertian yang hampir sama.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
minum, dan untuk peruntukan lain yang memiliki persyaratan mutu air
yang sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukkan dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan,
air untuk mengaliri pertanian, dan pruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empaat, air diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Penetapan kelas air tersebut sesuai dengan Pasal 9 pada PP RI No.82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Dalam hal ini
pemeriksaan Sungai Sei Kera ditetapkan klasifikasi kelas air nya sebagai golongan
air kelas I.
Dalam menetapkan baku mutu air, pemerintah merujuk kriteria mutu air
dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001. Jika kelas sungai telah ditetapkan tanpa
menetapkan baku mutunya, maka kriteria mutu otomatis berlaku sebagai baku mutu
air. Sebagaimana dijelaskan di atas, jika kelas sungai belum ditetapkan, maka baku
mutu air mengacu pada kriteria mutu Kelas 2. Beberapa parameter yang paling
umum ditemui berikut acuan baku mutunya adalah ssebagai berikut :
Udara merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk bernyawa lainnya di bumi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), udara merupakan campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau (seperti oksigen dan nitrogen) yang memenuhi ruang di atas bumi seperti
yang kita hirup apabila kita bernapas. Polusi atau pencemaran udara adalah
dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara
langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan udara lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Setiap substansi yang
merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Candra,
2005).
Kualitas udara bebas dari suatu daerah ditentukan oleh daya dukung alam
serta jumlah sumber pencemaran yang ada di daerah tersebut. Komposisi udara
bersih sendiri terdiri atas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%), karbon
dioksida (0,03%), neon (0,002%), helium (0,001%), metana (0,0002%), dan
krypton (0,0001%) (Arifin dan Sukoco, 2009). Udara yang setiap saat dihirup
ketika bernafas merupakan udara ambien yang berada di lingkungan sekitar. Udara
ambien merupakan udara bebas dipermukaan bumi yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia, mahluk hidup dan perubahan iklim global baik secara lansung
maupun tidak lansung (Wardoyo, 2016). sumber polusi udara dibagi menjadi 2,
yaitu polutan primer dan polutan sekunder, berikut contoh-contoh polutan tersebut:
Baku mutu udara merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara. Indeks standar kualitas udara yang
dipergunakan secara resmi di Indonesia ialah Indek Standar Pencemar Udara
(ISPU), hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
: KEP 45 / MENLH / 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam
keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan adalah untuk
memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada
masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks
Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi
dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia,
nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara
ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi
suatu angka yang tidak berdimensi.
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jika angka menunjukkan semakin
tingginya angka pada indeks maka semakin berbahaya kualitas udara pada lokasi
tersebut. Adapn kategori yang masih dapat ditoleran oleh mkhluk hidup yaitu
rentang 0-100, meskipun terdapat beberapa tumbuhan akan terpengaruh
kesehatannya abapila tumbuhan tersebut memiliki sensitifitas yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing : Yogyakarta.