BEKERJA: ANTARA

KEBENARAN DAN
KENYATAAN (BAGIAN 1)
 MENGAPA HARUS HIDUP DALAM
PRINSIP KEBENARAN?

•NATUR ORANG PERCAYA (ROMA 6, 8)

• BENTUK INTEGRITAS ORANG PERCAYA
(YAKOBUS 2:17, 20).

• CARA MENJADI GARAM DAN TERANG

DUNIA (MATIUS 5:13-16).
 BEBERAPA MACAM SISTEM
PILIHAN ETIKA

1. ANTINOMIANISME
PANDANGAN:
a. TIDAK ADA HUKUM MORAL YANG DITENTUKAN
ALLAH.
b. TIDAK ADA HUKUM MORAL YANG BERSIFAT OBJEKTIF.
c. TIDAK ADA HUKUM MORAL YANG ABADI.
d. PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS CUKUP MELALUI
MENGIKUTI SUARA HATI NURANI.
KESALAHAN ANTINOMINANISME:
a. PANDANGAN INI MEMILIKI KONTRADIKSI →
ANTINOMINANISME MERUPAKAN HUKUM
MORAL OBJEKTIF BAGI PENGIKUTNYA.
b. PANDANGAN INI BERSIFAT SUBJEKTIF.
c. PANDANGAN INI INDIVIDUALISTIS.
d. HATI NURANI MANUSIA TELAH TERCEMAR
DOSA, SEHINGGA TIDAK DAPAT DIJADIKAN
PEGANGAN.
2. SITUASIONISME
PANDANGAN:
a. KASIH ADALAH HUKUM YANG ABSOLUT,
HUKUM-HUKUM LAIN DI DALAM ALKITAB
ADALAH RELATIF.
b. TUJUAN MEMBENARKAN CARA – ETIKA SITUASI
JOSEPH FLETCHER.
KESALAHAN SITUASIONISME:
a. SELURUH PRINSIP ALKITAB BERSIFAT
ABSOLUT.
b. TUJUAN DAN CARA HARUS SAMA-SAMA
BENAR.
3. GENERALISME
PANDANGAN:
a. TIDAK ADA HUKUM ETIS YANG MUTLAK SECARA
UNIVERSAL.
b. PERATURAN DAPAT DILANGGAR UNTUK
KEBAIKAN YANG LEBIH TINGGI NILAINYA.
c. TUJUAN MEMBENARKAN CARA.
KESALAHAN GENERALISME:
a. TIDAK ADA KEPASTIAN HUKUM.
b. BERSIFAT SUBJEKTIF.
c. TUJUAN DAN CARA HARUS SAMA-SAMA
BENAR.
4. ABSOLUTISME TOTAL
PANDANGAN:
a. KARAKTER ALLAH YANG TIDAK BERUBAH MERUPAKAN
DASAR DARI HAL-HAL MORAL YANG MUTLAK.
b. ALLAH TELAH MENYATAKAN KARAKTER MORALNYA
YANG TIDAK BERUBAH DI DALAM HUKUMNYA.
c. ALLAH TIDAK DAPAT MEMPERTENTANGKAN DIRINYA.
d. TIDAK ADA HUKUM MORAL MUTLAK YANG DAPAT
BERTENTANGAN.
e. PRINSIP: “POKOKNYA”.
KESALAHAN ABSOLUTISME TOTAL:
a. DAPAT CENDERUNG KE ARAH LEGALISME
(HANYA MENAATI HUKUM, TANPA
MEMPERHATIKAN MOTIVASI HATI).
b. DAPAT CENDERUNG MENGABAIKAN SITUASI
YANG SEDANG DIHADAPI.
5. ABSOLUTISME KONFLIK
PANDANGAN:
a. HUKUM MORAL ALLAH ITU MUTLAK.
b. KONFLIK-KONFLIK MORAL TIDAK DAPAT DIHINDARKAN.
c. TUGAS ORANG PERCAYA ADALAH MELAKUKAN HAL
YANG KURANG JAHAT.
d. TERSEDIA PENGAMPUNAN DARI TUHAN YESUS UNTUK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS YANG BERSUMBER DARI
KONFLIK MORAL.
KESALAHAN ABSOLUTISME KONFLIK:
a. PANDANGAN BAHWA “KONFLIK MORAL TIDAK DAPAT
DIHINDARKAN” MENUNJUKKAN BAHWA ORANG
PERCAYA TIDAK PERLU BERTANGGUNG JAWAB ATAS
KONFLIK MORAL TERSEBUT. HAL TERSEBUT JELAS SALAH,
SEBAB ORANG PERCAYA TETAP BERTANGGUNG JAWAB
ATAS PILIHAN YANG AKAN DIAMBIL.
b. TUGAS ORANG PERCAYA UNTUK MELAKUKAN HAL
YANG KURANG JAHAT MERUPAKAN HAL YANG TIDAK
MEMILIKI DASAR ALKITAB. TUGAS ORANG PERCAYA
ADALAH MELAKUKAN HAL YANG BENAR.
6. ABSOLUTISME BERTINGKAT
PANDANGAN:
a. ADA HUKUM-HUKUM MORAL YANG LEBIH TINGGI DAN
LEBIH RENDAH: MENGASIHI ALLAH LEBIH DARI MENGASIHI
MANUSIA, MENAATI ALLAH MELEBIHI PEMERINTAH, BELAS
KASIHAN MELEBIHI KEJUJURAN.
b. ADA KONFLIK-KONFLIK MORAL YANG TIDAK DAPAT
DIHINDARKAN.
c. TIDAK ADA KESALAHAN YANG DISALAHKAN UNTUK
YANG TIDAK DAPAT DIHINDARKAN.
KESALAHAN ABSOLUTISME BERTINGKAT:
a. ALKITAB TIDAK PERNAH MENULISKAN BAHWA
ADA HUKUM MORAL YANG LEBIH TINGGI DAN
LEBIH RENDAH. SEMUA PRINSIP ALKITAB SAMA
POSISINYA.
b. SETIAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS YANG
SALAH PASTI HARUS DIPERTANGGUNG
JAWABKAN DI HADAPAN TUHAN.
7. TRIADE ALKITABIAH
PANDANGAN:
ADA 3 HAL YANG SAMA-SAMA HARUS DIPERTIMBANGKAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS, YAITU:
a. STANDAR KEBENARAN, YAITU PRINSIP ALKITAB YANG
SESUAI DENGAN PERMASALAHAN YANG ADA.
b. KEADAAN SITUASIONAL, YAITU KEADAAN/ SITUASI
YANG SEDANG DIHADAPI BERADA DALAM KENDALI
TUHAN YESUS.
c. DIRI YANG DIPIMPIN ROH KUDUS, YAITU KETAATAN
ORANG PERCAYA TERHADAP PIMPINAN ROH KUDUS
SESUAI PRINSIP ALKITAB.
 STANDAR KEBENARAN

KEADAAN SITUASIONAL DIRI YANG DIPIMPIN ROH KUDUS

STANDAR KEBENARAN:
1. ALKITAB ADALAH FIRMAN TUHAN YANG MERUPAKAN
SATU-SATUNYA PEDOMAN DALAM MENJALANI HIDUP
DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS.
2. DI DALAM ALKITAB TERDAPAT PRINSIP-PRINSIP MORAL
YANG TETAP RELEVAN DI TENGAH PERUBAHAN JAMAN
SERTA RELEVAN UNTUK MENJAWAB SETIAP
PERMASALAHAN YANG ADA.
3. ALKITAB HANYA DAPAT DIPAHAMI DAN DIAPLIKASIKAN
DENGAN PIMPINAN ROH KUDUS.
KEADAAN SITUASIONAL:
1. SELURUH SITUASI YANG ADA DI DUNIA INI TIDAK LUPUT
DARI KENDALI TUHAN, TERMASUK SITUASI YANG PALING
BURUK SEKALIPUN (GOD IS ALWAYS IN CONTROL!).
2. SELURUH SITUASI YANG DIHADAPI OLEH ORANG
PERCAYA BERTUJUAN UNTUK MEMPROSES ORANG
PERCAYA UNTUK HIDUP MAKIN KUDUS DI HADAPAN
TUHAN (TAAT DAN BERGANTUNG KEPADA TUHAN).
3. SITUASI YANG DIHADAPI SETIAP ORANG, TERMASUK
ORANG PERCAYA DI DALAM MENJALANI HIDUP, SELALU
BERSIFAT KHAS (TIDAK ADA YANG 100% SAMA).
DIRI YANG DIPIMPIN ROH KUDUS:
1. SESEORANG HARUS TERLEBIH DAHULU PERCAYA
KEPADA TUHAN YESUS SEBAGAI SATU-SATUNYA
TUHAN DAN JURUSELAMAT AGAR DAPAT
DIDIAMI DAN DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS.
2. ROH KUDUS YANG MEMIMPIN ORANG
PERCAYA ADALAH ROH KUDUS YANG
MEMIMPIN PARA PENULIS ALKITAB DALAM
MENULIS ALKITAB.
3. ROH KUDUS MEMIMPIN ORANG PERCAYA
DALAM MENJALANI HIDUP DAN MENGAMBIL
KEPUTUSAN ETIS BERDASARKAN ALKITAB.
4. ORANG PERCAYA HARUS SENANTIASA
BERGANTUNG KEPADA PIMPINAN ROH KUDUS
MELALUI DOA DAN PERENUNGAN ALKITAB
DALAM HIDUP DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ETIS.
SISTEM TRIADE ALKITABIAH INI HAMPIR SAMA DENGAN
ABSOLUTISME TOTAL, TETAPI:
a. TRIADE ALKITABIAH TIDAK HANYA SEKEDAR MENAATI
STANDAR KEBENARAN, TETAPI JUGA DILATARBELAKANGI
OLEH MOTIVASI HATI YANG BENAR, YAITU INGIN
MEMULIAKAN TUHAN.
b. MELIHAT KEADAAN SITUASIONAL YANG ADA, MESKIPUN
KEADAAN SITUASIONAL TIDAK BOLEH MENJADI FAKTOR
PENENTU UTAMA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ETIS.
LANGKAH KONKRET MENERAPKAN TRIADE ALKITABIAH
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS:
• TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN TANPA MEMINTA PIMPINAN
ROH KUDUS → JANGAN AMBIL KEPUTUSAN SECARA
GEGABAH.
• BERDOA. KITA MEMINTA HIKMAT DARI ROH KUDUS UNTUK
MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG MEMULIAKAN TUHAN
(YAKOBUS 1:5) → MOTIVASI HATI YANG BENAR.
• MENGGALI ALKITAB. KITA MENCARI BAGIAN ALKITAB MANA
YANG SECARA SPESIFIK MEMBAHAS TENTANG SITUASI
YANG SEDANG DIHADAPI.
• DAPAT MEMINTA PENDAPAT HAMBA TUHAN
YANG SETIA KEPADA ALKITAB.
• AMBIL KEPUTUSAN TERBAIK YANG SESUAI
DENGAN ISI ALKITAB → TANGGUNG JAWAB
ORANG PERCAYA.
 KASUS MEMBERI GRATIFIKASI/
SUAP
• STANDAR KEBENARAN
KELUARAN 23:8; MAZMUR 15:5; AMSAL 15:27; AMOS
5:12 → SUAP ADALAH TINDAKAN BERDOSA DI MATA
TUHAN.
ROMA 13:1-4; TITUS 3:1 → ORANG PERCAYA HARUS
MENAATI PERATURAN PEMERINTAH YANG TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN ALKITAB.
ROMA 12:1-2 → ORANG PERCAYA HARUS MEMILIKI
GAYA HIDUP YANG BERBEDA DENGAN ORANG DUNIA.
• KONDISI SITUASIONAL
BEBERAPA PIHAK BERANGGAPAN BAHWA JIKA SESEORANG
TIDAK MEMBERI GRATIFIKASI, MAKA IJIN SULIT UNTUK
DIDAPAT/ TENDER PROYEK SULIT DIMENANGKAN.

• DIRI YANG DIPIMPIN ROH KUDUS

MESKIPUN BANYAK ORANG MELAKUKAN GRATIFIKASI,
TETAPI ORANG PERCAYA MEMILIH MENAATI FIRMAN TUHAN
DENGAN TIDAK MELAKUKAN GRATIFIKASI. ORANG PERCAYA
MEYAKINI BAHWA TUHAN BERDAULAT MUTLAK, DAN JIKA
ORANG PERCAYA HIDUP SESUAI FIRMAN TUHAN, MAKA
TUHAN SANGGUP UNTUK MEMBUKA JALAN DAN
MENOLONG.
 KASUS KOLUSI/ NEPOTISME
DALAM REKRUTMEN KARYAWAN

• STANDAR KEBENARAN
YOHANES 7:24; AMSAL 17:15 → ORANG
PERCAYA HARUS MENILAI ORANG LAIN SECARA
OBJEKTIF.
• KASUS SITUASIONAL
ADA BEBERAPA PELAMAR PEKERJAAN DI SUATU
PERUSAHAAN. OKNUM HRD MENERIMA 1 PELAMAR
BERDASARKAN RELASI PERTEMANAN/ KELUARGA.

• DIRI YANG DIPIMPIN ROH KUDUS

ORANG PERCAYA HARUS MENERIMA SESEORANG
BEKERJA SECARA OBJEKTIF, YAITU BERDASARKAN
KARAKTER, KEMAMPUAN, SKILL, DLL., BUKAN
BERDASARKAN RELASI PERTEMANAN/ KELUARGA.
 REFERENSI

HOFFECKER, ANDREW W. MEMBANGUN WAWASAN

DUNIA KRISTEN VOLUME 2: ALAM SEMESTA,
MASYARAKAT, DAN ETIKA. SURABAYA: PENERBIT
MOMENTUM, 2008.

GEISLER, NORMAN L. ETIKA KRISTEN: PILIHAN DAN ISU.

MALANG: LITERATUR SAAT, 2007.