Disusun oleh :
Nama : VIRGO MANDALA PUTRA
NIM : 2019.C.11a.1033
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2019.C.11a.1033
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan Anak ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan
pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya..
3. Ika Paskaria .S.,Kep.Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Sri Wulandari T .S.,Kep. Ns. selaku CI Lahan yang telah banyak memberikan
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
5. Rimba Aprianri S.Kep, Ners selaku penanggung jawab mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................1
1.1 Konsep Dasar Common Cold...............................................................1
1.1.1 Definisi...............................................................................................1
1.1.2 Etiologi...............................................................................................1
1.1.3 Patofisiologi........................................................................................3
1.1.4 Manifestasi Klinis...............................................................................5
1.1.5 Komplikasi..........................................................................................6
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang......................................................................7
1.1.7 Penatalaksanaan Medis.......................................................................8
1.2 Konsep Dasar Keperawatan Anak......................................................10
1.2.1 Pengertian Anak.................................................................................10
1.2.2 Kedudukan Anak di Indonesia...........................................................10
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak................................................................10
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak.................................................................11
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak...........................................................11
1.2.6 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak..........................................13
1.3 Manajemen Keperawatan....................................................................15
1.3.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................15
1.3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................18
1.3.3 Intervensi Keperawatan......................................................................19
1.3.4 Implementasi Keperawatan................................................................21
1.3.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................21
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara
atmosfer dan kantong udara (alveolus). Saluran pernafasan terdiri dari
(Sherwood, 2014):
1. Hidung (nasal)
2. Faring
3. Laring (kotak suara)
4. Plica vocalis
5. Epiglotis
6. Bronkus
7. Bronkiolus
8. Alveolus
Udara memasuki hidung dan melewati permukaan konka nasal yang
luas. Permukaan yang luas dan bergelombang ini berfungsi untuk
menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara yang masuk. Sekret
yang berasal dari sinus paranasal dialirkan ke dalam faring oleh gerakan
2
mukosilier epitel respiratorik bersilia. Jaringan limfoid (adenoid) dapat
menyebabkan obstruksi orifisium tuba eustachi yang menghubungkan
telinga tengah dengan bagian posterior nasofaring .
1.1.3 Etiologi
Common cold sebagian besar (90%) disebabkan oleh virus saluran
pernapasan (umumnya rhinovirus), dan penderita dapat sembuh sendiri (self
limiting disease) bergantung pada daya tahan tubuhnya. Puncak gejala
biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4, dengan rhinorrhoea yang awalnya
berupa cairan bening, kemudian dapat berubah menjadi lebih kental,
kemungkinan dapat didiagnosis keliru (misdiagnosed) sebagai infeksi sinus
bakterial.
3
Berbagai virus yang menyebabkan terjadinya common cold:
1. Rhinovirus
2. Virus influenza A, B, C
3. Virus Parainfluenza
4. Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau
dibersinkan oleh penderita lewat udara,yang kemudian masuk melalui
saluran pernapasan orang yang ditularkan lalu menginfeksi pada bagian
tubuh yang pertahanannya melemah.
Common cold merupakan penyakit menular yang dapat bertransmisi
lewat partikel udara dan terletak di traktus respiratorius. Penularan
bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut
masuk ke dalam saluran nafas. Virus common cold dapat menular melalui
inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Seseorang yang
terserang dengan dosis infeksi 10 virus/droplet, 50% akan menderita
common cold.
Commond cold merupakan rhinitis akut yang disebabkan oleh
virus “selesma”. Rhinitis berarti “iritasi hidung” dan adalah derivative
dari rhino, berarti “hidung”. Selaput lendir pada hidung yang terkena iritasi
atau radang akan memproduksi lebih banyak lendir dan mengembang,
sehingga hidung menjadi tersumbat dan pernafasan jadi sulit (Admin,
2011).
Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-
kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus
merupakan subgrup family yang paling besar, terdiri dari 89 serotipe yang
telahdi identifikasi dengan reaksi netralisasi memakai antiserum spesifik.
Rhinovirus berasal dari bahasa yunani rhin-yang artinya adalah hidung.
Rhinovirus merupakan organisme mikroskopis yang menyerang sel-sel
mukus pada hidung, merusak fungsi normal mereka serta memperbanyak
diri di sana. Virus tersebut dapat bermutasi dan hingga saat ini ada sekitar
250 strain atau jenis rhinovirus. Selain virus, batuk dan pilek dan
demam juga di sebabkan oleh bakteri.
4
1.1.4 Patofisiologi
Rhinovirus mengikat molekul intraseluler 1 reseptor yang melekat pada
sel-sel ephitelial pernapasan di hidung dan nasofaring sehingga dapat
bereplikasi dan menyebar. Sel yang terinfeksi melepaskan chemokine
“sinyal bahaya” dan sitokin yang mengaktifkan mediator inflamasi dan
refleks neurogenik, sehingga ada tambahan mediator inflamasi, vasodilatasi,
transudasi plasma, sekresi kelenjar, stimulasi saraf nyeri, refleks bersin dan
batuk. Rhinovirus berada dalam nasofaring selama 16 sampai 18 hari setelah
infeksi awal. Infeksi virus berakhir dengan antibodi penetral (sekretori
imunoglobulin A atau serum imunoglobulin G) masuk ke dalam mukosa
sampai akhir replikasi virus.
5
WOC Common Cold
Mengiritasi mokusa
6
.
Common Cold
Produksi sekret
Produksi sekret
berlebih Sputum tertelan
berlebih
Kontrasi lambung
meningkat
Mual, muntah
8
1.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala common cold biasanya mulai timbul dalam waktu 1-3 hari
setelah terinfeksi.
Gejala awal berupa:
1. Rasa tidak enak di hidung
2. Rasa tidak enak di tenggorokan
3. Bersin-bersin
4. Tenggorokan gatal
5. Hidung meler
6. Batuk
7. Suara serak
8. Cemas
9. Sakit kepala
10. Demam (biasanya ringan)
11. Sesak nafas
Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari
pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau
dan jumlahnya tidak terlalu banyak.Gejala biasanya akan menghilang dalam
waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali
berlangsung sampai minggu kedua.
Adapun gejala penyakit Common cold menurut Admin (2011) yaitu :
1. Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
2. Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau
tenggorokan.
3. Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa
sakit ringan.
4. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa
muncul pada saat terjadinya gejala.
5. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari
pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
9
6. Selanjutnya sekrethidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-
hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
7. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari,
meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung
sampai minggu kedua
Dimana gejalnya hidung berair, kadang tersumbat, lalu di ikuti
dengan batuk dan demam. Jika cairan atau lendir banyak keluar dari
hidung bayi sehingga membuatnya kesulitan untuk bernafas. Selain itu
gejala nasofaringitis dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-kadang
bersin. Dari hidung keluar sekret cair dan jernih yang dapat kental dan
parulen bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus. Secret ini sangat
merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak
bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang
lebih besar kadang-kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing
dan anareksia. Sumbatan hidung (Kongesti) di sertai selaput lendir
tenggorok yang kering menambah rasa nyeri.
Gejala yang umum adalah batuk, sakit tenggorokan, pilek,
hidung tersumbat, dan bersin, kadang-kadang disertai dengan mata
merah, nyeri otot, kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, menggigil
tak terkendali, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang.
Demam lebih sering merupakan gejala influenza, virus lain atas infeksi
saluran pernapasan yang gejalanya luas tumpang tindih dengan dingin, tapi
lebih parah. Gejala mungkin lebih parah pada bayi dan anak-anak (karena
sistem kekebalan tubuh mereka tidak sepenuhnya berkembang) serta orang
tua (karena sistem kekebalan tubuh mereka sering menjadi lemah).
1.1.6 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain. Komplikasi yang dapat
terjadi ialah sinusitis paranasal, penutupan Tuba Eustachii dan penyebaran
infeksi.
1. Sinusitis paranasal
10
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada anak kecil
sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri
kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan
maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen. Proses
sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar
berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung,
nyeri kepala hilang muncul, bersin yang terus menerus disertai sekret
purulen dapat unilateral maupun bilateral. Bila didapatkan pernapasan mulut
yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas
perlu dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal dapat
diobati dengan memberikan antibiotik.
2. Penutupan Tuba Eustachii
Tuba Eusachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan Otitis
Media Akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang
demam. Anak sangat gelisah, terasa nyeri bila kepala
digoyangkan/memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat
diketahui dengan cara menekan teinganya dan bayi biasanya akan menangis
keras). Kadang-kadag hanya ditemui gejala demam, gelisah juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita
infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan
sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul pada bagian
THT.
3. Penyebaran infeksi
Penyebaran infeksi sekunder dari nasofaring ke arah bawah dapat
menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti laringitis, bronkitis
dan bronchopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh
misalnya terjadi meningitis purulenta.
11
a. Foto Thorax k/p
b. Tes Darah Lengkap
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus
yang bersifat akan sembuh dengan sendirinya saat virus mati karena masa
hidup virus terbatas atau disebut self limiting disease bergantung pada daya
tahan tubuhnya. Namun, karena belum ditemukan antivirus khususnya
untuk rhinovirus ini, maka hanya gejala-gejala yang muncul saja yang
diobati jika dirasakan mengganggu penderita. Jadi pengobatan hanya
bersifat meringankan atau menghilangkan gejala saja, tanpa membunuh
virus penyebabnya.
1. Penanganan Medik
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simpotamatis
misalnya:
Ekspektorensia untuk mengatasi batuk
Sedatif untuk menenangkan pasien
Antipiretik untuk menurunkan demam.
Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati, pengisapan lendir
hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling
mudah untuk megeluarkan sekret adalah dengan membaringkan
bayi/tengkurap. Pada anak dapat diberikan tetes hidung, larutan stedrin 1%.
Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang
produktif (pada bronchitis dan tracheatis) tidak boleh di berikan antitusif.
Misalnya codein karena dapat menyebabkan depresi pusat nafas batuk dan
pusat muntah penumpukan sekret
sehingga dapat menyebabkan bronkopneumonia.
Selain pengobatan tersebut, pada sinusitis terutama yang kronik dapat
di berikan pengobatan dengan penyinaran.
2. Keperawatan
Masalah dalam perawatan pasien dengan batuk pilek adalah:
a. Gangguan rasa aman dan nyaman
12
Gangguan ini akibat batuk pilek sering melelahkan dan mengganggu
istirahat pasien, apalagi disertai muntah dan diare serta suhu yang tinggi.
Pengobatannya :
a) Pemberian obat gosok dapat membuat bayi merasa hangat.
b) Untuk mengurangi hidung yang tersumbat, bayi dibaringkan
tengkurap dengan kepala miring.
c) Pemberian obat tetes hidung mungkin menolong pernafasannya
namun hanya untuk sementara.
d) Dapat juga secara tradisional dengan kapas ditetesi minyak kayu putih
yang digantungkan di depan hidung bayi.
e) Untuk mengurangi batuk dapat diberikan obat batuk sebelum tidur
malam.
b. Resiko terjadi komplikasi
Penyakit batuk pilek ringan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berat. Bila anak sudah mendapatkan obat supaya diberikan yang benar. Jika
misalnya obat dimuntahkan beberapa saat kemudian harus diulang diberikan
lagi. Agar obat dapat diminum (jika selalu dimuntahkan) caranya obat
diencerkan dengan 1-2 sendok teh dengan teh manis, sirup atau madu
kemudian diberikan sedikit.
c. Gangguan suhu tubuh
Komplikasi oleh invasi bakteri yang biasanya sering menyebabkan suhu
tubuh meningkat. Kadang-kadang menyebabkan terjadinya kejang demam.
Penurunan suhu hanya dapat diatasi dengan obat antibiotik yang tepat.
d. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit
Pada umumnya orang tua menganggap bahwa penyakit batuk pilek
tidak membahayakan karena penyakit ini dapat mengenai anak berulang
kali. Tapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat berkembang
menjadi berat jika tidak diobati terutama saat antibodi anak menurun. Oleh
karena itu orang tua perlu diberi penjelasan jika anak sudah batuk pilek
lebih dari 2 hari belum sembuh apalagi sudah diobati sendiri supaya dibawa
berobat ke fasilitas kesehatan.
Untuk mempertahankan kesehatan anak dengan memberikan makanan
13
yang bergizi, hidup secara sehat khusus pada bayi. Jika anak lain atau orang
tua batuk pilek agar bayi tidak terjadi kontak dengan orang tersebut dan
yang sakit agar berobat dan tidak mendekati bayi
14
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.
15
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak
1) Manusia (Anak)
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan
salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya,
anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th
16
3) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat
maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external
. Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap
perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik,
faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external yang
mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
4) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi
sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga
merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang
unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.
17
pemberi pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan
dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di
lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran
ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga
kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa
berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah
satu contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola
interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan.
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik
syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis
yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeks.
18
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator)
dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari
berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka
mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi
keperawatan.
19
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini, atau
menderita penyakit lain yang bisa menular, contohnya TBC.
POLA KESEHATAN FUNSIONAL GORDON
1. Pola persepsi kesehatan / penanganan kesehatan
Biasanya sabagian orang tua kurang begitu peduli terhadapnya bila
terkena CC
2. Pola nutrisi – metabolism
Anak biasanya mengalami anoreksia
3. Pola eliminasi
Eliminasi urine / BAK
Terjadi penurunan
Eliminasi alvi / BAB
Terjadi penuruan
4. Pola aktivitas-latihan
Sebagian anak akan mengurangi aktivitasnya.
5. Pola istirahat tidur
Anak akan sering bangun saat tidur.
B. Data Objektif
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : CM
TTV : TD : <120/80 mmHg
N : x/mnt
RR : x/mnt
S : >37,oC
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Kepala
Inspeksi : Lihat warna rambut berwarna, kulit kepal
Palpasi : ada benjolan apa tidak
2. Mata
Inspeksi : Berair, sclera putih, konjungtiva pucat
3. Hidung
20
Inspeksi : Keluar cairan encer hingga purulen, pernapasan cuping hidung.
4. Telinga
Inspeksi : Ada serumen apa tidak
Palpasi : Tekstur pina, helix kenyal.
5. Mulut
Inspeksi : Lidah putih, mukosa bibir kering,
6. Leher
Inspeksi : Simetris apa tidak
Palpasi : Kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak membesar.
7. Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Ronchi Basah +
8. Jantung
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : PMI teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi: S1 S2 bunyi tunggal
9. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Suepel
Perkusi : Timpani
10. Ekstremitas
Inspeksi : Atas /bawah simetris, jari lengkap, tidak ada gangguan
pergerakan.
11. Integumen
Turgor kulit kurang, kulit terasa panas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Thorax k/p
b. Tes Darah Lengkap
21
TERAPI PENGOBATAN
Oral
Antibiotik : Amoxicilin syrup
Sedativum : CTM
Obat batuk : Antitusif
Penambah nafsu makan : Vit. B complek
Vitamin : Vit. C
Suction k/p
22
1.3.3 Intervensi Keperawatan
Resiko tinggi infeksi b.d dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu 1. Suhu yang terus meningkat
masuknya mikroorganisme ke keperawatan selama 1x24 jam 2. Observasi TTV menandakan infeksi masih
dalam tubuh diharapkan tidak terjadi infeksi 3. Bantu pasien mencuci tangan ada
sebelum dan sesudah makan 2. Memantau kondisi pasien
23
Kriteria Hasil : dan setelah dari kamar mandi secara umum
-Infeksi hilang 4. Berkolaborasi dengan dokter 3. Mencuci tangan mencegah
- Suhu dalam rentang normal dalam pemberian terapi penyebaran pathogen
(suhu pada anak 4-6 tahun : antibiotic dan analgesic terhadap objek dan makanan
o
35,5- 37,8 C) lain
4. Mempercepat penyembuhan
pasien.
Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan catat asupan 1. Untuk mengkaji zat gizi
tubuh b.d mual muntah dan keperawatan selama 2x24 jam pasien ( cair dan padat) yang dikonsumsi dan
anoreksia diharapkan nutrisi pasien 2. Observasi TTV suplemen yang diperlukan
terpenuhi 3. Tentukan makanan kesukaan 2. Memantau kondisi pasien
Kriteria Hasil : pasien dan usahakan untuk secara umum
- Pasien bisa makan dengan mendapatkan makan tersebut 3. Untuk meningkatkan nafsu
teratur 4. Ciptakan lingkungan yang makan pasien
-BB pasien normal menyenangkan pada waktu 4. Untuk meningkatkan nafsu
makan makan pasien
5. Bila memungkinkan, duduk 5. Tindakan ini mencegah
dengan pasien saat pasien pasien membuang-buang
makan waktu selama makan
6. Pantau dan catat pola 6. Untuk memantau kondisi
eliminasi pasien
24
1.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang
telah dibuat untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.
25
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. R
TTL : Palangka Raya, 25 Juni 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : PAUD
Alamat : Jl. Sapan I No.-
Diagnosa Medis : Common Cold
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
TTL : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : -
26
2.1.1.3 Keluhan Utama
Keluarga Pasien mengatakan anaknya demam pilek selama tiga hari dan
susah tidur karena hidungnya tersumbat
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Sebelum dibawa kepuskesmas kayon An.R mengalami pilek selama
tiga hari dan disertai demam,dibawa kepuskesmas kayon pada hari sabtu
tanggal 2 Oktober 2021,Pukul 09:00 WIB,k eadaan umum pasien tampak
lemas tidak ada nada suara tambahan. Tanda-tanda vital suhu: 37,2oC, RR:
24x/menit, N: 104x/menit, BB: 16 kg, PB: 100 cm , BB/U:Normal,
BB/PB:Normal
2) Riwayat Kesehatan lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya blum pernah mengalami
sakit seperti sekarang
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada yang menderita penyakit
paru-paru, maupun penyakit lainnya
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
27
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
2.1.2.1 Keadaan Umum
Klien tampak lemas. Kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital suhu:
37,20C, RR: 24x/menit, N: 104x/menit, BB: 16 kg, PB: 100 cm
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Bentuk kepala simetris. keadaan kepala bersih, rambut berwarna hitam
tidak terdapat kerontokan rambut. Konjungtiva merah muda, skelera warna
putih. Keadaan telinga bersih, tidak terdapat gangguan pendengaran.
Terdapat sekeret berlebih pada hidung.
Masalah Keperawatan : Bersihkan jalan nafas tidak efektif
2.1.2.3 Mulut dan Faring
Keadaan mulut bersih tidak terdapat sputum pada tenggorokan.
2.1.2.4 Dada
Bentuk dada simetris, tipe pernafasan dada, tidak terdapat dispnea, tidak
terdapat suara ronki dan whezing. Tidak ada suara nafas tambahan
2.1.2.5 Abdomen
Bentuk perut simetris, tidak terdapat keadaan perut kembung
2.1.2.7 Eliminasi
Saat buang air kecil dan buang air besar klien tidak mengalami
gangguan/merasakan nyeri. BAK
2.1.2.8.Ekstremitas
Pergerakan ekstermitas atas dan bawah baik, kekuatan otot baik
2.1.2.6 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat gangguan
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
28
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Nutrisi
a. Frekuensi
a. 1.130 kkal/hari
b. Nafsu Makan/selera
b. Nafsu makan menurun dan tidak
c. Jenis Makanan
pilih-pilih makanan
c. Nasi, lauk, dan sayur
Eliminasi
29
a. BAB a. 1 x/hari
b. BAK b. 4 x/sehari.
Istirahat dan tidur sebelum sakit
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. 11 jam
Istirahat dan tidur sesudah sakit
a. Siang/jam a. 1 jam
b. Malam/jam b. 8 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari
30
ANALISA DATA
31
DS : Virus Bersihkan jalan
Keluarga Klien mengatakan klien nafas tidak efektif
susah bernafas karena hidungnya Melalui droplet dan udara
tersumbat
Masuk ke saluran nafas
DO :
TTV - S : 37,2 oC Masuk ke sel epitel pada
RR: 24x/menit hidung
N: 104x/menit
Terdapat sekret berlebih pada hidung Produksi sekret berlebih
32
DS : Produksi sekret berlebih Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan klien tidur
susah tidur karena hidungnya Obstruksi saluran nafas
tersumbat
Gangguan pola tidur
DO:
TTV - S : 37,2 oC
RR: 24x/menit
N: 104x/menit
Isitarahat dan tidur sebelum sakit 13
jam
Istirahat dan tidur sesudah sakit 9 jam
33
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekeret
berlebih.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan obsrtuksi saluran nafas.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi
34
INTERVERNSI KEPERAWATAN
35
1. Keluhan kesulitan tidur
menurun
3. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi makanan yang 1. Untuk mengetahui makanan
dengan kurangnya asupan nutrisi disukai klien
keperawatan selama 2x yang disukai klien
2. Edukasikan kepada keluarga
kunjungan diharapkan nafsu 2. Untuk membuat keluarga
klien untuk menyajikan
makan klien membaik klien mengetahui cara
makanan yang menarik
KRITERIA HASIL : menyajikan makanan yang
kepada klien
1. Keinginan makan meningkat menarik agar meningkatkan
2. Asupan makanan meningkat nafsu makan klien
36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
2. Dx 2 Senin,11 Oktober 2021 1. Edukasikan kepada keluarga klien S : Keluarga klien mengatakan memahami
Jam 08.00 Wib untuk memberikan lingkungan tempat pendidikan kesehatan yang diberikan
tidur yang nyaman kepada klien O : Keluarga klien memahami pendidikan VIRGO MANDALA
kesehatan yang diberikan PUTRA
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
37
3. Dx 3 Senin, 11 Oktober 2021 1. Observasi makanan yang disukai klien S : Keluarga klien mengatakan bahwa dia
Jam 08.00 Wib 2. Edukasikan kepada keluarga klien memahami pendidikan kesehatan yang
untuk menyajikan makanan yang diberikan VIRGO MANDALA
menarik kepada klien O : Klien menyukai makanan yang diolah PUTRA
dengan cara ditumis, Keluarga klien
memahami pendidika kesehatan yang
diberikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
38
DAFTAR PUSTAKA
santo, J. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.
Putra, D. S. H. (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ridha, H, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang:
Erlangga
39