Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang
mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula
yang keras. Serangga digolongkan dalam kelasinsecta (hexapoda), karena
memiliki 6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di dadaerah dada (thorax). Jumlah
kaki menjadi ciri khas serangga yang membedakannya dengan hewan lain dalam
phylum Arthropoda seperti laba-laba (arachnida). Serangga juga memiliki
keanekaragaman luar biasa dalam ukuran, bentuk dan perilaku. Kesuksesan
eksistensi kehidupan serangga di bumi ini diduga berkaitan erat dengan rangka
luar (eksoskeleton) yang dimilikinya, yaitu kulitnya yang juga merangkap sebagai
rangka penunjang tubuhnya, dan ukurannya yang kecil serta kemampuan terbang
sebagian besar jenis serangga. Serangga juga memiliki kemampuan bereproduksi
lebih besar dalam waktu singkat, dan keragaman yang lebih besar. Dengan
kemampuannya untuk beradaptasi, menyebabkan banyak jenis serangga
merupakan hama tanaman budidaya, yang mampu dengan cepat mengembangkan
sifat resistensi terhadap insektisida (Angga, 2009).
Beberapa jenis serangga juga berguna bagi kehidupan manusia seperti lebah
madu, ulat sutera, serangga penyerbuk, musuh alami hama, pemakan detritus dan
sampah bahkan sebagai makanan bagi mahluk lain, termasuk manusia. Tetapi
sehari-hari kita mengenal serangga dari aspek merugikan kehidupan manusia
karena banyak di antaranya menjadi hama perusak dan pemakan tanaman
pertanian dan menjadi pembawa bagi berbagai penyakit seperti malaria dan
demam berdarah. Serangga berhasil mempertahankan keberlangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan
memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari
musuhnya. Dengan mengenal serangga dan perilakunya maka diharapkan akan
efisien maka diharapakan mahasiswa mengetahui morfologi serta spesies-spesies
yang termasuk ke dalam ordo-ordo serangga tersebut.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi serta spesies-
spesies yang termasuk ke dalam ordo-ordo serangga tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Serangga


Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya
mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota
badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau
berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di
dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang
menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya
disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras
dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih
memungkinkan pergerakan di tiap ruas (Arief, 1994).
Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting,
karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi
yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau
menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga
menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga
muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam
identifikasi.
Serangga (Insecta) dibagi menjadi 2 subkelas yaitu Apterygota (Tidak bersayap)
dan Pterygota (Bersayap) (Arief, 1994).

Gambar 1. Morfologi Serangga

3
2.2 Ciri-Ciri Serangga
Tubuh serangga seperti pada belalang dan kumbang dibagi dalam tiga daerah
yaitu: Kepala, toraks, dan abdomen. Kepala terdiri dari satu segmen merupakan
daerah yang jelas pembawa kebanyakan organ sensori serangga seperti mata,
antenna, dan alat mulut. Toraks terdiri dari 3 segmen dan merupakan bagian yang
terberat dari tubuh, dan pembawa kaki serta sayap bila telah ada. Abdomen terdiri
dari 11 segmen atau kurang; biasanya ia tidak mempunyai anggota gerak, segmen
pada bagian posterior mempunyai fungsi khusus untuk reproduksi (Triharsono,
1996).
Serangga merupakan hama yang terbanyak jenisnya, secara garis besar
terbagi atas dua golongan, yaitu serangga yang berguna dan serangga yang
merugikan. Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab
hama tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama
(parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk. Secara umum
morfologi anggota klas Insekta ini adalah : Tubuh terdiri atas ruas-ruas (segmen)
dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput, thorax dan abdomen, Kaki tiga pasang
pada thorax, Antene satu pasang, Mempunyai kerangka luar, Ukuran tubuh kecil,
Kemampuan menyerang dan mempertahankan diri terhadap musuh- musuh
alamnya, Berkemampuan melihat ke depan untuk menjaga kelangsungan hidup
keturunannya, Bermetamorphosis, Mempunyai keragaman dalam makannya,
Hidup diberbagai tipe habitat, mampu berkembangbiak tinggi (Triharsono, 1996).
Menurut (Triharsono, 1996) dari pengolongan dari pemakan tumbuhan
(phytophagous insect). Serangga dibedakan beberapa golongan seperti:
a. Monophagous insect, yang hanya makan satu species tanaman atau kelompok
yang ada hubungannya.
Contoh: Bombyx mori, ulat sutera, yang mempunyai satu inang.
b. Oligophagous insect, yang hanya makan tanaman inangnya dari satu
kelompok tanaman yang erat hubungannya dalam satu family.
Contoh: Phythirimae operculella menyerang inang kentang, tembakau dan
semua family Solanaceae.

4
c. Polyphagous insect, memakan banyak jenis tanaman dari berbagai family.
Contoh: belalang dikenal pemakan segala tanaman didaerah tropis.
2.3 Macam-Macam Ordo Pada Serangga
Serangga dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain:
1. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada
beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih
sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut
tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan (Pracaya,
2007).
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain: dua buah (sepasang) mata
facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap
serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen
terdapat suatu arasite alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang
merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun
thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen
terakhir abdomen) (Pracaya, 2007).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga
stadia yaitu telur – nimfa – dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama
dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis
serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah: Kecoa (Periplaneta sp.) Belalang
sembah/mantis (Otomantis sp.) Belalang kayu (Valanga nigricornis
Drum.) (Pracaya, 2007).
2. Ordo Hemiptera (bangsa kepik)
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya
bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun
beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh
serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang
tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada
bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap

5
belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan
(Hansamunahito, 2006).
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan
dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo
Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung).
Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat
mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah
(Hansamunahito, 2006).
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam
perkembangannya melalui stadia: telur – nimfa – dewasa. Bentuk nimfa memiliki
sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit
(Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung
(Dysdercus cingulatus F) (Hansamunahito, 2006).
3. Ordo Homoptera (wereng,) 
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo
Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi
sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus
semua, sedang sayap belakang bersifat membranus (Nyoman, 2005).
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari
bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax
umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe arasite r e sederhana
(paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur – nimfa – dewasa.
Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng arasite-kutuan,
seperti: Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa
(Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.) (Nyoman,
2005).
4. Ordo Cleoptera (bangsa kumbang) 

6
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada
juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri
dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena
sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua
(terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan
jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-
pengunyah, umumnya arasite r berkembang dengan baik (Rahmawatif, 2012).
Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya
terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe
sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur – larva –
kepompong (pupa) – dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal
(tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong
tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa
contoh anggotanya adalah: Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L), Kumbang
janur kelapa (Brontispa longissima Gestr), Kumbang buas (Coccinella
sp.) (Rahmawatif, 2012).
5. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama,
namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya
sebagai pemakan/pengisap madu atau arasi. Sayap terdiri dari dua pasang,
membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala
dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki
tipe penggigit (Tjahjadi, 2008).
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia: telur – larva – kepompong – dewasa. Larva bertipe polipoda,
memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain: Penggerek batang padi kuning (Tryporiza
incertulas Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau
(Spodoptera litura) (Tjahjadi, 2008).
6. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) 
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu

7
pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai
adanya antene dan mata facet (Sudarmo, 1995).
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui
stadia: telur – larva – kepompong – dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya
hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak
sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh
anggotanya adalah: lalat buah (Dacus spp.) lalat predator pada Aphis (Asarcina
aegrota F) lalat rumah (Musca domestica Linn.) lalat parasitoid (Diatraeophaga
striatalis) (Sudarmo, 1995).
7. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut) 
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada
serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua
pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap
belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli.
Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum
sebagai alat pengisapnya. Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui
stadia: telur – larva – kepompong – dewasa. Anggota arasi Braconidae,
Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan arasite
penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah:
Trichogramma sp. ( arasite telur penggerek tebu/padi). Apanteles artonae Rohw.
(tabuhan arasite ulat Artona). Tetratichus brontispae Ferr. ( arasite kumbang
Brontispa) (Boeb,2009).
8. Ordo Odonata (Bangsa Capung)
Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng) Memiliki anggota yang cukup besar
dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar
dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang
besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai
adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya
dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk
hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek
batang padi (Boeb. 2009).

8
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum “Pengenalan Ordo Serangga” ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9
September 2019 pukul 07.00 – 09.00 WIB. Bertempat di Bumi Mutiara Serang,
belakang Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman ini
yaitu insect box, insect net, glass jam, kaca pembesar dan alat tulis. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah kapas, petrogenol, insect aspirator (baygon) dan
kertas HVS.

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan oleh asisten praktikum.
2. Dicari dan ditangkap serangga menggunakan insect net.
3. Serangga yang sudah didapatkan lalu dimasukan ke dalam insect box dan
gelas jam.
4. Gelas jam yang berisikan serangga disemprotkan insect aspirator (baygon).
5. Setelah serangga tak sadar atau mati, diamati morfologinya.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Serangga
No
Gambar Keterangan
.
Ordo: Lepidoptera
Bagian-Bagiannya:
1. Antena
2. Thorax

1. 3. Abdomen
4. Kaki Panjang
5. Kaki Pendek
Kupu-Kupu
6. Sayap Atas
(Rhopalocera)
7. Sayap Bawah
Ordo: Orthoptera
Bagian-Bagiannya:
1. Antena
2. Mata majemuk
2.
3. Kaki
4. Sayap
Belalang
5. Abdomen
(Valangan nigricornis)

3. Ordo: Coleoptera
Bagian-Bagiannya:
1. Antena
2. Kepala
3. Pronotum
4. Kaki
5. Abdomen
6. Elytra
Kumbang

11
(Coccinella transversalis) 7. Sayap lunak
Ordo: Diptera
Bagian-Bagiannya:
1. Mata
2. Antena
3. Sayap
4. 4. Kaki
5. Thorax
6. Abdomen
Lalat
(Musca domestica)

Ordo: Odonata
Bagian-Bagiannya:
1. Femur
2. Protoraks
3. Sintoraks
5. 4. Fimia
5. Nodus
6. Sayap depan
Capung
7. Sayap belakang
(Cordulegastridae)

Ordo: Hymenoptera
Bagian-Bagiannya:
1. Antena
2. Kaki
3. Mata
6.
4. Thorax
5. Abdomen

Semut
(Lasius niger)

12
4.2 Pembahasan
Dari kegiatan praktikum yang sudah dilakukan, praktikan mengetahui
morfologi serangga secara umum. Serangga memiliki tiga bagian struktur, yaitu
caput (kepala), thorax, dan abdomen. Pada bagian struktur memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Bagian caput adalah bagian terdepan yang ada pada bagian tubuh
serangga. Bagian ini biasanya terdapat mata, alat pengunyah, antena. Pada
serangga terdapat dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan majemuk. Mata tunggal
dan antena merupan dua organ yang berfungsi sebagai penerima rangsang. Selain
untuk penerima rangsang antenna juga berfungsi sebagai alat pencium. Alat mulut
pada serangga terdiri dari bibir atas, geraham pertama, geraham kedua, bibir
bawah, dan lidah. Ada beberapa tipe alat mulut diantaranya, tipe alat mulut
pengunyah, tipe alat mulut penghisap, dan lain-lain.
Menurut (Boeb, 2009) menyatakan bahwa bagian thorax merupakan bagian
yang berada diantara caput dan abdomen (tengah). Thorax memiliki tiga ruas
yaitu prothorax, mesothorax, dan metathorax. Pada bagian thorax memiliki
sepasang tungkai, sedangkan pada bagian mesothorax dan metathorax masing-
masing memiliki sayap. Sayap dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kepemilikan sayap, yaitu kelompok serangga bersayap (pterygota) dan serangga
dan tidak bersayap (apterygota). Permukaan atas dan bawah sayap terbuat dari
bahan kitin tipis.
Siklus metamorphosis serangga secara sempurna dimulai dari: telur-larva-
pupa-imago. Sedangkan siklus metamorphosis tidak sempurna dimulai dari: telur-
nimfa-imago. Tiap ordo pada serangga ada yang mengalami metamorphosis
secara sempurna dan adapula yang mengalami secara tidak sempurna.
Belalang diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas
Insecta, ordo Orthoptera. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala,
dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi,
2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk
melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan.
Siklus hidup belalang kayu sebagai berikut, telur belalang menetas menjadi
nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ
reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun

13
setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama
masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali
(sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap
fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah
melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa
secara seksual.
Kupu-kupu memiliki ciri-ciri badan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput
(kepala), thoraks (dada) dan abdomen (perut). Ada 3 (tiga) pasang tungkai (kaki)
dan dua pasang sayap terdapat pada ruas dada, alat kelamin dan anus terdapat di
ujung ruas perut. Tubuh kupu-kupu dilapisi oleh chitin (eksoskeleton atau rangka
luar) dan tersusun dalam cicin yang seragam atau segmen-segmen yang
dipisahkan oleh membran fleksibel. Pada setiap bagian kupu-kupu (kepala, dada
dan perut) tertutup lapisan lembut, berbulu halus dan berwarna menyolok/
menyala.
Kepala adalah bagian dari serangga yang berisi otak, 2 mata kompon,
probosis dan faring (tenggorokan, dimana merupakan awal dari sistem
pencernaaan), dan 2 antena yang terpasang di kepala.  Antena adalah alat sensor
yang terdapat di kepala serangga dewasa.  Antena ini digunakan untuk mencium
dan keseimbangan. Kupu-kupu mempunyai 2 antena dengan ujung yang sedikit
membulat yang disebut sebagai antennal club. Mata kompon kupu-kupu terdiri
dari banyak lensa hexagonal seperti halnya pada mata kompon serangga lainnya.
Kupu-kupu hanya dapat melihat warna merah, hijau dan kuning saja. Kupu-kupu
dewasa menghisap nektar bunga dan cairan lainnya dengan menggunakan
probosis atau mulut penghisap yang seperti sedotan spiral. Ketika tidak
digunakan, probosis ini akan digulung melingkar seperti selang air. Palp labial
membantu kupu-kupu untuk menentukan apakah sesuatu itu merupakan makanan
atau bukan.
Dada adalah bagian diantara kepala (head) dan perut (abdomen) dimana kaki
dan sayap terpasang. Kupu-kupu mempunyai sepasang kaki pendek yang berada
di depan, dan 2 pasang kaki yang lebih panjang di belakangnya. Kaki, terutama
sepasang yang ditengah, dilengkapi dengan sensor penciuman yang membuat
kupu-kupu dapat "merasakan" kandungan kimia pada tempatnya hinggap. Perut

14
merupakan bagian ekor serangga yang mempunyai segmentasi yang memiliki
organ vital seperti jantung, tubulus atau pembuluh Malphigi untuk alat ekresi
(pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya), organ
reproduksi dan sebagian besar sistem pencernaan.
Capung dan semut memiliki tipe mulut pengunyah. Pada umumnya termasuk
kedalam karnivora yang memakan serangga kecil bahkan sebagian yang termasuk
dalam ordo yang sama seperti capung bersifat kanibal atau suka memakan sesama
jenis.
Secara kasat mata orang tidak dapat membedakan antara lebah dan tawon.
Padahal lebah dan tawon berbeda, meski mereka berbentuk sama. Lebah dan
tawon memiliki tiga bagian struktur tubuh yaitu kepala, thorax dan abdomen.
Uniknya dari kedua hewan ini adalah terletak pada jarak antara thorax dan
abdomennya. Antara thorax dan abdomen seperti memiliki jarak yang kecil
sehingga terlihat terpisah tenyata tidak terpisah. Kedua hewan ini pun memiliki
sepasang antenna dikepalanya.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan dari praktikum yang sudah dilakukan praktikan mengetahui
berbagai macam serangga dengan berbeda ordo. Serangga adalah hewan yang
teramsuk kedalam kelompok utama hewan beruas Arthopoda yang memiliki
tungkai enam atau tiga pasang. Keberadaan serangga ada yang menguntungkan
dan ada juga yang tidak menguntungkan. Kebedaraan spesies serangga hampir
80% lebih banyak dibandingkan jenis hewan lain, sehingga hewan jenis serangga
ini dapat mudah berkebang biak. Struktur tubuh serangga terbagi menjadi tiga,
yaitu caput (kepala), thorax, dan abdomen. Pada kepala biasanya tempat
menempelnya sepasang antenna dan mata. Antena berperan sebagai alat
perangsang. Pada thorax biasnya melakat beberapa pasang sayap dan melekatnya
kaki. Pada abdomen merupakan bagian perut juga terdapat kaki bagian belakang.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya agar bisa dilakukan lebih efektif dan
efisien dalam pelaksaan praktikum dan lebih kondusif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya:
Usaha Nasional.
Angga, Riordi. 2009. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung: Tri Ganda
Karya.
Boeb. 2009. Serangga. http://boebalq.multiply.com/journal/item/2/SERANGGA.
Diakses pada hari Sabtu, 13 September 2019 pada pukul 22.00 WIB.
Hansamunahito. 2006. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:
Jakarta.
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pracaya. 2007.  Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmawatif, R. 2012. Hama dan penyakit tanaman. Yogyakarta: Pustaka baru
press.
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman
Perkebunan. Yogyakarta: KANISIUS.
Tjahjadi, Nur. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: KANISIUS.
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

17

Anda mungkin juga menyukai