Anda di halaman 1dari 10

Manajemen IKM, Februari 2012 (54-63) Vol. 7 No.

1
ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan di


Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Feasibility Analysis of Chicken Ranch Business by Plasma Partnerships System in Ciampea Bogor
1 2 3
Hasan Subkhie * , Suryahadi dan Amiruddin Saleh
*1
Kementerian Pertanian RI
2
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
3
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik, karena didukung oleh karakteristik
produk unggas yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2000 mencapai 206.264.595 jiwa dan masih tumbuh 1,4% per tahun yang merupakan sebuah
pasar yang sangat potensial sebagai konsumen produk usaha ternak unggas. Tujuan penelitian ini ialah
untuk: (a) mengidentifikasi sistem manajemen usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan
dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, (b) menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam pedaging
melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia dilihat dari aspek teknis, aspek finansial
dan aspek sensitivitasnya terhadap perubahan feed conversion ratio (FCR) dan (c) menyusun strategi
pola kemitraan yang dilakukan peternak plasma di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang bermitra
dengan PT Charoen Pokphand Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan
langsung terhadap empat usaha peternakan ayam pedaging melalui wawancara dengan pemilik
peternakan. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder digunakan untuk mengidentifikasi
sistem manajemen usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen
Pokphand Indonesia. Selain itu, data yang diperoleh juga digunakan untuk menganalisis kelayakan
usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia dan
analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk mengetahui strategi yang
perlu dikembangkan secara umum di empat lokasi kajian. Peternakan ayam pedaging yang baik dengan
menggunakan kandang panggung yang terbuat dari bahan permanen beratap sistem monitor berbahan
genteng. Dengan melaksanakan sistem manajemen pemeliharaan yang baik pada periode starter,
pertumbuhan dan panen, serta menekan nilai FCR sampai 1,5, maka usaha peternakan ayam pedaging
akan memberikan keuntungan besar. Hasil analisis kelayakan usaha dari aspek finansial dengan skala
pemeliharaan 22.000 ekor, 14.000 ekor, 8.000 ekor, dan 4.000 ekor dengan tingkat suku bunga 16%,
menunjukkan usaha peternakan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan, jika dapat mencapai nilai
FCR 1,5. Alternatif strategi dari hasil analisis SWOT adalah meningkatkan produktivitas untuk
meningkatkan keuntungan, meningkatkan efisiensi penggunaan sarana produksi ternak (sapronak),
bersikap proaktif untuk menanggulangi permasalahan teknis yang terjadi, meningkatkan pengetahuan
tentang penanganan penyakit, mengoptimalkan pemanfaatan sapronak, meningkatkan manajemen
pemeliharaan sesuai standar dan meningkatkan pengetahuan peternak mengenai manajemen
pemeliharaan ayam yang baik.

Kata kunci: efisiensi pakan, kemitraan, peternakan ayam pedaging, sistem manajemen, unggas

ABSTRACT

Poultry commodities have a good prospect of market, because it is supported by its character that
easily accepted by Indonesian people. People of Indonesia that nearly 220 million people and can be
growth 1,4 percent per year are potential market of chicken ranch business. The aims of this study are:
(a) identify the system of chicken management ranch business by plasma partnership system with PT
Charoen Pokphand Indonesia, (b) analyz feasibility of chicken ranch business by plasma partnership
system with PT Charoen Pokphand Indonesia, (c) arrange the strategies that should be done by plasma
farmer in Ciampea Bogor, which are doing partnerships with PT Charoen Pokphand Indonesia. Data
collecting was conducted through direct observation of four plasma chicken ranch business through
interview with the owner of plasma chicken ranch. The data consisted of primary and secondary data
were used to identify and evaluate system of management of chicken ranch business by plasma
partnership system with PT Charoen Pokphand Indonesia. The data were also used to analyze feasibility
of chicken ranch business by plasma partnership system with PT Charoen Pokphand Indonesia and to
_______________
*) Korespondensi:
Kementerian Pertanian Gd B lt. 3 Inspektorat IV, Jl. Harsono RM. No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta 12550
Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging 55

know the good strategies that had to be developed generally in four locations of study through SWOT
analysis. The good chicken ranch business should use hencoop with stage system which made by
permanent materials with monitoring system roof made by genteng. By doing good practice management
on starter, grower and finisher period and also pressing the Feed Conversion Ratio (FCR) value until 1,5,
so that the chicken ranch business can give much benefits. Feasibility analysis of financial aspect with
population scale 22.000 chickens, 14.000 chickens, 8.000 chickens and 4.000 chickens with interest rate
16%, shows that chicken ranch business is feasible to be implemented and developed if can reach FCR
value 1,5. Based on the SWOT analysis, alternative strategies for plasma chicken ranch business
development are improving productivity to increase benefits, increasing efficiency of using production
factors, being proactive to solve the techniques problem, increasing the knowledge of handling disease
problem, being optimal in using production factors, increasing practice management according to
standard and increasing farmer’s knowledge about the good practice management

Key words: broiler chiken farm, chicken, feed efficiency, management system, partnerships

PENDAHULUAN Tujuan kajian ini ialah: (1) Mengidentifikasi


sistem manajemen usaha peternakan ayam
Agribisnis peternakan merupakan segala pedaging melalui pola kemitraan dengan PT
aktivitas bisnis yang terkait dengan kegiatan budi Charoen Pokphand Indonesia, (2) Menganalisis
daya ternak, industri hulu, industri hilir, dan kelayakan usaha dilihat dari aspek teknis, aspek
lembaga-lembaga pendukung. Agribisnis tersebut finansial dan aspek sensitivitasnya terhadap
merupakan salah satu bidang yang sangat perubahan feed conversion ratio (FCR), serta (3)
penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki Menyusun strategi pola kemitraan.
potensi dijadikan sebagai penggerak utama
ekonomi nasional. Usaha peternakan bahkan
METODOLOGI
mampu meningkatkan ekonomi pedesaan dan
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat
Kajian ini dilakukan pada peternak plasma
desa (Sutawi, 2007).
yang bermitra dengan PT Charoen Pokphand
Pengembangan industri peternakan saat ini
Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Ciampea,
menghadapi berbagai permasalahan, antara lain
Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini didasarkan
struktur industri peternakan yang masih tersekat-
pada pertimbangan sebagai daerah kawasan
sekat dan belum menunjukkan keterkaitan yang
peternakan ayam pedaging yang sebagian besar
kuat antara satu dan lain subsistem agribisnis
usahanya dilaksanakan dengan pola kemitraan
peternakan. Agribisnis ayam pedaging juga
dalam skala pemeliharaan ayam beragam.
merupakan bisnis yang penuh gejolak dan
Jumlah peternak plasma yang bermitra
berisiko. Hampir setiap tahun dijumpai gejolak
dengan PT Charoen Pokphand Indonesia di lokasi
harga dengan intensitas yang berbeda dan selalu
tersebut sebanyak delapan peternak, dengan
menempatkan peternak dalam posisi rawan.
skala pemeliharaan 4.000 ekor, 5.000 ekor, 8.000
Siklus gejolak biasanya diawali dengan
ekor, 10.000 ekor, 12.000 ekor, 14.000 ekor,
naiknya harga sarana produksi peternakan
18.000 ekor, dan 22.000 ekor. Dari delapan
(sapronak) dan sering diikuti dengan turunnya
peternak tersebut dipilih empat peternak sebagai
harga jual produk. Naiknya sarana produksi
responden secara purposive, yaitu responden
menyebabkan peningkatan biaya produksi, tetapi
yang dipilih merupakan peternak dengan skala
menurunkan pendapatan peternak sampai di
pemeliharaan banyak, sedang, dan sedikit.
bawah ambang batas titik impas. Turunnya
Dalam kajian ini digunakan data primer dan
pendapatan peternak yang berkepanjangan
sekunder. Data primer diperoleh dengan
menyebabkan peternak menghentikan usahanya.
melakukan pengamatan di lapangan, wawancara,
Hal ini mengakibatkan permintaan DOC (day old
dan pengisian kuesioner oleh peternak plasma.
chicken) berkurang dan menyebabkan supply
Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui
produk (daging ayam) menurun, sehingga
tujuan dan strategi peternak plasma sebelumnya,
penawaran lebih rendah dari permintaan. Gejolak
serta melakukan audit eksternal dan internal yang
terbesar sepanjang sejarah agribisnis ayam
merupakan dasar bagi analisis perumusan
pedaging terjadi sejak Juli 1997 berupa krisis
strategi selanjutnya. Selain itu, digunakan analisis
moneter yang diikuti krisis ekonomi.
teknis untuk mengidentifikasi faktor-faktor teknis
Ketidakstabilan agribisnis ayam pedaging
yang berpengaruh pada pemeliharaan ayam
menyebabkan terpuruknya usaha peternakan
broiler, yang meliputi manajemen pemeliharaan
ayam, khususnya peternakan rakyat. Salah satu
periode starter, periode pertumbuhan dan periode
cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut
panen; Analisis lingkungan; Analisis biaya untuk
dengan menerapkan pola kemitraan yamg
mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
peternak plasma; dan Analisis keuangan untuk
memperkuat dan saling menguntungkan
mengetahui kelayakan usaha, dilakukan dengan
(Blessing, 2007).

Vol. 7 No.1
56 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging

metode discounted cash flow, meliputi Net pembuatan laporan, pengontrolan pertumbuhan,
Present Value (NPV), Internal Rate of Return dan penanganan ayam mati dan kotoran ayam.
(IRR) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk Periode terakhir, yaitu periode panen yang dibagi
menyusun strategi pengembangan usaha atas masa sebelum panen, ketika panen dan
peternakan ayam pedaging, digunakan matriks pasca panen. Di samping itu juga ada unsur
SWOT. bukan teknis yang mendukung meliputi adminis-
Data sekunder berupa harga DOC, harga trasi, pemasaran, keuangan, dan pengadaan
pakan dan harga ayam hidup siap potong, yang (Rasyaf, 2001).
diperoleh dari PT Charoen Pokphand, surat kabar Dalam program kemitraan ini, peternak
atau majalah perunggasan Poultry Indonesia, dan plasma tidak dapat menentukan waktu panen,
majalah peternakan perikanan Trobos. karena penentuan waktu panen merupakan
kewenangan perusahaan inti, sehingga analisis
hanya dilakukan pada periode starter dan pertum-
HASIL DAN PEMBAHASAN
buhan. Untuk mengetahui perbedaan manajemen
pemeliharaan yang dilaksanakan oleh keempat
Analisis Manajemen Usaha
peternak yang dikaji, data disajikan pada Tabel 1.
Manajemen usaha peternakan ayam Tabel 1 menunjukkan adanya persamaan bentuk
pedaging meliputi manajemen pemeliharaan kandang, sistem brooder, dan tempat pakan yang
periode starter, periode pertumbuhan, dan periode digunakan oleh keempat peternak. Pada periode
panen. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk starter peternak menggunakan kandang ber-
memasuki periode starter adalah membuat bentuk panggung dan sistem brooder dengan alat
perencanaan dan menghitung kebutuhan sarana pemanas gasolek dan pada periode pertumbuhan
produksi, serta mempersiapkan kandang. Untuk peternak menggunakan tempat pakan jenis feeder
periode selanjutnya, yaitu periode pertumbuhan, tube.
dilakukan pengaturan luas lantai kandang dan Peternakan milik Edi Hidayat dan H. Diding
kepadatan ayam, persiapan peralatan kandang, menggunakan kandang yang berbentuk panggung
pemberian pakan yang tepat, pemberian air setinggi 4 m dengan bahan kayu, pondasi batu
minum yang cukup, pengaturan keadaan litter, bata, dan atap kandang sistem monitor. Namun
pengaturan penerangan, pengaturan ventilasi terdapat perbedaan pada bahan atapnya, yaitu
kandang, pengaturan temperatur kandang, kandang milik Edi Hidayat menggunakan genteng
pelaksanaan program pencegahan penyakit, dan H. Diding menggunakan asbes.

Tabel 1. Sistem manajemen pemeliharaan ayam pedaging pada masing-masing peternak

Nama Peternak
Uraian
Edi Hidayat H. Diding Furqon Munir
Periode Starter
Tahun berdiri 2003 2001 2006 2001
Bentuk kandang Panggung Panggung Panggung Panggung
Bahan kandang Kayu Kayu Kayu + Bambu Bambu
Pondasi kandang Batu bata batu bata Kayu Kayu
Tirai kandang Penuh Penuh Penuh setengah
Sistem atap kandang Monitor Monitor tanpa monitor tanpa monitor
Bahan atap kandang Genteng Asbes Seng Rumbia
Tinggi kandang (m) 4 4 3 3
Lebar kandang (m) 7 6 6 6
Panjang kandang (m) 65 45 60 40
Jarak kandang dengan
perumahan (m) 100 50 500 50
Lokasi kandang di atas bukit di tengah sawah di tengah hutan dekat perumahan
pinus
Jarak antarkandang (m) 5 3 2 -
Sistem brooder Gasolek gasolek gasolek gasolek
kepadatan brooder 800 800 1000 1000
(ekor/rooder)
Sekat brooder Seng Seng Seng Kayu
Periode Pertumbuhan
Sistem alas kandang full sekam setengah sekam setengah sekam setengah sekam
Jumlah populasi total 22 000 14 000 8 000 4 000
Tempat pakan Feeder tube Feeder tube Feeder tube Feeder tube
Tempat minum automatic drinker Manual Manual Manual

SUBKHIE ET AL Manajemen IKM


Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging 57

Kedua peternak menggunakan kandang tinggi kandang terlalu rendah, karena tinggi ideal
tertutup sehingga seluruh bagian dinding kandang yaitu 3,5-4 m.
ditutupi tirai. Lokasi kandang Edi Hidayat berada Lokasi kandang terletak di tengah hutan
di atas bukit berjarak + 100 m dari pemukiman pinus dan berjarak kurang lebih 500 m dari
penduduk, sedangkan kandang H. Diding berada pemukiman penduduk. Lokasi ini cukup baik,
di tengah sawah dengan jarak kurang lebih 50 m karena jauh dari keramaian dan tidak menimbul-
dari pemukiman penduduk. Sistem brooder meng- kan polusi bau bagi penduduk, namun kurang
gunakan alat pemanas gasolek dengan kepadat- mendapatkan pertukaran udara yang baik, karena
an 800 ekor per brooder yang disekat seng. terhalang oleh pohon-pohon pinus. Kandang ideal
Kandang milik Edi Hidayat dan H. Diding berada pada dataran luas tanpa penghalang.
cukup permanen dengan bentuk ideal. Atap Sistem brooder menggunakan alat pemanas
kandang dengan sistem monitor sangat mem- gasolek dengan kepadatan 1.000 ekor per
bantu ventilasi kandang, karena udara kotor dari brooder dan disekat dengan seng. Pemakaian
dalam kandang langsung keluar melalui celah gasolek memiliki kelebihan, yaitu panas yang
atap, sedangkan udara panas dari atas kandang dihasilkan relatif merata, stabil dan tidak terpenga-
tidak langsung masuk ke kandang; karena atap ruh angin, namun kapasitas brooder tersebut
kandang terdiri atas dua lapis yang di antara terlalu padat (idealnya 750-800 ekor). Hal ini akan
atapnya terdapat celah untuk meredam udara menyebabkan panas yang ditimbulkan oleh
panas. Atap kandang milik Edi Hidayat yang brooder tidak dapat diterima secara merata oleh
tertutup genteng sangat berguna untuk meredam ayam. Jumlah ayam yang dipelihara oleh
panas, sedangkan kandang H. Diding mengguna- peternakan Furqon ialah 8.000 ekor dengan
kan atap asbes sebagai bahan yang kurang baik kepadatan 4.000 ekor per kandang, atau 11-12
2
dalam meredam panas, sehingga akan ekor per m . Kondisi tersebut cukup padat dan
berpengaruh pada suhu kandang. dapat menghambat pertumbuhan ayam.
Jumlah ayam yang dipelihara oleh Edi Peternakan milik Munir menggunakan
Hidayat adalah 22.000 ekor, dengan kepadatan kandang berbentuk panggung setinggi 3 m,
3.000-4.000 ekor per kandang atau 8-9 ekor per dengan bahan bambu dan tidak seluruh dinding
2
m , sedangkan jumlah ayam milik H. Diding tertutup (setengah tirai). Pondasi kandang terbuat
14.000 ekor dengan kepadatan 3.500 ekor per dari kayu dan atap terbuat dari rumbia. Jika dilihat
2
kandang, atau 13 ekor per m . Kepadatan dari bentuk dan bahannya, kandang ini kurang
kandang milik Edi Hidayat cukup ideal, karena permanen. Penggunaan rumbia sebagai bahan
ayam akan tumbuh dengan baik pada tingkat atap cukup baik untuk meredam udara luar yang
2
kepadatan 10 ekor per m , sedangkan kandang panas, namun kurang tahan lama dan sering
milik H. Diding terlalu padat. Kandang terlalu mengalami kebocoran pada saat hujan.
padat akan menyebabkan beberapa permasalah- Lokasi kandang berada dekat dengan
an, antara lain tingkat konsumsi pakan berkurang, perumahan dengan jarak kurang lebih 50 m dari
tingkat pertumbuhan ayam terhambat, efisiensi kandang. Lokasi kandang yang baik harus jauh
pakan berkurang dan kebutuhan ventilasi dari pemukiman penduduk, dengan tujuan untuk
kandang meningkat. menghindari konflik dengan lingkungan akibat
Sistem pemberian air minum pada kandang polusi bau, atau polusi debu, serta ayam terhindar
Edi Hidayat menggunakan automatic drinker. Hal dari kontaminasi penyakit yang dibawa manusia
ini sangat baik untuk menjamin ketersediaan air atau binatang lainnya, seperti ayam kampung/
minum secara ad libitum. Kandang milik H. Diding buras, itik, anjing, kambing, sapi, dan kerbau.
masih menggunakan sistem manual dalam Sistem brooder menggunakan alat pemanas
pemberian air minum, sehingga sangat gasolek dengan kepadatan 1.000 ekor per
mengandalkan perhatian dari anak kandang. brooder dan disekat dengan kayu. Seperti
Sistem alas kandang milik Edi Hidayat kandang milik Furqon, kapasitas brooder terlalu
menggunakan sekam pada seluruh periode padat, ditambah lagi dengan penyekatnya
pemeliharaan, sedangkan kandang milik H. Diding menggunakan kayu, karena kayu merupakan
menggunakan sistem setengah sekam, yang penghantar panas yang buruk sehingga kurang
berarti pada saat ayam berumur 16-18 hari menghangatkan bagian yang disekatnya.
seluruh sekam dibuang dan alas kandang Jumlah ayam yang dipelihara oleh peterna-
dibiarkan tanpa sekam. kan Furqon ialah 4.000 ekor, dengan mengguna-
Peternakan milik Furqon menggunakan kan satu kandang yang kepadatannya 16-17 ekor
2
kandang berbentuk panggung setinggi 3 m, per m . Kondisi tersebut sangat padat dan sangat
dengan bahan kayu dan bambu serta dinding menghambat pertumbuhan ayam.
tertutup tirai (kandang tertutup). Pondasi kandang Perbedaan pelaksanaan manajemen peme-
terbuat dari kayu dan atap kandang terbuat dari liharaan pada keempat peternak plasma ditimbul-
seng dan tidak menggunakan sistem monitor, kan oleh besarnya skala pemeliharaan yang
sehingga ventilasi udara sangat mengandalkan dilaksanakan dan modal yang dimiliki peternak.
kinerja blower, jika blower tidak bekerja dengan Semakin besar skala pemeliharaan akan semakin
baik, suhu kandang akan cepat naik akibat dari banyak pula modal yang diperlukan, karena untuk
bahan atap yang terbuat dari seng. Selain itu, menghindari risiko kerugian akibat tingkat

Vol. 7 No.1
58 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging

kematian ayam yang tinggi, maka peternak harus Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena jika
melaksanakan manajemen pemeliharaan sesuai pemanasan kurang akan mengganggu pertum-
standar yang memerlukan biaya banyak. buhan ayam. Bobot badan ayam akan menjadi
tidak rata dan proses pembentukan kekebalan
Analisis Kelayakan Usaha tubuhnya terganggu, akibatnya ayam banyak
yang kerdil dan mudah terserang penyakit.
Aspek teknis Permasalahan lain yang sering terjadi
Analisis teknis dilakukan untuk menilai adalah tingkat kematian ternak/deplesi yang
pelaksanaan manajemen usaha peternakan ayam tinggi. Kematian ternak/deplesi secara umum
pedaging yang meliputi manajemen pemeliharaan disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penyakit
periode starter, periode pertumbuhan, dan periode dan nonpenyakit.
panen. Pelaksanaan ketiga periode tersebut Penyakit yang sering menyerang ayam
sangat menentukan kesuksesan usaha ayam pada periode pertumbuhan adalah gumboro,
pedaging. Pertumbuhan ayam akan terganggu, CRD, newcastle disease (ND), coccisiosis, bakteri
bila manajemen pemeliharaan pada periode ter- Escherichia coli, dan jamur. Penyebab timbulnya
sebut tidak dilaksanakan sesuai dengan standar, penyakit pada ayam yaitu, mutu DOC jelek,
yang pada akhirnya bobot badan yang dihasilkan sehingga ketahan tubuhnya lemah, kegagalan
tidak optimal dan feed conversion rate (FCR) akan sanitasi ketika mempersiapkan kandang, kegagal-
lebih tinggi daripada standar umur panen pada an vaksinasi, terinfeksi penyakit, dan faktor lain,
bobot 1,55 yang dicapai pada kisaran pemelihara- seperti stres.
an hari ke 32, atau 33. Aspek nonpenyakit dapat terjadi antara lain
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan karena terinjak pekerja, penumpukan DOC akibat
keempat peternak kurang melaksanakan mana- kedinginan, atau stres yang berlebihan dan
jemen brooding yang baik, seperti lama dimakan oleh binatang pemangsa. Di antara
pemanasan dan kepadatan per brooder, sehingga keempat peternakan yang dikaji, peternakan milik
pertumbuhan awal minggu yang menjadi kunci Munir adalah yang paling rentan terhadap
sukses pemeliharaan ayam sering kali tidak terjadinya deplesi. Atap kandang milik Munir yang
tercapai, yang pada akhirnya berdampak kurang terbuat dari rumbia dan sistem kandang setengah
baik bagi pendapatan peternak. Tabel 2 menam- tertutup akan menyebabkan ternak terancam
pilkan lamanya pemanasan dan kepadatan per kedinginan. Selain itu populasi ayam sebanyak
2
brooder pada masing-masing peternak. 16-17 ekor per m tergolong terlalu padat,
sehingga membuat ayam stres.
Tabel 2. Lama pemanasan dan kepadatan per brooder Pada periode panen sering terjadi
Kepadatan permasalahan pada penentuan jadwal panen.
Nama Peternak/ Lama Keempat peternak plasma mengeluhkan sering
Brooder
No Skala Pemeliharaan Pemanas- terjadi keterlambatan panen yang dilakukan oleh
(ekor/
(ekor) an (hari)
brooder) inti. Keterlambatan panen mengakibatkan
1 Edi Hidayat/22.000 10 800 kerugian bagi peternak, karena pertumbuhan
2 H. Diding/14.000 10 800 ayam akan mencapai puncak pada umur 32-33
3 Furqon/8.000 10 1000 hari, sedangkan biaya operasional harus tetap
4 Munir/4.000 10 1000 dikeluarkan untuk mempertahankan bobot badan
yang telah dicapai. Sebaliknya pada saat harga
Satu hari sebelum DOC datang, seharusnya pasar naik perusahaan inti memaksa memanen
pemanas dinyalakan agar temperatur di sekitar ayam sebelum waktunya. Percepatan panen
lingkungan kandang sudah hangat dan merata. merugikan peternak, karena ayam belum
Namun berdasarkan pengamatan di lapangan, mencapai bobot yang optimal
keempat peternak biasanya menyalakan pemanas
hanya beberapa jam sebelum DOC masuk, Aspek keuangan
bahkan ada peternak yang menyalakan pemanas Analisis finansial dilakukan untuk mengeta-
bersamaan dengan penempatan DOC ke dalam hui jumlah modal, jenis-jenis penggunaannya
lingkaran. Hal ini akan menyebabkan lingkaran dalam pendirian dan pelaksanaan usaha
tidak langsung hangat sehingga DOC memerlu- peternakan ayam pedaging dengan mengidentifi-
kan waktu lebih lama untuk beradaptasi. kasi aliran kas yang ada. Aliran kas (cashflow)
Pemanasan sebaiknya dilakukan hingga anak dihitung berdasarkan perkiraan pemasukan
ayam berumur 18-21 hari, namun seperti yang (inflow) dan pengeluaran (outflow) yang terjadi
terlihat pada Tabel 2, keempat peternak hanya sebagai konsekuensi dari pengadaan, serta
melakukan pemanasan anak ayam hingga umur operasi suatu usaha dalam kurun waktu tertentu.
10 hari. Selain itu, kepadatan per brooder pada Inflow dalam usaha peternakan ayam pedaging
peternakan milik Furqon dan Munir juga terlalu berasal dari penjualan ayam panen, pupuk
padat, yaitu 1.000 ekor per brooder, sedangkan kandang, karung pakan, dan insentif selisih FCR,
kepadatan yang ideal adalah 750-800 ekor. sedangkan outflow berasal dari biaya investasi
Hal ini dilakukan untuk menekan biaya dan biaya operasional.
pemanas akibat tingginya harga bahan bakar gas.

SUBKHIE ET AL Manajemen IKM


Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging 59

Inflow merupakan penerimaan yang berhasil Tabel 4. Biaya investasi per periode produksi
diterima oleh peternak plasma setelah ayam Nilai per Jenis Investasi Jumlah
dipanen pada setiap periode produksi. Dalam Skala
(Rp. dalam juta) (Rp.
kajian ini penerimaan dari penjualan ayam panen No Pemeliha-
dalam
dihitung dengan asumsi kematian/deplesi ayam raan (ekor) Tanah Kandang Peralatan
juta)
pada masa pemeliharaan 4%, bobot ayam 1,55 1 22.000 172 253 11 436
kg/ekor dan harga garansi Rp 12.070/kg. 2 14.000 92 161 7 260
Penerimaan dari penjualan pupuk kandang 3 8.000 32 92 4 128
2
diperoleh dengan asumsi bahwa setiap 1 m 4 4.000 12 46 2 60
kandang menghasilkan setengah karung pupuk
kandang dengan harga jual Rp 3.000/karung. Biaya operasional usaha peternakan ayam
Penerimaan dari insentif FCR diperoleh jika pedaging terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak
peternak berhasil mencapai FCR di bawah FCR tetap. Biaya tetap terdiri atas pembelian sekam,
standar (1,65). Penerimaan dari karung pakan listrik, penyusutan kandang, dan penyusutan
diperoleh dari penjualan dengan harga Rp peralatan, sedangkan biaya tidak tetap terdiri atas
1.500,00/karung. Tabel 3 menunjukkan jumlah pembelian DOC, pakan, tenaga kerja, gas,
penerimaan yang dapat diterima oleh peternak sanitasi dan biosekuriti serta obat-obatan dan
plasma dari empat skala pemeliharaan pada vaksin. Jumlah biaya operasional peternakan
setiap periode produksi. ayam pedaging pada masing-masing skala
pemeliharaan ditampilkan pada Tabel 5. Tabel
Tabel 3. Jumlah penerimaan per periode produksi tersebut menunjukkan bahwa biaya operasional
Skala Jumlah Penerimaan Berdasarkan tertinggi, yaitu pada skala pemeliharaan 22.000
No Pemeli- Nilai FCR (Rp) ekor dengan niali FCR 1,7. Tingginya biaya
haraan 1,5 1,6 1,7 tersebut ditentukan oleh jumlah pakan yang
1 22.000 405.412.800 403.121.280 399.520.320 dihabiskan dalam periode produksi yang terjadi,
2 14.000 258.033.600 256.575.360 254.283.840 karena pakan menyerap 80% dari seluruh biaya
3 8.000 147.379.200 146.545.920 145.236.480 operasional. Biaya operasional akan semakin
4 4.000 73.569.600 73.152.960 72.498.240 tinggi, jika penggunaan pakan tidak efisien dan
nilai FCR tinggi.
Tabel 3 menunjukkan adanya penerimaan
yang berbeda bergantung pada skala Tabel 5. Biaya operasional per periode produksi
pemeliharaan dan nilai FCR yang dicapai. Skala Jumlah Biaya Operasional Berdasarkan
Peternak plasma akan mendapatkan penerimaan No Pemeliha- Nilai FCR (Rp)
optimal, jika beternak pada skala pemeliharaan raan (ekor) 1,5 1,6 1,7
tinggi dengan efisiensi penggunaan pakan tinggi, 1 22.000 367.794.111 385.867.111 403.940.111
atau nilai FCR di bawah standar. 2 14.000 234.143.889 245.644.889 257.145.889
Outflow dalam analisis kelayakan usaha 3 8.000 133.850.222 140.422.222 146.994.222
peternakan ayam pedaging terdiri atas biaya 4 4.000 66.969.111 70.255.111 73.541.111
investasi dan biaya operasional. Biaya-biaya
tersebut mencerminkan pengeluaran yang terjadi Identifikasi aliran kas yang telah dilakukan
pada setiap periode produksi. dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan
Biaya investasi adalah biaya yang finansial untuk menilai kelayakan usaha. Dalam
dikeluarkan pada awal usaha untuk memenuhi kajian ini digunakan beberapa kriteria kelayakan
kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan usaha, yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Analisis
untuk mewujudkan usaha tersebut. Pada peterna- kelayakan finansial dilakukan dengan mengguna-
kan ayam pedaging dengan pola kemitraan, biaya kan tingkat suku bunga 16%. Tingkat suku bunga
investasi dikeluarkan pada awal usaha secara 16% merupakan tingkat suku bunga rataan di
keseluruhan. Biaya investasi untuk usaha tersebut beberapa bank pemerintah selama periode
terdiri atas biaya tanah, kandang, dan peralatan. Februari-Agustus 2009. Kriteria ini dilakukan
Umur ekonomis untuk kandang 15 tahun dan untuk melihat sejauh mana kelayakan usaha
peralatan 10 tahun. Jumlah biaya investasi tersebut jika peternak menggunakan modal
peternak plasma pada masing-masing skala pinjaman dari bank pemerintah yang ada.
pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan aliran kas dapat dianalisis
Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya investasi kelayakan finansial berdasarkan kriteria-kriteria
tertinggi pada peternakan ayam pedaging di yang telah ditentukan. Perhitungan analisis
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, ialah kelayakan usaha hanya dilaksanakan pada
untuk pembuatan kandang. Biaya pembuatan periode produksi dengan nilai FCR 1,5 dan 1,6,
kandang membutuhkan 58-76% dari keseluruhan karena berdasarkan perhitungan aliran kas,
biaya investasi. Biaya pembelian tanah tidak periode produksi dengan nilai FCR 1,7 tidak
terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan biaya mendatangkan keuntungan bagi peternak (rugi).
kandang, karena harga tanah di daerah tersebut Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternak-
masih relatif murah. an ayam pedaging dengan tingkat suku bunga

Vol. 7 No.1
60 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging

16% (Tabel 6), dengan keterangan bahwa nilai dikeluarkan diharapkan dapat terserap secara
NPV yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam optimal oleh ayam untuk meningkatkan
pedaging untuk keempat skala pemeliharaan pertumbuhan bobot badan, sehingga nilai FCR
pada nilai FCR 1,5 dan 1,6 bernilai positif, dimana rendah (Fadilah, 2005).
semakin tinggi atau berbanding lurus dengan Perubahan nilai FCR sangat sensitif dan
banyaknya skala pemeliharaan. Artinya bahwa berpengaruh pada besarnya keuntungan peternak
nilai sekarang (present value) dari pendapatan plasma. Nilai FCR yang meningkat menyebabkan
yang diterima bernilai positif selama 10 tahun melonjaknya biaya pakan yang harus dikeluarkan,
pada tingkat suku bunga 16%. Dengan hasil karena kenaikan nilai FCR berhubungan erat
analisis NPV, usaha peternakan ayam pedaging dengan harga pakan yang sudah ditentukan oleh
dengan nilai FCR 1,5 dan 1,6 dinyatakan sangat perusahaan inti. Sebagai pihak yang tidak
layak. memiliki modal, peternak plasma sering tidak
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa berdaya jika terjadi kenaikan harga pakan yang
nilai IRR pada FCR 1,5 untuk keempat skala diberikan oleh perusahaan inti, sehingga jika
pemeliharaan, seluruhnya bernilai di atas bunga kebutuhan pakan meningkat akibat dari tidak
yang berlaku (16%), sedangkan nilai IRR untuk berhasilnya menurunkan nilai FCR, maka
FCR 1,6 di bawan 16%. Nilai ini menunjukkan peternak plasma akan mengalami kerugian
bahwa peternak tidak akan rugi, jika dana yang berlipat-lipat.
dimiliki digunakan untuk investasi terhadap usaha Faktor penyebab tingginya nilai FCR adalah
peternakan, dengan syarat nilai FCR 1,5. Kemam- pemberian pakan berlebihan, tempat pakan yang
puan usaha peternakan dengan nilai FCR 1,5 tidak memenuhi standar, sehingga banyak pakan
untuk mengembalikan modal yang digunakan yang tercecer, ayam terserang penyakit, terutama
lebih besar dari discount factor yang digunakan terjangkit penyakit saluran pernapasan sehingga
(16%). Dengan kata lain, ditinjau dari kriteria IRR, nafsu makan menurun, kandungan gas amonia di
usaha ini telah memenuhi kriteria kelayakan dalam kandang tinggi, suhu dalam kandang tinggi,
finansial. serta mutu pakan kurang baik.
Kenaikan FCR dapat menurunkan, bahkan
Tabel 6. Hasil analisis kelayakan finansial usaha menghilangkan keuntungan peternak plasma dari
peternakan ayam pedaging (DF 16%) insentif yang diberikan oleh perusahaan inti. Tabel
Indikator Nilai per tingkat FCR 7 menunjukkan besarnya keuntungan yang
No didapatkan peternak plasma per periode produksi
kelayakan 1,5 1,6
Edi Hidayat (22.000 ekor) berdasarkan nilai FCR.
1. NPV 654.918.085 64.359.939 Tabel 7 menunjukkan bahwa keuntungan
2. IRR 25,10% 4,44% paling banyak pada peternak plasma dengan
3. B/C Ratio 2,502 1,148 skala pemeliharaan 22.000 ekor. Besarnya
H. Diding (14.000 ekor) keuntungan akan sebanding dengan banyaknya
1. NPV 432.786.449 56.976.720
pemeliharaan ayam yang dilakukan. Peternak
2. IRR 26,21% 5,03%
plasma akan mendapatkan keuntungan lebih
optimal, jika dapat menekan nilai FCR sampai 1,5.
3. B/C Ratio 2,665 1,219
Namun demikian, keuntungan akan menurun
Furqon (8.000 ekor)
sejalan dengan naiknya nilai FCR, bahkan
1. NPV 264.331.763 49.583.346
peternak plasma akan merugi, jika nilai FCR sama
2. IRR 28,66% 6,18% dengan nilai standar perusahaan inti (1,65).
3. B/C Ratio 3,065 1,387 Peternak yang paling merugi pada nilai FCR
Munir (4.000 ekor) standar adalah peternak plasma dengan skala
1. NPV 131.409.986 24.035.777 pemeliharaan 22.000 ekor.
2. IRR 28,89% 5,64%
3. B/C Ratio 3,190 1,401
Tabel 7. Keuntungan peternak plasma berdasarkan
Net B/C yang dihasilkan pada tingkat nilai FCR
diskonto 16%, yaitu bernilai positif pada keempat Skala Keuntungan Peternak Berdasakan
skala pemeliharaan dengan FCR 1,5 dan 1,6. No Pemeliha- Nilai FCR (Rp)
Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap raan (ekor) 1,5 1,6 1,7
pengeluaran biaya Rp1 akan menghasilkan 1. 22.000 37.618.689 17.254.169 (4.419.791)
manfaat Rp1,148 dan Rp3,190, atau pendapatan 2. 14.000 23.889.711 10.930.471 (2.862.049)
bersih yang diperoleh adalah sebesar 1,148 dan
3. 8.000 13.528.978 6.123.698 (1.757.742)
3,190 kali dari biaya yang dikeluarkan.
4. 4.000 6.600.489 2.897.849 (1.042.871)
Aspek Sensitivitas Terhadap Perubahan FCR
Secara ekonomis, keuntungan yang diper-
oleh sangat ditentukan oleh biaya pakan, karena
biaya pakan mencapai 70-80% dari biaya
produksi total. Banyaknya biaya pakan yang

SUBKHIE ET AL Manajemen IKM


Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging 61

Analisis SWOT ancaman yang ada. Berdasarkan hasil analisis


diperoleh formulasi strategi berikut: (1)
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan,
Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan
Peluang, dan Ancaman
penyakit, serta (2) Mengoptimalkan pemanfaatan
Identifikasi faktor lingkungan dikelompok-
sapronak untuk pencegahan penyakit dan
kan atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan
mengurangi polusi bau.
ancaman, yang merupakan hasil dari pengem-
Penyakit merupakan ancaman yang paling
bangan peternakan plasma di empat wilayah
berbahaya terhadap kelangsungan usaha peter-
kajian, secara deskriptif kualitatif, yaitu tidak
nakan ayam, maka peternak harus melaksanakan
digunakan pendekatan rating (skor) dan bobot
manajemen pemeliharaan ternak sebaik mungkin
memuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
dengan memanfaatkan sapronak yang diterima
dan matriks External Factor Evaluation (EFE),
dari perusahaan inti, seperti desinfektan untuk
karena data dan informasi yang digunakan
mensterilkan kandang dan peralatannya, serta
bersumber dari kuesioner terbuka kepada
obat-obatan dan vaksin yang berguna untuk
responden terbatas (pemilik peternakan plasma).
mengobati ternak sakit dan mencegah ternak dari
Hasil identifikasi sebagai kekuatan: (1) SDM
serangan penyakit. Peternak juga harus banyak
berpengalaman dalam menjalankan usaha peter-
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman
nakan ayam pedaging, (2) Menerima hutang
dengan peternak lain yang berkaitan dengan
sapronak dari inti, (3) Terjaminnya pasokan
penanganan penyakit yang mungkin terjadi.
sapronak; dan kelemahannya (1) Kurang ber-
Di samping penyakit, peternak juga harus
inovasi, karena terikat dengan inti, (2) Manajemen
memperhatikan ancaman dari penduduk sekitar
pemeliharaan kurang memenuhi standar dan (3)
yang terganggu oleh bau dari kotoran kandang.
Kurangnya pemahaman peternak plasma ter-
Untuk menghadapi permasalahan tersebut,
hadap isi surat perjanjian kerja sama.
peternak dapat memanfaatkan sapronak seperti
Peluangnya adalah (1) Mendapatkan bim-
kapur yang ditaburkan ke alas kandang, agar
bingan teknis dari inti, (2) Dukungan pemerintah
kandang tetap kering dan tidak menimbulkan bau.
terhadap usaha peternakan dengan pola
kemitraan, dan (3) Terjaminnya pemasaran hasil 3. Strategi W - O
panen ayam. Ancaman eksternalnya (1) Strategi ini didapatkan dengan usaha
Terserang wabah penyakit, (2) Gejolak sosial menekan, atau meminimalisasi kelemahan yang
dikarenakan bau ayam yang ditimbulkan, serta (3) dimiliki peternak untuk memanfaatkan peluang
Ketepatan waktu panen. yang ada saat ini. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh beberapa formulasi strategi berikut: (1)
Penyusunan Mekanisme Operasional Usaha Bersikap proaktif untuk menanggulangi per-
Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola masalahan teknis yang terjadi, (2) Menggunakan
Kemitraan sapronak yang diterima seefisien mungkin untuk
Penyusunan mekanisme operasional usaha menghasilkan produksi optimal.
peternakan ayam pedaging dengan pola Peternak harus aktif bertanya kepada
kemitraan diformulasikan dengan Matriks SWOT perusahaan inti pada saat melakukan bimbingan
(Rangkuti, 2003), pada Gambar 1 dan rinciannya teknis, berkaitan dengan manajemen pemelihara-
sebagai berikut: an yang baik. Peternak dapat berkonsultasi
dengan dinas yang menangani bidang peternakan
1. Strategi S - O
mengenai surat perjanjian yang akan ditanda-
Strategi ini didapatkan dengan memanfaat-
tangani, agar tidak merugikan dirinya.
kan dan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki
Kelemahan peternak plasma yang sulit
oleh peternak plasma untuk mengambil, atau
berinovasi dalam penggunaan sapronak, harus
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan
ditanggulangi dengan memanfaatkan seefisien
hasil analisis diperoleh beberapa formulasi
mungkin sapronak yang diterima dari inti untuk
strategi: (1) Meningkatkan produktivitas untuk
menghasilkan produksi optimal, sehingga peter-
meningkatkan keuntungan dan (2) Meningkatkan
nak benar-benar dapat memanfaatkan jaminan
efisiensi penggunaan sapronak.
pemasaran oleh yang dilakukan oleh inti.
Peternak plasma harus menggunakan
keterampilannya secara optimal untuk meningkat- 4. Strategi W - T
kan produksi, sehingga dapat menghasilkan lebih Strategi ini didapatkan melalui usaha
banyak keuntungan yang didapatkan dari hasil meminimalisasi kelemahan yang dimiliki peternak
pemasaran oleh perusahaan inti. Peternak plasma dan kelompok peternak untuk mengantisipasi
juga harus meningkatkan efisiensi penggunan ancaman, atau untuk menghadapi kemungkinan
sapronak, sehingga biaya operasional yang harus ancaman yang ada dari lingkungan eksternal.
dibayarkan kepada perusahaan inti dapat ditekan Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa
seoptimal mungkin. formulasi strategi berikut: (1) Meningkatkan
manajemen pemeliharaan sesuai standar, (2)
2. Strategi S - T
Meningkatkan pengetahuan peternak mengenai
Strategi ini didapatkan dengan mengopti-
manajemen pemeliharaan ayam.
malkan kekuatan peternak dalam mengantisipasi

Vol. 7 No.1
62 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


Faktor Internal
S1. SDMyang berpengalaman W1. Kurang berinovasi karena
dalam menjalankan usaha terikat dengan inti
peternakan ayam pedaging W2. Manajemen pemeliharaan yang
S2. Menerima hutang sapronak dari kurang memenuhi standar
inti W3. Kurangnya pemahaman
Faktor Eksternal S3. Terjaminnya pasokan sapronak peternak plasma terhadap isi
surat perjanjian kerja sama
PELUANG (O) Strategi SO Strategi WO

O1. Mendapatkan bimbingan tek- 1. Meningkatkan produktivitas un- 1. Bersikap proaktif untuk menang-
nis dari inti tuk meningkatkan keuntungan gulangi permasalahan teknis
O2. Dukungan pemerintah terha- (S1,S2;O3) yang terjadi (W2,W3;O1,O2)
dap usaha peternakan 2. Meningkatkan efisiensi penggu- 2. Menggunakan sapronak yang
dengan pola kemitraan. naan sapronak (S2,S3;O3) diterima seefisien mungkin untuk
O3. Terjaminnya pemasaran hasil menghasilkan produksi optimal
panen ayam (W1;O3)
ANCAMAN (T) Strategi ST Strategi WT

T1. Terserang wabah penyakit 1. Meningkatkan pengetahuan ten- 1. Meningkatkan manajemen pe-
T2. Gejolak sosial dikarenakan tang penanganan penyakit (S1; meliharaan sesuai standar (W2;
bau ayam yang ditimbulkan. T1,T2) T1,T2)
T3. Ketepatan waktu panen 2. Mengoptimalkan pemanfaatan 2. Meningkatkan pengetahuan pe-
sapronak (S2,S3;T1,T2) ternak mengenai manajemen
pemeliharaan ayam (W2 ;T3)
Gambar 1. Matriks analisis SWOT usaha peternakan ayam pedaging

Keterangan : - (Si ; Oi) atau (Wi ; Oi) atau (Si ; Ti) atau (Wi ; Ti) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal
dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi - i = 1,2,……..n

Peternak harus mengubah anggapan melaksanakan manajemen pemeliharaan


bahwa pelaksanaan manajemen pemeliharaan di ayam sesuai standar, khususnya pada
bawah standar bukanlah suatu penghematan periode starter/brooding. Keempat peternak
biaya operasional, namun merupakan sumber terbiasa menyalakan pemanas hanya
masalah yang dapat menyebabkan rendahnya beberapa jam sebelum DOC masuk, yang
kekebalan ayam terhadap penyakit dan dapat seharusnya pemanas dinyalakan satu hari
menghambat pertumbuhan bobot badan. sebelum DOC datang. Pemanasan hanya
Peternak juga harus meningkatkan pengetahuan dilakukan selama 10 hari, atau kurang dari
tentang manajemen pemeliharaan ternak yang standar lama pemanasan, yaitu 18-21 hari.
baik, sehingga pada saat dipanen ayam dalam Kepadatan per brooder pada peternakan milik
kondisi menguntungkan. Furqon dan Munir terlalu padat, yaitu 1.000
ekor per brooder, yang seharusnya 750-850
ekor per brooder. Analisis kelayakan finansial
KESIMPULAN
terhadap usaha peternakan ayam pedaging
dengan pola kemitraan, dengan tingkat suku
1. Hasil analisis manajemen usaha peternakan
bunga 16%, dapat dikatakan layak dan
ayam pedaging, yaitu Edi Hidayat dengan
dikembangkan, jika dapat mencapai nilai FCR
skala pemeliharaan 22.000 ekor dengan
1,5. Dalam hal ini, nilai FCR yang semakin
kandang permanen memenuhi standar dan
naik akan menurunkan keuntungan peternak,
kepadatan populasi per kandang sudah cukup
2 bahkan peternak akan merugi, jika nilai FCR
baik, yaitu 8-9 ekor per m ; H. Diding dengan
lebih besar dari nilai FCR standar (1,65).
skala pemeliharaan 14.000 ekor dengan
3. Alternatif strategi dari hasil analisis SWOT
kandang permanen berbahan atap asbes,
adalah meningkatkan produktivitas untuk
kurang baik dalam meredam panas, kandang
2 meningkatkan keuntungan, meningkatkan
terlalu padat (13 ekor per m ); Furqon dengan
efisiensi penggunaan sapronak, bersikap
skala pemeliharaan 8.000 ekor dan Munir
proaktif untuk menanggulangi permasalahan
dengan skala pemeliharaan 4.000 ekor masih
teknis yang terjadi, meningkatkan pengetahu-
menggunakan kandang tidak standar (tinggi
an tentang penanganan penyakit, mengopti-
kandang 3 m, atau < 3,5 – 4 m), kepadatan
malkan pemanfaatan sapronak, meningkat-
kandang milik Furqon terlalu padat (11-12
2 2 kan manajemen pemeliharaan sesuai stan-
ekor per m ) dan Munir 16 – 17 ekor per m .
dar, dan meningkatkan pengetahuan peter-
2. Hasil analisis kelayakan usaha dari aspek
nak mengenai manajemen pemeliharaan
teknis, yaitu keempat peternak kurang
ayam yang baik.

SUBKHIE ET AL Manajemen IKM


Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging 63

DAFTAR PUSTAKA Rangkuti F. 2003. Analisis SWOT: Teknik


Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Blessing. 2007. Himpunan Undang-undang dan Pustaka Utama, Jakarta.
Peraturan tentang Waralaba Direct Selling.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging.
Blessing, Jakarta.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Fadilah R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan
Sutawi. 2007. Agribisnis Peternakan. Kapita
Ayam Broiler Komersial. Agromedia
selekta. Universitas Muhamadiyah Malang
Pustaka, Jakarta.
Press, Malang.

Vol. 7 No.1

Anda mungkin juga menyukai