Anda di halaman 1dari 56

1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN


CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN SUKAMULYA II
DENGAN METODE DEMONTRASI
DAN
UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
KEPAHLAWANAN DAN PATRIOTISME TOKOH-
TOKOH DI LINGKUNGAN ANAK MELALUI
PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL
DAN NON VERBAL

Diajukan untuk memenuhi salah sarat sertifikasi


guru dalam jabatan

Disusun Oleh :

Nama :
NIM :
Pokjar :

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2009
2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian


Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya
II Dengan Metode Demontrasi
dan
Upaya Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran
Kepahlawanan dan Patriotisme Tokoh - Tokoh di
Lingkungan Anak Melalui Pemberian Penguatan
Verbal dan Non Verbal

Nama Mahasiswa : Suryani

NIM : 814886923

Program Studi : PGSD S1

Pokjar : Garut

Tempat Penelitian : SDN Sukamulya II Kab. Garut

Garut, Agustus 2009

Menyetujui,
Kepala Sekolah Peneliti

Drs. H. Kaerudin Kurniawan, M.Pd. Yeti Hadiati, S.Pd.I


NIP. 1966 0108 1990 021001 NIM. 814886923
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat
rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan
pembelajaran ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan
ini berdasarkan observasi di Sekolah Dasar Negeri Sukamulya II UPTD
Pendidikan Kab. Garut. Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501).
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
pendidikan dimasa yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini
penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin
mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Khaerudin Kurniawan, M.Pd. selaku tutor Mata Kuliah


Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501), yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan
laporan ini.
2. Bapak Unang Kuswara, S.Ag. selaku kepala sekolah SDN Sukamulya II
yang telah memberikan izin dan bantuan terhadap penulis pada saat
menulis laporan ini.
3. Kepada seluh pengawas TK/SD yang telah memberikan dukungan pada
saat penulis menyelesaikan laporan ini.
4. Suami dan anak tercinta yang penuh pengertiannya memberikan dorongan
doa dan semangat kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
4

5. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada


proses penyusunan laporan ini.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal
shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu serta kemampuan professional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada
khususnya.

Garut, Agustus 2009

Penulis
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ……………………………..…………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………….…………... iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… v
DAFTAR GRAFIK …………………………………………………….. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 2
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Konsep Pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia …………………… 4
B. Konsep Belajar ……………………………………………...…… 7
C. Strategi Belajar Mengajar ……………………………………….. 8
D. Penelitian Tindakan Kelas ………………………….…………… 9

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek Penelitian ………………………………………………... 11
B. Deskripsi Per Siklus ……………………………………………... 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 19
B. Temuan dan Refleksi …………………….……………………… 22
C. Pembahasan …………………………………………….……….. 24

BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN TINDAK LANJUT


A. Kesimpulan ………………………………………………………. 28
B. Saran ……………………………………………………………... 28
C. Tindak Lanjut …………………………………………………….. 28

DAFTAR PUSTAKA 28
…………………………………………………...

LAMPIRAN
6

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ………………...… 12


Tabel 3.2 Lembar Observasi Siklu I Mata Pelajaran IPA ………………..... 16
Tabel 3.3 Lembar Observasi Siklu II Mata Pelajaran IPA ………………… 17
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I ………. 19
Tabel 4.2 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPA …... 20
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus II ……… 21
Tabel 4.4 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPA …... 22
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I dan II
SDN Cimaragas III Kec. Pangatikan Kab. Garut ……………….. 25
7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Mata Pelajaran Matematika
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan
masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap
sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang
mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat
sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah
menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru
dianggap mutunya rendah.
8

Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh


negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika
Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk
pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang
mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk
sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya
Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru,
sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak
sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di
mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif
terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan
kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui
penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak
sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum
terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak
pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai
pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai
birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan
lainnya (horizontal).
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih
terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan,
dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah.
Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan
pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat
dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah
kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial.
9

Yang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang


sejuk, dan perlindungan hukum.
Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan,
dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus
secara jujur diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya
mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru
umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru,
tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-
negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti
tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi
kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi
kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil
tindakan indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu
pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya
untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk
kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula
status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas.
Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan
guru sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon
mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat
kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang
"kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak
menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik
bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama
dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis.
Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa
diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak
10

lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga


rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan
yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru
lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru,
menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru
juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan
merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot
pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan
dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan
guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki.
Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan
kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah
terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi
pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang
memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai
calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena
mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada
mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak,
kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat
ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena
bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa
diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung
pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang
memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak
memberi keuntungan materi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan
guru untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya.
Masyarakat mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu.
11

Di sisi lain, LPTK mengkhawatirkan semakin merosotnya minat calon


mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran
perguruan tinggi tersebut pada akhirnya beralamatkan kepada pemerintah
juga.
Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan
guru dan mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa
dicoba untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah
minimal program studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah
amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari
kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada suatu titik di
mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudah-
mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru
bantu.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk
memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru
masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu
pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu
sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau
meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya
diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka
harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan,
karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang
baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian
seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan
suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias menerima
pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses
pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil
belajarpun akan meningkat.
12

Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta


melihat perolehan hasil belajar matematika SDN Sukamulya II Kec.
Pangatikan Kab. Garut di Kelas IV yang masih jauh dari hasil belajar yang
sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu dengan perolehan hamper 60 %
siswa mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian,
penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme
belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan
kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN
Sukamulya II dengan metode demontrasi .

2. Mata Pelajaran IPS


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan denganisu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS,peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang
cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami
perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan
dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih
luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Adapun tujuan mata pelajaran IPS yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
13

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
social.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu bidang studi yang
rumit, karena ruang lingkupnya sangat luas dan merupakan gabungan dari
ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan
antropologi. IPS memfokuskan perhatiannya pada peranan manusia dalam
masyarakat terutama dalam situasi global saat ini.

Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan


kegiatan, yaitu dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk
membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti
melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada pembelajaran.
Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap
tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.

Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar


ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan
upaya memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan dan patriotisme
tokoh-tokoh di lingkungan anak melalui penguatan verbal dan non verbal.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume
pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran diharapkan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
14

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka
penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
1). Bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada
siswa ?
2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran matematika ?
3). Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika?
2. Mata Pelajaran IPS
1). Bagaimana cara memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan
agar pembelajaran bisa dipahami secara merata ?
2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran
IPS ?
3) Apakah pemberian penguatan verbal dan non verbal dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
a. Meningkatkan penguasaan perkalian pada siswa.
b. Meningkatkan proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika.
c. Meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
2. Mata Pelajaran IPS
a. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar
pembelajaran bisa dipahami secara merata.
b. Meningkatkan proses belajar mengajar pada Mata Pelajaran IPS.
c. Meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar dengan metode
pemberian penguatan verbal dan non verbal.

D. Manfaat Penelitian
15

Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai


berikut :
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan
pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan
dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga
pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan
pada Mata Pelajaran lain.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk
dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di Sukamulya II,
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar IPS itu mudah dan
menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.
d. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam
upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika


Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak
dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu
adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya
pada mata pelajaran matematika.
“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and
relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan
satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of
thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan
mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3).
Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi
16

internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan
didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan
untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu
sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian
matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang


dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah
matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana
untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi
199 : 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep


pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual
siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna
untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru
dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan
yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram
matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh
siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat
menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna
untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari
sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat
dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis,
dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus
berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif
belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi
yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima,
atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.
(Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan


penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka
17

siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus


terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses
pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses
pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang
hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan
kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
.
B. Konsep Pembelajaran Mata Pelajaran IPS
Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru
mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan
materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses
pembelajarannya.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-
11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang
akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah
sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami
(abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat
abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan
(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep
abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
18

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan


konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan
pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak
itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi
dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak
dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan
lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan
pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari
yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya.

C. Srtategi Belajar Mengajar


Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy


Policy and Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha
akan mencakup keempat hal sbb :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti


apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan
aspirasi dan selera masyarakat.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang


dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan


ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang


harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha
tersebut.
19

Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat


disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru
dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan
suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan
menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

D. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki


pengertian sebagai berikut :

1.      Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.

2.      Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.

3.      Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan


nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
20

Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :

1.    Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah

2.   Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah


pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas

3.      Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan

4.     Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,


sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

  Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik


tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1.      Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin,


karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin
dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain
penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal
yang sudah ada.

2.      Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


21

Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan
hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus
sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan
lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul.
Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi
dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut
materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik
pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode,
atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau
eksperimen.

3.      SWOT sebagai dasar pijakan

PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih


sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di
luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga
sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga
dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa
penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak
mengudang resiko.

4.      Upaya empiris dan sistemik

Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya


analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung
oleh unsur-unsur yang kait-mengait.

5.      Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan


22

SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum),


Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat
diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional,
tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang


paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu,
sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka
harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka
lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran
dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau
kegairahan yang tinggi.

  Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :

1.    Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini


peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal
sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.

2.     Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau


penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3.      Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh


pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit
apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan
siklus berikutnya.

4.      Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali


apa yang sudah dilakukan.  Dalam tahap ini, guru berusaha untuk
menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah
23

sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang masih
perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam


refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada
peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri
apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :

1.     Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran


dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.     Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan


sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk
menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti

3.     Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.

4.     Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam
arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

5.     Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga


pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang
dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

6.   Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh


sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang
dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3)
materi pelajaran,  (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan,
baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan
oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di
24

laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal
yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu
mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal,
pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan
milik siswa, dan lain-lain.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan
penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek
apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama
adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua,
adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas
guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik
dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum
melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar
tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,
tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai
tindakan.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV
SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab, Garut, mulai tanggal 3 Agustus
sampai dengan tanggal 15 Agustus 2009. Jadwal pelaksanaan perbaikan untuk
setiap pelajaran adalah sebagai berikut :
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
1. Siklus I, Tanggal 3 Agustus 2009
2. Siklus II, Tanggal 6 Agustus 2009
25

b. Mata Pelajaran IPS (Non Eksak)


1. Siklus I, Tanggal 11 Agustus 2009
2. Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2009

Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan


Kab. Garut diantaranya adalah jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 16
orang laki-laki dan 8 orang perempuan usia siswa rata-rata 9 – 10 tahun
dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat
tinggal tidak jauh dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus


1. Rencana Penelitian
Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah
bekerjasama dengan teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan
rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan
pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar penggunaan perkalian
cara susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
perkalian dalam mata pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara
umum yaitu :
a. Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan
perbaikan pembelajaran.
b. Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.
c. Menyusun kegiatan yang terdiri dari :
a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan
b). Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir).
c). Memilih metode pembelajaran
26

d). Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
e). Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai


berikut :

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Mata Pelajaran Matematika

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi


1. Senin, 3 Agustus Matematika I Menjelaskan operasi
2009 perkalian dan
pembagian
2. Kamis, 6 Agustus Matematika II Menjelaskan operasi
2009 perkalian dengan cara
susun

Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Mata Pelajaran IPS

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi


1. Selasa, 11 IPS I Menjelaskan
Agustus 2009 keteladanan pahlawan
khususnya pahlawan
dilingkungan sekitar
2. Sabtu, 15 Agustus IPS II Mencoba melakukan
2009 diskusi tentang
keteladanan pahlawan
dan menyebutkan
27

pahlawan yang ada di


lingkungan sekitar

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :


1). Pelajaran Matematika (Eksak)
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi
- Memeriksa hasil evaluasi
- Mmemberikan tindak lanjut
b. Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut

2). Pelajaran IPS (Non Eksak)


a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi
- Memeriksa hasil evaluasi
- Mmemberikan tindak lanjut
28

b. Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Mengadakan diskusi kelompok
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut

2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan
sebanyak dua siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II
terdapat kesinambungan yang baik. Adapun sekenario perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut :

1). Mata Pelajaran Matematika (Eksak)


a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam,
mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa agar
mengikuti proses pembelajaran yang
aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang
ada hubungannya dengan materi
pembelajaran yang dilaksanakan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan memberi
29

penjelasan tentang metode perkalian


dengan cara susun.
- Melaksanakan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi
kepada siswa secara individu
sebanyak 5 soal berbentuk isian.
- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap
siswa dan diberi nilai.
- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru
menyimpulkan materi dan
memberikan soal untuk pekerjaan
rumah sebagai tindak lanjut.

b. Siklus II
- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran Matematika
dilaksanakan pada jam ke tiga, guru
mengucapkan salam dan dijawab
oleh siswa. Sebelum pelajaran
dimulai, guru mengabsen siswa
selanjutnya guru langsung menarik
perhatian siswa agar mengikuti
proses pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara
klasikal dengan hal-hal yang ada
hubungannya dengan materi yang
disampaikan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi
pembelajaran tentang cara dan teknik
perkalian susun dengan cara
menggunakan korek api yang
kemudian dijadikan sebagai pecahan
30

jumlahan berulang sebagai operasi


perkalian.
- Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa
dianggap sudah memahami materi,
guru guru memberikan lembar
evaluasi secara individu sebanyak 5
soal berbentuik isian.
- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap
siswa dan ditemukan nilai dan
hasilnya dan selanjutnya guru
memberikan pekerjaan rumah
terhadap siswa sebagai tindak lanjut..

2). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan IPS (Non Eksak)


a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam,
mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa agar
mengikuti proses pembelajaran yang
aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang
ada hubungannya dengan materi
pembelajaran yang dilaksanakan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan memberi
penjelasan tentang karakteristik
seorang pahlawan.
- Melaksanakan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi
kepada siswa secara individu
sebanyak 5 soal berbentuk isian.
31

- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap


siswa dan diberi nilai.
- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru
menyimpulkan materi dan
memberikan soal untuk pekerjaan
rumah sebagai tindak lanjut.

b. Siklus II

- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran IPS dilaksanakan


pada jam ke dua, guru mengucapkan
salam dan dijawab oleh siswa.
Sebelum pelajaran dimulai, guru
mengabsen siswa selanjutnya guru
langsung menarik perhatian siswa
agar mengikuti proses pembelajaran
yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara
klasikal dengan hal-hal yang ada
hubungannya dengan materi yang
disampaikan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan menggunakan
teknik verbal dan non verbal
terhadap karakteristik pahlawan dan
pengertian pahlawan, serta
menyebutkan siapa saja pahlawan
yang berada di lingkungan sekitar.
- Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa
dianggap sudah memahami materi,
guru guru memberikan lembar
32

evaluasi secara individu sebanyak 5


soal berbentuik isian.
- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap
siswa dan ditemukan nilai dan
hasilnya . selanjutnya guru
memberikan pekerjaan rumah
terhadap siswa sebagai tindak lanjut.

3). Pengamatan dan Pengumpulan Data


a) Mata Pelajaran Matematika
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada
Mata Pelajaran Matematika dilakukan pengamatan oleh teman
sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Kurang
tujuan pembelajaran
2. Guru melaksanakan Baik
apresiasi
3. Guru menjelaskan materi Kurang
dengan memberi contoh
33

pengerjaan soal
4. Guru mengajukan Baik
pertanyaan kepada siswa
5. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
6. Siswa diberi kesempatan Kurang
untuk berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
8. Guru melaksanakan Baik
evaluasi
9. Guru memberikan tindak Baik
lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai


materi serta memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa
siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat
untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada
mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4
Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Baik
tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi Baik
dengan tanya jawab
3. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
4. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
6. Guru memberikan Baik
34

penguatan

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu


memberikan berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik
berbagai media yang didesain guru, maka siswa akan mudah
meningat apa yang sudah diberikan dalam proses pembelajaran.

b) Mata Pelajaran IPS


Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada
Mata Pelajaran Matematika dilakukan pengamatan oleh teman
sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 3.5
Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran IPS

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Kurang
tujuan pembelajaran
2. Guru melaksanakan Baik
apresiasi
3. Guru menjelaskan materi Kurang
dengan memberi contoh
pengerjaan soal
4. Guru mengajukan Baik
pertanyaan kepada siswa
5. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
6. Siswa diberi kesempatan Kurang
35

untuk berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
8. Guru melaksanakan Baik
evaluasi
9. Guru memberikan tindak Baik
lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai


materi serta memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa
siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat
untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada
mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6
Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran IPS

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Baik
tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi Baik
dengan tanya jawab
3. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
4. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
6. Guru memberikan Baik
penguatan

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu


memberikan berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik
berbagai media yang didesain guru, maka siswa akan mudah
meningat apa yang sudah diberikan dalam proses pembelajaran.
36

3. Refleksi
a. Mata Pelajaran Matematika
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat
setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran
Matematika selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata
masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi
sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi
dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang
terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru.
Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan
dilakukan pada siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian
diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi
komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru juga memberikan
media sederhana yaitu media korak api yang dapat membantui siswa
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat
hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai
yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil
membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus
selanjutnya.
37

b. Mata Pelajaran IPS


Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat
setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran IPS
selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada
sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi sehingga dalam
menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-
rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat
dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan
demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada
siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian
diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru yang dilengkapi dengan
metode penguatan verbal dan non verbal sehingga terjadi komunikasi
yang baik antara siswa dan guru. Dengan demikian pada siklus II terdapat
hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai
yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil
membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus
selanjutnya.
38

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Mata Pelajaran Matematika
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Sukamulya II,
maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang
diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian
mata pelajaran matematika di SDN Sukamulya II dapat dilihat pada tebel
berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I Matematika

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


1. 5
2. 5
3. 6
4. 5
5. 6
6. 5
7. 7
8. 8
9. 6
10. 5
39

11. 5
12. 5
13. 6
14. 5
15. 5
16. 6
17. 5
18. 8
19. 5
20. 6
21. 6
22. 5
23. 5
24. 6
Jumlah 136
Rata-rata 5,6
Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 3 orang 3/24 x 100 = 12,5
2. Sedang 8 orang 8/24 x 100 = 33,33
3. Kurang 13 orang 13/24 x 100 = 54,17

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori


baik baru mencapai 12,5 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah
lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses
terbanyak yaitu sebesar 54,17 % dan yang berkategori sedang sebanyak
33,33%. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang
dan kurang harus mengalami penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata
pelajaran Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses
pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk
mengidentifikasi factor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap
materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan
40

diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain


adalah sebagai berikut :
1. Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2. Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Perbaikan PembelajaranMatematika Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


1. 8
2. 8
3. 8
4. 7
5. 8
6. 8
7. 9
8. 9
9. 9
10. 7
11. 9
12. 7
13. 8
14. 7
15. 8
16. 9
17. 9
18. 9
19. 8
20. 8
21. 9
22. 9
23. 8
24. 8
41

Jumlah 197
Rata-rata 8,21

Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 20 orang 20/24 x 100 = 83,33
2. Sedang 4 orang 4/24 x 100 = 16,67
3. Kurang - -

Tampak pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik
jauh lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup
signifikanyaitu mencapai 83,33%. Itu artinya pada siklus ke II sudah
menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran dengan hal ini maka
cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan
belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang
terdapat 16,67%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang mengalami
penurunan yang signifikan.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I
dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa
pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari
kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak terdapatnya siswa
yang mendapat nilai kurang.
42

2. Mata Pelajaran IPS


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Sukamulya II,
maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang
diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari
penelitian mata pelajaran IPS di SDN Sukamulya II dapat dilihat pada
tebel berikut :
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus I
Pada Mata Pelajaran IPS

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


1. 7
2. 5
3. 5
4. 5
5. 5
6. 5
7. 5
8. 5
9. 6
10. 5
11. 7
12. 5
13. 5
14. 5
43

15. 5
16. 5
17. 7
18. 7
19. 5
20. 5
21. 5
22. 5
23. 6
24. 5
Jumlah 130
Rata-rata 5,42

Tabel 4.6
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Pada Mata Pelajaran IPS

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 4 orang 4/24 x 100 = 16,67
2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33
3. Kurang 18 orang 18/24 x 100 = 75

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang


berkategori baik baru mencapai 16,67 %. Itu artinya sebagian kecil pada
siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan
pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam
poses terbanyak yaitu sebesar 75 % dan yang berkategori sedang sebanyak
8,33 %. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori
sedang dan kurang harus mengalami penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam
mata pelajaran IPS, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses
pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk
mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap
44

materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan
diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2. Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.7
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran IPS

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


1. 9
2. 8
3. 7
4. 8
5. 8
6. 8
7. 8
8. 7
9. 9
10. 8
11. 9
12. 9
13. 9
14. 8
15. 9
16. 8
17. 9
18. 8
19. 8
20. 9
21. 8
22. 8
23. 9
24. 8
45

Jumlah 199
Rata-rata 8,29

Tabel 4.8
Analisi Kategori Evaluasi Siklus II Pada
Mata Pelajaran IPS

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 22 orang 22/24 x 100 = 91,67
2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33
3. Kurang - -

Tampak jelas pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori
baik jauh sangat lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang san rat
signifikan yaitu mencapai 91,67%. Itu artinya pada siklus ke II sudah
menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang sesuai dengan apa
yang diharapkan. Dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena
sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa
yang mendapatkan kategori sedang terdapat 8,33%, dengan tidak terdapatnya
siswa yang termasuk dalam klasifikasi nilai yang kurang. Hal ini jelas terliha
bahwa prestasi siswa mengalami kenaikan yang cukup pesat.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I
dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa
pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari
kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak terdapatnya siswa
yang mendapat nilai kurang.

B. Temuan dan Refleksi


Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang
sudah dilaksanakan sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari
hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
1). Siklus I
46

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi


sebelumnya, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian
sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : Tidak ada
- Nilai 8 : 2 orang siswa
- Nilai 7 : 1 orang siswa
- Nilai 6 : 8 orang siswa
- Nilai 5 : 13 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang
menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat
signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan
masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada
siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian
menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi
sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan
kualifikasi baik 12,5 %, sedang 33,33 % dan kurang 54,17 %. Dengan
demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap
siklus II.

2). Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan
hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : 9 orang siswa
- Nilai 8 : 11 orang siswa
- Nilai 7 : 4 orang siswa
- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada
Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara
hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil
evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian
47

sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan
siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik
dengan hasil evaluasi 83,33 % siswa dengan hasil kategori baik dan
16,67 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang.

b. Mata Pelajaran IPS (Non Eksak)


1). Siklus I
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi
sebelumnya, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian
sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : Tidak ada
- Nilai 8 : Tidak ada
- Nilai 7 : 4 orang siswa
- Nilai 6 : 2 orang siswa
- Nilai 5 : 18 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang
menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat
signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan
masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada
siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian
menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi
sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan
kualifikasi baik 16,67 %, sedang 8,33 % dan kurang 75 %. Dengan
demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap
siklus II.
48

2). Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan
hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : 9 orang siswa
- Nilai 8 : 13 orang siswa
- Nilai 7 : 2 orang siswa
- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada
Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara
hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil
evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian
sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan
siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik
dengan hasil evaluasi 91,67 % siswa dengan hasil kategori baik dan
8,33 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang. Dengan demikian
prestasi siswa menjadi meningkat dengan baik, walaupun klasifikasi
sedang mengalami kesamaan dengan artian tidak mengalami
penurunan, tapi penulis dapat memberi kesimpulan bahwa prestasi
siswa dengan kategoro baik sangat meningkat dengan klasifikasi
sangat baik. Dengan demikian penelitian ini sudah dapat dikatakan
berhasik pada siklus II dengan perolehan rata-rata 91,67 % terdapat
siswa dengan kategori hasil belajar yang baik.

C. Pembahasan
1. Mata Pelajaran Matematika
Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan
belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya
upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap
siklusnya.
49

Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami
oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi
nilai perbaikan pembelajaran.

Tabel 4.9
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus I dan II
SDN Sukamul;ya II Kec. Pangatikan Kab. Garut

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


Siklus I Siklus II
1. 5 9
2. 5 8
3. 6 7
4. 5 8
5. 6 8
6. 5 8
7. 7 8
8. 8 7
9. 6 9
10. 5 8
11. 5 9
12. 5 9
13. 6 9
14. 5 8
15. 5 9
16. 6 8
17. 5 9
18. 8 8
19. 5 8
20. 6 9
21. 6 8
22. 5 8
23. 5 9
24. 6 8
50

Jumlah 136 197


Rata-Rata 5,6 8,21

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata


Pelajaran Matematika tentang penggunaan perkalian cara susun untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian. Dengan demikian
penulis menggunakan metode cara susun dengan menggunakan media korek
api yang dijadikan alat Bantu untuk proses penjumlahan bilangan dalam
teknik perkalian cara susun.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal
ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya
system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama
yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui
signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka
penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu
disamping menggunakan media teknik cara susun dalam penyampaian
materi perkalian dalam proses pembelajaran, penulis juga menggunakan
system diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian terhadap siswa.
Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya
tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan
pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan
dengan hasil yang baik.

2. Mata Pelajaran IPS


Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan
pembelajaran pada mata pelajara IPS terhadap siswa kelas IV SDN
Sukamilya II Kec, Pangatikan Kab. Garut yang sudah dilaksanakan,
terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari
perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode
pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya.
51

Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami
oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi
nilai perbaikan pembelajaran.

Tabel 4.10
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPS Siklus I dan II
SDN Sukamul;ya II Kec. Pangatikan Kab. Garut

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


Siklus I Siklus II
1. 7 9
2. 5 8
3. 5 7
4. 5 8
5. 5 8
6. 5 8
7. 5 8
8. 5 7
9. 6 9
10. 5 8
11. 7 9
12. 5 9
13. 5 9
14. 5 8
15. 5 9
16. 5 8
17. 7 9
18. 7 8
19. 5 8
20. 5 9
21. 5 8
52

22. 5 8
23. 6 9
24. 5 8
Jumlah 130 199
Rata-Rata 5,42 8,29

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata


Pelajaran IPS tentang metode penguatan verbal dan non verbal untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap penguasaan materi
kepahlawanan dan patriotisme di lingkungan sekitar.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal
ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya
system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama
yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui
signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka
penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu
disamping menerapkan pola penguatan sistem verbal dan non verbal, penulis
juga menyampaikan pembelajaran dengan sistem diskusi dan tanya jawab
antara guru dan siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan
yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses
penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil
belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.
53

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan
pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
a. Pada program Matematika
Proses penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada
penguasaan konsep serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan
demikian alat Bantu tersebut bisa digunakan pada saat proses belajar
mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan frekuensi
hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan desain
pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.
b. Pada program IPS
Pada proses belajar mengajar seorang guru harus bisa menyampaikan
pebbelajaran dengan menarik. Hal ini didasarkan pada siswa yang
cenderung malas dan bosan terhadap mata pelajaran IPS. dengan
demikian pola diskusi dan penyampaian dengan pola penguatan verbal dan
54

non verbal dapat disampaikan dengan baik, sehingga hasil pembelajaran


yang diperoleh akan menjadi lebih baik.

B. Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat
memberikan saran yaitu sebagai berikut :
a. Pada program perbaikan Matematika
Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu
cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian
siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi yang disajikan.

b. Pada program perbaikan IPS


Untuk menjadikan pembelajaran IPS bisa lebih baik disarankan seorang
guru bisa melakukan pola pembelajaran yang didesain sedemikian rupa
yang mengacu terhadap situasi siswa. Dengan demikian upaya perbaikan
pembelajaran akan dapat dilakukan dengan perolehan hasil yang baik dan
signifikan.
55

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard


University.

Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA :
Brown Communications, Inc.

Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.


56

Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston :
Houghton Mifflin Coy.

Anda mungkin juga menyukai