Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

(U002100009)
Bahasa Indonesia

Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Abstrak Sub-CPMK

Setelah mempelajari materi Mahasiswa mampu memahami tata ejaan


pada bab ini diharapkan bahasa Indonesia.
mahasiswa dapat memahami
pengertian tata ejaan,
menjelaskan sejarah
perkembangan tata ejaan
bahasa Indonesia, menjelaskan
ruang lingkup ejaan bahasa
Indonesia.

A. Standar Kompetensi :

Fakultas Program Studi Online Disusun oleh:

EKONOMI DAN BISNIS MANAJEMEN 05 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM


Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
pengertian serta sejarah dan perkembangan ejaan dan ruang lingkup ejaan.

B. Kompetensi Dasar :
(1) Mampu memahami sejarah ejaan
(2) Mampu memahami ruang lingkup ejaan

C. Indikator :
(1) Mampu menjelaskan pengertian tata ejaan
(2) Mampu menjelaskan sejarah perkembangan tata ejaan bahasa Indonesia
(3) Mampu menjelaskan ruang lingkup tata ejaan bahasa Indonesia

D. Pengertian Ejaan
Dalam bahasa tulis, kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam
tanda tersebut untuk mengambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda
tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. (Nasucha,2010:103)
Tanda baca yang ditemukan dalam bahasa tulis merupakan bagian dari kaidah ejaan dalam
suatu bahasa.

Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang apa yang dimaksud dengan ejaan. Yang
dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan
adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. (Arifin,2008:164)

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan


penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. (Alex,2010:259) Ejaan adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan
tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukkan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja.Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau
kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauhlebih luas dari sekadar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. (Finoza,2009:19)

Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga
202 Bahasa Indonesia
1 2 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada
akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana.
Selain itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan
dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan
bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya)
dalam suatu bahasa disebut ejaan (Nasucha,2010:103).

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan brimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi
mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti
itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan (Finoza,2009:20).

Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Jika ejaannya benar, sebuah
kalimat dapat menjadi baku dan jika ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak
baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada penggunaan tanda koma yang salah, dan
kesalahan penulisan sapaan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa masih banyak dari para
pemakai bahasa yang salah ketika menerapkan ejaan baku yang telah ditetapkan, seperti
pemakaian tanda baca (Nasucha,2010:103).

Pemahaman ejaan merupakan satu aspek penting dalam mendukung penggunaan suatu
bahasa termasuk tentunya penggunaan bahasa Indonesia yang benar (Alex,2010:259). Hal
ini disebabkan gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau
lebih cepat dipahami daripada secara tertulis.Dalam bahasa lisan, faktor gerak-gerik, mimik,
intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa
tulis.ketiadaan itu menyullitkan komunikasi dan memberikan peluang terjadinya
kesalahpahaman. Di sinilah ejaan dan tanda baca (pungtuasi) berperan sampai pada batas-
batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk
memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah,2003:179). Ejaan yang dimuat dalam buku ini
sengaja dikutipkan dari aturan-aturan berbahasa yang terangkum dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan ulang pada tahun 2008
oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, melalui penerbit Balai Pustaka.

202 Bahasa Indonesia


1 3 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan pertama
bahasa Indonesia tersebut diambil dari nama seorang guru besar Belanda yang juga
pemerhati bahasa dan diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang
berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih
lama dari Ejaan Republik yang dipakai selama 25 tahun. Ejaan van Ophuijsen baru diganti
setelah dua tahun Indonesia merdeka (Finoza,2009:20). Ejaan van Ophuijsen yang
ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada tahun 1901 tersebut memiliki ciri khas yang
menonjol yaitu penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang dan sajang,
penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda
diakritik dan trema pada kata ma’moer dan do’a. Setelah mengalami perkembangan,
kedudukan Ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau
Republik ditetapkan pada tahun 1947 untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ciri yang
menonjol adalah penggunaan huruf u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi
sentak k menggantikan tanda diakritik, dan penulisan kata depan di dan awalan di yang
sama, yakni dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak tahun 1972
pada saat Kongres Bahasa Indonesia hingga saat ini (Alex,2010:259).

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa ejaan yang
berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempuirnakan (EyD).EyD mulai diberlakukan
tepatnya pada tahun 1972. Ejaan ini merupakan ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa
Indonesia. Hal ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang
sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri P dan K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun
1947).

Selanjutnya setelah kurun waktu 43 tahun ada berbagai koreksi atas EyD dengan keluarnya
permendikbud nomor 59 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) yang dikeluarkan pada tanggal 26 November 2015 dan diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Ada tiga hal perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan tersebut meliputi penambahan
huruf diftong, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital. Huruf diftong yang
ditambahkan ke PUEBI adalah ‘ei’. Penambahan ini terjadi karena bahasa Indonesia banyak
menyerap istilah dari bahasa asing, sehingga kini ada empat diftong dalam bahasa
Indonesia yakni ai, au, ei, dan oi. "Diftong ‘ei’ ditambahkan karena bahasa
202 Bahasa Indonesia
1 4 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Indonesiamenyerap kosakata dari berbagai bahasa asing dan banyak istilah asing tersebut
yang pakai ‘ei’, seperti pada kata ‘survei’.

Selain diftong, perubahan juga terjadi pada penggunaan huruf tebal. Penggunaan huruf
tebal ini belum diatur pada ejaan bahasa Indonesia sebelumnya. Pada PUEBI, huruf tebal ini
dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Sekarang di PUEBI
penggunaan huruf tebal sudah diatur. Huruf tebal digunakan untuk dua hal. Yang pertama
digunakan untuk menulis judul atau sub-sub pada sebuah teks dan yang kedua huruf tebal
digunakan untuk menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang telah dimiringkan.

Perbedaan PUEBI dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada ejaan
bahasa Indonesia sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis dengan awal huruf
kapital. Kini, aturan tersebut terdapat pada PUEBI.

I. Konsepsi Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata,
penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian senada dengan KBBI
(2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalammbnetuk
hurufserta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsiejaan
tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan:

(1) pemakaian huruf vocal dan konsonan,


(2) penggunaan huruf capital dan kursif,
(3) penulisan kosakata dan bentukan kata,
(4) penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak 1972.

II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan

Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca diatur
dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya:

202 Bahasa Indonesia


1 5 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(1). Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.
(2). Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3). Penulisan huruf besar,
(4). Penulisan huruf miring,
(5). Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata,
(6). Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7). Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya:
a. Tandatitik (.),
b. Tanda koma (,),
c. Tanda titik dua (:),
d. Tanda titik koma (;)
e. Tanda titiktitik/ellipsis(….),
f. Tanda Tanya (?),
g. Tanda seru (!),
h. Tanda kurung biasa ((….)),
i. Tanda hubung (-),
j. Tanda pisah (--),
k. Tanda petik tunggal (‘…’),
l. Tanda petik ganda (“…”),
m. Tanda kurung siku ([…]),
n. Tanda ulang angka dua (…..2),
o. Tanda apostrof (‘….)

Ke–16 penempatan tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang
berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku PedomanEYD.(Pusat
Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).

Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.

E. Sejarah Perkembangan Ejaan


Dalam buku yang berjudul Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi yang
dikarang oleh Prof. Dr. H. Zaenal Arifin, M.Hum. bersama dengan Drs. S. Amran Tasai,
M.Hum. dipaparkan dengan cukup lengkap mengenai perjalanan perkembangan ejaan yang
terdapat di Indonesia, mulai ejaan yang pertama yang digunakan di Indonesia, sebagaimana

202 Bahasa Indonesia


1 6 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, yaitu Ejaan van Ophuijsen, sampai
dengan ejaan yang dipakai saat ini, yaitu Ejaan yang Disempurnakan (Arifin,2008:164-167).

Ejaan van Ophuijsen ditetapkan pada tahun 1901 yang merupakan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan
van Ophuijsen adalah sebagai berikut:

a) Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti jang, sajang, dan pajah.
b) Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti goeroe, itoe, dan oemoer.
c) Tanda diakritik, yaitu koma, ain, dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-
kata,
seperti ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

Ejaan Soewandi ditetapkan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggantikan ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah
sebagai berikut:

a) Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, rakyat.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka dua, seperti pada kata-kata anak2, berjalan2,
ke-barat2-an.
d) Imbuhan yang berupa awalan di- dengan kata depan di kedua-duanya ditulis
serangkai
dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan pada dirumah, dikebun,
disamakan
e) dengan imbuhan awalan di- pada ditulis, dikarang.

Ejaan Melindo yang merupakan kependekan dari ejaan Melayu Indonesia merupakan
konsep ejaan bersama antara Indonesia dengan Malaysia.Pada akhir tahun 1959, sidang
perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, sebagai
ketua)menghasilkan konsep ejaan tersebut.Perkembangan politik selama bertahun-tahun
berikutnya mengurungkan persemian ejaan itu.

202 Bahasa Indonesia


1 7 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia, yang pada saat itu dijabat oleh Jend. (Purn) Soeharto, pada tanggal 16 Agustus
1972.Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan
tersebut.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim sebagai ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua
pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, pada tanggal 9 September 1987.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan atau EyD adalah sebagai berikut:

Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan (EyD)

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy syarat, masyarakat

tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai
unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f maaf, fakir
202 Bahasa Indonesia
1 8 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
v valuta, universitas

z zeni, lezat

Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai, seperti
aPenulisan di- atau ke-sebagai imbuhan berupa awalan dan dengan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditullis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang
mengikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)

ditulis di kampus

dibakar di rumah

dilempar di jalan

dipikirkan di sini

ketua ke kampus

kekasih ke luar negeri

kehendak ke atas

Kata ulang ditulis secara penuh dengan huruf dan tidak boleh menggunakan angka dua,
seperti; anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

F. Ruang Lingkup Ejaan


Dalam buku yang berjudul Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa yang dikarang oleh Lamuddin Finoza, S.S. dipaparkan dengan cukup lengkap
mengenai ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EyD) mulai pemakaian huruf sampai
dengan pemakaian tanda baca (Finoza,2009:20-21).

a) Pemakaian huruf berbicara tentang masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu;
abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.

202 Bahasa Indonesia


1 9 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b) Penulisan huruf berbicara tentang jenis huruf yang digunakan, seperti; huruf kapital
dan huruf miring.
c) Penulisan kata berbicara tentang berbagai cara penulisan kata bermorfem tunggal dan
yang bermorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa, meliputi;
 Kata dasar,
 Kata turunan,
 :b = p:q, sinar-XKata ulang,
 Gabungan kata, ( Kata Gabung)
 Kata ganti kau, ku, mu, dan nya,
 Kata depan di, ke, dan dari,
 Kata sandang si dan sang,
 Kata seru, konjungsi,
 Penulisan partikel,
 Singkatan dan akronim,
 Penulisan angka dan lambang bilangan.
 Penulisan Nama Gelar dan jabatan
 Pemakaian huruf Kapital
 Penulisan judul terbitan dan judul tulisan
 Penulisan alamat
 Penulisan kalimat langsung dan tidak langsung
 Penulisan kalimat Majemuk
 Penulisan catatan kaki dan daftar pustaka
d) Penulisan unsur serapan berbicara tentang kaidah cara penulisan unsur serapan,
terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
e) Pemakaian tanda baca (pungtuasi) berbicara tentang penempatan kelima belas tanda
baca dalam penulisan. Tanda baca tersebut yaitu; tanda titik (.), tanda koma (,), tanda
titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda elipsis (…),
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda
petik ganda (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), tanda penyingkat
(‘).

Bandingkanlah kedua paragraf berikut ini! (Akhadiah,2003:179-180).


202 Bahasa Indonesia
1 10 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma norma atau perilaku
teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia
perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian terbesar
warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil wakil masyarakat seharusnya ada
suatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan perbedaan perbedaan tersebut mungkin timbul karena kedua unsur tadi tidak
sepakat mengenai kepentingan kepentingan pokok yang harus dilindungi

Dapatkah Anda memahami tulisan tersebut di atas? Mungkin dapat, akan tetapi tentunya
agak sulit. Cobalah baca kembali tulisan di bawah ini!

Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma-norma atau perilaku


teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia.
Perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian terbesar
warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat. Seharusnya ada
suatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul karena kedua unsur tadi tidak
sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi.

Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya
jauh lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami. Itulah mengapa, kemampuan dalam
menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis-menulis.

Ini dapat disimpulkan bahwa peran ejaan dan tanda baca sangatlah penting dalam karang-
mengarang bahkan mutllak jika boleh saya katakan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu
diketahui tentang uraian pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan tanda baca. Pemakaian dan penulisan huruf sangatlah penting untuk
melahirkan sebuah kalimat yang mudah untuk dipahami. Jika sudah memahami cara
pemakaian dan penulisan huruf, pelajari cara penulisan kata. Penulisan kata sangatlah
penting karena dalam berbahasa kita menggunakan kata.

Dalam berbahasa seringkali kata dasar mengalami perubahan karena mendapat imbuhan,
pengulangan, dan penggabungan. Kemudian, dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
banyak menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan ini ada yang sudah disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya, dan ada yang belum
202 Bahasa Indonesia
1 11 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sepenuhnya disesuaikan.Suatu hal yang sering diabaikan dalam penulisan adalah tanda
baca.

Banyak penulis yang kurang bahkan tidak mengindahkan penulisan tanda baca ini.Padahal,
tanda baca ini sangat berperan dalam penulisan. Adanya tanda baca, akan membantu
pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat. Sebaliknya, tidak adanya tanda baca,
akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan mungkin dapat mengubah
pengertian suatu kalimat (Akhadiah,2003:180-181).

Ejaan

Penulisan Huruf

Huruf kapital dan miring di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti tertera di bawah ini!

Huruf kapital digunakan pada awal nama:

a. orang : Wandasti, Nurdiana, Tania


b. tahun : tahun Kabisat, tahun Masehi
c. bulan : bulan November, bulan Maret
d. hari : hari Senin, hari Jumat
e. peristiwa bersejarah : Perang Diponegoro, hari Pahlawan
f. suku : suku Jawa, suku Bugis, suku Betawi
g. bangsa : bangsa Rusia, bangsa Cina, bangsa Indonesia
h. agama : agama Hindu, agama Kristen
i. gelar : Doktor Soekarno, Insinyur Jokowi
j. jabatan : Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Huruf miring digunakan pada nama:

a. buku : buku Kebangkitan Rusia


b. majalah : majalah Glasnost
c. surat kabar : koran Pravda
d. istilah asing : déja vu
e. istilah ilmiah : Lumbricus rubellus

Tanda Baca

202 Bahasa Indonesia


1 12 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tanda koma (,) di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti berikut ini;

a. menyatakan perincian, contoh: Anita membeli buku, pensil, dan penggaris.


b. klausa anak, klausa induk, contoh: Jika Tono datang, dia akan mendapatkan sebuah
kejutan.
c. kesimpulan, contoh: Dengan demikian, kita harus memenangkan pertandingan ini.
d. Aposisi, contoh: Wanti, istriku, sangat cantik.

Tanda titik (.) di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti berikut ini;

a. memisahkan angka, jam, menit, dan detik.


contoh: Peristiwa itu terjadi pada pukul 12.30.45

b. memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya.


contoh: Kota itu berpenduduk 25.765 orang

c. mengakhiri kalimat berita.


contoh: Sekarang, saatnya kita pulang.

Tanda hubung (-) digunakan antara lain untuk hal-hal berikut ini:

a. menyambungkan kata atau suku kata


contoh: cap-lok, Ap-ril

b. menyambung kata ulang


contoh: berkali-kali, kehijau-hijauan

c. menyambung kata yang dieja


contoh: m-e-m-p-e--r-t-a-n-g-g-u-n-g-j-a-w-a-b-k-a-n

d. memperjelas frasa panjang


contoh: dua bungkus-rokok atau dua-bungkus rokok

e. menyambung imbuhan dengan angka atau huruf kapital


contoh: ke-66, se-Jakarta

f. menyambung kata dengan singkatan satu huruf


contoh: sinar-X

g. merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing


contoh: di-smash
202 Bahasa Indonesia
1 13 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tanda petik (“…”) digunakan antara lain untuk:

a. petikan dari pembicaraan atau bahan tertulis lain


contoh: Abi berkata, “Dia yang bersalah”

b. mengapit judul syair, puisi, bab, lagu, karangan


contoh: Siapa pencipta “Pelangi”?

c. mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal


contoh: Pekerjaan tersebut dikerjakan hanya dengan sistem “coba dan ralat”.

d. mengapit kata atau ungkapan dengan arti khusus


contoh: Agus sering disebut “pahlawan” di desanya karena berhasil memperjuangkan
aspirasi warga.

G. Rangkuman
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa). Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan
sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata
dengan kata. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Pemahaman ejaan merupakan satu aspek penting dalam mendukung penggunaan suatu
bahasa termasuk tentunya penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Hal ini disebabkan
gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat
dipahami daripada secara tertulis. Oleh karena itu, ejaan turut menentukan kebakuan dan
ketidakbakuan suatu kalimat. Jika ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dan
jika ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak baku.

Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan pertama
bahasa Indonesia tersebut diambil dari nama seorang guru besar Belanda yang juga
pemerhati bahasa dan diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang
berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada tahun
1947 untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen.Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
202 Bahasa Indonesia
1 14 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD mulai diberlakukan tepatnya pada tahun 1972.
Ejaan ini merupakan ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia.Ini memang
merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun
yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri P dan K Republik
Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).

Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EyD) meliputi; (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda
baca (pungtuasi).

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan. (2003). Pembinaan Kemampuan


Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga.
202 Bahasa Indonesia
1 15 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi:Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta:Akapress.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia:untuk Mahasiswa Nonjurusan


Bahasa. Jakarta:Diksi Insan Mulia.

Lembaga Pendidikan Primagama. (2003). Metode Smart Solution Bahasa Indonesia.


Yogyakarta:Andi Offset.

Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, Agus Budi Wahyudi. (2010). Bahasa Indonesia
untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Kepribadian. Yogyakarta:Media
Perkasa.
.
Rosidi, Ajip. (2010) Bus, Bis, Bas. Jakarta:Pustaka Jaya.

Satata,Sri., Dadi Waras Suhardjono, dan Mochamad Rizki Sadikin (2019). Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

202 Bahasa Indonesia


1 16 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai