(U002100009)
Bahasa Indonesia
Abstrak Sub-CPMK
A. Standar Kompetensi :
B. Kompetensi Dasar :
(1) Mampu memahami sejarah ejaan
(2) Mampu memahami ruang lingkup ejaan
C. Indikator :
(1) Mampu menjelaskan pengertian tata ejaan
(2) Mampu menjelaskan sejarah perkembangan tata ejaan bahasa Indonesia
(3) Mampu menjelaskan ruang lingkup tata ejaan bahasa Indonesia
D. Pengertian Ejaan
Dalam bahasa tulis, kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam
tanda tersebut untuk mengambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda
tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. (Nasucha,2010:103)
Tanda baca yang ditemukan dalam bahasa tulis merupakan bagian dari kaidah ejaan dalam
suatu bahasa.
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang apa yang dimaksud dengan ejaan. Yang
dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan
adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. (Arifin,2008:164)
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga
202 Bahasa Indonesia
1 2 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada
akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana.
Selain itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan
dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan
bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya)
dalam suatu bahasa disebut ejaan (Nasucha,2010:103).
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan brimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi
mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti
itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan (Finoza,2009:20).
Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Jika ejaannya benar, sebuah
kalimat dapat menjadi baku dan jika ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak
baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada penggunaan tanda koma yang salah, dan
kesalahan penulisan sapaan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa masih banyak dari para
pemakai bahasa yang salah ketika menerapkan ejaan baku yang telah ditetapkan, seperti
pemakaian tanda baca (Nasucha,2010:103).
Pemahaman ejaan merupakan satu aspek penting dalam mendukung penggunaan suatu
bahasa termasuk tentunya penggunaan bahasa Indonesia yang benar (Alex,2010:259). Hal
ini disebabkan gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau
lebih cepat dipahami daripada secara tertulis.Dalam bahasa lisan, faktor gerak-gerik, mimik,
intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa
tulis.ketiadaan itu menyullitkan komunikasi dan memberikan peluang terjadinya
kesalahpahaman. Di sinilah ejaan dan tanda baca (pungtuasi) berperan sampai pada batas-
batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk
memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah,2003:179). Ejaan yang dimuat dalam buku ini
sengaja dikutipkan dari aturan-aturan berbahasa yang terangkum dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan ulang pada tahun 2008
oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, melalui penerbit Balai Pustaka.
Sebagaimana yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa ejaan yang
berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempuirnakan (EyD).EyD mulai diberlakukan
tepatnya pada tahun 1972. Ejaan ini merupakan ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa
Indonesia. Hal ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang
sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri P dan K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun
1947).
Selanjutnya setelah kurun waktu 43 tahun ada berbagai koreksi atas EyD dengan keluarnya
permendikbud nomor 59 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) yang dikeluarkan pada tanggal 26 November 2015 dan diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Ada tiga hal perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan tersebut meliputi penambahan
huruf diftong, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital. Huruf diftong yang
ditambahkan ke PUEBI adalah ‘ei’. Penambahan ini terjadi karena bahasa Indonesia banyak
menyerap istilah dari bahasa asing, sehingga kini ada empat diftong dalam bahasa
Indonesia yakni ai, au, ei, dan oi. "Diftong ‘ei’ ditambahkan karena bahasa
202 Bahasa Indonesia
1 4 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Indonesiamenyerap kosakata dari berbagai bahasa asing dan banyak istilah asing tersebut
yang pakai ‘ei’, seperti pada kata ‘survei’.
Selain diftong, perubahan juga terjadi pada penggunaan huruf tebal. Penggunaan huruf
tebal ini belum diatur pada ejaan bahasa Indonesia sebelumnya. Pada PUEBI, huruf tebal ini
dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Sekarang di PUEBI
penggunaan huruf tebal sudah diatur. Huruf tebal digunakan untuk dua hal. Yang pertama
digunakan untuk menulis judul atau sub-sub pada sebuah teks dan yang kedua huruf tebal
digunakan untuk menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang telah dimiringkan.
Perbedaan PUEBI dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada ejaan
bahasa Indonesia sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis dengan awal huruf
kapital. Kini, aturan tersebut terdapat pada PUEBI.
I. Konsepsi Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata,
penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian senada dengan KBBI
(2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalammbnetuk
hurufserta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsiejaan
tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan:
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca diatur
dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya:
Ke–16 penempatan tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang
berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku PedomanEYD.(Pusat
Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).
Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.
Ejaan van Ophuijsen ditetapkan pada tahun 1901 yang merupakan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan
van Ophuijsen adalah sebagai berikut:
a) Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti jang, sajang, dan pajah.
b) Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti goeroe, itoe, dan oemoer.
c) Tanda diakritik, yaitu koma, ain, dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-
kata,
seperti ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
Ejaan Soewandi ditetapkan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggantikan ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah
sebagai berikut:
Ejaan Melindo yang merupakan kependekan dari ejaan Melayu Indonesia merupakan
konsep ejaan bersama antara Indonesia dengan Malaysia.Pada akhir tahun 1959, sidang
perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, sebagai
ketua)menghasilkan konsep ejaan tersebut.Perkembangan politik selama bertahun-tahun
berikutnya mengurungkan persemian ejaan itu.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan atau EyD adalah sebagai berikut:
Perubahan Huruf
Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai
unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
202 Bahasa Indonesia
1 8 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
v valuta, universitas
z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai, seperti
aPenulisan di- atau ke-sebagai imbuhan berupa awalan dan dengan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditullis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang
mengikutinya.
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kehendak ke atas
Kata ulang ditulis secara penuh dengan huruf dan tidak boleh menggunakan angka dua,
seperti; anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
a) Pemakaian huruf berbicara tentang masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu;
abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
Dapatkah Anda memahami tulisan tersebut di atas? Mungkin dapat, akan tetapi tentunya
agak sulit. Cobalah baca kembali tulisan di bawah ini!
Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya
jauh lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami. Itulah mengapa, kemampuan dalam
menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis-menulis.
Ini dapat disimpulkan bahwa peran ejaan dan tanda baca sangatlah penting dalam karang-
mengarang bahkan mutllak jika boleh saya katakan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu
diketahui tentang uraian pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan tanda baca. Pemakaian dan penulisan huruf sangatlah penting untuk
melahirkan sebuah kalimat yang mudah untuk dipahami. Jika sudah memahami cara
pemakaian dan penulisan huruf, pelajari cara penulisan kata. Penulisan kata sangatlah
penting karena dalam berbahasa kita menggunakan kata.
Dalam berbahasa seringkali kata dasar mengalami perubahan karena mendapat imbuhan,
pengulangan, dan penggabungan. Kemudian, dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
banyak menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan ini ada yang sudah disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya, dan ada yang belum
202 Bahasa Indonesia
1 11 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sepenuhnya disesuaikan.Suatu hal yang sering diabaikan dalam penulisan adalah tanda
baca.
Banyak penulis yang kurang bahkan tidak mengindahkan penulisan tanda baca ini.Padahal,
tanda baca ini sangat berperan dalam penulisan. Adanya tanda baca, akan membantu
pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat. Sebaliknya, tidak adanya tanda baca,
akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan mungkin dapat mengubah
pengertian suatu kalimat (Akhadiah,2003:180-181).
Ejaan
Penulisan Huruf
Huruf kapital dan miring di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti tertera di bawah ini!
Tanda Baca
Tanda titik (.) di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti berikut ini;
Tanda hubung (-) digunakan antara lain untuk hal-hal berikut ini:
G. Rangkuman
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa). Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan
sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata
dengan kata. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Pemahaman ejaan merupakan satu aspek penting dalam mendukung penggunaan suatu
bahasa termasuk tentunya penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Hal ini disebabkan
gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat
dipahami daripada secara tertulis. Oleh karena itu, ejaan turut menentukan kebakuan dan
ketidakbakuan suatu kalimat. Jika ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dan
jika ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak baku.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan pertama
bahasa Indonesia tersebut diambil dari nama seorang guru besar Belanda yang juga
pemerhati bahasa dan diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang
berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada tahun
1947 untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen.Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
202 Bahasa Indonesia
1 14 SRI RAHAYU HANDAYANI, S.Pd. MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD mulai diberlakukan tepatnya pada tahun 1972.
Ejaan ini merupakan ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia.Ini memang
merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun
yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri P dan K Republik
Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EyD) meliputi; (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda
baca (pungtuasi).
DAFTAR PUSTAKA
Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, Agus Budi Wahyudi. (2010). Bahasa Indonesia
untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Kepribadian. Yogyakarta:Media
Perkasa.
.
Rosidi, Ajip. (2010) Bus, Bis, Bas. Jakarta:Pustaka Jaya.
Satata,Sri., Dadi Waras Suhardjono, dan Mochamad Rizki Sadikin (2019). Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.