Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan

Volume 1 No. 2 Mei 2012 Halaman 96-104

KARAKTERISTIK DAN KANDUNGAN GIZI TSUKUDA-NI


IKAN JANGILUS (Istiophorus orientalis)
Sri Purwaningsih*, Agoes M Jacoeb, Masikah Maylan Dewi

Institut Pertanian Bogor, Bogor

Email: sripurwa65@yahoo.com

ABSTRACT

Jangilus fish (Istiophorus orientalis) is one of pelagic commodities which is commonly


consumed by society and used for traditional foods. The objective of this research was to
determine the effect of immersion solution on tsukuda-ni from Jangilus fish (Istiophorus
orientalis). The steps of the research were determine the best type of immersion solution
(carbonated drink, rice vinegar, soy sauce, or sweet sake) and the best concentrations of
solution (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 60% [v/v]). The experimental design used in this
experiment was complete random design with Tukey test. The study showed that carbonated
drink was the best type of immersion solution. The statistical analysis results showed that
concentrations of solutions immersion gave significant effect on protein, lipid content, cutting
strength, and water activity. The study showed that 40% carbonated drink was the best
concentrations. Tsukuda-ni with 40% of the carbonated drink had 30.95 ± 1.20 kg/cm2 power
cut, 0.73 water activity (aw), 61.02% water, 4,48% ash, 28,89 % protein, 0,34% fat, and 4,49%
carbohidrat content.

Keywords: Fish jangilus (Istiophorus orientalis), tsukuda-ni, nutrient content

PENDAHULUAN Corporation (CIC) menyebutkan bahwa pada


Industri perikanan internasional telah tahun 2004 pangsa pasar makanan ringan
mengalami peningkatan yang signifikan dalam modern mencapai 59.500 ton atau naik dari
beberapa tahun terakhir. World Trade tahun 2003 yang hanya sebesar 53.600 ton.
Organization (WTO) menyebutkan bahwa Sementara nilai bisnisnya mencapai Rp. 1,9
total ekspor komoditas perikanan pada tahun triliun pada tahun 2009. Pertengahan 2005
2002 mencapai US$ 1 milyar (WTO 2003). terdapat 124 perusahaan yang berkiprah di
Lebih lanjut, industri perikanan nasional juga industri makanan ringan modern di Indonesia
memberikan sumbangan devisa pada tahun dengan total kapasitas produksi 144.000 ton
2003 sebesar 940,30 juta dolar AS (sekitar (Hidayat 2006). Badan Kesehatan Dunia
Rp. 8,09 triliun) dengan volume 375.583 ton menyebutkan bahwa tingkat konsumsi
(DJPB 2005). Produksi perikanan tangkap camilan masyarakat Indonesia mencapai 11%
dari penangkapan ikan laut dan di perairan pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 15%
umum masing-masing sekitar 4.468.010 ton pada tahun 2008 (Anonima 2009). Makanan
dan 301.150 ton pada tahun 2006 sedangkan camilan, umumnya mengandung padat kalori
jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan kandungan monosodium glutamate
sebesar 5,12 juta ton per tahun (80 % dari (MSG) yang tinggi (Ruby 2009). Camilan
potensi lestari) (Ditjen Perikanan Tangkap sehat berbasis ikan perlu dikembangkan lagi
2007). di Indonesia, sebab ikan merupakan sumber
Survey Concentration Infopharma protein tinggi dan dapat digunakan untuk

96
Purwaningsih, et al.

mencukupi kebutuhan gizi tubuh. Tsukuda-ni Rancangan percobaan yang digunakan


merupakan salah satu alternatif dalam rangka pada analisis data penelitian utama adalah
pengembangan dan diversifikasi produk hasil- model rancangan acak lengkap (RAL) dengan
hasil perikanan. dua kali ulangan. Apabila diantara perlakuan
menunjukkan hasil yang berbeda maka
METODE PENELITIAN dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji
Bahan utama yang diperlukan adalah lanjut Tukey (Steel dan Torrie 1983). Data
daging ikan jangilus. Bahan tambahan terdiri yang diperoleh dari hasil uji organoleptik
dari soy bean sauce, mirin, cuka beras, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji
minuman ringan berkarbonasi, gula cair Kruskal Wallis dan jika hasil analisis ragam
(fruktosa), garam, asam jawa, jahe, ketumbar, berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji lanjut
lengkuas, bawang merah, bawang putih, dan Multiple Comparison.
daun buah jeruk nipis. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis di antaranya adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
H2SO4, NaOH , H3BO3 (asam borat), Brom Penelitian tahap satu dilakukan untuk
Cresol Green, Methyl Red, HCl 0,1 N, pelarut menentukan produk tsukuda-ni yang paling
hexana, asam asetat pekat, HCl 4 M. disukai panelis dengan perlakuan jenis larutan
Penelitian tahap satu adalah pembuatan perendam. Larutan yang digunakan pada
produk tsukuda-ni dengan perlakuan jenis penelitian tahap satu ini adalah soy bean
larutan perendam. Larutan perendaman yang sauce, sweet sake, cuka beras, dan minuman
digunakan antara lain minuman berkarbonasi, berkarbonasi. Adapun hasil uji dari rata-rata
cuka beras, soy sauce, atau sweet sake. nilai organoleptik disajikan pada Tabel 1.
Daging ikan yang telah difillet kemudian Tsukuda-ni perlakuan larutan perendam
dipotong berbentuk balok dengan ukuran ± soy bean memiliki skor kesukaan rata-rata
(2x2x1) cm3. Daging yang telah dipotong, tertinggi yakni sebesar 6,47 (suka) pada
direndam dalam larutan perendam yang telah parameter warna. Perubahan warna terjadi
dicampur dengan bumbu-bumbu tambahan setelah proses perebusan atau pengovenan.
selama 2 jam. Perebusan dilakukan selama Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan lamanya
10 menit, kemudian dioven selama 3 jam 30 kedua proses tersebut, sehingga dapat
menit pada suhu 70 ± 10 0C. Lama mempercepat reaksi Maillard. Berdasarkan
pengovenan dan suhu terbaik berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis dengan α=0,05
penelitian dari Roseta (2010). menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan
Pada Penelitian tahap dua dilakukan jenis larutan perendam tidak memberikan
pembuatan tsukuda-ni dengan larutan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05).
perendam terbaik dengan konsentrasi yang Dalam hal ini berarti panelis memberikan
berbeda (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan penilaian yang sama terhadap warna,
60% [v/v] ). Penentuan konsentrasi larutan walaupun menurut Farrell (1990) bahwa
perendam berdasarkan Tanikawa (1971). larutan soy bean memiliki warna coklat
Produk tsukuda-ni dengan konsentrasi larutan kemerahan atau agak gelap, sehingga
perendam terbaik berdasarkan uji memberikan perubahan warna pada daging
organoleptik, fisik, dan kimiawi. Uji organo- yang semula merah cerah menjadi agak
leptik menggunakan 10 panelis terlatih. Skor gelap.
penilaian yang digunakan yaitu pada 1 sampai Tsukuda-ni perlakuan larutan minuman
9. Skor 1= amat sangat tidak suka, 2= sangat berkarbonasi memiliki tingkat kategori suka
tidak suka, 3= tidak suka, 4= agak tidak suka, dan skor rata-rata tertinggi yaitu sebesar 6,47
5= netral, 6= suka, 7= sangat suka, 8= amat pada parameter tekstur. Selama
sangat suka, 9= amat sangat suka sekali. Uji pembaceman terjadi reaksi antara daging ikan
kimiawi meliputi : analisis proksimat (AOAC dengan larutan perendam, menimbulkan
2005), analisis aktivitas air / Aw (AOAC pembengkakan pada daging karena adanya
2005), dan daya iris (Swatland 1984). perubahan sifat pada protein kolagen.

97
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

Tabel 1. Hasil uji organoleptik perlakuan larutan perendam


Organoleptik Kontrol soy bean sweet sake cuka beras minuman
sauce berkarbonasi
a a a a a
Warna 5,93 6,47 6,17 6,20 6,07
a a a a b
Tekstur 5,63 5,77 6,17 6,00 6,47
a b ab ab ab
Aroma 5,53 6,47 5,63 5,97 6,27
a a a a a
Rasa 6,13 6,63 6,50 6,77 6,87
Keterangan: Angka-angka pada tabel dalam baris yang sama yang diikuti dengan huruf
superscript yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)

Protein kolagen dapat mengembang Berdasarkan uji Kruskal Wallis diketahui


karena daya ikat pada struktur molekulnya bahwa perlakuan penggunaan jenis larutan
melemah saat diberikan perlakuan pH di perendam memberikan pengaruh yang
bawah 4 atau dinaikkan sampai pH 10 berbeda nyata terhadap nilai organoleptik
(Mursaha 2009). Daging terdapat tiga aroma. Hasil uji lanjut Multiple Comparison
kelompok protein, yaitu protein sarkoplasma, memperlihatkan bahwa perlakuan soy bean
protein otot dan jaringan ikat. Jaringan ikat berbeda nyata dengan tsukuda-ni kontrol,
mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk cuka beras, dan sweet sake, tetapi tidak
mengemulsikan lemak dan mengikat air. Bila berbeda dengan minuman berkarbonasi.
miosin bergabung dengan aktin yang Tsukuda-ni perlakuan minuman
membentuk aktomiosin, akan menghasilkan berkarbonasi memiliki nilai rata-rata tertinggi
tekstur yang baik, karena protein aktomiosin pada parameter rasa yakni sebesar
mempunyai kemampuan mengemulsi lemak 6,87(suka). Rasa produk tsukuda-ni berasal
lebih besar dibandingkan dengan protein dari larutan perendam yang diberikan dan dari
jaringan ikat dan protein sarkoplasma. rempah-rempah yang ditambahkan, serta
Tekstur daging berubah mejadi tetap atau adanya reaksi dari komponen-komponen yang
kompak dan empuk setelah proses terkandung dalam daging ikan. Menurut
perendaman (Kramlich 1971). Sumarta (2007) bahwa larutan minuman
Hasil analisis Kruskal Wallis berkarbonasi dan penggunaan gula fruktosa
memperlihatkan bahwa perlakuan memberikan rasa manis pada produk akhir.
penggunaan jenis larutan perendam Banyaknya gula yang meresap dalam daging
berpengaruh nyata terhadap parameter akan mengakibatkan terjadinya karamelisasi
tekstur produk tsukuda-ni. Uji lanjut Multiple pada proses perebusan dan pengovenan,
Comparison menunjukkan bahwa perlakuan sehingga menimbulkan rasa yang disukai
jenis larutan minuman berkarbonasi berbeda maupun tidak disukai. Hasil analisis Kruskal
terhadap perlakuan kontrol, soy bean, dan Wallis menunjukkan bahwa tsukuda-ni
sweet sake. dengan perlakuan penggunaan jenis larutan
Tsukuda-ni perlakuan larutan perendam perendam tidak memberikan pengaruh yang
soy bean memiliki nilai kesukaan rata-rata berbeda nyata terhadap rasa tsukuda-ni
tertinggi pada parameter aroma, yakni (p>0,05).
sebesar 6,47 (suka). Aroma produk tsukuda- Rasa tsukuda-ni disesuaikan dengan
ni yang ditimbulkan merupakan hasil selera konsumen pada suatu tempat. Rasa
kombinasi antara senyawa-senyawa volatil khas pada produk tsukuda-ni adalah manis
dari daging ikan dan larutan perendam. atau asin (Tanikawa 1971). Menurut Arie
Aroma daging ikan berasal dari degradasi (2004), minuman minuman berkarbonasi
protein dan lemak yang memberikan aroma memiliki nilai pH sekitar 3,2, sehingga
khas yang disukai maupun tidak disukai. perendaman daging dalam larutan minuman
Menurut Farrell (1990) bahwa soy bean sauce berkarbonasi membuat pH daging menjadi
memiliki karakteristik segar, lembut, rasa asin, asam. Asam pada minuman berkarbonasi dan
aromanya sedap, aromatik, beralkohol dan cuka beras dapat meningkatkan citarasa
beberapa jenis terlihat berkaramel. tsukuda-ni jika dibandingkan dengan

98
Purwaningsih, et al.

perlakuan kontrol. tsukuda-ni dengan perlakuan penambahan


Penilaian tingkat kesukaan terhadap konsentrasi minuman berkarbonasi 40%
semua parameter (warna, tekstur, aroma dan memiliki skor tertinggi yakni sebesar 6,07.
rasa) menunjukkan bahwa perlakuan larutan Berdasarkan hasil analisis Kruskal Wallis
perendam minuman berkarbonasi pada menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
produk tsukuda-ni memberikan skor kesukaan konsentrasi minuman berkarbonasi tidak
rata-rata terbaik. Penelitian selanjutnya memberikan pengaruh yang berbeda nyata
adalah larutan tersebut digunakan pada terhadap tingkat kesukaan warna tsukuda-ni
pembuatan produk tsukuda-ni dengan tersebut (p>0,05). Produk tsukuda-ni pada
perlakuan berbagai konsentrasi. penelitian ini memiliki warna coklat kegelapan.
Penentuan berbagai tingkat perbandingan Hal ini disebabkan adanya penambahan gula
konsentrasi larutan perendam minuman High Fructose Syrup (HFS), gula pada
berkarbonasi berdasarkan Tanikawa (1971) minuman berkarbonasi, proses perebusan
yang mengemukakan bahwa maksimal dan pengovenan.
larutan perendam yang digunakan dalam Menurut Arie (2004), minuman
pembuatan tsukuda-ni adalah 40% (v/v) dari berkarbonasi mengandung air yang
volume larutan bumbu tanpa penambahan berkarbonasi, asam fosfat, kalium sitrat,
daging ikan. Menurut Roseta (2010) kalium benzoat (rasa pelindung), asam sitrat,
konsentrasi larutan perendam terbaik pada rasa alami, aspartam dan acesulfame kalium,
pembuatan tsukuda-ni adalah 60% (v/v) dari fructose corn syrup dan pewarna karamel.
volume larutan bumbu tanpa penambahan Gula dalam larutan akan mengkristal ketika
daging ikan. kadar air menjadi terlalu rendah. Menurut
Penelitian tahap dua dilakukan untuk Steele (2004), komponen gula membentuk
menentukan produk tsukuda-ni yang paling reaksi karamelisasi selama pemasakan,
disukai panelis dengan perlakuan larutan warna yang dihasilkan dari reaksi
perendam minuman berkarbonasi, pada karamelisasi adalah warna coklat, sehingga
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan semakin banyak gula yang ditambahkan pada
60% (v/v). Adapun hasil uji dari rata-rata nilai produk maka warna coklat yang dihasilkan
organoleptik disajikan pada Tabel 2. pada produk semakin meningkat.
Hasil uji rata-rata organoleptik warna

Tabel 2. Hasil uji organoleptik dengan perlakuan konsentrasi larutan perendam


Organo- Konsentrasi minuman berkarbonasi
leptik 10% 20% 30% 40% 50% 60%
a a a a a a
Warna 5,67 6,00 5,93 6,07 5,83 5,60
a ab bc bc bc c
Tekstur 4,23 4,47 4,63 5,43 5,47 5,80
a a a a a a
Aroma 5,80 6,00 6,03 6,07 5,87 5,73
a a a a a a
Rasa 5,33 5,57 5,47 6,03 5,93 5,77
Keterangan: Angka-angka pada tabel dalam baris yang sama yang diikuti dengan huruf superscript
yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)

Tabel 3. Rataan hasil uji fisik tsukuda-ni ikan jangilus (Istiophorus orientalis)
Perlakuan Cutting strength
2 aw (aktivitas air)
tsukuda-ni (daya iris (kg/cm ))
a a
10% 44,39 ± 17,926 0,69
a b
20% 39,02 ± 13,007 0,70
a c
30% 35,85 ± 23,289 0,72
ab c
40% 30,95 ± 1,205 0,73
ab d
50% 24,06 ± 3,170 0,75
ab e
60% 20,75 ± 1,858 0,77
Keterangan: Angka-angka pada tabel dalam kolom yang sama yang diikuti
dengan huruf superscript yang berbeda (a,b) menunjukkan
berbeda nyata (p<0,05)

99
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

Tekstur merupakan salah satu kriteria yang terdapat pada daging sehingga dapat
utama yang digunakan oleh konsumen untuk mengurangi terjadinya reaksi browning
menduga kualitas dan kesegaran makanan enzimatik dan akibat reaksi antara komponen
(Carpenter et al. 2000). Tsukuda-ni dengan kimia dalam daging dengan bahan lain seperti
perlakuan penambahan konsentrasi minuman gula dan garam akan menghasilkan aroma
berkarbonasi 60% memiliki skor rata-rata yang khas pada daging (Hui 2001).
tertinggi yakni sebesar 5,08. Hasil analisis Rasa merupakan sensasi kimia yang timbul
Kruskal Wallis menunjukkan bahwa tsukuda- dari pelepasan sejumlah molekul oleh
ni perlakuan penambahan konsentrasi makanan pada saat dimakan. Rasa adalah
minuman berkarbonasi memberikan pengaruh salah satu karakteristik paling penting pada
yang berbeda nyata terhadap tekstur produk semua produk makanan (Holley 2006).
tsukuda-ni yang dihasilkan. Tsukuda-ni dengan perlakuan konsentrasi
Uji lanjut Multiple Comparison minuman berkarbonasi 40% memiliki skor
memperlihatkan bahwa tsukuda-ni dengan rata-rata tertinggi yakni sebesar 6,03 (suka).
konsentrasi minuman berkarbonasi 60% Hasil analisis uji Kruskal Wallis dengan
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi α=0,05 menunjukkan bahwa perlakuan
minuman berkarbonasi 10%, 20%, 30%, penambahan konsentrasi minuman
tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi berkarbonasi pada tsukuda-ni tidak
minuman berkarbonasi 40%, dan 50%. memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Komposisi dari minuman berkarbonasi (p>0,05) terhadap parameter parameter rasa.
adalah air berkarbonasi, High Fructose Syrup Rasa tsukuda-ni pada penelitian ini adalah
(HFS), asam sitrat, natrium sitrat, natrium manis. Rasa manis ini disebabkan adanya
benzoat, dan flavor (Anonim 2009b). Air gula dan bahan pemanis yang terdapat pada
berkarbonasi adalah air yang diinjeksi karbon minuman berkarbonasi. Menurut Christensen
dioksida (Varnam dan Sutherland 1994). (2009) menyatakan bahwa larutan yang
Reaksi air (H2O) ditambah karbon dioksida digunakan untuk perendam harus memiliki
(CO2) akan menghasilkan asam karbonat keseimbangan antara flavor, asam dan
(H2CO3) (Hui 2001). Pada reaksi tersebut minyak sehingga akan dihasilkan rasa produk
diketahui bahwa air penyusun minuman yang diinginkan.
berkarbonasi mengandung asam karbonat. Salah satu karakter penting yang
Ketika protein terdenaturasi oleh pemanasan, berhubungan dengan sifat fisik adalah sifat
daging akan membentuk rongga-rongga di fungsional dari bahan pangan atau
dalamnya. Rongga-rongga ini akan diisi oleh komponennya. Peubah sifat fisik tsukuda-ni
larutan perendam dan asam (asam karbonat ikan jangilus (Istiophorus orientalis) yang
dari larutan minuman berkarbonasi). Larutan diamati adalah daya iris (cutting strength), dan
perendam akan memberikan flavor pada aktivitas air (aw). Data rata-rata hasil analisis
daging sedangkan asam akan melembutkan fisik tsukuda-ni disajikan pada Tabel 3.
tekstur daging sehingga daging terasa lunak Nilai akseptansi daging berbeda,
(Sumarta 2009). tergantung pada faktor fisiologis dan sensasi
Tsukuda-ni dengan perlakuan konsentrasi organoleptik. Salah satu faktor yang ikut
sprite 40% memiliki skor kesukaan aroma menentukan kelezatan dan daya terima
tertinggi yakni sebesar 6,07 (suka). daging adalah tekstur dan keempukan.
Berdasarkan uji Kruskal Wallis dengan α=0,05 Keempukan daging ditentukan oleh tiga
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan komponen daging, yaitu struktur miofibrilar
konsentrasi minuman berkarbonasi pada dan status kontraksinya, kandungan jaringan
tsukuda-ni tidak memberikan pengaruh yang ikat dan tingkat ikatan silangnya, serta daya
berbeda nyata (p>0,05) terhadap parameter ikat air oleh protein daging serta jus daging
aroma. (Gaman 1992). Nilai daya iris yang tinggi
Perebusan daging sebelum pengeringan menunjukkan nilai keempukan daging yang
dapat membantu menginaktifkan enzim-enzim rendah.

100
Purwaningsih, et al.

Tsukuda-ni perlakuan minuman 30% dan 40%, berbeda nyata dengan


berkarbonasi 10% memperlihatkan nilai perlakuan lainnya. Hal ini dapat dijelaskan
keempukan yang rendah, yaitu sebesar 44,39 bahwa ketika gas yang terdapat dalam
kg/cm2 sedangkan pada konsentrasi 60% minuman berkarbonasi bercampur dengan air,
memiliki nilai keempukan yang tinggi, yaitu akan terbentuk gelembung-gelembung gas
sebesar 20,75 kg/cm2. Hasil analisis ragam yang dapat masuk ke dalam daging dan
pada taraf nyata α=0,05 menunjukkan bahwa membuat rongga di dalamnya. Rongga-
perlakuan penambahan konsentrasi minuman rongga tersebut akan terisi oleh air yang
berkarbonasi memberikan pengaruh yang terdapat di luar daging. Menurut
berbeda nyata pada parameter daya iris. Uji Johnson(1994) menyatakan bahwa makanan
lanjut Tukey memperlihatkan bahwa daya iris semi basah mempunyai nilai aktivitas air (aw)
pada perlakuan penambahan konsentrasi berkisar antara 0,6-0,9 yang pada umumnya
minuman berkarbonasi 40% berbeda dengan cukup awet dan stabil pada penyimpanan
perlakuan 10 %, 20%, 30% tetapi tidak suhu kamar
berbeda dengan 50% dan 60%. Daya iris Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui
produk tsukuda-ni yang terpilih adalah kandungan gizi tsukuda-ni ikan jangilus.
perlakuan penambahan konsentrasi minuman Analisis kimia yang dilakukan meliputi kadar
berkarbonasi 40%. Nilai daya iris air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
berhubungan dengan pH. Pada pH rendah dan kadar karbohidrat. Nilai rata-rata analisis
struktur daging saling berikatan kuat sehingga proksimat disajikan pada Tabel 4.
menyebabkan daging mengkerut. Struktur Kandungan air dalam bahan makanan ikut
asam amino pada pH rendah cenderung menentukan acceptability, kesegaran dan
bersifat asam (H+), dengan demikian senyawa daya tahan bahan itu (Winarno 1997). Hasil
asam amino yang mengandung NH3 akan pengukuran kadar air tsukuda-ni pada Tabel 4
membentuk NH3+, sedangkan molekul asam menunjukkan bahwa penambahan minuman
dari asam amino bermuatan negatif yaitu berkarbonasi 10% memberikan nilai rata-rata
COO- akibat adanya tarik-menarik antara kadar air tertinggi yaitu 61,67%, sedangkan
gugus amino basa yaitu NH3+ dengan COO- penambahan minuman berkarbonasi 60%
pada sarkomer akan menghasilkan serat yang memberikan nilai terendah sebesar 60,92%.
mengkerut, dengan mengkerutnya serat Hasil analisis ragam kadar air pada taraf
daging akan meningkatkan kekerasan nyata α=0,05 menunjukkan perlakuan
tsukuda-ni (Hui 2001). penambahan konsentrasi minuman
Aktivitas air dinyatakan dalam water activity berkarbonasi tidak memberikan pengaruh
(aw), yaitu jumlah air bebas yang dapat yang berbeda nyata pada nilai kadar air
digunakan oleh mikroorganisme untuk tsukuda-ni ikan jangilus.
pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme Tabel 4 memberikan informasi bahwa
mempunyai aw minimal agar dapat tumbuh penambahan minuman berkarbonasi 10%
dengan baik. Aktivitas air mempengaruhi memiliki nilai kadar abu yang paling rendah,
multiplikasi dan aktivitas metabolisme yaitu sebesar 2,53% sedangkan penambahan
mikroorganisme, resistensi dan daya tahan minuman berkarbonasi 60% memiliki nilai
(Johnson 1994). Adapun nilai aw terendah kadar abu yang paling tinggi, yaitu sebesar
sebesar 0,69 untuk tsukuda-ni konsentrasi 7,59%. Hasil analisis ragam kadar abu pada
10% dan nilai aw tertinggi sebesar 0,77 untuk taraf nyata α=0,05, perlakuan penambahan
tsukuda-ni konsentrasi 60%. Hasil analisis konsentrasi minuman berkarbonasi
ragam pada taraf nyata α=0,05 perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
penambahan konsentrasi minuman Uji lanjut Tukey memperlihatkan bahwa nilai
berkarbonasi memberikan pengaruh yang kadar abu tsukuda-ni konsentrasi minuman
berbeda nyata pada parameter aw. Uji lanjut berkarbonasi 30% dan 40% berbeda nyata
Tukey memperlihatkan bahwa nilai aw dengan konsentrasi lainnya.
tsukuda-ni konsentrasi minuman berkarbonasi

101
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

Tabel 4. Komposisi kimia tsukuda-ni ikan jangilus (Istiophorus orientalis) dengan perlakuan
konsentrasi minuman berkarbonasi.
Parameter (%)
Perlakuan
Kadar Kadar Kadar Kadar karbohidrat
tsukuda-ni Kadar air
abu protein lemak (by difference)
a a a a a
10% 61,67 2,53 28,27 0,93 5,75
a a a ab a
20% 61,54 2,87 28,43 0,76 5,60
a b a bc b
30% 61,29 4,02 28,65 0,47 4,78
a b a bc b
40% 61,02 4,48 28,89 0,34 4,49
a c a c c
50% 60,98 5,94 29,04 0,32 2,98
a d a c d
60% 60,92 7,59 29,22 0,32 1,23
Keterangan: Angka-angka pada tabel dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf
superscript yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)

Kadar abu suatu bahan pangan Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa


menunjukkan kandungan mineralnya. tsukuda-ni mempunyai kadar lemak sebesar
Semakin banyak penambahan minuman 0,32% sampai 0,93%. Hasil analisis ragam
berkarbonasi, akan menghasilkan kadar abu kadar lemak pada taraf nyata α=0,05, untuk
yang semakin besar, mengingat bahwa perlakuan penambahan konsentrasi minuman
sebagian besar kandungan minuman berkarbonasi minuman berkarbonasi
berkarbonasi berupa karbohidrat, gula, dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
mineral yaitu sebesar 2,8 g gula, 3,1 g Uji lanjut Tukey memperlihatkan bahwa nilai
karbohidrat serta 4,0 mg mineral dalam tiap kadar lemak tsukuda-ni konsentrasi minuman
100 g minuman berkarbonasi (USDA 2009). berkarbonasi 60% dan 50% berbeda nyata
Kadar protein yang ada berasal dari daging dengan konsentrasi minuman berkarbonasi
ikan itu sendiri. Hasil analisis ragam kadar 10%, 20%, 30%, dan 40%. Kadar lemak
protein pada taraf nyata α=0,05, tsukuda-ni secara komersial menurut
b
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan (Anonim 2009) adalah sebesar 3,3 %.
konsentrasi minuman berkarbonasi tidak Menurut Palupi (2007) menyatakan bahwa
memberikan pengaruh yang berbeda nyata. pada proses pemanggangan, asam lemak
Kadar protein tsukuda-ni secara komersial akan dikonversi menjadi hidroperoksida yang
menurut (Anonimc 2009) adalah sebesar 19,5 tidak stabil oleh adanya aktivitas enzim
%. Nilai rata-rata kadar protein pada lipoksigenase. Perubahan tersebut akan
penelitian ini berkisar antara 28,27-29,22%. berpengaruh pada nilai gizi lemak dan vitamin
Tsukuda-ni yang memiliki nilai kadar protein produk.
terbaik adalah perlakuan penambahan Nilai rata-rata kadar karbohidrat (Tabel 4)
konsentrasi minuman berkarbonasi 40% pada penelitian ini berkisar antara 1,23-
dengan nilai rata-rata kadar protein 28,29% 5,75%. Hasil analisis ragam kadar karbohidrat
karena memiliki nilai standar deviasi yang pada taraf nyata α=0,05, masing-masing
terendah. perlakuan memberikan pengaruh yang
Konsentrat minuman berkarbonasi terdiri berbeda nyata pada nilai kadar karbohidrat.
dari bahan pengawet, zat pengasam, zat Uji lanjut Tukey memperlihatkan bahwa nilai
perisa, zat pewarna dan digabung dalam sirup kadar karbohidrat tsukuda-ni konsentrasi
gula (Thorner dan Hezberg 1978). Salah satu minuman berkarbonasi 30%, dan 40%
bahan pemanis yang ada pada minuman berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
berkarbonasi adalah aspartam. Aspartam Nilai standar deviasi yang terendah adalah
(nutrisweet) merupakan senyawa metil ester perlakuan penambahan konsentrasi minuman
dipeptida yang tersusun oleh asam-asam berkarbonasi 40%, sehingga konsentrasi ini
amino, karena terdiri dari asam-asam amino, dianggap yang terbaik. Kadar karbohidrat
maka aspartam mengalami metabolisme tsukuda-ni secara komersial menurut
seperti halnya asam amino dari protein pada (Anonimb 2009) adalah sebesar 3,23%.
umumnya (Fardiaz et al. 1987). Menurut Gaman (1992), bahwa sejumlah

102
Purwaningsih, et al.

karbohidrat tertentu diperlukan dalam Departemen Kelautan dan Perikanan.


makanan untuk berfungsi sebagai pasangan [DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
protein. Jika makanan mengandung sedikit 2005. Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2004.
karbohidrat maka presentase protein yang Jakarta : DJPB.
harus disediakan sebagai sumber energi Fardiaz S, Dewanti R, Budjianto S. 1987. Risalah
harus lebih besar. Seminar Bahan Tambahan Pangan Kimiawi
(Food Additives). PAU-IPB.
KESIMPULAN Farell KT. 1990. Spices, Condiments, and
Hasil uji secara organoleptik pada Seasoning. New York : An AVI Book.
berbagai jenis larutan perendam pada Gaman PM, Sherington KB. 1992. Pengantar Ilmu
pembuatan tsukuda-ni disimpulkan bahwa Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua.
perendam terbaik adalah larutan minuman Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
berkarbonasi. Pada penelitian lanjutan Gadjah Mada. Gajah Mada University Press,
menunjukkan bahwa perendaman terbaik Yogyakarta.
untuk uji organoleptik, kimia, dan fisik Hidayat T. 2006. Garuda food perkuat posisi di
disimpulkan bahwa konsentrasi minuman bisnis snack. www.swa.co.id. [10 Februari
berkarbonasi terbaik adalah 40%. 2010].
Karakteristik fisik untuk tsukuda-ni dengan Holley A. 2006. Processing Information About
penambahan konsentrasi minuman Flavour in Voiley Andree and Etievent P editor.
berkarbonasi 40% memiliki daya iris 30,95 ± Flavour in Food. England : Woodhand
1,21 kg/cm2, aktivitas air (aw) 0,73. Publishing.
Karakteristik kimia untuk tsukuda-ni dengan Hui HY. 2001. Science Technology System Wes
penambahan minuman berkarbonasi 40% Sacramento di dalam Meat Science and
memiliki kadar air 61,02%, kadar abu 4,48%, Applications. Marcel Dekker, New York. USA.
kadar protein 28,89%, kadar lemak 0,34%, Johnson JL. 1994. Patogenic Mikroorganism and
kadar karbohidrat (by difference) 4,49% . Microbial Toxins. Di dalam: Kinsman DM,
Kotula AW, Bredenstein BC, Editor. Muscle
REFERENSI Foods: Meat, Poultry and Sea Food
[AOAC] Association of Official Analytical Technology: Chapman and Hall, Inc. 268 P.
Chemist. 2005. Official Method of Analysis of Kramlich WE. 1971. Sausage Product. Dalam:
The Association of Official Analytical of Price J F. dan Schweigert B S. (eds) The Science
Chemist. The Association of Official Analytical of Meat and Meat Product. 2nd. W. H Freeman
Chemist, Inc. Arlington, Virginia, USA. and Co., San Francisco.
Anonima. 2009. Ngemil sehat. Mursaha M. 2009. Ikatan Baru Ditemukan pada
http://www.beritakota.co.id [04 Februari 2010]. Semua Makhluk Hidup. //www.chem-is-
Anonimb. 2009. Skipjack, Processed product try.org/artikel_kimia/biokimia/ [19 Agustus
(kezuri-bushi tsukudani). 2010].
http://wholefoodcatalog.info/food/skipjack,_pro Nisizawa K. 1998. Preparation and marketing of
cessed_product%28kezuri- fish as foods. http://www.fao.org/docrep
bushi_tsukudani%29/. [23 Agustus 2010]. /x5822e/x5822e06 [23 Agustus 2010].
Arie. 2004. Mengenal Minuman Berkarbonasi. Palupi NS, Zakaria FR, Prangdimurti E. 2007.
www.untirta.ac.id. [21 Juni 2008] Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi pangan.
Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.
Guidelines for Sensory Analysis in Food Bogor: IPB press.
Product Development and Quality Control. Roseta M. 2010. Pendugaan umur simpan tsukuda-
2nd Ed. Maryland : Aspen Publisher. ni ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan
Ditjen Perikanan Tangkap. 2007. Statistik metode akselerasi. [Skripsi]. Departeman
Perikanan Tangkap Indonesia 2006. Jakarta: Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Institut Pertanian Bogor.

103
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

Ruby. 2009. Ngemil sehat. Tanikawa E. 1971. Marine Product in Japan.


http://www.beritakota.co.id [29 September Tokyo: Koseisha koseikaku Company.
2009]. Thorner ME, Herzberg RJ. 1978. Non-alcoholic
Steele R. 2004. Understanding and Measuring the Food Service Beverage Handbook. Ed. 2.
Shelf Life of Food. Cambridge: Woodhead Westport : AVI Publishing Company, Inc.
Publishing Limited. Suharto (Penerjemah). USDA. 2009. National Nutrient Database for
Teknologi Pengawetan Pangan. Jakata: Rineka Standard Reference, Release 21.
Cipta. http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/search.
Steele R. 2004. Understanding and Measuring the [13 Februari 2010]
Shelf Life of Food. Cambridge: Woodhead Varnam AH, Sutherland J P. 1994. Beverages
Publishing Limited Suharto. 1991. Teknologi Technology, Chemistry, and Microbiology.
Pengawetan Pangan. Jakata: Rineka Cipta. London: Chapman and Hall.
Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Winarno FG, Rahayu TS. 1997. Bahan Tambahan
Meat Animals. Prentice hall, Inc, New Jersey. untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta:
Sumarta A. 2007. Sifat fisik dan organoleptik Pustaka Sinar Harapan.
dendeng fermentasi daging sapi. [Skripsi]. [WTO] World Trade Organization. 2003.
Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Understanding WTO. www.wto.org.c. [04
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Januari 2010].

104

Anda mungkin juga menyukai