Anda di halaman 1dari 6

Nama : Afita

NIM : 1420118119

Kelas : Ambon (Pagi)

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : IV (Empat)

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa I

Dosen : Ns. Cut M. Tatisina S. Kep M Kep

RINGKASAN

A. Konsep Recorvery/Pemulihan

Recovery/pemulihan adalah fase dimana gejala gangguan jiwa sudah


terkendali yang berlangsung seumur hidup. Kondisi ini bila tidak di jaga dan
ditingkatkan kesehatan jiwanya maka akan kembali dalam fase akut.

Proses recovery adalah menemukan dan menghadapi setiap tantangan dari


keterbatasan akibat penyakit yang di derita agar individu bisa hidup, bekerja, dan
berkontribusi di masyarakat.

Tahap-tahap proses pemulihan :

 Tahap 1 : moratorium atau penundaan adalah saat dimana penderita "menarik


diri" dan merasa semuanya telah hilang dan tidak mempunyai harapan.

 Tahap 2 : awareness (kesadaran). Penderita mulai sadar bahwa tidak semuanya


telah hilang dan masih ada masa depan bagi dirinya meskipun penderita
gangguan jiwa.

 Tahap 3 : preparation (persiapan). Pada tahap ini penderita mulai bersiap-siap


untuk memulihkan kesehatan jiwanya.
 Tahap 4 : rebuilding (pembangunan kembali). Penderita mulai secara aktif
membangun identitasnya yang baru, menetapkan tujuan agar hidupnya bisa
lebih berarti dan lebih bertanggung jawab atas kehidupannya.

 Tahap 5 : growth(pertumbuhan). Mengisi kehidupannya dengan kegiatan yang


penuh arti, mengontrol dan mengolah penyakitnya secara bertanggung jawab,
menumbuhkan daya tahan dan harga diri.

4 komponen dari proses pemulihan, yaitu :

1. Menemukan dan memupuk "harapan".


2. Membentuk kembali "identitas positif".
3. Membangun kehidupan yang berarti.
4. Mengambil tanggung jawab dan kendali.

Program pemulihan antara lain meliputi kegiatan: psikoedukasi, animal


assisted therapy dan gardening (holticulture) therapy, penguatan mental spiritual,
melakukan dan belajar kegiatan yang mempunyai nilai ekonimis (berternak,
berkebun, kerajinan tangan), krgiatan sosial (sedekah nasi bungkus, merawat
mesjid atau rumah janda miskin), serta olahraga dan kegiatan kesenian (tirto jiwo)
.

B. Sejarah Keperawatan Jiwa, Tren Dan Issu Dalam Keperawatan Jiwa


Kesehatan jiwa

1. WHO : suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial, dan mental yang tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan
2. UU Kes Jiwa no.18 tahun 2014 : kondisi dimana individu dapat berkembang
sacara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
3. Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat
mencegah gangguan mental akibat berbagai tresor, serta di pengaruhi oleh
besar kecilnya tresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan
sebagainya.
WHO pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah
orang yang dapat melakukan hal beriku.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan
itu buruk
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasa.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima.
5. Berhubunga dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan
6. Mempunyai daya kasi sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk di gunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
Menurut UU no. 36 tahun 2019 tentang kesehatan, pada bab IX tentang
kesehatan jiwa menyebutnkan pasal 144 ayat 1 " upaya kesehatan jiwa di
tunjukkan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan
yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
menganggu kesehatan jiwa.
Trend ad/ hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini biasanya sedang populer di kalangan masyarakat.
Issu adalah sesuatu yang sedang banyak di bicarakan oleh masyarakat akan
tetapi kebenarannya belum dapat di buktikan.
Trend dan issu dalam keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
banyak orang mengenai praktek keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, dan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etik dalam keperawatan.
Trend dan issu dalam kep Jiwa adalah masalah yang sedang hangat di bicarakan
dan di anggap penting. Masalah tersebut dapat di anggap ancaman atau tantangan
yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tantangan regional
maupun global.
 Beberapa trend dan issu keperawatan jiwa :
1. Kesehatan jiwa di mulai dari konsepsi
2. Trend meningkatkan masalah kesehatan jiwa
3. Penggunaan narkoba bagi remaja
4. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
5. Kecenderungan situasi era globalisasi
 Beberapa issu dalam pelayan keperawatan jiwa :
1. Upaya reformasi pelayanan kesehatan jiwa dengan menyediakan pelayanan
kesehatan jiwa di puskesmas dan RSU kabupaten/kota terus di upayakan,
namun belum di dukung oleh tenaga kesehatan khususnya dokter umum yang
siap pakai untuk merespon berbagai masalah kesehatan jiwa
2. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggung
jawabkan karena masih kurangnya hasil riset keperawatan jiwa klinik
3. Perbedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tidak jelas " position decription " job responsibiliti dan sistem
reward di dalam prlayanan.
Trend dan issu pada massa pandemik covid19
Pandemi Covid-19 ternyata tidak hanya berputar pada isu kesehatan
masyarakat. Berdasarkan lembaga riset dan intelijen media Indonesia
Indikator, Ketahanan Pangan turut menjadi isu populer selama pandemi.
"Isu ketahanan pangan nasional turut menguat dengan adanya pandemi
covid-19. Berdasarkan data kami, terdapat 60.209 artikel di media
mainstream yang membahas tentang ketahanan pangan,” sebut Kepala Divisi
Riset Media Indonesia Indicator, Fanny Chaniago, pada keterangan pers,
Selasa (13/5/2020) sore.
Narasumber yang dikutip di media tentang isu ini pun cukup beragam.
Beberapa kelompok yang turut bersuara adalah pemerintah, pengamat, badan
usaha milik negara (BUMN), dan sebagainya.
Fanny menggarisbawahi bahwa pemerintah terbilang aktif bersuara dalam isu
ini. Tercatat 10 figur yang banyak dimintai komentar oleh media massa
mengenai ketahanan pangan, seluruhnya berasal dari pemerintah, baik pusat
maupun daerah. Bahkan Presiden Joko Widodo tampil sebagai tokoh yang
paling banyak bersuara di media massa, yaitu sebanyak 6.079 berita.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menampik dugaan adanya


upaya untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
tengah pandemi Covid-19.
“Sebetulnya tidak ada istilah pelonggaran atau relaksasi PSBB, jangan itu
muncul lagi, saya khawatir persepsi masyarakat bisa bervariasi soal itu,” kata
kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Raditya Jati saat memberi keterangan dalam diskusi KIP di RRI, Jakarta,
pada Jumat (15/5/2020).
Jati meminta masyarakat untuk berhati-hati mengaitkan lonjakan kasus baru
Covid-19 dengan dugaan adanya pelonggaran PSBB. “Kita tetap berupaya
untuk berdasar pada fakta di lapangan. Jika terjadi lonjakan kasus itu karena
memang adanya pengadaan jejaring laboratorium yang banyak di Indonesia,”
kata dia.
Selain itu, Raditya mengimbuhkan, kapasitas pemeriksaan PCR dan
ketersediaan reagen hingga saat ini cukup untuk mendongkrak laju
pemeriksaan di tengah masyarakat. “Sehingga wajar jika angka kasus positif
makin kelihatan. Jika PDP dan ODP dijumlah pasti akan ada pelonjakan
bukan berarti itu akibat PSBB longgar itu mesti dilihat juga fakta di
lapangan,” kata dia.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
Hermawan Saputra menuturkan sejauh ini kurva Covid-19 di Indonesia
menunjukkan tren yang meningkat. “Tidak ada analisis yang bisa mengarah
pada kurva landai. Kasus setiap hari naik bahkan diumumkan semakin
signifikan,” kata Hermawan melalui pesan suara kepada Bisnis, Jakarta, pada
Senin (11/5/2020).
Dengan demikian, menurut dia, saat ini pemerintah seharusnya meningkatkan
jangkauan serta wilayah dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Dia menilai langkah pemerintah untuk melonggarkan PSBB justru
bertentangan dengan upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Buat kami dari praktisi kesehatan publik, langkah ini mundur
sekali,”ujarnya.
Dia mengkhwatirkan pelonggaran PSBB itu justru bakal menimbulkan
sejumlah transmisi lokal penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.
Apalagi, dia mengimbuhkan, moda transportasi dan izin kembali bekerja
diumumkan secara terbuka kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai