Anda di halaman 1dari 14

Nama : Deandra Ramadana

NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

VISUM ET REPERTUM
Definisi
Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah dan keilmuannya, mengenai apa
yang dilihatnya, diperiksa dan ditemukan pada korban (baik hidup atau mati) / bagian dari tubuh
korban, atas permintaan tertulis dari penyidik untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum
adalah keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam melakukan pemeriksaan
barang bukti guna kepentingan peradilan. Jadi dalam hal ini visum et repertum merupakan
kesaksian tertulis dalam proses peradilan.

Tujuan
Tujuan visum et repertum merupakan untuk memberikan kepada hakim suatu kenyataan akan
fakta-fakta dari bukti-bukti yang ada pada korban atas semua keadaan sebagaimana tertuang
dalam pembagian pemberitaan agar hakim dapat mengambil putusan dengan tepat dengan dasar
kenyataan atau fakta-fakta tersebut, sehingga dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.

Dasar Hukum
Dalam KUHAP pasal 186 dan 187. (adopsi: Ordonansi tahun 1937 nomor 350 pasal 1)
 Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
 Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP.
Melalui pendekatan yuridis visum et repertum di dalam Undang-Undang No 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana, menunjukkan terdapat masalah mendasar yaitu kedudukan visum et
repertum masuk dalam alat bukti keterangan ahli atau alat bukti surat yang kedua alat bukti ini
sah menurut hukum sesuai pasal 184 KUHAP. Berikut analisis yuridis peraturan perundang-
undangan pidana di indonesia:
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

1. Pasal 179 KUHAP


1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi saksi yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.
2. Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta
agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)
4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunyai wewenang untuk itu.
3. Pasal 184 KUHAP ayat 1 huruf b
1) Alat bukti yang sah ialah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
4. Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli sidang pengadilan ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

5. Pasal 187 KUHAP


Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah adalah:
1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
2. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat
yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu
keadaan;
3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
daripadanya;
4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.
Berdasarkan analisis yuridis peraturan perundang-undangan pidana di Indonesia tersebut maka
kedudukan visum et repertum kendatipun isinya berupa keterangan ahli yang diberikan dibawah
sumpah dan di luar persidangan pengadilan, dan kualifikasinya termasuk sebagai alat bukti surat
dan bukan alat bukti keterangan ahli.
Akan tetapi apabila visum et repertum dihubungkan dengan Pasal 1 stb. 1937 No. 350 dapat juga
dianggap sebagai keterangan ahli dan keterangan ahli merupakan alat bukti yang sah dalam pasal
184 KUHAP.

Jenis
Untuk orang hidup
 VeR Biasa, perlukaan (termasuk keracunan)
 VeR Lanjutan, kejahatan susila
 VeR Sementara, psikiatrik
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

Untuk Orang Mati


 VeR jenazah

Prosedur Pembuatan Surat Keterangan Visum et Repertum VER Korban Hidup


A. Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi
1. Surat Permintaan Visum (SPV) yang diantar penyidik
2. Persetujuan pemeriksaan medis forensik (informed consent) baik verbal maupun tertulis
3. Bukti identitas pasien (KTP, SIM, SPV, dan sebagainya).
B. Pemeriksaan Medis Forensik
1. Nilai kondisi pasien; jika terdapat kegawatdaruratan maka dahulukan pertolongan
pertama hingga kondisi pasien stabil
2. Setelah kondisi pasien stabil, lakukan anamnesis pada pasien
3. Anamnesis sebaiknya meliputi:
 Keluhan utama pasien
 Mekanisme terjadinya perlukaan
 Waktu terjadinya perlukaan (menurut pasien)
 Ada tidaknya gejala/perlukaan di tempat lain
4. Lakukan pemeriksaan medis forensik (dokumentasi forensik) pada pasien
5. Lakukan pemeriksaan penunjang bila perlu
6. Tentukan diagnosis dan Multiple Cause of Damage (MCODamage)
7. Lakukan penanganan medis jika diperlukan
8. Catat seluruh hasil pemeriksaan pada berkas rekam medis.
C. Pembuatan Surat Keterangan Visum et Repertum
1. Perhatikan beberapa ketentuan penulisan SK VER seperti:
 Ada kop surat institusi yang mengeluarkan SK VER
 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD (hindari
penggunaan singkatan dan istilah asing, termasuk istilah medis)
 Jenis huruf (font) yang disarankan adalah Arial dengan ukuran 11
 Tidak menggunakan spasi antarbaris (spasi 1)
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

 Untuk angka ditulis menggunakan huruf (“1” menjadi “satu”, “2017” menjadi “dua
ribu tujuh belas”, dst) kecuali untuk nomor surat resmi, nomor bukti identitas, dan
data-data yang disadur/disalin dari sumber tertulis lainnya (dicetak miring)
 Jika kalimat selesai sebelum mencapai tepi/margin kanan kertas, maka sisa ruang
yang kosong diberi tanda garis datar (---) hingga penuh ke margin kanan kertas
 Diberi nomor halaman dan jumlah total halaman
2. Tuliskan laporan VER sesuai dengan urutan-urutan sebagai berikut:
 Pro Justisia (“Demi kebenaran”/”For the sake of the truth”). Kata ini diletakkan di
bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et repertum dibuat untuk tujuan
peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat
bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
 Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan
langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini
menerangkan penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat
permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang
diperiksa.
 Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan
pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak
berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan
dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
 Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap
hasil pemeriksaan, berisikan:
1. Jenis luka
2. Penyebab luka
3. Sebab kematian
4. Mayat
5. Luka
6. TKP
7. Penggalian jenazah
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

8. Barang bukti
9. Psikiatrik
 Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum
et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara
pidana/KUHAP".
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

Contoh surat permintaan visum (SPV)


Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

Contoh Visum et Repertum


Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

Penjelasan Poin Demi Poin Surat Keterangan Visum Et Repertum Pasien Hidup
1. Logo institusi yang mengeluarkan/menerbitkan VeR.
2. Kop surat diisi sesuai kop surat resmi dari institusi yang mengeluarkan/menerbitkan
Surat Keterangan Visum et Repertum.
3. Logo institusi jejaring diisi sesuai logo institusi jejaring yang bekerja sama dengan
institusi yang mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum, yaitu
institusi di mana dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat
PermintaanVisum et Repertum. Jika tidak ada institusi jejaring, tempat ini dikosongkan.
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

4. Pro Justitia yaitu frase pembuka pada Surat Keterangan Visum et Repertum, berasal dari
bahasa Latin dan berarti “Demi kebenaran” (“For the sake of truth”).
5. No. Surat Keterangan VeR dari [1] diisi sesuai dengan nomor Surat Keterangan Visum
et Repertum yang dikeluarkan oleh bagian administrasi pada institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum.
6. No. Surat Permintaan VeR (SPV) diisi sesuai dengan nomor yang tercantum pada Surat
Permintaan Visum et Repertum yang diperoleh dari pihak penyidik.
7. Tanggal dan Waktu SPV diterima diisi sesuai dengan tanggal dan waktu (jam dan
menit ke berapa?) Departemen KFM menerima Surat Permintaan Visum et Repertum dari
pihak penyidik.
8. Pihak yang membuat SPV (penyidik) diisi institusi yang membuat SPV, nama,
pangkat, dan Nomor Registrasi Pokok (NRP) penyidik yang menandatangani SPV.
9. Jenis pemeriksaan yang diminta diisi sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
dicantumkan dalam SPV yang diperoleh dari penyidik.
10. Waktu dan Tempat Pemeriksaan diisi sesuai dengan waktu (jam dan menit ke berapa?)
dan tempat pemeriksaan dilakukan oleh dokter (atau dokter gigi bilamana menyangkut
masalah gigi).
11. Nama Pasien/Pasien diisi sesuai dengan nama yang tercantum pada bukti identitas yang
diberikan (KTP, SIM, Paspor, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan
dicetak miring]
12. Tanggal Lahir/Umur diisi sesuai dengan tanggal lahir dan/atau umur yang tercantum
pada bukti identitas yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan
pada SPV). [tulisan dicetak miring]
13. Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum pada bukti identitas yang diberikan
(KTP, SIM, Paspor atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak
miring]
14. No. Bukti Identitas diisi sesuai dengan nomor bukti identitas yang digunakan (KTP,
SIM, Paspor atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak miring]
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

15. Anamnesis diisi sesuai hasil anamnesis terhadap pasien pada saat datang ke
dr/drg/tenaga kesehatan untuk meminta Surat Keterangan Visum et Repertum dengan
membawa Surat Permintaan Visum et Repertum.
16. Pemeriksaan Fisis diisi sesuai pemeriksaan fisis terhadap pasien sesuai dengan
pendekatan ilmu kedokteran untuk mengetahui mekanisme/ patogenesis terjadinya
jejas/damage (diagnosis/gambaran klinik pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup
dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
17. Pemeriksaan Penunjang diisi sesuai dengan pemeriksaan penunjang dalam rangka
membuat diagnosis terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinik pada saat
dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
18. Ringkasan Pemeriksaan diisi sesuai dengan rangkuman hasil pemeriksaan fisis serta
pemeriksaan penunjang terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinik pada saat
dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
19. Diagnosis Kerja (ICD coding) diisi sesuai dengan diagnosis terhadap jejas atau damage
pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan
Visum et Repertum. Bilamana damage tersebut merupakan rangkaian damage dan
komplikasi sebagai konsekuensi dari adanya kejadian (incidence), maka dalam
mengungkapkan rangkaian patomekanisme tersebut perlu dimasukan dalam lampiran
semua ringkasan/ resume medik dari tindakan medik terdahulu yang telah dilakukan oleh
dokter/dokter gigi/petugas kesehatan yang diberikan wewenang; dan resume medik
tersebut harus ditandatangani oleh dokter/dokter gigi/petugas kesehatan tersebut. Urutan
diagnosis kerja menggunakan pendekatan Multiple Cause of Damage (MCOD), sehingga
dituliskan keadaan morbid yang langsung berhubungan dengan damage sekarang (A1),
dan penyebab antaranya (A-2, A-3), serta penyebab yang mendasari terjadinya damage
(A-4). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun berkontribusi
terhadap keadaan damage sekarang (B-1, B-2, B-3, dan B-4). Kemudian
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

diagnosis/damage tersebut diberi kode sesuai dengan International Classification of


Disease-10 (ICD-10).
20. Pengobatan dan Tindakan diisi sesuai dengan pengobatan dan tindakan terhadap jejas
atau damage (diagnosis/gambaran klinik pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup
dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
21. Prognosis dari penyakit/damage diisi sesuai dengan prognosis yang dibuat berdasarkan
penilaian terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinik pada saat dilakukan
pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
22. Kesimpulan diisi sesuai dengan Diagnosis dan Prognosis.
23. Tempat dan Tanggal dikeluarkan VeR diisi dengan tempat dan tanggal
dikeluarkan/diterbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum oleh institusi yang
membuat VeR.
24. Nama lengkap dan Nomor Induk Kepegawaian dari dokter/dokter gigi yang diberi
wewenang pelayanan kesehatan diisi sesuai dengan nama dan NIK dari dokter/ dokter
gigi/ petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka
menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum. Dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan
ini adalah dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang ditunjuk/mewakili institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum.
25. Jabatan dan kompetensi dari [24] diisi sesuai dengan jabatan dan kompetensi yang
dimiliki oleh dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang membuat surat keterangan
Visum et Repertum.
26. Tanda tangan ditandatangani oleh [24].
27. Lampiran pemeriksaan dilampirkan semua pemeriksaan dalam rangka membuat
diagnosis terhadap damage yang terjadi (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium,
radiologi, ultrasonografi, EKG, EEG, histopatologi, toksikologi, DNA, dan lain-lain).
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

Analisis Masalah
Dokter bertugas di rumah sakit kemudian melakukan pemeriksaan jenazah setelah mendapatkan
Surat Permintaan Visum pada jam 2 siang. Korban memakai baju kemeja lengan pendek dengan
saku pada dada kiri dan terdapat tulisan “J&T Expres” berwarna merah dengan ukuran L, celana
jeans panjang bermerk Levis warna hitam ukuran 36, celana dalam warna hitam tanpa merek
berukuran XL. Tampak gelang berbahan batu bentuk bulat-bulat kecil warna hitam pada
pergelangan tangan kanan.
Mengapa perlu merincikan jenis, ukuran, dan merk pakaian yang digunakan oleh korban?
Keterangan pakaian perlu dirincikan karena merupakan sa
Hasil pemeriksaan menunjukkan jenazah adalah seorang laki-laki dewasa, berusia sekitar 40
tahun, dengan panjang badan 165 cm, warna kulit sawo matang, gizi cukup. Pemeriksaan
identifikasi khusus menunjukkan terdapat parut bekas luka berukuran 5cm X 3cm pada lutut
kanan. Pada pemeriksaan gigi terdapat gigi geraham kecil kedua pada rahang atas kiri tinggal
sisa akar dan gigi geraham besar ketiga rahang atas dan kiri tidak ada. Lebam mayat terdapat
pada punggung, warna keunguan, hilang dengan penekanan. Kaku mayat terdapat pada lengan,
mudah dilawan. Pada selaput bola mata tampak bintik-bintik perdarahan (Tardieu spot),
konjungtiva pucat, dan kuku-kuku jari tangan dan kaki tampak keunguan. Tidak ditemukan luka-
luka atau tanda kekerasan lainnya.
Bagaimana tanda-tanda kekerasan pada jenazah?
 Parut bekas luka berukuran 5cm X 3cm pada lutut kanan
 Gigi geraham kecil kedua pada rahang atas kiri tinggal sisa akar dan gigi geraham besar
ketiga rahang atas dan kiri tidak ada
 Tidak ada tanda kekerasan lainnya
Tidak ada tanda kekerasan pada jenazah, parut luka berukuran 5x3cm pada lutut kanan serta
copotnya gigi pasien dapat terjadi karena pasien terjatuh saat meninggal.

Referensi
1. Van De Tas, Kamus Hukum Bahasa Indonesia, Cet 2 (Jakarta: Timur Mas,1981) Hal. 363
Nama : Deandra Ramadana
NIM : 04011381823239
Kelas : Beta 2018 (B7)

2. R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung:


Tarsito, 1981) hal. 18
3. R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam aspek hukum acara
pidana, (bandung: mandar maju, 2002) hal. 98
4. Ketentuan bermeterai sesuai dengan ketentuan UURI No. 13 Tahun 2005 Tentang Bea
Meterai (adopsi: Ordonansi materai tahun 1921 pasal 23) semua surat resmi untuk
perkara pengadilan harus di atas kertas bermaterai atau bertuliskan “Proyustisia”
5. Eddy Hiariej, teori hukum pembuktian, (jakarta:erlangga 2012) hal. 107

Anda mungkin juga menyukai