Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ASAM URAT (GOUT ARTRITIS)

OLEH

NI LUH PUTU DIAH MEINAYANTI

2114901061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021

1. Latar Belekang
a. Karakteristik Keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan
perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai,
tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat
lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang
strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena
masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.
Adapun karakteristik dari keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu sama
lain dan masing-masing mempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak,
kakak dan adik, mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan
mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis,
dan sosial anggota.

b. Data Yang Perlu Dikaji Dalam Keperawatan Keluarga


1) Data Umum meliputi nama,umur, pekerjaan,agama dan lain-lain.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
3) Pengkajian Lingkungan
4) Struktur keluarga
5) Fungsi keluarga
6) Stress dan koping keluarga

c. Masalah Keperawatan Keluarga


1) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
2) Manajemen kesehatan tidak efektif
3) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
4) Perilaku kesehatan cenderung beresiko
5) Ketidakmampuan koping keluarga
TINJAUAN TEORI

2. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,
2012).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungandarah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksisatu sama lain (Harmoko, 2012).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan
tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian
tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan
life review masa lalu.

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam
Susanto (2012) :
a. Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek nenek) dan keponakan.
6) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota biasa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir pekan atau pada waktuwaktu tertentu.
7) The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak.
8) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh : Dapur, kamar mandi, telepon dan
lain-lain.
10) Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan
sebelumnya.
11) The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian
atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa menikah.
2) The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah.
Sosialisasi anak dengan aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup
bersama sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
8) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara sementara waktu, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
9) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
10) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

5. Struktur Keluarga
a Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu
dususun melalui jalur garis ibu.
c Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

6. Tugas keluarga menurut Friedman (2010) dalam bidang kesehatan adalah


sebagai berikut :
a Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.
b Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan.
c Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit.
d Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan.
e Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
3. Konsep Dasar Gout Artritis
1. Definisi
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defek genetik pada metabolism purin atau
hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai
deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan
terjadinya serangan inflamasi akut. Jadi, Gout atau sering disebut “asam
urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
A. Klasifikasi
1. Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
2. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi
asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian
obat tertentu.
B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau
keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
a. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
b. Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam
urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
aseta zolamid dan etambutol.
3. Pembentukan asam urat yang berlebih :
a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karena penyakit lain seperti leukemia.
4. Kurang asam urat melalui ginjal
5. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat.
6. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 % penderita gout
ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita pada post
menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia
pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering
mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan
pergelangan kaki.

C. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang
tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
a. produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya eksresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam –
garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :
a. Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon dan
selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate)
oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.

D. Manifestasi Klinis
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak
diobati, antara lain :
a. Hiperuricemia asimtomatik
b. Arthritis gout akut
c. Tahap interkritis
d. Gout kronik
Gout akut berupa :
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam
Gangguan kronik berupa :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi
(penumpukan monosodium asam urat dalam jaringan )

E. Komplikasi
a. Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan
berulang yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang
berada pada sekitar sendi).
b. Batu ginjal
c. Gagal ginjal kronis
d. Hipertensi

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
1) Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine
1,0 – 3,0 mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
c. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis
dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri
dan inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat
dan untuk mencegah serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat.
g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone
( Anturane ) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg
2x/hari.
2) Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ),
sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang,
dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori
harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada
tinggi dan berat badan.
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita
gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam
urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.
4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal
yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a Pengumpulan Data
1) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktifitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku.
c) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung
kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6
bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
b Analisa Data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :
1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3) Karakter keluarga
c Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan
yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang
didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan
tentang masalah keperawatan keluarga (Setiadi, 2012).
d Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
1) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potensial
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui
tindakan keperawatan atau kesehatan.
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui
intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun
skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :

Tabel 3 : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah


Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Masalah yang tidak perlu segera 1 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 5
Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah.
Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu.
Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun
rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :

Skor

x bobot

Nilai Tertinggi

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga, yaitu pola
penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan
untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan, yaitu pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan
hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan
yang diharapkan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.

3. Intervensi
Setelah pengkajian langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan
keperawatan atau kesehatan dan keperawatan keluarga yaitu sekumpulan
tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Tahap-tahap
dalam menyusun perencanaan :
a Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan atas nilai skor
tertinggi.
b Rencana perawatan
Dalam penyusunan rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada masalah
dan tujuan jangka pendek yang mengacu pada lima tugas keluarga dalam
bidang kesehatan, kriteria dan standar yang menunjukkan tingkat
pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang
sebenarnya (Setiadi, 2012).

4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan sarana
prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi
a Manajemen kesehatan keluarga efektif
b Manajemen kesehatan efektif
c Pemeliharaan kesehatan efektif
d Penurunan perilaku kesehatan cenderung beresiko
e Peningkatan koping keluarga
Daftar Pustaka

Adi Muhammad, 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga. Universitas


Muhhamadyah Purwokerto.

Amin & Hardhi. 2015. Nanda Nic Noc Jilid 1, Panduan Penyusunan Asuhan
Keperawatan Peofesional. Yogyakarta. Penerbit : Medication

Briyanwidi, 2019. Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga. Universitas


Sumatra Utara.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Kedokteran EGC:
Jakarta.

Endah Prameswari, 2015. Asuhan Keperawatan Gout. Akper Insan Husada


Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai