Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Darah adalah cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi mengangkut
zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpskula terdiri dari Sel darah
merah atau eritrosit (sekitar 99%), Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%),
Sel darah putih atau leukosit (0,2%). Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air
yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi),
hormone, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam. (Waterbury L ,1998)

Glukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting


yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami
(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Glukosa adalah
suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-
buahan dan madu lebah (Poedjiadi 1994).

Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun


1919 (Berkman 1953). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk
membuat filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan
asam tungstat. Endapan terjadia kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk
kationik dari protein. Metodeini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya
dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih
cepat (Haden 1923).

Pada hewan terdapat salah satu penyakit yang dinamakan Hypocalcaemia.


Hypocalcaemia adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu
atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita yang
mengalami depresi umum (Subronto 2001). Hypocalcaemia dapat menghambat
ekskresi insulin sehingga pada kasus ini biasanya selalu diikuti kenaikan kadar
glukosa. (Girindra 1988).

Percobaan bertujuan melakukan penentuan kadar glukosa darah dan


mengetahui prinsip penentuannya serta menghubungkan konsentrsi glukosa darah
dengan kondisi kesehatan tubuh.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ialah erlenmeyer, pipet mohr 5 ml, bulp, pipet tetes,
batang pengaduk, alumuniumfoil, kertas sarring, corong, tabung reaksi, gelas piala
500 ml, penangas air, kuvet, spektofotometer, dan botol semprot.
Bahan yang digunakan ialah sampel darah, akuades, Na-wolframat, H2SO4
0,67 N, kuprisulfat, standar glukosa, kupritartat, dan fosfomolibdat.
Prosedur
Penentuan glukosa dalam darah dilakukan dengan cara 1 ml sampel
darah dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1 ml akuades, Na-
wlframat, dan H2SO4 0,67 N. setelah itu diaduk sampai homogen dan didiamkan
selama 10 menit serta ditutup menggunakan alumuniumfoil. Larutan disaring untuk
mendapatkan filtrat, pada tabung pertama diisi 1ml fitrat dan 1 ml kupritartat, pada
tabung kedua diisi 1 ml standar glukosa dan 1 ml kupritartat, dan pada tabung ketiga
diisi 1 ml akuades dan 1ml kupritartat. Ketiga tabung tersebut dipanaskan dalam air
mendidih selama 8 menit kemudian dinginkan dan diencerkan dengan 7 mL akuades,
1 mL fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung. Intensitas warna dibaca pada
panjang gelombang 660 nm dan dihitung kadar glukosa darah dalam mg/dl.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode.
metode yangdigunakan untuk penentuan kadar glukosa darah adalah metode Folin-
Wu. Prinsip penentuankadar glukosa darah dengan metode Folin-Wu adalah reaksi
reduksi ion kupri di dalam larutankupritartrat oleh gula pereduksi menjadi ion kupro.
Senyawa Cu2O yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan asam fosfomolibdat
membentuk senyawa fosfomolibdenum oksida yang berwarna biru tua. Intensitas
warna biru yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa didalam darah sampel
sehingga dapat diukur serapannya secara spektrofotometri (Ganong 1994). Kelebihan
dari metode Follin Wu metode ini sangat sederhana dan pengerjaannya mudah.
Kelemahan metode Folin wu ialah hasil positif yang didapat besar karena beraksi
juga dengan jenis gula lain, keratin asam askorbat, dan bahan lain, namun metode ini
memiliki beberapa keuntungan yaitu hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang
terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat (Haden 1923)

Berikut hasil pengukuran kadar glukosa darah pada percobaan :

larutan Absorbansi (A) Kadar glukosa darah


(m/dL)
Blanko 0,000
Standar 0,002 3,43 mg/dL
Sampel 0,098
Contoh perhitungan:
[Glukosa] = Absorban sampel x [Standar] x FP
Absorban standar
= 0,002 x 1 mg/mL x 7
0.098
= 343 mg/mL = 3,43 mg/dL

Berikut adalah reaksi pada uji penentuan glukosa darah dengan metode Folin wu:

Cu2+ + C6H12O6 + OH- CU2O

Gambar 1 Reaksi uji reaksi penentuan glukosa darah dengan metode Folin wu
Pembuatan filtrat dilakukan dengan memipet 1 ml darah ke dalam erlenmeyer
kecil, serta ditambahkan 1 mL Na-wolframat 10%, dan 1 mL H2SO4 0,67 N tetes
demi tetes. Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga
albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Menurut Poedjiadi (1994), albumin
adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Penambahan Na-wolframat
bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi sebagai
katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat.
Larutan yang telah dibuat didiamkan selama 10 menit agar terjadi endapan
albumin secara sempurna, sehingga ketika endapan tersebut dipisahkan dengan kertas
saring akan memisah dengan sempurna. Pada percobaan disiapkan 3 tabung, tabung
pertama berisi filtrat yang dijadikan sampel , tabung kedua berisi larutan standar
glukosa yang dijadikan standar, tabung ketiga berisi aquades yang dijadikan sebagai
blanko. Selanjutnya tabung reaksi yang telah berisi masing-masing bahan, berturut-
turut filtrat, standar glukosa, dan akuades ditambahkan 1 mL larutan kupritartrat.
Penambahan larutan kupritartrat berfungsi dalam pembentukan warna biru ketika
ditambahkan pereaksi fosfomolibdat. Hal tersebut dapat terjadi karena larutan
kupritartrat mengandung asam laktat dan ion Cu+. Menurut Girinda (1989), pada
penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan
mengendap sebagai Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut
lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya
oksidasi Mo. Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di
dalam filtrat. Pada percobaan warna larutan yang dihasilkan berwarna biru, hal ini
sesuai dengan prinsip uji tauber, warna biru yang dihasilkan larutan dari hasil reaksi,
menunjukkan adanya glukosa.
Ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan air mendidih selama 8 menit tepat.
Pemanasan berfungsi menambah laju reaksi oleh kupritartat. Ketiga tabung tersebut
didinginkan, lalu diencerkan dengan 7 ml akuades. Sebanyak 1 mL larutan
fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung. Penambahan H2SO4 0,67 N
bertujuan untuk menciptakan suasana asam, karena reaksi dengan fosfomolibdat
terjadi pada suasana asam. Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas
warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert
Beer. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang
sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi
antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding. Adapun penggunaan panjang
gelombang sebesar 660 nm disebabkan karena panjang gelombang maksimum untuk
transmitansi larutan glukosa adalah 660nm (Syabatini 2010).
Hasil pengukuran kadar glukosa didalam darah, didapatkan bahwa kadar
glukosa dalam darah 3,43 mg/dL. Pada pengukuran standar didapat nilai absorbansi
pada standar glukosa sebesar 0,002 dan nilai absorbansi pada sampel sebesar 0,098.
Hal ini sesuai dengan literature, bahwa standar glukosa yang digunakan adalah
1mg/ml sedangkan jika dibandingkan dengan nilai kadar sampel adalah 343 mg/ml.
hal ini yang menyebabkan nilai absorbansi pada sampel jauh lebih besar
dibandingkan dengan standar. Nilai kosentrasi berbanding lurus dengan nilai
absorsivitasnya.

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena


mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml
darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali
pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml darah ( Podjiadi, 1994) Hepar mempertahankan glukosa
dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis, dibawah kontrol hormonal (glukagon
atau kalau turunnya drastis menjadi epinefrin). Apabila glukosa darah turun,
glukagon dilepas pankreas,glukagon akan mengaktifkan adenilil siklase, enzim ini
akan mengkatalisis pembentukan cAMP dari ATP, cAMP akan mengaktifkan cAMP
dependent protein kinase, yang selanjutnya akan mengubah fosforilase kinase b a
(dengan fosforilasi membutuhkan ATP). Fosforilase kinase a akan mengaktifkan
fosforilase (fosforilase fosforilase-P). Selanjutnya fosforilase yang aktif memecah
glikogen menghasilkan G 1P. Bersama dgn enzim glukantransferase dan debrancing
enzim glikogen akan dipecah semuanya.

Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka
sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Salah satu contoh penyakit yang
disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes melitus. Terdapat dua jenis
penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes
mellitus) yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini hanya
bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus tipe 2 (non-insulin-
dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk
berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas
(resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah.
Diabetes melitus tipe 2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90%
dari semua kasus diabetes di seluruh dunia (Suryohudoyo 1996).
Selain diabetes, penyakit yang diakibatkan ketidakseimbangan glukosa adalah
polyuria. Menurut Dorland (2002), Polyuria adalah kondisi dimana ekskresi urin yang
besar atau berlebihan dalam periode tertentu. Sedangkan diabetes adalah adanya
berbagai gangguan yang ditandai dengan polyuria. Polifagia terjadi akibat jaringan
tubuh tidak mendapatkan suplai glukosa yang cukup akibat gagalnya insulin
membuka kanal glukosa. Akibatnya, glukosa darah menumpuk, namun tubuh tetap
merasa lapar. Karena glukosa tidak dapat mencukupi kebutuhan energi jaringan,
maka tubuh mengambil energi tersebut dari sumber energi yang lain, seperti lemak
atau protein, sehingga lama kelamaan pasien menjadi semakin kurus. Selanjutnya,
karena ginjal mempunyai ambang batas tertentu terhadap filtrasi glukosa, maka
glukosa ikut lolos sehingga keluar bersama urin. Karena itu pengujian urin untuk
glukosa reduksi mempunyai hasil posisitif (+++). Untuk menjaga agar urin tidak
terlalu pekat, ginjal mempunyai sistem pengaturan sendiri, sehingga cairan tubuh ikut
keluar bersama urin, dan jaringan tubuh mengalami dehidrasi. Sebab itu, penderita
DM pada umumnya merasa sering haus (polidipsi). Gejala klinis berupa polineuropati
dan retinopati berkaitan dengan akumulasi fruktosa dan sorbitol. Secara umum,
penumpukan fruktosa dan sorbitol mengganggu kerja sistem saraf, namun secara
khusus keduanya jelas terlibat dalam patogenesis katarak diabetika. Kadar kreatinin
dan hasil uji protein urin yang abnormal juga menunjukkan salah satu komplikasi
DM, yaitu defisiensi kerja ginjal. Ginjal tidak mampu menyaring protein dengan baik,
sehingga protein ikut terlarut dalam urin. Adanya kalsifikasi pada pankreas
menunjukkan terganggunya fungsi pankreas dalam memproduksi insulin dalam
jumlah normal.

Prinsip penggunaan Glukometer ialah test strip biosensor dengan dua


elektroda dan enzim glukosa oksida menggunakan teknik deteksi elektrokimia dan
reagen kering strip dimana darah yang ditambahkan pada test trip secara automatic
alat akan mengeluarkan hasil yang akan tampak pada layar.

Pemeriksaan kadar glukosa darah, memiliki banyak metode, salah satu metode
itu adalah follin-wu yang digunakan pada percobaan. Metode lain yang dapat
digunakan adalah metode enzimatik, yaitu metode Glukosa Oksidase (GOD) dan
metode heksokinase. Metode GOD banyak digunakan pada saat ini. Akurasi dan
presisi yang baik ( karena enzim GOD spesifik untuk reaksi pertama).
(Hendromartono, 1998) Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis
mengguunakan enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2) yang terbentuk
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim
peroksidase (POD) yang membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan kadar glukosa dalam sampel. Hidrogen peroksida adalah produk
lain yang terbentuk dari hasil perombakan glukosa menjadi asam glukonat dengan
katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk adalah sebanding
dengan glukosa yang menjadi prekursor awalnya. Kemudian dengan menambahkan
aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat
diukur dengan melihat reaksi yang terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi
enzim peroksidase, pengamatan dibantu oleh indikator merah-violet.

SIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat bahwa hasil pengukuran kadar
glukosa darah menggunakan metode folin-wu pada darah sapi adalah 3,43 mg/dL.
Saran pada praktikum kali ini, pada saat pengukuran menggunakan
spektrofotometer pembilasan kuvet harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi
pengukurannya, selain itu pemanasan yang dilakukan harus tepat 8 menit jangan
sampai merusak sampel.

DAFTAR PUSTAKA
Achjadi K. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor : IPB Press.
Girindra A.1988. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Haden RL. 1923. A Modification of The Folin-Wu Method for Making Protein-
FreeBloodFiltrates. The Journal of Biological Chemistry. 937- 943.

Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.


Murray RK. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC
Poedjiadi Anna 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Suryohudoyo P & Purnomo SU. 1996. Dasar Molekuler Diabetes Mellitus (DM),
Naskah Lengkap Surabaya Diabetes Update-I : 71-73.
Syabatini A. 2010. Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan Dengan
Spektrofotometer. Pontianak : UNLAM Press.

Waterbury Lary. 1998. Buku Saku Hematology . W Susiani Wijaya : Penerjemah.


Jakarta (ID) : EGC . Terjemahan dari : Hematlogy For The House Officer.
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa / 09-Desember-2014
Biokimia Waktu : 11:00-13:00

PJP : Inda Setyawati, STP, MSi

Asisten : Gia Permastu, SSi

Rini Kurniasih, SSi

GLUKOSA DARAH
Kelompok A-1

Sucita Rahmi (J3L113009)

Khairunnisa Islamiati (J3L113062)

Dyah Ayu Septingsih (J3L113031)

Elsa Alfiani (J3L213101)

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Anda mungkin juga menyukai