Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

COGNITIF BEHAVIORAL THERAPY (CBT)


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada Mata Kuliah Psikoterapi

Dosen Pengampu:
Ibu Jehan Safitri. M.Psi.PSikolog
Ibu Rahmi Fauzia.S.Psi,Ma.Pikolog
Ibu Firdha Yuserina.M.Psi.Psikolog

Oleh:
KELOMPOK IX
Kelas A
1. Erika Puspita Dewi 1710914220011
2. Gravy jourdan gampamole 1710914210017
3. Hamdiah 1710914320031
4. Helman Juhdi 1710914310035
5. Isna Aisyah Amini 1710914320037
6. Muhammad Alfiannor 1710914210029
7. Nurul Pratiwi 1710914220043
8. Reza Yunus Andowi 1610914310086
9. Yesaya Imanuel Kumendong 1710914310092

PROGRAM STUDIO PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT


yang elahmemberikan rahmat, taupik, dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul”Konseling dan Psikoterapi” .Dan kedua kalinya takpula kita
selawat dan salam kamisampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari alam gelapgulita menuju alam yang terang menerang seerti
yang kita rasakan pada hari ini.Dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak
Dosen pengampu dan pihak yangtelah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun penulis merasa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dari
itu penulis sangatmengharapkan saran dan keritik dari bapak dosen pengampu dan
rekan-rekan mahasiswakhususnya dan para pembaca pada umumnya. Dengan
demikian penulis dapat mengebangkanmakalah ini agar lebih sempurna, lagi kami
ucapkan terimakasi kepada semua pihak atasdukungan dan dorongan sehingga
terselesaikanya makalah ini,dan semoga dapat bermampaat bagi kita semua. Amin...

Banjarbaru, 17 Februari 2020


Tim Penyusun

Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latarbelakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................. 14
DAFTAR PUTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan Kognitif dan behavioral atau yang lebih dikenal dengan nama
Cognitive-behavioral therapy merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang
paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai
gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari Cognitif
behavioral therapy (CBT), terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan
emosional berasal; dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam
keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai perubaha pola-pola
berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada pola berpikir yang maladaptive
(disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola
tersebut, diharapkan mampu melakukan perubahan cara berpikirnya dan mampu
mengendalikan gejala gejala dari gangguan yang dialami.
Pendekatan Behavioral; muncul dari B.F Skinner dengan teori kondisi
pengoperan. Kemudian pendekatan behavioral ini menjadi pendekatan yang pupuler
pada masa 1960an. Pada tahun 1970an pendekatan behavioral mendapatkan pengaruh
dari teori kognitif. Bandura merupakan salah seorang yang pertama kali
menggunakan konsep pendekatan Kognitif-Behavioral. Pendekatan Kognitif –
Behaviora; memiliki pandangan bahwa seorang individu memiliki perilaku yang
dipengaruhi oleh kondisi internal (kognitif). Berdasarkan hal tersebut, terapi Kognitif
–Behavioral menekankan bahwa perubahan tingkah laku dapat terjadi jika seorang
individu mengalami perubahan dalam masalah kognitif. Terapi dalam pendekatan
Kognitif – Behavioral merupakan gabungan dari terapi yang ada pada pendekatan
Kognitif dan pendakatan Behavioral.
Cognitive –Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang
didasarkan atas konseptualisasi atau pemahan pada setiap konselu, yaitu pada
keyakinan khusus konseli dan pola perilaku konseli. Proses Konseling dengan cara

1
memahami konseli didasarkan pada restrukturisai kognitif yang menyimpang,
keyakinan untuk membawa perubahan emosi dan strategi perilaku ke arah yang lebih
baik (Alford & Beck, 1997).
CBT merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan
cognitive therapy dan behavioral therapy. Oleh karena itu, Matson dan Ollendick
mengungkapkan bahwasanya CBT merupakan perpaduan pendekatan dalam
psikoterapi yanitu Cognitive therapy dan Begavioral therapy. Sehingga langkah-
langkah yang dilakukan oleh cognitive therapy dan behavioral therapy ada dalam
konseling yang dilakukan CBT.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari disusunnya makalah ini sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Cognitive – Behavioral Therapy (CBT) ?
b. Bagaimana latar belakang teori Cognitive – Behavioral Therapy (CBT) ?
c. Bagaimana konsep pendekatan Cognitive – Behavioral Therapy (CBT) ?
d. Bagaimana teknik-teknik dalan pendekatan Cognitive – Behavioral Therapy
(CBT) ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk memahami lebih jelas mengenai CBT, karena itu penulisan makalah ini
di susun untuk:
a. Agar dapat mengetahui dan memperlajari apa yang dimaksud dengan Cognitive –
Behavioral Therapy (CBT) ?
b. Agar mengetahui bagaimana latar belakang teori Cognitive – Behavioral Therapy
(CBT) ?
c. Agar mengetahui bagaimana konsep pendekatan Cognitive – Behavioral Therapy
(CBT) ?
d. Agar mengetahui dan mempelajari bagaimana teknik-teknik dalan pendekatan
Cognitive – Behavioral Therapy (CBT) ?

2
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah singkat ini diharapkan dapat memberikan pemahan dan
menambah wawasan mengenai pendekatan Cognitive – Behavioral Therapy
dalam psikoterapi dan keilmuan lainnya dalam bidang psikologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Cognitive Behavior Theraphy (CBT)


a. Pengertian Cognitive Behavior Therapy
Cognitive Behavior Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Beck
tahun 1976, yang konsep dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia
terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus – Kognisi – Respon (SKR), yang saling
berkaitan dan membentuk semacam jaringan dalam otak manusia, dimana proses
cognitive akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir, merasa, dan bertindak.
Terapi perilaku kognitif (CBT- Cognitive Behavior Therapy) menggunakan
teori dan riset tentang proses-proses kognitif. Pada terapi tersebut menggunakan
gabungan paradigma kognitif dan belajar. Para terapis perilaku kognitif memberikan
perhatian pada peristiwa-peristiwa dalam diri, pemikiran, persepsi, penilaian,
pernyataan diri, bahan asumsi-asumsi yang tidak diucapkan (tidak disadari), dan telah
mempelajari serta memanipulasi proses-proses tersebut dalam upaya memahami dan
mengubah perilaku bermasalah yang terlihat maupun tidak terlihat.
Terapi kognitif-behavioral memiliki asumsi bahwa pola pikir dan keyakinan
mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan
perubahan perilaku yang diharapkan.

b. Pendekatan Conitive Behavior Therapy

Aaron T. Beck mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang


dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara
melakukan Restrukturisasi Kognitif dan perilaku yang menyimpang. Proses konseling
didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan
pola perilaku konseli. Harapan dari Cognitif Behavior Therapy (CBT) yaitu
munculnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang dan sistem kepercayaan untuk
membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik”.

4
Konseling Cognitif Behavior Therapy (CBT) memfasilitasi individu belajar
mengenali dan mengubah kesalahan. Konseling Cognitif Behavior Therapy (CBT)
tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy
thinking. Sedangkan Terapi tingkah laku membantu membangun hubungan antara
situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar
mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik,
berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat.
Cognitif Behavior Therapy (CBT) didasarkan pada konsep mengubah pikiran dan
perilaku negatif. Melalui Cognitif Behavior Therapy (CBT), konseli terlibat aktivitas
dan berpartisipasi dalam training untuk diri dengan cara membuat keputusan,
penguatan diri dan strategi lain yang mengacu pada self-regulation. Menurut
Oemarjoedi “teori Cognitive- Behavior pada dasarnya meyakini pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling
berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana
proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir, merasa dan bertindak”.
Berdasarkan paparan definisi mengenai Cognitif Behavior Therapy (CBT),
maka Cognitif Behavior Therapy (CBT) adalah pendekatan konseling yang menitik
beratkan pada pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang
merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis. Konseling ini akan diarahkan
kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak
sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan
kembali. Tujuan dari Cognitif Behavior Therapy (CBT) yaitu mengajak individu
untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa
lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga
pada akhirnya dengan Cognitif Behavior Therapy (CBT) diharapkan dapat membantu
konseli dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak.
c. Aspek- Aspek Cognitive Behavior Therapy
Aspek kognitif dalam Cognitive Behavioral Therapy (CBT) antara lain
mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi

5
konseli belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan
aspek behavioral dalam Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu mengubah
hubungan yang salah antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga
merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.
d. Prinsip Cognitive Behavior Therapy
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dari CBT berdasarkan kajian yang
diungkapkan oleh Aron T Beck:
1) Prinsip 1: Cognitive Behavior Therapy berdasarkan pada formulasi yang terus
berkembang dai permasalahan konseli dan konseptualisasi kognitif konseli.
Formulasi konseling terus diperbaiki seiring dengan perkembangan evaluasi dari
setiap sesi konseling. Pada momen yang strategis, konselor mengkoordinasikan
penemuan-penemuan konseptualisasi kognitif konseli yang menyimpang dan
meluruskannya sehingga dapat membantu konseli dalam penyesuaian antara
berpikir, merasa, dan bertindak.
2) Prinsip 2: Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada pemahaman yang sama
antara konselor dan konseli terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.
Melalui situasi konseling yang penuh dengan kehangatan, empati, peduli, dan
orisinilitas respon terhadap permasalahan konseli akan membuat pemahaman
yang sama tehadap permasalahan yang dihadapi konseli. Konseli tersebut akan
menunjukan sebuah keberhasilan dari konseling.
3) Prinsip 3: Cognitive Behvior Therapy memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif.
Menempatkan konseli sebagai tim dalam konseling. Maka keputusan konseling
merupakan keputuasan yang dispakati dengan konseli. Konseli akan lebih aktif
dalam mengikuti setiap sesi konseling, karena konseli mengetahui apa yang harus
dilakukan dari setiap sesi konseling.
4) Prinsip 4: Cognitive Behavior Therapy berorentasi pada tujuan dan berfokus pada
permasalahan. Setiap sesi konseling selalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan. Melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon konseli

6
terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tujuannya, dengan kata lain tetap
befokus pada permasalahan konseli.
5) Prinsip 5: Cognitive Behavior Therapy berfokus pda kejadian saat ini. Konseling
dimulai dari menganalisis permasalahan konseli pada saat ini dan disini.
Perhatian konseling beralih pada dua keadaan. Pertama, ketika konseli
mengungkapkan sumber kekuatan dalam melakukan kesalahannya. Kedua, ketika
konseli terjebak pada proses berpikir yang menyimpang dan keyakinan konseli di
masa lalunya yang berpotensi merubah kepercayaan dan tingkah laku ke arah
yang lebih baik.
6) Prinsip 6: Cognitive Behavior Therapy merupakan edukasi , bertujuan
mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri, dan menekankan
pada pencegahan. Sesi pertama CBT mengarahkan konseli untuk mempelajari
sifat dan permasalahan yang dihadapinya termasuk proses konseling cognitive-
behavior serta model kognitifnya karena CBT meyakini bahwa pikiran
mempengaruhi emosi dan perilaku. Konselor membantu menetapkan tujuan
konseli, mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berpikir serta keyakinan
konseli. Kemudian merencanakan rancangan pelatihan untuk perubahan tingkah
lakunya.
7) Prinsip 7: Coginitive Behavior Therapy berlangsung pada waktu yang terbatas.
Pada kasus-kasus tertentu, konseling membutuhkan pertemuan antara 6 sampai
14 sesi. Agar proses konseling tidak membutuhkan waktu panjang, diharapkan
secara kontinyu konselor dapat membantu dan melatih konseli untuk melakukan
self-help.
e. Teknik dan Metode Cognitive Behavior Therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan psikoterapi yang
menggabungkan antara terapi prilaku dan terapi kognitif yang didasarkan pada
asumsi bahwa prilaku manusia secara bersama dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan,
proses fisiologis serta konsekuensinya pada prilaku. 16 Teknik dan Metode
Konseling Kognitif-Behavioral cenderung menggunakan sebuah program yang
terstruktur langkah demi langkah Program seperti ini dapat mencakup :

7
1) Menciptakan hubungan yang sangat dekat dngan aliansi kerja antara konselor dan
konseli. Menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan yang akan diberikan.
2)Menilai masalah. Mengidentifikasi, mengukur frekuensi, intensitas dan kelayakan
masalah priaku, dan kognisi.
3) Menetapkan target perubahan.
4) Penerapan teknik kognitif dan behafioral (prilaku)
5) Memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian berjalan terhadap
prilaku sasaran
6)Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan dari apa yang
didapat.
Konselor kognitif behavioral akan menggunakan berbagai teknik intervensi untuk
mendapatkan kesepakatan prilaku sasaran dengan klien (konseli). Teknik yang
biasanya digunakan adalah:
1) Menantang keyakinan irasional.
2)Membingkai kembali isu; misalnya, menerima kondisi emosional internal sebagai
sesuatu yang menarik ketimbanng sesuatu yang menakutkan.
3) Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan
konselor.
4) Mencoba menggunakan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi rill
5) Mengukur perasaan; misalnya, dengan menempatkan perasaan cemas yang ada
saat ini dalam skala 0-100.
6) Menghentikan pikiran.
7) Desensitisasi sistematis. Digantikannya respons takut dan cemas dengan
responsrelaksasi yang telah dipelajari. Konselor membawa klien (konseli)
melewati tingkatan heirarki situasi untuk melenyapkan rasa takut.
8) Pelatihan keterampilan social atau asertifikasi
9) Penugasan pekerjaan rumah. Mempraktekkan prilaku baru dan strategi kognitif
antara sesi terapi.

8
10) In vivo exposure. Memasuki situasi paling menakutkan dengan didampingi oleh
konselor. Peran konselor adalah memotivasi klien (konseli) menggunakan teknik
kognitif behavioral untuk mengatasi situasi tersebut.

2. Teknik Cognitive-Behavior Therapy (CBT)


CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk
membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi,
emosi dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam Cognitive-Behavior
Therapy. Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, di mana konselor
bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan berpusat pada konseli.
Konselor atau terapis cognitive-behavior biasanya menggunakan berbagai teknik
intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli. Teknik
yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam CBT (McLeod, 2006: 157-158) yaitu:
a. Manata keyakinan irasional.
b. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik
ketimbang . Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam
situasi ril.
e. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami
pada saat ini dengan skala 0-100.
f. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan pikiran negatif dan
mengubahnya menjadi pikiran positif.
g. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon
relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara berulang-ulang dan
berurutan dari respon takut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi
intensitas emosional konseli.
h. Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosialnya.
i. Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa bertindak tegas.
j. Penugasan rumah. Memperaktikan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi
konseling.

9
k. In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan memasuki
situasi tersebut.
l. Covert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan menekankan
kepada proses psikologis yang terjadi di dalam diri individu. Peranannya di dalam
mengontrol perilaku berdasarkan kepada imajinasi, perasaan dan persepsi.

3. Karakteristik Cognitive-Behavior Therapy (CBT)


CBT merupakan bentuk psikoterapi yang sangat memperhatikan aspek peran
dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Terdapat beberapa pendekatan dalam
psikoterapi CBT termasuk didalamnya pendekatan Rational Emotive Behavior
Therapy, Rational Behavior Therapy, Rational Living Therapy, Cognitive
Therapy, dan Dialectic Behavior Therapy. Akan tetapi CBT memiliki karakteristik
tersendiri yang membuat CBT lebih khas dari pendekatan lainnya.
Berikut akan disajikan mengenai karakteristik CBT (NACBT, 2007):
a. CBT didasarkan pada model kognitif dari respon emosional. CBT didasarkan pada
fakta ilmiah yang menyebabkan munculnya perasaan dan prilaku, situasi dan
peristiwa. Keuntungan dari fakta ini adalah seseorang dapat mengubah cara
berpikir, cara merasa, dan cara berprilaku dengan lebih baik walaupun situasi ridak
berubah.
b. CBT lebih cepat dan dibatasi waktu. CBT merupakan konseling yang memberikan
bantuan dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan pendekatan
lainnya. Rata-rata sesi terbanyak yang diberikan kepada konseli hanya 16 sesi.
Berbeda dengan bentuk konseling lainnya, seperti psikoanalisa yang
membutuhkan waktu satu tahun. Sehingga CBT memungkinkan konseling yang
lebih singkat dalam penanganannya.
c. Hubungan antara konseli dengan terapis atau konselor terjalin dengan baik.
Hubungan ini bertujuan agar konseling dapat berjalan dengan baik. Konselor
meyakini bahwa sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari konseli.
Namun, hal ini tidak cukup bila tidak diiringi dengan keyakinan bahwa konseli

10
dapat belajar mengubah cara pandang atau berpikir sehingga akhirnya konseli
dapat memberikan konseling bagi dirinya sendiri.
d. CBT merupakan konseling kolaboratif yang dilakukan terapis atau konselor dan
konseli. Konselor harus mampu memahami maksud dan tujuan yang diharapkan
konseli serta membantu konseli dalam mewujudkannya. Peranan konselor yaitu
menjadi pendengar, pengajar, dan pemberi semangat.
e. CBT didasarkan pada filosofi stoic (orang yang pandai menahan hawa nafsu). CBT
tidak menginformasikan bagaimana seharusnya konseli merasakan sesuatu, tapi
menawarkan keuntungan perasaan yang tenang walaupun dalam keadaan sulit.
f. CBT mengunakan metode sokratik. Terapis atau konselor ingin memperoleh
pemahaman yang baik terhadap hal-hal yang dipikirkan oleh konseli. Hal ini
menyebabkan konselor sering mengajukan pertanyaan dan memotivasi konseli
untuk bertanya dalam hati, seperti “Bagaimana saya tahu bahwa mereka sedang
menertawakan saya?” “Apakah mungkin mereka menertawakan hal lain”.
g. CBT memiliki program terstruktur dan terarah. Konselor CBT memiliki agenda
khusus untuk setiap sesi atau pertemuan. CBT memfokuskan pada pemberian
bantuan kepada konseli untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Konselor CBT tidak hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh konseli,
tetapi bagaimana cara konseli melakukannya.
h. CBT didasarkan pada model pendidikan. CBT didasarkan atas dukungan secara
ilmiah terhadap asumsi tingkah laku dan emosional yang dipelajari. Oleh sebab
itu, tujuan konseling yaitu untuk membantu konseli belajar meninggalkan reaksi
yang tidak dikehendaki dan untuk belajar sebuah reaksi yang baru. Penekanan
bidang pendidikan dalam CBT mempunyai nilai tambah yang bermanfaat untuk
hasil tujuan jangka panjang.
i. CBT merupakan teori dan teknik didasarkan atas metode induktif. Metode induktif
mendorong konseli untuk memperhatikan pemikirannya sebagai sebuah jawaban
sementara yang dapat dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Jika jawaban
sementaranya salah (disebabkan oleh informasi baru), maka konseli dapat
mengubah pikirannya sesuai dengan situasi yang sesungguhnya.

11
j. Tugas rumah merupakan bagian terpenting dari teknik CBT, karena dengan
pemberian tugas, konselor memiliki informasi yang memadai tentang
perkembangan konseling yang akan dijalani konseli. Selain itu, dengan tugas
rumah konseli terus melakukan proses konselingnya walaupun tanpa dibantu
konselor. Penugasan rumah inilah yang membuat CBT lebih cepat dalam proses
konselingnya.

4. Merencanakan Proses dan Sesi Konseling


Tujuan utama dari konseling yaitu untuk membuat proses konseling mudah
dipahami oleh konselor dan konseli. Konselor akan mencoba melakukan proses
konseling seefisien mungkin, sehingga dapat meringankan atau menyelesaikan
permasalahan secepat mungkin. Dengan demikian perencanaan diperlukan untuk
memudahkan proses konseling, karena CBT bukan konseling yang didasarkan pada
hafalan langkah-langkah konseling namun berpusat pada permasalahan konseli.
Pada umumnya konseli lebih merasa nyaman ketika mereka mengetahui apa
akan didapatkan dari setiap sesi konseling, mengetahui dengan jelas apa yang
dilakukan dari setiap sesi konseling, merasa sebagai tim dalam proses konseling, serta
ketika konseli memiliki ide-ide konkret mengenai proses konseling dan ketercapaian
konseling. Kondisi ini bila ditindaklanjuti oleh konselor melalui perencanaan sesi
konseling dengan matang membuat proses konseling berjalan dengan baik.
Perencanaan dari setiap sesi konseling tentunya harus didasarkan pada gejala-gejala
yang ditunjukan oleh konseli, konseptualisasi konselor, kerjasama yang baik antara
konselor dan konseli, serta evaluasi tugas rumah yang dilakukan oleh konseli.
Menurut teori Cognitive-Behavior yang dikemukakan oleh Aaron T. Beck
(Oemarjoedi, 2003: 12), konseling cognitive-behavior memerlukan sedikitnya 12 sesi
pertemuan. Setiap langkah disusun secara sistematis dan terencana. Berikut akan
disajikan proses konseling cognitive-behavior.

12
Tabel 1
Tabel 1. Proses Konseling Berdasarkan Konsep Aaron T. Back
No. Proses Sesi
1. Assesmen dan Diagnosa 1-2
2. Pendekatan Kognitif 2-3
3. Formulasi Status 3-5
4. Fokus Konseling 4-10
5. Intervensi Tingkah Laku 5-7
6. Perubahan Core Beliefs 8-11
7. Pencegahan 11-12
Oemarjoedi (2003: 12)
Melihat kultur yang ada di Indonesia, penerapan sesi yang berjumlah 12 sesi
pertemuan dirasakan sulit untuk dilakukan. Oemarjoedi (2003: 12) mengungkapkan
beberapa alasan tersebut berdasarkan pengalaman, diantaranya:
a. Terlalu lama, sementara konseli mengharapkan hasil yang dapat segera dirasakan
manfaatnya.
b. Terlalu rumit, di mana konseli yang mengalami gangguan umumnya datang dan
berkonsultasi dalam kondisi pikiran yang sudah begitu berat, sehingga tidak
mampu lagi mengikuti program konseling yang merepotkan, atau karena kapasitas
intelegensi dan emosinya yang terbatas.
c. Membosankan, karena kemajuan dan perkembangan konseling menjadi sedikit
demi sedikit.
d. Menurunnya keyakinan konseli akan kemampuan konselornya, antara lain karena
alasan-alasan yang telah disebutkan di atas, yang dapat berakibat pada kegagalan
konseling.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
CBT (Cognitif Behavior Therapy) merupakan psikoterapi yang bertujuan
untuk merubah pola berfikir negatif menjadi positif, sehingga perilaku mal-adaptif
yang timbul akibat pola pikir yang salah akan berubah menjadi perilaku adaptif.
Berdasarkan banyaknya penelitian, dan dari penelitian tersebut ada banyak referensi
bahwa CBT bisa dilakukan dengan jumlah sesi yang bervariasi. Pertemuan atau sesi
antara terapis dan klien tergantung dari apa yang akan diberikan pada klien, materi
dan tujuan dari terapi, serta kemampuan klien dalam menerapkan kemampuan yang
telah diajarkan.
B. Saran
Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang kami buat ini, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami bisa memperbaiki
segala kekurangan dan kesalahan saya dalam pembuatan makalah kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA :

Basco, M.R., & Rush, A. J. (2005). Cognitive Behavioral Therapy for bipolar patient.
New York: Guilford Press
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Miftahus, S.F.,& Kania, R.I. (2015). Konsep Bimbingan dan Konseling Cognitive
Behavior Therapy (CBT) dengan Pendekatan Islam Untuk Meningkatkan
Altruisme Siswa. Jurnal Hisbah. Vol.2, No.2.
Beck, Judith S. (2011). Cognitive-Behavior Therapy: Basic and Beyond (2nd ed). New
York: The Guilford Press.
Bush, John Winston. (2003). Cognitive Behavioral Therapy: The Basics. [Online].
Tersedia: http://cognitivetherapy.com/basics.html [------]
Oemarjoedi, A. Kasandra. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior dalam
Psikoterapi. Jakarta: Kreativ Media sesuatu yang menakutkan.Mengulang
kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan
konselor.

15

Anda mungkin juga menyukai