Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Aswan Efendi,S.Pd.I,M.Pd

“ Paradigma Strategi Pembelajaran IPS “

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Iza Mahendra Marpaung (0309192080)

Suriyani (0309193091)

Etti Aini Hasibuan (0309193101)

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Strategi Pembelajaran
tepatnya yang berjudul Paradigma Strategi Pembelajaran IPS. Kami ucapkan
terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberi dukungan dan do’a ,
dan juga kepada dosen pengampu yang telah memberikan pembelajaran
mengenai Strategi Pembelajaran yang akan dibahas pada makalah ini .

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu , kami mohon kepada bapak dosen untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberikan
kemajuan.

Demikianlah semoga makalah ini dapat memberikan informasi


tentang Paradigma Strategi Pembelajaran IPS dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan Strategi Pembelajaran.

Medan,15 September 2021

Penulis

( Kelompok 1 )
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………

Daftar Isi…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...

A. Latar belakang……………………………………………………….
B. Rumusan masalah……………………………………………………
C. Tujuan masalah………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………

A.Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

B. Paradigma Baru Pendidikan IPS

C. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia


D. Strategi Pembelajaran IPS

BAB III PENUTUP……………………………………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………..........

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan
utama adalah membentuk warga negara yang baik. IPS
diperlukan untuk memecahkan masalah/problema sosial yang
teridentifikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping
memecahkan masalah sosial pendidikan IPS juga dimaksudkan
untuk mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
ngeneralisasi yang berkaitan dengan IPS. Pendidikan IPS
mensyaratkan mata kuliah Konsep Dasar IPS, hal ini dimaksudkan
peserta sudah memahami konsep dasar IPS . Pendidikan IPS
merupakan integrasi dari rumpun sosial dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner dari ilmu-imu sosial.

B.    Perumusan Masalah
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
B. Paradigma Baru Pendidikan IPS
C. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia
D. Strategi Pembelajaran IPS

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui semua tentang Paradigma dan Strategi
Pembelajaran IPS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan
utama adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut
sesuai dengan penjelasan dari National Council for Social Studies
NCSS dalam Savage dan Armstrong (1996: 9), mendefinisikan
social studies sebagai berikut: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dapat diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan
untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan.
Di dalam program persekolahan Ilmu Pengetahuan Sosial
dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di atas
beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi,
Ekonomi,Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi, Agama,
Sosiologi,dan juga mencakup materi yang sesuai dari humaniora,
matematika, dan ilmu-ilmu alam.
Numan Somantri (2001: 44) menyatakan bahwa Pendidikan IPS
untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-
ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial merupakan seperangkat
fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya,
masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya berdasarkan pengalaman
masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk
masa yang akan datang.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang
disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dan mempunyai
tujuan agar peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai (values)
sehingga dapat menjadi warga negara yang baik berdasarkan
pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan
diantisipasi untuk masa yang akan datang.

B. Paradigma Baru Pendidikan IPS


Sudah seharusnya pola pembelajaran pendidian IPS di ubah.
Guru sebagai garda terdepan memiliki kesempatan luas untuk
membuka carawala dan khazanah penguasaan pendekatan dan
metode untuk mengubah pembelajaran IPS. Pembaharuan proses
pendidikan IPS ini pada dasarnya untuk membentuk manusia
yang tercipta sebagai makhluk social yang hakiki. Manusia
sebagai makhluk sosial perlu memahami dan melaksanakan
fungsi sosialnya.
Pendidikan IPS diharapkan menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari kehidupan masyarakat
disekitarnya dan selanjutnya menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Titik berat studi sosial adalah perkembangan individu
yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia
dengan kegiatannya dan interaksi antar mereka, dan anak didik
agar menjadi anggota yang produktif dan dapat memberikan
andilnya dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa
tanggung jawab, tolong menolong sesamanya dan dapat
mengembangkan nilai-nilai dan cita-cita masyarakat.
Pendidikan IPS diarahkan agar peserta mengamati dan
mengalami dalamhidup bermasyarakat sehinggan membantu peserta
untukmemahami lebih mendalam kehidupan masyarakat sekitarnya.
IPS diperlukan untuk memecahkan masalah/problema sosial yang
teridentifikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping
memecahkan masalah sosial pendidikan IPS juga dimaksudkan
untuk mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
ngeneralisasi yang berkaitan dengan IPS. Pendidikan IPS
mensyaratkan mata kuliah Konsep Dasar IPS, hal ini dimaksudkan
peserta sudah memahami konsep dasar IPS . Pendidikan IPS
merupakan integrasi dari rumpun sosial dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner dari ilmu-imu sosial. Materi IPS di
sekolah lebih menitik beratkan materi sosiologi, ekonomi, geografi
dan sejarah, walaupun demikian dalam batas batas tertentu tetap
mengkaitkan dengan ilmu yang lain.
Model IPS Terpadu ada tiga model pembelajaran IPS terpadu.
Pertama, model integrasi berdasarkan topik. Caranya dengan
memilih atau menetapkan topik tertentu, dan topik tersebut
ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS,
misalnya topik flu burung. Persebaran wabah flu burung dan
karakteristik fisis-geografis daerah terjangkit dikaji melalui
disiplin Ilmu Geografi, dampaknya terhadap kegiatan
perekonomian masyarakat ditinjau dengan disiplin Ilmu Ekonomi.
Analisis proses awal masuknya flu burung di Indonesia dapat
dikaji dengan disiplin Ilmu Sejarah, sedangkan bagaimana reaksi
masyarakat yang mengahadapi wabah flu burung dan bagaimana
partisipasi yang diberikan dalam upaya penanggulangannya
dapat dikaji dengan disiplin Ilmu Sosiologi. Kedua, model integrasi
berdasarkan potensi utama. Dipilih tema yang didasarkan pada
potensi utama yang ada di wilayah setempat. Misalnya Ungaran
sebagai kawasan industri. Faktor alam apa yang menunjang
pengembangan industri di Ungaran dianalisis dengan disiplin Ilmu
Geografi. Bagaimana dukungan/kebijakan pemerintah daerah
dikaji dengan Ilmu Politik, seberapa besar ketersediaan tenaga
kerja dan efek perekonomian yang muncul dilihat dengan
kacamata Ekonomi. Sedangkan bagaimana kemungkinan
dampaknya terhadap kehidupan sosial-budaya dianalisis dengan
disiplin Ilmu Sosiologi-Antropologi. Ketiga, model integrasi
berdasarkan masalah. Banyak sekali dijumpai permasalahan
lingkungan dan sosial di sekitar anak. Jika permasalahan tersebut
diangkat menjadi tema dalam pembelajaran di kelas sangat
menarik dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap masalah
tersebut, misalnya pornografi. Apa faktor sosial-budaya yang
mendorong maraknya pornografi tentu dapat dikaji dengan
bantuan disiplin Ilmu Sosiologi-Antropologi. Sampai di mana saja
persebaran masalah tersebut, kapan masalah tersebut mulai
muncul dan bagaimana perkembangannya, apa dampaknya
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi, dan apa kebijakan yang
telah dilakukan pemerintah ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat dijawab dengan menggunakan disiplin ilmu sosial yang
sesuai.
Pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan dari berbagai
disiplin ilmu sosial. Di sekolah, guru yang tersedia umumnya
merupakan guru dengan disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Hal ini
tentunya mengundang masalah bagi guru untuk beradaptasi dalam
pengintegrasian disiplin ilmu sosial tersebut. Solusi yang dapat
diberikan adalah mengajar dengan Team Teaching yaitu dua-tiga orang
guru mengajar secara bersama-sama di dalam kelas. Setiap guru
memiliki tugas sesuai dengan keahlian dan kesepakatan team.
Pembelajaran IPS Terpadu bagi siswa memberikan peluang untuk
pengembangan kreativitasnya. Model ini menekankan pada
pengembangan kemampuan analitik, asosiatif serta eksploratif
dan elaboratif. Dengan mengupas permasalahan sosial yang ada
di lingkungan siswa akan mempermudah dan memotivasi untuk
mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan
konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang dikehendaki oleh
kurikulum.
Pardigma Sosial Studi Dalam IPS Terpadu tersurat adanya
perubahan paradigma dari Ilmu Sosial (Social Sciences) menjadi
Studi Sosial (Social Study). Ilmu-ilmu Sosial (Sosiologi, Antropogi,
Ekonomi, Politik, dll) lebih menekankan konsep dan teori yang
abstrak dan rumit sehingga kemampuan anak di jenjang
pendidikan dasar belum cukup untuk menyerap dan
memahaminya. Sedangkan studi sosial merupakan bidang
pelajaran mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Studi
sosial lebih bersifat praktis, tidak menyajikan materi yang terlalu
abstrak dan teoritis tetapi lebih bersifat terapan. Studi sosial lebih
menitikberatkan pada bahan-bahan pelajaran yang langsung
menyangkut kepentingan siswa dalam rangka proses belajar
mengajar guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan Guru harus
bisa mengikuti perubahan paradigma ini, sebab perubahan ini
memberikan ruang untuk berkreasi dan berinovasi dalam
mengajar. Guru tidak harus tunduk pada urutan KD dalam
kurikulum. Ia dapat menetapkan topik atau permasalahan tertentu
dan mengambil KD-KD yang dibutuhkan untuk disajikan di dalam
pendekatan pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengambil
topik permasalahan yang sedang aktual misalnya naiknya harga-
harga, golput, sampah, pornografi dan sebagainya. Upaya yang
harus dilakukan guru IPS memang tidak mudah. Tetapi
percayalah, hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan
guru, melainkan karena masih ragu mencoba dan belum terbiasa
melakukannya.

C. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia


Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh pemikiran “social studies” di Amerika Serikat
sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman panjang dan
reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi
tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai
bidang itu seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis
yang antara lain dipublikasikan oleh National Council for the
Social Studies (NCSS). Untuk menelusuri perkembangan
pemikiran atau konsep pendidikan IPS di Indonesia secara historis
epistemologis terasa sangat susah karena dua alasan. Pertama, di
Indonesia belum ada lembaga professional bidang pendidikan IPS
setua dan sekuat pengaruh NCSS atau SSEC. Lembaga serupa
yang dimiliki Indonesia, yakni HISPIPSI (Himpunan Sarjana
pendidikan IPS Indonesia) usianya masih sangat muda dan
produktivitas akademisnya masih belum optimal, karena masih
terbatas pada pertemuan tahunan dan komunikasi antar anggota
masih insidental. Kedua, perkembangan kurikulum dan
pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS
sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual dan
atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat
pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang
Dikbud (Puskur).
Pengaruh akademis dari komunitas ilmiah
bidang ini terhadap pengembangan IPS tersebut sangatlah
terbatas, sebatas yang tersalur melalui anggotanya yang
kebetulan dilibatkan dalam berbagai kegiatan tersebut. Jadi,
sangat jauh berbeda dengan peranan dan kontribusi Social
Studies Curriculum Task Force-nya NCSS, atau SSEC di Amerika
Serikat. Oleh karena itu, perkembangan pemikiran mengenai
pendidikan IPS di Indonesia akan ditelusuri dari alur perubahan
kurikulum IPS dalam dunia persekolahan, dikaitkan dengan
beberapa konten pertemuan ilmiah dan penelitian yang relevan
dalam bidang itu.
Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), sejauh yang dapat
ditelusuri, untuk pertama kalinya muncul dalam Seminar Nasional
tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo.
Menurut Laporan Seminar tersebut ada tiga istilah yang muncul
dan digunakan secara bertukar pakai yakni “pengetahuan social,
studi social, dan Ilmu Pengetahuan Sosial” yang diartikan sebagai
suatu studi masalah-masalah social yang dipilih dan
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner
dan bertujuan agar masalah-masalah social itu dapat dipahami
siswa. Dengan demikian, para siswa akan dapat menghadapi dan
memecahkan masalah sosila sehari-hari. Pada saat itu, konsep
IPS tersebut belum masuk ke dalam kurikulum sekolah, tetapi
baru dalam wacana akademis yang muncul dalam seminar
tersebut. Kemunculan istilah tersebut bersamaan dengan
munculnya istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam wacana
akademis pendidikan Sains. Pengertian IPS yang disepakati dalam
seminar tersebut dapat dianggap sebagai pilar pertama dalam
perkembangan pemikiran tentang pendidikan IPS. Berbeda
dengan pemunculan pengertian social studies dari Edgar Bruce
Wesley yang segera dapat respon akademis secara meluas dan
melahirkan kontroversi akademik, pemunsulan pengertian IPS
dengan mudah dapat diterima dengan sedikit komentar.
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia
persekolahan pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Hal
ini terjadi karena, barangkali kebetulan beberapa pakar yang
menjadi pemikir dalam Seminar Civic Education di Tawangmangu
itu, seperti Achmad Sanusi, Noeman Soemantri, Achmad Kosasih
Djahiri, dan Dedih Suwardi berasal dari IKIP Bandung, dan pada
pengembangan Kurikulum PPSP FKIP Bandung berperan sebagai
anggota tim pemnegmbang kurikulum tersebut.
Dalam KurikulumSD 8 tahun PPSP digunakan istilah
“Pendidikan KewargaanNegara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran
social terpadu.Penggunaan garis miring nampaknya mengisyaratkan
adanyapengaruh dari konsep pengajaran social yang awalaupun tidak
diberi label IPS, telah diadopsi dalam Kurikulum SD tahun 1968.
Dalam Kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan
Kewargaan Negara yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, Ilmu
Bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai Pengetahuan
Kewargaan Negara. Oleh karena itu, dalam kurikulum SD PPSP
tersebut, konsep IPS diartikan sama dengan Pendidikan
Kewargaan Negara.
Penggunaan istilah Studi Sosial nampaknya
dipengaruhi oelh pemikiran atau penafsiran Achmad Sanusi yang
pada tahun 1972 menerbitkan sebuah manuskrip berjudul “Studi
Sosial: Pengantar Menuju Sekolah Komprehensif”. Sedangkan
dalam Kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun, digunakan tiga
istilah yakni (1) Studi Sosial sebagai mata pelajaran inti untuk
semua siswa dan sebagai bendera untuk kelompok mata
pelajaran social yang terdiri atas geografi, sejarah, dan ekonomi
sebagai amat pelajaran major pada jurusan IPS; (2) Pendidikan
Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua
jurusan; dan (3) Civics dan Hukum sebagai mata pelajaran major
pada jurusan IPS. Kurikulum PPSP tersebut dapat dianggap
sebagai pilar kedua dalam perkembangan pemikiran tentang
pendidikan IPS, yakni masuknya kesepakatan akademis tentang
IPS ke dalam kurikulum sekolah. Pada tahap ini, konsep
pendidikan IPS diwujudkan dalam tiga bentuk yakni, (1)
pendidikan IPS terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan
Negara/Studi Sosial; (2) pendidikan IPS terpisah, dimana istilah
IPS hanya digunakan sebagai patung untuk mata pelajaran
geografi, sejarah dan ekonomi; dan (3) pendidikan

kewarganegaraan sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus.

D. Strategi Pembelajaran Ips


Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang
terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna
atau strategi tersebut Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya
memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau
deduktif.
Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang
dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar
dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan
sebagainya.Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu
metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan
kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa.
Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Taktik pembelajaran : taktik pembelajaran adalah gaya seseorang
dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual.
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang
menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
2. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar
mandiri)
3. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis
atau sintesis,formal atau non formal)
4. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan,
heterogen, atau homogen)

Macam-macam model pembelajaran


1. Pembelajaran mencari dan bermakna
2. Pembelajaran terpadu
3. Pembelajaran kooperatif
4. Pembelajaran Picture and Picture
5. Pembelajaran cooperative integrated Reading and composition (CIRC)
6. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
7. Model Penemuan Terbimbing
8. Model Pembelajaran Langsung
9. Model Missouri Mathematics Project (MMP)
10.Model Pmbelajarn Problem solving
11.Model Pmbelajarn Problem posing
12.Pembelajaran kontekstual.
Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk
teknik pembelajaran Ekspositoris , atau teknik penyampaian semacam
kuliah (sering juga digunakan istilah “chalk and talk ”). Strategi
pembelajaran langsung merupakan bentuk dan pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach). Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan apa
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama
strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement)
siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah dan demonstrasi
merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran langsung.
Langkah-langkahnya
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mencek pemahaman dan memberikan balikan (umpan balik).
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Perbedaan Strategi Deduktif, induktif, ekspositori, dan heuristic!


1.Strategi Deduktif
Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai
yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-
bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif
dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun
konsep terdefinisi.Contoh Proses Pembelajaran: Mula-mula guru menuliskan
rumusan konsep tersebut pada papan tulis. Siswa diminta mengidentifikasi
atribut-atributnya, yaitu: memerlukan makanan,bergerak, tumbuh,
berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang dikemukakan siswa
ditulis di papan tulis. Siswa diminta menjelaskan tiap atribut dengan
menggunakan berbagai contoh. guru melengkapi atau menjelaskan lebih jauh
pendapat siswa. Dalam hal iniakan lebih baik jika digunakan alat peraga.
Siswa diminta mengidentifikasi jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-
atributnya.
2. Strategi Induktif
Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai
dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau
rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik
konsep konkretmaupun terdefinisi. Contoh Proses Pembelajaran: Siswa
diminta mengidentifikasi atribut-atribut konsep yang diajarkan (contoh:
memerlukan makanan, bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas).
Bila siswa salah atau pendapatnya belum lengkap, guru menjelaskan dan
melengkapinya. Siswa diminta menjelaskan dengan menggunakan contoh-
contoh atribut-atribut yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Guru
dapat menjelaskan lebih jauh dengan menggunakan alat peraga. Siswa
diminta merumuskan konsep tersebut secara tertulis. Salah seorang atau
wakil kelompok siswa menuliskan rumusan tersebut di papan tulis. Guru
membetulkan bila ternyata masih ada yang salah. Bila waktu mencukupi,
dibetulkan dulu atau dikomentari dulu oleh siswa lain, sebelum guru
membetulkannya. Siswa diminta menyebutkan atau menuliskan jenis-jenis
makhluk hidup.
3. Strategi Ekspositorik
Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran
diolah oleh guru. Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan Strategi
Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan pelajaran. yang
kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi Ekspositorik dapat
digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang
sifatmya pemecahan masalah. Contoh Proses Pembelajaran:
Sebelum pelajaran tersebut diajarkan, guru telah mempelajarinya dari
sumber-sumber yang ada, kemudian membuat rangkumannya. Di depan
siswa, guru menjelaskan. Pada saat menjelaskan sebaiknya sambil
menggunakan alat peraga. Setelah selesai menjelaskan sebaiknya diikuti
dengan tanya jawab. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi
pelajaran tersebut. Siswa diminta mencatatnya atau mempelajarinya kembali
di rumah masing-masing.
4. Strategi Heuristik
Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh
siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai
fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan. Strategi Heuristik
dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk
pemecahan masalah. Dengan Strategi Hueristik diharapakan siswa bukan
hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga
akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
terbuka. Strategi Heuristik terbagi atas Diskoperi (terpaku pada guru) dan
Inkuiri (dilepas oleh guru).Contoh Proses Pembelajaran:
Seorang atau dua orang siswa disuruh mengukur keliling sebuah lingkaran
yang terbuta dari bamboo, yang telah disiapkan guru, disaksikan oleh teman-
temannya. Siswa tersebut diminta menuliskan hasil pengukurannya pada
papan tulis (umpamanya 154 cm). Kegiatan seperti ini, jika diperlukan, dapat
dilakukan kembali oleh siswa atau kelompok siswa lain (untuk lebih
menyakinkan hasilnya). Siswa atau kelompok siswa lain diminta mengukur
garis tengah lingkaran tadi dan menuliskan hasil pengukurannya pada papan
tulis (umpamanya 49 cm). Kegiatan ini pun bila diperlukan dapat dilakukan
kembali oleh siswa atau kelompok siswa lain. Semua siswa diminta membagi
bilangan 154 dengan bilangan 49. Siswa diberi tugas menentukan keliling
sebuah lingkaran yang telah diketahui garis tengahnya (umpamanya 14 cm).

Dimensi-dimensi perencanaan pengajaran IPS


Merupakan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang
ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Dimensi perencanaan pengajaran
meliputi:
a. Signifikansi Merupakan tingkat kekuatan atau pengaruh serta
ketergantungan antara tujuan pendidikan yang diajukan dengan criteria
kriteria yang dibangun selama proses
perencanaan.
b. Feasibilitas Bahwa dalam perencanaan pengajaran harus disusun dengan
pertimbangan realitas dengan sumber-sumber pembiayaan serta
pertimbangan-pertimbangan lainnya yang bersifat realisitik untuk dicapai.
c. Relevansi Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan
pengajaran memungkinkan penyelesaian masalah-masalah secara lebih
spesifik dan mendetail serta tercapai tujuan spesifik secara optimal sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
d. Kepastian Konsep kepastian mengarahkan agar dalam perencanaan
pengajaran perlu mempertimbangkan serta memilih hal-hal yang sifatnya
pasti dan dapat dilaksanakan.
e. Ketelitian Yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran
disusun dalam bentuk yang sederhana dengan mempertimbangkan
pengambilan keputusan dari alternatif yang terbaik dan efektif serta efisien
untuk dilaksanakan.
f. Adaptabilitas Karena dunia pendidikan dan pengajaran bersifat dinamis,
sehingga perlu senantiasa mencari informasi yang terbaru sebagai umpan
balik
g. Waktu Faktor yang berkaitan dengan waktu harus diperhatikan, baik untuk
prediksi jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h. Monitoring Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk
menjamin bahwa berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan
dikembangkan secara efektif dengan berbagai variasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan
utama adalah membentuk warga negara yang baik
Paradigma Baru Pendidikan IPSSudah seharusnya pola
pembelajaran pendidian IPS di ubah. Guru sebagai garda
terdepan memiliki kesempatan luas untuk membuka carawala dan
khazanah penguasaan pendekatan dan metode untuk mengubah
pembelajaran IPS Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di
Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran “social studies” di
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman
panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu.
Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai
bidang itu seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis
yang antara lain dipublikasikan oleh National Council for the
Social Studies (NCSS). IPS sebagai sebuah bidang keilmuwan yang
dinamis, karena mempelajari tentang keadaan masyarakat yang cepat
perkembangannya, tidak bisa terlepas dari perkembangan

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah yang telah kami buat jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran kami perlukan
guna meningkatkan dan membangun keterampilan dalam
membuat makalah yang sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ischak, dkk. 2005. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas


Terbuka Udin S. Winataputra. 2009. Materi dan Pembelajaran IPS
SD. Jakarta: Universitas Terbuka
2. Muhammad Numan Soemantri. 2001. Menggagas Pembaharuan
Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
3. http://www.academia.edu/15627346/PARADIGMA_PENDIDIKAN_
IPS_DI_SD_INDONESIA_
4. https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/paradigma-
pendidikan-ips-di-indonesia/
5. https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/paradigma-
pendidikan-ips-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai