Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, peneliti akan membahas beberapa teori untuk mendukung
topik penelitian. Diantaranya adalah pengertian kebijakan publik sebagai payung
besar dari teori yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini, teori Implementasi
Kebijakan Publik, Definisi Pendidikan, Jalur afirmasi dan penelitian terdahulu.
13
dibidang tertentu (Anderson: 4). Menurut satu definisi mengenai kebijakan public
diberikan oleh Robert Eyestone (1971:18) Ia mengatakan bahwa “secara luas”
kebijakan public dapat didefinisikan sebagai ”hubungan suatu unit pemerintah
dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Thomas R dye (1975:1) yang
mengatakan bahwa “kebijakan public adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan dan tidak dilakukan” (Winarno, 2007: 16).
Menurut (Winarno, 2007: 17) seorang pakar ilmu politik lain, Richard
Rose (1969:79) menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai
“serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konskuensi-
konskuensi nya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu keputusan
tersendiri.
Kebijakan publik merupakan produk hukum yang diperoleh melalui suatu
proses suatu proses kegiatan atau tindakan yang bersifat administrative, ilmiah
dan politis yang dibuat oleh pembuat kebijakan (policy maker) dan pemangku
kebijakan terkait (Mulyadi, 2016:45).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik hendaknya dibuat dengan memperhatikan lingkungan sekitar
serta konsekuensi yang akan dihadapinya. Kebijakan bukan hanya sekedar dibuat
namun juga harus di patuhi oleh masyarakat setempat. Mau ataupun tidak
lingkungan harus mematuhi peraturan yang diperintah maupun larangan yang
harus dijauhi. Tentunya kebijakan Publik adalah Kebijakan yang mengandung
nilai positif.
14
a. Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi,
b. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor,
c. Kondisi ekonomi, sosial dan politik, dan
d. Kecenderungan (disposition) dari pelaksana/implementor.
Model Implementasi Kebijakan Publik Selanjutnya George Charles
Edward III dalam Anggara (2014:250) mengemukakan beberapa 4 (empat) yang
mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi
atau sikap pelaksana, dan struktur pegawai. Keseluruhan variabel saling
berhubungan dan saling memmengaruhi satu sama lain dalam menentukan
keberhasilan atau kegagalan implementasi.
1. Komunikasi
Komunikasi memiliki peran/fungsi yang cukup penting untuk menentukan
keberhasilan kebijakan publik dalam implementasinya. Salah satu kelemahan
dalam proses kebijakan publik ini, khususnya yang terjadi di Indonesia, adalah
masalah implementasinya. Salah satu faktornya adalah komunikasi yang lemah.
Agustino dalam Anggara (2014:251) mengemukakan bahwa kebijakan yang
dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi yang
diperlukan untuk para pembuat keputusan dan para pelaksana agar tetap konsisten
dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan dalam implementasi menurut Edward III yaitu
sebagai berikut:
15
d. Fasilitas, Fasilitas fisik temasuk hal yang penting bagi keberhasilan
implementasi kebijakan oleh para implementor. Fasilitas fisik sebagai sarana dan
prasarana pendukung diperlukan untuk memperlancar proses komunikasi
kebijakan. Tanpa fasilitas fisik yang memadai, implementasi juga tidak akan
efektif. Fasilitas fisik ini beragam bergantung pada kebutuhan kebijakan.
3. Disposisi
Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap kebijakan atau
program yang harus dilaksanakan karena setiap kebijakan membutuhkan
pelaksana-pelaksana yang memiliki hasrat kuat dan komitmen tinggi agar mampu
mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi Edward II adalah mekanisme kerja yang dibentuk untuk
Mengelola pelaksanaan sebuah kebijakan. la menekankan perlu adanya Standart
Operating Procedure (SOP) yang mengatur tata aliran pekerjaan di antara para
pelaksana, terlebih jika pelaksanaan program melibatkan lebih dari satu institusi.
Ia juga mengingatkan bahwa adakalanya fragmentasi diperlukan ketika
implementasi kebijakan memerlukan banyak program dan melibatkan banyak
institusi untuk mencapai tujuannya.
16
implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah
atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Menurut Oktasari (2015: 1340), Implementasi berasal dari bahasa Inggris
yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau
akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak
atau akibat itu dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh Lembaga-lembaga Pemerintah dalam
kehidupan Kenegaraan..
Meter dan Horn (Rantri, 2014:4) menyatakan implementasi kebjiakan
Publik sebagai tindakan-tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Dimana
berarti bahwa proses Implementasi tidak akan terlaksana sebelum Undang-
Undang atau peraturan ditetapkan serta dana disediakan guna membiayai proses
Implementasi kebijakan tersebut. Disisi lain implementasi kebijakan
dianggapsebagai fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai
proses, Output maupun sebagai hasil
17
2.3 Definisi Pendidikan
2.3.1 Pengertian Pendidikan
Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa
itu, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Secara
faktual pendidikan menggambarkan aktivitas sekelompok orang seperti guru dan
tenaga kependidikan lainnya melaksanakan pendidikan untuk orang-orang muda
bekerjasama dengan orang-orang yang berkepentingan. Kemudian secara
prespektif yaitu memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arahan,
pilihan yang ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik
yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia sebagai pendidik. Menurut
pandangan Piaget (1896:3) pendidikan didefinisikan sebagai penghubung dua sisi,
disatu sisi individu yang sedang tumbuh berkembang, dan disisi lain nilai sosial,
intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong
individu tersebut.
Menurut Sagala (2009:4) dan John Dewey (1958) berpendapat bahwa
pendidikan adalah proses yang tanpa akhir (Education is the proces without end),
dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental baik menyangkut daya pikir (daya intelektual) maupun daya
emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada
sesamanya.
18
yang saat ini masih berjuang di bangku pendidikan. Kualitas bangsa ada di tangan
pemuda saat ini.
19
pendidikan seperti keorganisasian, laporan, serta berbagai pembiayaan demi
tercapainya tujuan yang sudah diterapkan di lembaga pendidikan tersebut. Dengan
adanya administrasi dilembaga pendidikan maka dapat mengetahui perkembangan
serta bisa dijadikan sebagai komponen terbentuknya pendidikan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
20
pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian atas
faktor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai
dasar untuk mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga. Pertimbangan
tersebut merupakan perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk
mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai.
Dari beberapa definisi kebijakan pendidikan diatas, dapat dipahami bahwa
kebijakan pendidikan itu adalah hal-hal atau kegiatan dalam dunia pendidikan
yang harus direncanakan terlebih dahulu untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan secara efisien dan efektif.
2.3.4 Unsur-Unsur Pendidikan
Berjalan dengan baik atau tidak proses pendidikan, tentu perlu didukung
oleh berbagai unsur. Berbagai unsur dalam pendidikan tersebut secara bersinergi
mengacu pada tujuan pendidikan yang mana secara tersirat terdapat dalam
Pembukuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Unsur pendidikan
antara satu dengan yang lain saling berkaitan ibaratnya sebuah sistem. Jika salah
satunya tidak berjalan dengan baik, tentu akan berdampak pada bagian yang lain.
Oleh karena itu, semua unsur pendidikan mesti saling mendukung supaya proses
pengajaran bisa berjalan dengan baik. Beberapa unsur yang terdapat dalam dunia
pendidikan, sebagai berikut:
21
Kurikulum adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur berjalan
atau tidak sebuah proses pendidikan. Menurut Wahyuni (2015:232), secara
emitologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani dari kata curir yang berarti
berlari dan curere yang berarti tempat terpacu atau tempat berlomba.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (19) dijelaskan,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
22
internasional. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan mempunyai fungsi yang
cukup penting. Oleh karenanya, keberhasilan pendidikan salah satunya merupakan
andil pemerintah. Sebagai pengambil kebijakan, pemerintah seharusnya
berkomitmen untuk memajukan pendidikan, terutama melalui peningkatan dana
yang dianggarkan dari APBN dan APBD, yakni setidaknya 20%. ( Juri dan
Suparno. 2017. Pendidikan & Politik. Jember: Cv. Pustaka Abadi).
23
Sebagai bukti keikutsertaan program penanganan keluarga tidak mampu dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
24
keikutsertaan dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Dalam hal terdapat dugaan pemalsuan bukti
keikutsertaan dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah sekolah wajib melakukan verifikasi data dan
lapangan serta menindaklanjuti hasil verifikasi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori implementasi Kebijakan
Publik dari Meter dan Horn dengan Indikator memberikan penjelasan terkait
penerapan Peraturan Bupati No.31 tentang Jalur Afirmasi, dengan alasan
terlaksananya atau tidak terlaksananya peraturan bupati di Dinas Kabupaten
Sampang khususnya pada Tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama(SMP).
25
efektif namun perlu adanya peningkatan monitoring dan
pengawasan terutama dalam proses rekrutmen dan seleksi siswa
agar siswa yang diperoleh adalah yang sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Layanan orientasi dan adaptasi sudah
efektif, sehingga kegiatan ini harus terus dilanjutkan dan
ditingkatkan karena dapat meningkatkan adaptasi, motivasi dan
kemandirian siswa. Begitu juga dengan pelayanan dan fasilitas
yang diberikan sudah efektif namun perlu ketepatan waktu dalam
penyaluran dana dan penambahan bantuan dana untuk kegiatan di
luar sekolah dan masa liburan.
26
Dari ketiga penelitian terdahulu, yang membedakan dengan penelitian ini ialah
terletak pada objek yang diteliti. Objek penelitian dari penelitian terdahulu
lebih memfokuskan pada siswa sebagai bentuk dari sumber data yang akan
diteliti. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada kebijakan
yang berlangsung atau sudah terlaksananya Peraturan Bupati mengenai Jalur
afirmasi yang ada di Dinas Kabupten Sampang.
27
28