“Mira, bagaimana bisa? Kau berbohong selama ini, seharusnya kamu jujur sejak awal, hingga
aku tidak terlalu mencintaimu sedalam ini” lirihmu, suaramu bergetar. Aku tahu kau menahan
tangismu. Aku ingin memelukmu, seperti yang biasa kulakukan saat kau merasa sedih, tapi
sekarang aku tak bisa. Karena aku lah sebab kamu bersedih.
“Maafkan aku, Aris. Aku tahu aku bodoh, aku pikir kita bisa terus bersama. Awalnya memang
aku hanya penasaran denganmu. Tapi, sekarang aku benar-benar bingung, aku ingin
mengakhiri ini tapi di satu sisi aku ingin mempertahankanmu. Aris, kumohon maafkan aku” Aku
tahu Aris tak mungkin semudah itu memaafkan diriku. Diriku yang hanya mengganggapnya
sebagai objek memenuhi rasa penasaran ini, mungkin aku terlalu mempermainkan dirinya.
Entahlah apa yang kupikirkan dulu, tak pernah mengira jika aku sejauh ini mempermainkannya.
Aku pikir dengan lamanya hubungan kami, dan sikapku yang tidak terlalu peduli padanya akan
membuat dirinya bosan terhadap ku dan dia yang akan mengambil keputusan untuk mengakhiri
hubungan ini. Tapi ternyata rencana ku tak semulus itu, buruk sekali memang rencanaku.
Namun hanya itu satu-satunya cara agar dia tak terlalu tersakiti. Lagi-lagi, itu semua hanya
rencana. Nyatanya kini dia tersakiti dan kecewa terhadapku, aku bisa menanggung nya.
Mungkin memang lebih baik kami berakhir seperti ini, tidak apa aku terlihat buruk dimatanya,
atau memang aku sudah terlihat buruk dari awal? Aku tak mengerti dengan ini semua, tindakan
ku, perasaan ku, perasannya, semuanya. Karena dari awal aku tak pernah baik, orang baik
mana yang tak percaya ‘cinta’. Tentu saja aku termasuk jahat, membodohi lelaki yang percaya
dan mencintaiku begitu dalamnya.
“Aku tak paham, Mira. Terbuat dari apa hatimu? Padahal sebulan lagi kita akan melanjutkan
hubungan kita kejenjang pernikahan tapi kenapa sekarang kau berkata seperti ini? Kamu pikir
hubungan kita ini main-main? Aku tak bisa memaafkan mu, Mira. Tapi aku juga tak mau terlihat
jahat dengan memaksakan perasaanmu terhadapku. Lebih baik kita akhiri saja sekarang, biar
saja semua orang disekitar kita termasuk aku kecewa, yang terpenting kamu bisa merasa
bebas. Tanpa terbebani hubungan kita lagi. Aku pergi, Mira. Semoga kamu sadar, jika
memainkan seseorang yang mencintaimu itu sangat jahat” ucapmu untuk terakhir kalinya, kamu
pergi. Bahkan aku belum membalas ucapanmu. Punggungmu terlihat bergetar, jalanmu tak
seperti biasanya, kau seperti menangis. Aris, aku ingin menahan mu untuk tidak pergi, tapi
kenapa kaki ku tak bisa bergerak? kenapa aku merasa sesak, aku bodoh dalam hal ini. Aku tak
mengerti. Aris, aku mohon jangan pergi. Tapi semua telah terlambat, sekarang bagi Aris aku
Sudah sejak lama kejadian itu berlalu saat aku memutuskan jujur padamu, saat itu pula kau
kecewa dan pergi meninggalkan ku. Aku berusaha keras melupakanmu dan hari itu, tapi
kenapa hari ini aku harus melihatmu. Kamu terlihat tenang, menikmati ramainya kota. Langit
yang cerah dan angin berhembus kencang, mengibarkan rambutmu. Dan melihatmu hari ini
Seharusnya aku menghapus semua perasaan ini saat kau mengucapkan pamit padaku dulu.
Tapi bagaimana bisa? Kamu terlalu baik untuk kulupakan sampai akhir pun kamu tetap baik
terhadapku. Padahal aku jahat sekali untukmu, mungkin kata orang “Lelaki yang baik untuk
wanita yang baik” dan aku adalah wanita yang jahat, dari awal sudah tak sepantasnya aku
bersamamu.
Setelah 2 tahun berlalu, kamu masih menghantui diriku. Dalam setiap kegiatan yang kulakukan,
dirimu selalu terlintas dipikiranku. Sekarang aku percaya cinta, karena kamu aku
mempercayainya. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta, dan pertama kalinya juga aku
mematahkan hatimu. Padahal dulu aku tak pernah percaya dengan kata ‘penyesalan selalu
datang terlambat’ namun sekarang aku sangat percaya kata itu. Sehingga diriku selalu
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh agar aku tak menyesal lagi dikemudian hari.
Seperti saat ini, penyesalan terbesar ku adalah kehilangan dirimu, kehilangan cintamu, dan
kehilangan kepercayaanmu.
Sekarang aku paham arti rindu, senyuman tulus mu saat menyapaku, sapaan manismu saat
bertemu denganku, obrolan akrab kita saat menghabiskan waktu bersama, genggaman
tanganmu yang terasa nyaman, dan pelukan hangatmu yang selalu terasa saat aku butuh
Walaupun hanya melihatmu dari kejauhan tapi ini sudah cukup untukku, melihat wajahmu yang
terlihat lebih baik, dari terakhir kali kita bertemu. Kamu terlihat sangat bahagia. Duduk dibangku
taman kota, dibawah pohon rindang, melihat orang-orang berlalu lalang, dan aku disini yang
memperhatikanmu.
Puluhan menit berlalu, aku melihat seorang wanita menghampirimu. Wajahmu terlihat lebih
bahagia dari sebelumnya, kamu menyambutnya dalam pelukanmu. Terlihat sangat harmonis,
kalian berbincang sesaat sebelum kalian pergi bergandengan tangan meninggalkan taman kota
dan juga tanpa kamu sadari meninggalkan diriku. Haruskah aku juga merasa bahagia terhadap
dirimu yang sudah menemukan kebahagianmu sendiri? Ya, sepertinya aku memang harus.
Karena akulah dulu kau terpuruk. Dan tentu saja bukan aku yang akan membuat mu bahagia.
Seharusnya aku tak menyia-nyiakan dirimu dulu, jika tahu akan berakhir seperti itu, aku
mungkin tak akan pernah berkata jujur seperti itu padamu. Tapi mungkin pada akhirnya akan
Sekarang tinggal diriku, seorang wanita jahat yang harus mencari kebahagiaannya sendiri.
Lebih baik aku pulang sekarang, walaupun aku bertemu dengan dirimu tanpa sengaja, tapi aku
tak berharap lebih dari pertemuan ini. Karena hanya aku yang menyadarinya, dan aku tak
percaya dengan kata ‘takdir’ jika itu untuk kembali denganmu lagi. Karena aku tahu
kemungkinan kita kembali bersama tak akan pernah ada. Aku berharap setiap langkah yang
jalani ini dapat melupakan segalanya tentangmu. Secara perlahan, seiring langkah yang
Email : ssipahh@gmail.com
Nomor WA : 081351952108
ID Instagram : shysyff
Alamat : Loa Bakung, Sungai Kunjang, Jln. Padat Karya, Samarinda, Kaltim.