Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KELOMPOK 2

HADIS MEMBANTU TENTANG KEKURANGAN

Oleh :

Muhamad Ikhsan lamba (20141013)

Yesa Ariska mamonto (20141011)

Aulia Regina Nurani (20141012)

Jurusan : Ekonomi Syariah Dan Bisnis Islam

Program Study : S1 Ekonomi Syariah

Kelas/Semester : 3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga bisa menyusun makalah ini.

kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini
sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan
pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan
mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................. 1
BAB II
A. Pengertian hutang piutang ..................................................................... 2
B. Sebab sebab turunnya ayat ....................................................................3
C. Isi kandungan ayat ................................................................................. 6
D. Hubungan ayat satu dengan ayat yang lainnya ..................................... 10
BAB III
Kesimpulan ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Perilaku Menolong Dalam Islam
Perilaku menolong (helping behavior) menurut Wrightsman & Deaux adalah
setiap tindakan yang lebih memberikan keuntungan bagi orang lain daripada
terhadap diri sendiri. Sedangkan perilaku menolong dalam islam dikenal dengan
istilah ta’awun. Ta’awun sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya berbuat
baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau perbuatan yang
didasari pada hati nurani dan semata-mata mencari ridho Allah SWT. Ta’awun
bisa dilakukan dengan apa saja tanpa ada aturan persyaratan, semua bisa
melakukannya, baik yang masih kecil, muda ataupun tua, dalam mengerjakan
kebaikan dan kebajikan. Taawun juga dapat diartikan sebagai sikap kebersamaan
dan rasa saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat mewujudkan suatu pergaulan yang harmonis dan rukun.
Al-quran menyebutkan bahwa ta’awun merupakan hal yang esensial bagi
setiap muslim. Umat islam diperintahkan untuk saling tolong menolong terhadap
sesama terutama tolong menolong dalam perbuatan yang terpuji. Seperti yang
tercantum dalam surat al maidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya: “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan
janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksaan-Nya“. (departemen agama:106)

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa Islam menganjurkan untuk


menolong sesama terutama yang mengarah pada suatu hal yang positif dan baik
yang dalam ayat diatas disebut dengan al-birr yang berarti kebajikan, dan
mengecam bentuk pertolongan apapun yang mengarah pada suatu hal negatif yang
menyangkut masalah dosa, permusuhan, serta perkara yang dilarang oleh agama
yang dalam ayat diatas disebut dengan al-itsmu.
Kata al-birr dan kata attaqwa mempunyai makna yang sangat erat kaitannya,
karena masing-masing menjadi bagian dari yang lainnya. Kata al-birr berarti
kebaikan, kebaikan dalam hal ini adalah kebaikan secara menyeluruh, mencakup
segala macam dan ragam yang dianjurkan oleh agama, seperti memberi sedekah,
dan lain sebagainya. Lawan dari kata al-birr adalah al-itsm yang berarti dosa,
yang maknanya adalah satu ungkapan yang mencakup segala bentuk kejelekan
dan aib yang menjadi sebab seorang hamba menjadi tercela bila melakukannya,
seperti halnya mencuri.
Ulama mengatakan bahwa penggabungan kata al-birr dan at-taqwa dalam
satu tempat seperti ayat diatas mengandung pengertian yang berbeda, al-birr
bermakna semua hal yang dicintai Allah dan di ridhoi-Nya, baik berupa ucapan
maupun perbuatan, lahir dan batin. Sementara attaqwa mengarah pada tindakan
menjauhi segala yang diharamkan (Al-Qawaid al-Hisan, Syaikhas-Sa’idi,

• Rumusan Masalah
1. Bagaimana menerapkan sifat ta'awun/tolong menolong dalam kehidupan sehari - hari?
2. Bagaimana perintah Rasulullah SAW untuk membantu yang lemah?
3. Bagaimana perintah dan keutamaan membantu yang lemah dalam Al - Qur'an?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan
berguna bagi manusia yang lain. Sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan
kegembiraan kepada orang lain atau menghapus kesusahan orang lain, atau melunasi utang orang yang
tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan
jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada
beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan.” (HR. Thabrani).

Selain itu, memberikan bantuan juga dapat menolak bala, sebagaimana dinyatakan, “Sedekah
itu dapat menolak tujuh puluh pintu bala.” (HR Thabrani).
Selain itu, memberikan bantuan juga dapat menolak bala, sebagaimana dinyatakan, “Sedekah
itu dapat menolak tujuh puluh pintu bala.” (HR Thabrani).
Pertolongan Allah kepada seseorang juga tergantung pada pertolongan yang dilakukannya antar
manusia. “Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong
orang lain.” (Hadits Muslim, Abu Daud Dan Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan
seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang
siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan
di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka
menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke
36).

Allah SwT berfirman:

ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬


٢‫ب‬ َ ٰۖ َّ ْ‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد َٰ َو ِۚ ِن َوٱتَّقُوا‬
َ َّ َّ‫ٱّلل ِإن‬
َ ‫ٱّلل‬ ِ ۡ ‫علَى‬ َ ‫علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلتَّ ۡق َو َٰٰۖى َو ََل تَ َع‬
َ ْ‫اونُوا‬ َ ْ‫اونُوا‬
َ ‫َوتَ َع‬

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al-Maidah: 2).
B. Tolong menolong dalam bahasa Arabnya adalah Ta’awun. Sedangkan menurut istilah,
pengertian Ta’awun adalah sifat tolong menolong diantara sesama manusia dalam hal kebaikan
dan takwa.
Sangat penting jika kita mepenerpkan sifat ta’awun dalam dimensi kehidupan sehari-hari
seperti sekarang ini. Karena seperti realitanya sangat sedikit sekali orang yang enggan
menerapkan sifat ta’awun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai umat yang
beragama Islam, seyogianya kita wajib menerapkan sifat ta’awun ini dalam kehidupan sehari-
hari.
Pertama, mengajak dalam ketaqwaan kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Ta’awun (tolong
menolong) yang dianjurkan adalah ta’awun (tolong menolong) dalam mengajak saudara sesama
muslim untuk bertaqwa kepada Allah Swt, mengajak bersama-sama menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya.
Kedua, loyal terhadap sesama kaum muslimin. Loyalitas dalam pemikiran berarti selalu ber-
husnudzan atau berprasangka baik kepada sesama muslim. Tidak mengira atau menuduh
seorang muslim lain dengansangkaan buruk. Loyal terhadap perkataan, memiliki arti saling
menasihati dalam kebaikan. Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman:
َّ َ‫ٱلزك ََٰوةَ َويُطِ يعُون‬
َ‫ٱّلل‬ َّ َ‫صلَ َٰوةَ َوي ُۡؤتُون‬ َّ ‫ع ِن ۡٱل ُمنك َِر َويُقِي ُمونَ ٱل‬ َ َ‫ض يَ ۡأ ُم ُرونَ بِ ۡٱل َمعۡ ُروفِ َويَ ۡن َه ۡون‬ ُ ۡ‫َو ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِم َٰنَتُ بَع‬
ِۚ ۡ‫ض ُهمۡ أَ ۡو ِليَآ ُء بَع‬
ٓ َٰ
٧١ ‫ِيم‬ ٌ ‫ع ِز‬
ٞ ‫يز َحك‬ َ ‫ٱّلل‬ ُ ُۗ َّ ‫س َي ۡر َح ُم ُه ُم‬
َ َّ َّ‫ٱّلل ِإن‬ َ َ‫َو َرسُولَ ِۚ ٓهُۥ أُ ْولَئِك‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 71)

Loyal secara perbuatan terhadap sesama muslim adalah melakukan tindakan amar ma’ruf nahi
munkar dan mengajak saudara sesama muslim untuk melakukannya. Ketiga, saling melindungi
dan bersatu diantara kaum muslimin. Kokohnya agama Islam layaknya sebuah bangunan, yang
di dalamnya semua umat muslim harus bersatu dalam menegakkan kebenaran dan ketaqwaan.

C. Perintah dan Keutamaan membantu yang lemah dalam Al-Quran

Membantu yang lemah dalam Al-Quran dengan harta, bisa diwujudkan dalam bentuk
memberikan sesuatu yang bersifat materi kepada mereka yang mengalami kerukurangan,
seperti fakir miskin, dan orang-orang yang menanggung utang, juga mereka yang ditimpa
musibah. Memberikan sesuatu yang bersifat materi kepada mereka sangat dianjurkan di dalam
agama, bahkan merupakan sebuah kewajiban agama, seperti menunaikan zakat, dan sangat
dianjurkan agama dalam bentuk sedekah. Allah swt menyatakan dalam QS. Al-Layl [92]: 5-7:

٧ ‫سنُيَس ُِرهُۥ ل ِۡليُسۡ َر َٰى‬


َ َ‫ ف‬٦ ‫صدَّقَ ِب ۡٱل ُحسۡ ن ََٰى‬ َ ۡ‫فَأ َ َّما َم ۡن أَع‬
َ ‫ َو‬٥ ‫ط َٰى َوٱتَّق ََٰى‬
(5) Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, (6) dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), (7) Maka Kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah.
Tiga ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang yang suka memberi atau berbagai kepada
orang lain, baik dalam bentuk materi ataupun non-materi, yang didasarkan pada iman yang
tulus dan ketkawaan kepada Allah, tanpa mengharapkan pujian, sanjungan, atau pamrih dalam
beramal, dengan keyakian adanya pahala yang sangat baik yang didapatkan di akhirat nanti,
akan mendapatkan jalan yang mudah dari Allah dalam segala urusan dan tujuannya.
Di dalam ayat 17-21 dari QS. Al-Layl [92] Allah menyatakan:

‫ف‬ َ َ‫ َول‬٢٠ ‫ إِ ََّل ۡٱبتِغَآ َء َو ۡج ِه َربِ ِه ۡٱۡلَعۡ لَ َٰى‬١٩ ‫ى‬


َ ‫س ۡو‬ ٓ َٰ َ‫ َو َما ِۡل َ َح ٍد عِندَهُۥ مِن نِعۡ َمة تُ ۡج ز‬١٨ ‫ ٱلَّذِي ي ُۡؤتِي َمالَهُۥ يَتَزَ كَّ َٰى‬١٧ ‫سيُ َجنَّبُ َها ۡٱۡل َ ۡتقَى‬
َ ‫َو‬
٢١ ‫ض َٰى‬ َ َ‫ر‬ۡ ‫ي‬
(17) dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, (18) yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, (19) Padahal tidak ada seseorangpun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, (20) Tetapi (dia memberikan itu
semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. (21) dan kelak Dia benar-
benar mendapat kepuasan.

D. Orang-orang yang suka memberi dan berbagi itu adalah orang-orang yang senantiasa
memberi dan berbagi kepada orang lain untuk membersihkan diri dan hartanya.
Perintah Rasulullah untuk membantu yang lemah
Banyak pula hadis Rasulullah yang menerangkan keutamaan dalam memberikan harta kepada
orang lain, di antaranya sebagai berikut.
Hadis qudsi riwayat Abu Hurairah dari Bukhari dan Muslim yang menyatakan: “Allah swt
berfirman, wahai anak Adam, berinfaklah, maka Aku akan memberikan infak kepadamu.” Jika
engkau memberi kepada hamba Allah, maka Allah akan memberi kepadamu.
Juga Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Setiap pagi hari, dua
malaikat turun (ke bumi). Salah satu di antara keduanya memohon kepada Allah dengan
mengatakan: “Ya Allah, berilah ganti (atas harta yang telah diinfakkan) kepada orang yang telah
berinfak, dan yang satunya lagi memohon, “Ya Allah, berilah kerusakan kepada orang yang tidak
mau berinfak.” Ingat bahwa berinfak akan memberi kebaikan, sedangkan pelit akan membawa
kerusakan.
hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr, Rasulullah bersabda: “Barang siapa
yang memiliki makanan untuk dua orang, hendaklah ia mengundang orang yang ketiga dan
barang siapa yang memiliki makanan untuk empat orang, hendaklah ia mengundang orang
kelima atau keenam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang
memiliki kelebihan tumpangan kendaraan, berbagilah dengan orang yang tidak memiliki
tumpangan kendaraan, dan barang siapa yang memiliki kelebihan bekal, berbagilah dengan
orang yang tidak memiliki bekal.”
Perintah untuk membantu yang lemah dalam Al-Quran, khususnya membantu berupa materi
antara lain terdapat dalam surah Al-Layl ayat 5-7. Kemudian juga disambung dengan ayat 17-21
di surah yang sama. Selain anjuran, di ayat ini juga menyampaikan perihal keutamaan dan
balasan bagi orang yang membantu tersebut.

BAB 3
KESIMPULAN

Banyak tulisan yang mengungkapkan tentang pentingnya menjadi manusia yang banyak
memberi manfaat, tidak hanya kepada sesama manusia namun juga kepada sesama makhluk
Tuhan. Esensinya adalah mendudukan manusia pada posisinya sebagai “Khalifah Fil Ardhi”
Pemimpin di Muka Bumi ini. Mengapa demikian ?

Tengoklah burung yang tidak henti-hentinya memberi banyak manfaat kepada alam sekitarnya
dimulai dari menjadi perantara terjadinya penyerbukan, menjadi bagian dari mata rantai
makanan dengan memakan ulat atau serangga yang ada pada ranting atau daun tanaman,
kotorannya menyuburkan tanah, suaranya memberikan keceriaan dan kebahagiaan pada
manusia dan alam, gerakan terbangnya memberi inspirasi manusia sehingga mampu
menciptakan kapal terbang. Apa yang dilakukan burung semata-mata melaksanakan tugasnya
taat kepada perintah Tuhan yang menciptakannya, tidak ada yang merugikan bagi
lingkungannya dan Tuhan berikan senantiasa rejeki untuknya dalam berbagai kondisinya
dihadapinya.

Apakah manusia harus kalah dari apa yang diberikan burung kepada alam? Jawabnya
seharusnya tidak. Tentunya manusia harus jauh lebih banyak memberikan manfaat kepada alam
sekitarnya melalui daya, upaya dan karyanya tanpa harus memikirkan dahulu apakah harus
dibayar atau tidak. Alangkah bahagianya bila antar sesama manusia saling memberi, saling
berbagi, saling membantu dalam berbagai bentuk dan kesempatan yang dihadapinya. Semua itu
bisa dilakukan dari hal yang terkecil sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA
http://muhassabahislami.blogspot.com/2013/06/keutamaan-tolong

Anda mungkin juga menyukai