Anda di halaman 1dari 10

Nama : Seprijal Saputra

Kelas : A

NIM : 20.72.022465

Dosen Pengampu : Nurhalina, SKM., M.Epid

Soal : Ringkasan Entamoba Hystolitica dan Entamoba Coli.

Entamoeba histolytica

Entamoeba histolytica Entamoeba histolytica termasuk dalam kelas Rhizopoda yang merupakan
jenis parasit golongan protozoa. Dalam hal ini manusia merupakan hospes dari Entamoeba
histolytica yang dapat menjadi pathogen pada manusia.

1. Morfologi

A. Entamoeba histolytica

1.Tropozoit

- Bentuk tropozoit merupakan bentuk yang tumbuh, berkembang biak dan aktif mencari makan,
bentuknya tidak tetap.

- Bergerak dengan menggunakan psedopodinya.

- Ukuran berkisar antara 18-40 mikron.

- Bentuk ini mudah mati diluar tubuh manusia.

2.Tropozoit Prakista

- Bentuk peralihan dari tropozoit ke bentuk kista. ii. Berbentuk bulat atau agak lonjong.

- Psedopodi yang tumpul.

- Ukuran antara 10-20 mikron.


3.Kista Berinti Satu

- Bentuk kista bulat dengan dinding kista dari hialin.

- Kista bentuk kecil disebut dengan minutaform, berukuran antara 6-9 mikron, kista berukuran
besar disebut hagnaform, berukuran antara 10-15 mikron.

- Stadium kista didapatkan dalam lumen usus, bersama faeses yang berbentuk agak padat,
stadium kista merupakan stadium menular dan memegang peran sebagai penyebaran penyakit
disentri emoebiasis.

2. Siklus hidup dan penularan penyakit diare

a. Siklus hidup

Dalam lingkaran hidupnya semua spesies amoeba sama dengan lingkaran hidup spesies amoeba
yang Entamoeba Histolytica, yang sifatnya pathogen dari pada diantaranya. Lingkaran hidup
Entamoeba Histolytica mengalami proses: Kista infektif dari lingkungan masuk kedalam tuan
rumah baru (1) → dalam usus besar mengadakan pembelahan → kista di keluarkan dari dinding
kista (2) → kista mulai pecah menjadi tropozoit (3,4) → tropozoit-tropozoit ini menginvasi usus
besar (40) → tropozoit-tropozoit berkembang biak dengan membelah diri (5-7) → dalam usus
besar mengadakan pematangan (8-11) → sebagian masuk dalam usus besar atau (11.kolonisasi
sekunder) (8a,9a) → sebagian tetap di dalam usus besar (1.Kolonisasi primer) (8-11) →
tropozoit dan prakista keluar bersama faeses cair, sedangkan kista keluar bersama faeses agak
padat.

b. Penularan

penyakit diare Penularan penyakit diare dari orang yang sakit kepada orang yang sehat, sebagian
besar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari faeses
penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah biasa terjadi karena orang yang menyediakan
atau memasak makanan mengandung kista (penderita/karier). Dibeberapa tempat seringkali
faeses manusia dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air permukaan yang
sudah tercemari faeses, sehingga meningkatkan terjadinya penularan. Wabah juga dapat terjadi
bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas, tercemari faeses manusia, terutama
diwaktu hujan dimana selokan mampat tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap kemana-
mana.

Adapun sumber-sumber penularan penyakitnya dapat terjadi melalui :

1. Air Air dalam alam mengandung zat makanan untuk keperluan jasad renik dan mikro-
organisme. Bila didalam air terdapat parasit pathogen berarti terjadi kontaminasi dengan tanah
atau pembuangan kotoran (tinja). Seseorang dapat terjangkit penyakit- penyakit yang ditularkan
melalui air apabila orang tersebut minum air atau mencuci peralatan makan dengan air yang
terkontaminasi.

2. Makanan dan minuman Makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman atau parasit
tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

3. Tanah Tanah yang lembab dan basah merupakan media untuk berkembangbiaknya kuman-
kuman parasit.

4. Tangan Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan tangan dan kuku harus diperhatikan dengan
cara mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja, makan. Tangan dan kuku yang panjang serta
kotor merupakan tempat bersarangnya kuman penyakit.

5. Alat yang digunakan secara pribadi Gelas dan alat-alat yang digunakan secara pribadi
merupakan perantara bagi penularan penyakit. Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh
dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar
bersama faeses dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang air
besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan,
maka akan terjadi kontaminasi.

3. Epidemologi

Distribusi infeksi Entamoeba histolytica dan parasit kelas Rhizopoda yang lain kosmopolit dan
terutama didaerah tropik. Privalensi di amerika serikat pada tahun 1961 diperkirakan sekitar 3%
sampai 7% (Burrows,1961) . Data dari CDC (Centens For Disease Control) dari hasil
pemeriksaan spesimen dilaboratorium kesehatan masyarakat di Amerika serikat menunjukkan
prevalensi (E.histolytica) yang kurang dari 2%,keculli di enam negara bagian yaitu : 2% - 3% di
California,Texas, Illioonis, dan Pennsylvania ; 4% - 9% di Oklahoma dan New york city; dan 8%
di Arizona (Centers for Disease Control,1979). Diperkirakan juga bahwa untuk setiap kasus
dengan kelainan invasi, paling sedikit ada 10 sampai 20 penderita yang mengeluarkan kista
infektif. Populasi dengan insiden Amoebiasis lebih tinggi ditemukan pada imigran yang berasal
dari Amerika tengah dan selatan juga dari Asia tenggara. Penduduk di bagian Tenggara dan
Barat daya Amerika Serikat cenderung mengidap infeksi parasit usus yang lebih tinggi, demikian
juga pasien di institusi hental. Diperkirakan bahwa infeksi di seluruh dunia berkisar antara3%
sampai 10 %. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan penyakit ini antara lain : gizi kurang,
iklim tropis, berkurangnya daya tahan tubuh. Manusia merupakan hospes perantara E. histolytica
dan dapat menularkan ke orang lain, anjing, kucing, dan mungkin babi. Stadium kista sangat
tahan terhadap kondisi lingkungan dan tetap bertahan di tanah selama delapan hari pada suhu
280 – 240 C, 40 hari pada 20 – 6 0 C dan 60 hari pada 600C. Penderita yang carier mengeluarkan
kista dan bekerja sebagai penyaji makanan merupakan penyebar infeksi yang penting.

Usaha Pencegahan dan Pemberantasan Diare ;

1. Usaha Pemberantasan Diare Kegiatan yang dijalankan dalam pemberantasan diare ditujukan
untuk memutuskan rantai penularan pada salah satu atau lebih mata rantai host. Usaha
pemberantasan, pembasmian diare dilakukan tindakantindakan yang ditujukan kepada dua faktor
tersebut yaitu : a. Tindakan terhadap manusia sebagai tuan rumah

- Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar dapat terhindar dari penyakit diare,
misalnya: makan makanan yang bersih dan juga cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

- Memberikan pengobatan kepada semua penderita untuk penyembuhan dan meniadakan sumber
penularan penyakit b. Tindakan terhadap Entamoeba histolytica yang sifatnya pathogen dapat
menyebabkan diare. Memberikan obat-obatan untuk penderita diare, dan juga usaha untuk
membasmi Entamoeba histolytica.

Usaha Pencegahan Penyakit Diare Usaha-usaha yang dilakukan dalam pencegahan penyakit
diare:

a. Pemeliharaan lingkungan Peranan lingkungan besar pengaruhnya terhadap kesehatan.

b. Persediaan air bersih


c. Pembuangan sampah Sampah yang dibuang sembarangan dan dibiarkan merupakan sumber
atau tempat berkembang biaknya bibit penyakit.

d. Pembuangan air limbah atau air kotor e. Pembuangan tinja Pembuangan tinja yang tidak baik
akan mencemari lingkungan dan bila air yang telah tercemar dipergunakan oleh manusia maka
akan membahayakan kesehatan manusia.

f. Kebersihan makanan dan minuman

g. Menjaga kebersihan jari dan kuku

h. Mencuci tangan

Pengertian Amebiasis
Amebiasis merupakan suatu kondisi infeksi akibat parasit pada usus yang disebabkan oleh
protozoa Entamoeba histolytica.

Tanda dan gejala dari kondisi ini dapat mencakup buang air besar yang cair, kram pada perut,
serta rasa nyeri pada perut. Namun, sebagian besar orang dengan amebiasis tidak mengalami
tanda dan gejala yang signifikan.

Penyebab Amebiasis
Entamoeba histolytica merupakan suatu protozoa yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia
saat seseorang mengonsumsi bentuk kista dari parasit tersebut melalui makanan atau minuman.
Selain itu, kuman ini juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak langsung dengan feses.

Kista, yang merupakan bentuk inaktif dari parasit tersebut, dapat hidup hingga beberapa bulan
pada tanah atau lingkungan tempat pertama kali ditempatkan dari feses. Kista berukuran
mikroskopis tersebut dapat ditemukan pada tanah, zat penyubur, atau air yang telah
terkontaminasi dengan feses yang terinfeksi.

Orang yang bekerja sebagai pengelola makanan dapat mentransmisikan kista tersebut saat
menyiapkan atau menyajikan makanan. Transmisi dari kondisi ini juga dapat terjadi melalui
hubungan seksual anal, hubungan seksual oral-anal, dan irigasi kolon.

Kista tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menetap pada saluran cerna. Lalu, kista tersebut
dapat menghasilkan bentuk aktif dan invasif dari parasit yang disebut sebagai trofozoit. Parasit
tersebut dapat bereproduksi pada saluran cerna dan bermigrasi ke usus besar.

Di usus besar, trofozoit dapat menggali ke dalam dinding usus, yang kemudian menyebabkan
terjadinya buang air besar cair yang disertai darah, radang usus, dan kerusakan jaringan. Orang
yang terinfeksi lalu dapat menyebarkan penyakit tersebut dengan kista baru yang keluar ke
lingkungan melalui feses.
Orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami amebiasis adalah:

 Orang yang berkunjung ke lokasi tropis dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai
 Orang yang tinggal di institusi dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai
 Orang yang melakukan hubungan seksual anal
 Orang dengan penurunan fungsi sistem daya tahan tubuh atau berbagai kondisi kesehatan
lainnya

Faktor Risiko Amebiasis

Beberapa faktor risiko amebiasis, antara lain:

 Bepergian ke daerah dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk.



 Berhubungan intim lewat anal.

 Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

 Mengidap penyakit kronis.

Penyebab Amebiasis

Amebiasis disebabkan oleh parasit yang disebut Entamoeba histolytica. Parasit ini menginfeksi
tubuh manusia melalui air minum yang tidak higienis, makan makanan yang terkontaminasi,
serta hubungan intim anal dengan orang yang terinfeksi.

Gejala Amebiasis

Gejala dapat mulai dirasakan setelah 7-28 hari sejak terinfeksi parasit. Gejala yang timbul, antara
lain:

 Diare yang disertai lendir dan darah.



 Kram dan nyeri pada perut.

 Buang air besar yang kental.

 Gas dalam perut.

 Demam tinggi.

 Mual dan muntah.

 Nyeri punggung.

 Kelelahan.

Jika sudah terjadi komplikasi pada hati, berupa abses hati, gejala dapat disertai:

 Rasa nyeri saat perut kanan atas ditekan.



 Pembengkakan di bagian perut atau hati.

 Sakit kuning (jaundice). 

Diagnosis Amebiasis

Diagnosis ambiasis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, seperti:

 Pemeriksaan sampel tinja di laboratorium untuk menemukan parasit E. histolytica.



 Pemeriksaan darah untuk memeriksa kondisi terkait, seperti anemia.

 Kolonoskopi untuk menilai kondisi usus besar dan banyaknya parasit yang ada dengan
menggunakan alat khusus.

 Pemeriksaan sampel jaringan hati (biopsi) di laboratorium yang dapat dilakukan
bersamaan dengan kolonoskopi.

 Pemindaian dengan menggunakan CT scan atau USG untuk melihat peradangan pada
organ akibat infeksi.

 Tes jarum yang umum dilakukan jika terdapat penumpukan nanah (abses) pada hati.

Komplikasi Amebiasis

Beberapa komplikasi yang diakibatkan amebiasis, antara lain:

 Anemia atau perdarahan usus pada pengidap yang mengalami radang usus besar.

 Hambatan pada usus akibat gumpalan jaringan pada dinding usus.

 Pembentukan abses di dalam organ hati setelah bertahun-tahun terjangkit parasit.

 Terdapat parasit selama bertahun-tahun akibat dari pembentukan abses di dalam rongga
hati

 Infeksi pada organ yang terjangkit, termasuk otak dan sistem saraf pusat.

 Kematian.

Pengobatan Amebiasis

Dokter akan melakukan pengobata dengan pemberian obat-obatan, antara lain:

 Obat antibiotik untuk membunuh bakteri yang terdapat di dalam hati atau organ lainnya.

 Obat antiparasit.

 Obat antimual, untuk meredakan gejala mual dan muntah.

 Konsumsi banyak cairan untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare.

 Terapi cairan lewat infus di rumah sakit jika gejala yang dialami cukup berat.

 Tindakan operasi jika terjadi pecah abses hati atau terdapat lubang di usus.

Pencegahan Amebiasis

Beberapa upaya untuk mencegah amebiasis, antara lain:

 Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum mengolah makanan,


sebelum mengonsumsi makanan, setelah buang air besar, serta setelah mengganti popok
bayi.

 Selalu mencuci sayur atau buah sampai bersih sebelum dikonsumsi.

 Selalu mencuci peralatan masak dan peralatan makan sampai bersih sebelum digunakan.

 Selalu merebus air hingga mendidih sebelum diminum.

 Hindari mengonsumsi susu atau produk olahannya, seperti keju, tanpa dimasak atau
dipasteurisasi terlebih dahulu.

 Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya.

 Hindari saling meminjam peralatan mandi untuk digunakan bersama dengan siapa pun.

 Diagnosis Amebiasis
Dokter dapat mencurigai terdapatnya amebiasis setelah bertanya mengenai tanda dan gejala yang
dialami serta riwayat kesehatan dan bepergian pada seorang orang. Salah satu pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan untuk mendeteksi terdapatnya Entamoeba histolytica, di
mana diambil sampel feses selama beberapa hari untuk diamati adanya kista dari parasit tersebut.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa fungsi hati guna
menentukan apabila telah terjadi kerusakan hati akibat amoeba.

Saat parasit menyebar ke luar dari usus, parasit tersebut dapat tidak lagi terdeteksi pada feses.
Oleh sebab itu, dokter juga dapat merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi dan computerized tomography (CT) untuk mengevaluasi terdapatnya lesi pada
hati. Bila tampak terdapat lesi, dokter dapat melakukan aspirasi dengan jarum untuk
mengevaluasi terdapatnya abses pada hati.

Abses pada hati merupakan salah satu komplikasi serius yang dapat terjadi sebagai akibat dari
amebiasis. Selain itu, kolonoskopi juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi terdapatnya parasit
pada usus besar.

Penanganan Amebiasis
Penanganan pada amebiasis yang tanpa komplikasi umumnya mencakup konsumsi pengobatan
anti-parasit secara oral, yang dapat dilakukan selama sepuluh hari. Selain itu, dokter juga dapat
meresepkan pengobatan untuk mengatasi keluhan lain yang dialami oleh pasien, seperti obat
anti-mual, anti-diare, dan anti-nyeri, apabila dibutuhkan.

Bila parasit terdapat pada jaringan usus, penanganan tidak hanya ditujukan terhadap organisme
tersebut saja, namun juga terhadap kerusakan yang terjadi pada organ yang terinfeksi.
Pembedahan dapat dibutuhkan apabila usus besar atau jaringan peritoneal mengalami perforasi.

Pencegahan Amebiasis
Sanitasi yang baik merupakan kunci dari pencegahan amebiasis. Secara umum, mencuci tangan
secara saksama menggunakan sabun dan air sebelum dan setelah ke kamar kecil dan sebelum
menyentuh makanan sangat disarankan.

Pada orang yang akan berkunjung ke tempat di mana amebiasis cukup sering terjadi, juga
disarankan untuk mencuci buah dan sayur dengan saksama sebelum mengonsumsinya,
memastikan kualitas air yang dikonsumsi, dan menghindari konsumsi makanan yang status
kebersihannya tidak diketahui.
Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami tanda dan gejala seperti di atas, segera bicarakan dengan dokter untuk
mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai