Anda di halaman 1dari 6

J Ked Gi, Vol. 6, No.

3, Juli 2015: 315 - 320 ISSN 2086-0218

PENGARUH KEHILANGAN GIGI POSTERIOR RAHANG ATAS DAN


RAHANG BAWAH TERHADAP GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA
(Tinjauan Klinis Radiografi Sudut Inklinasi Eminensia Artikularis)

Windriyatna*, Erwan Sugiatno**, dan M. Th. Esti Tjahjanti **


Program Studi Prostodonsia Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Sistem stomatognatik terdiri dari berbagai komponen antara lain gigi-geligi, otot mastikasi dan sendi temporomandibula.
Perubahan pada salah satu komponen akan menyebabkan gangguan pada fungsi dari seluruh komponen sistem stomatognatik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kehilangan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah terhadap gangguan
sendi temporomandibula dan sudut inklinasi eminensia artikularis.
Penelitian dengan metode observasi analitik dilakukan pada 20 orang subyek yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni
10 orang pada kelompok pasien dengan kehilangan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah dan 10 orang pada kelompok
pasien yang memiliki gigi lengkap. Semua subyek dilakukan pengambilan foto roentgen dengan metode OPG (orthopantomograph).
Pada hasil roentgen dilakukan pengukuran besar sudut inklinasi eminensia artikularis dengan menggunakan busur derajat. Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis variansi 2 jalur dan uji Multiple Comparisons ( LSD-test ).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada besar sudut inklinasi eminensia artikularis antara
kelompok pasien dengan kehilangan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah dan kelompok pasien dengan gigi lengkap
(p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah kehilangan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah berpengaruh terhadap gangguan
sendi temporomandibula dan sudut inklinasi eminensia artikularis.

Kata kunci : kehilangan gigi posterior, gangguan sendi temporomandibula.

ABSTRACT

Stomatognathic system consists of various components, among others, teeth, masticatory muscles and temporomandibular
joints. Changes to one component will cause interference with the function of all components of the stomatognathic system.The
aim of the research was to know the effect of upper and lower posterior lost of teeth on temporomandibular joint disorder and the
inclination angle of articular eminence.
This analytic-observational research was used 20 subjects, which were divided into two groups. First group was 10 subjects
with upper and lower posterior lost of teeth and second group was 10 subjects with complete dentition. An OPG radiograph was
taken from all subjects. All radiographs were measured the articular eminence inclination with a protractor, The data was analyzed
using two-way analysis of variance and Multiple Comparisons ( LSD-test ).
The result showed that there were significant differences between group with upper and lower posterior lost of teeth and
group with complete dentition (p<0.05). The conclusion of the research, there was effect of upper and lower posterior lost of teeth
on temporomondibular joint disorder and the inclination angle of articular eminence.

Key words : loss of posterior teeth, temporomandibular joint disorders

PENDAHULUAN tikasi interaksi otot-otot itu tidak dapat diabaikan,


dan evaluasi harus dilakukan dengan melihat
Sistem mastikasi merupakan unit fungsi- kaitannya dengan pergeseran kontak oklusi gigi-
onal dalam pengunyahan yang mempunyai geligi. Oklusi akan berjalan normal dan kedudu-
komponen terdiri dari gigi-geligi, sendi temporo- kan mandibula akan stabil apabila tiap komponen
mandibula, otot kunyah, dan sistem saraf. Otot yang terlibat dapat menjalankan aktifitasnya
digerakkan oleh impuls syaraf karena ada teka- secara normal, dan antara semua komponen
nan yang timbul dari gigi bawah yang berkontak terdapat interaksi yang serasi, dan seimbang.
dengan gigi atas sehingga mandibula dapat Apabila ada perubahan-perubahan kecil dalam
melaksanakan aktivitas fungsional dari sistem hubungan kontak oklusi yang menghambat di-
mastikasi. Keharmonisan antara komponen- capainya oklusi normal dapat memicu timbulnya
komponen ini sangat penting dipelihara keseha- gangguan sendi temporomandibula. Gangguan
tan dan kapasitas fungsionalnya.1,2 fungsional terjadi akibat adanya penyimpangan
Dalam pelaksanaan sistem mastikasi, ba- dalam aktifitas salah satu komponen yang terlibat
nyak otot ikut terlibat. Dengan demikian dalam dalam pelaksanaan fungsi sistem mastikasi yakni
mengevaluasi baik buruknya fungsi sistem mas- kelainan p osisi dan atau fungsi gigi-geligi atau

315
Windriyatna, dkk. : Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Rahang Atas ISSN 2086-0218

otot-otot mastikasi.3,4 Gerakan fungsional rahang akan menga-


Penyebab terjadi gangguan sendi tempo- lami perubahan pada keadaan kehilangan gigi
romandibula sangat kompleks dan multifaktor dan penurunan dimensi vertikal, hal ini akan
yaitu meliputi perubahan morfologi atau fungsi mengakibatkan peningkatan tekanan biomeka-
permukaan artikulasi sendi rahang dan peruba- nik pada sendi temporomandibula.10 Tekanan
han fungsi sistem neuromuskular. Gangguan ter- berlebih pada sendi temporomandibula dalam
sebut dapat diklasifikasikan sebagai gangguan jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
intrinsik apabila menampilkan perubahan pato- perubahan adaptif dan degenaratif pada sendi.11
logis, atau gangguan ekstrinsik, apabila menun- Tekanan yang berlebihan pada pergerakan sendi
jukkan gangguan sistem neuromuskular. Etiologi temporomandibula dapat menyebabkan keausan
gangguan intrinsik adalah internal derangements, pada daerah eminensia artikularis. Dengan mela-
rheumatoid arthritis, kelainan pertumbuhan, anki- lui radiograf panoramik, kondisi flattening pada
losis sendi rahang dan lain sebagainya. Sedang- eminensia artikularis akan tampak jelas.12 Pe-
kan gangguan ekstrinsik biasanya disebabkan rubahan degeneratif adalah perubahan jaringan
oleh penggunaan otot yang berlebihan. 5 atau organ menjadi suatu bentuk yang kurang
Dalam sistem stomatognati, fungsi fisiolo- aktif fungsinya, sedangkan perubahan adaptif
gis dari pergerakan rahang ditunjang oleh kehar- adalah perubahan jaringan sebagai suatu penye-
monisan oklusi gigi. Oklusi yang baik dibentuk suaian terhadap perubahan lingkungan.13
oleh susunan gigi dan lengkung rahang yang Remodeling merupakan proses adaptasi
seimbang dalam posisi oklusi sentrik. Kondisi biologis jaringan untuk mengimbangi keadaan
ideal tercapai apabila susunan gigi mengikuti lingkungan dengan merubah morfologi dari jar-
pola kurva Spe dan kurva Monson. Perubahan ingan yang terkait. Proses ini bermanfaat untuk
oklusi dapat disebabkan berbagai hal, antara menahan efek akumulatif dari tekanan biome-
lain hilangnya gigi karena proses pencabutan. kanik yang berasal dari pergerakan fungsional
Kehilangan gigi yang dibiarkan tanpa segera rahang.14
disertai pembuatan protesa, dapat menyebabkan
terjadinya perubahan pola oklusi karena terputus- METODE PENELITIAN
nya integritas atau kesinambungan susunan gigi.
Pergeseran atau perubahan inklinasi serta posisi Penelitian ini adalah merupakan penelitian
gigi, disertai ekstrusi karena hilangya posisi gigi observasi analitik dan subjek penelitian adalah
dalam arah berlawanan akan menyebabkan 20 orang dengan jumlah 10 orang yang menga-
pola oklusi akan berubah, dan selanjutnya dapat lami kehilangan minimal tiga gigi posterior pada
menyebabkan tarjadinya hambatan atau interfer- rahang atas dan rahang bawah, dan 10 orang
ence pada proses pergerakkan rahang.6 dengan gigi lengkap dan susunan gigi normal.
Kehilangan gigi dapat berupa kehilangan Tempat penelitian dilakukan di RSGM
gigi anterior maupun posterior, baik sebagian Prof. Soedomo FKG-UGM Yogyakarta dengan
gigi atau seluruh gigi. Kehilangan gigi akan subjek penelitian yang memenuhi kriteria dipilih
menyebabkan kondisi-kondisi seperti migrasi dan mengisi inform concent serta ethical clear-
gigi menuju daerah tak bergigi, gangguan fungsi ance, kemudian dilakukan pengambilan foto
mastikasi berupa mengunyah satu sisi, resorpsi roentgen OPG digital. Pada subyek pembanding
tulang alveolar pada daerah tak bergigi, kehilang- dengan gigi lengkap dilakukan pengambilan foto
an dimensi vertikal oklusi serta gangguan pada roentgen OPG digital.
sendi temporomandibula7. Hasil foto roentgen ditempeli plastik trans-
Gigi anterior serta struktur anatomis dari paran dan di klip, kemudian dilakukan penapakan
sendi temporomandibula menentukan pergerak- pada plastik transparan dengan menggunakan
an mandibula sehingga kehilangan gigi anterior spidol OHP, untuk menentukan titik referensi
akan menyebabkan perubahan pola gerakan pada eminensia artikularis kedua sendi tempo-
mandibula. Kehilangan gigi posterior menyebab- romandibula.
kan tekanan yang lebih besar pada sendi tem- Menentukan sudut inklinasi eminensia
poromandibula akibat menggigit dengan meng- artikularis (∟ e ) melalui penentuan titik referensi
gunakan gigi anterior serta perubahan dimensi yakni :
vertikal dan posisi distal mandibula. 8,9 a. Titik paling superior pada atap fosa glenoidalis
yakni titik g diidentifikasi secara geometris

316
J Ked Gi, Vol. 6, No. 3, Juli 2015: 315 - 320 ISSN 2086-0218

sebagai bagian paling tipis pada dasar fosa Tabel. 1. Nilai rata-rata dan simpangan baku
dan bagian paling dalam pada cekungan fosa besar sudut inklinasi eminensia artiku-
glenoidalis. laris
b. Sumbu horizontal (h) ditentukan sebagai
Franfort Horizontal Plane, diidentifikasi den-
gan cara menghubungkan titik paling inferior
± ±
pada kavitas orbita, dengan titik paling supe-
rior pada meatus acusticus externus.
c. Titik infleksi yakni titik e merupakan titik di-
mana cekungan fosa glenoid dan lereng em- ± ±
inensia artikularis bertemu dan membentuk
suatu kurva sigmoid.15 Keterangan :
A1 : kelompok pasien yang memiliki gigi lengkap
A2 : kelompok pasien yang kehilangan gigi posterior
rahang atas dan bawah
B1 : sudut sisi kanan
B2 : sudut sisi kiri

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata


besar sudut inklinasi eminensia terbesar terdapat
pada sisi kiri kelompok pasien dengan gigi leng-
kap yakni sebesar 46,70±3,199 sedangkan nilai
rata-rata terkecil terdapat pada sisi kanan kelom-
Titik referensi pada eminensia artikularis15 pok pasien yang kehilangan gigi posterior rahang
atas dan bawah yakni sebesar 34±4,269.
Mengukur besar sudut dengan menggu- Data hasil pengukuran yang diperoleh ke-
nakan busur derajat. mudian dilakukan analisa hasil menggunakan
Pengukuran sudut inklinasi eminensia Analisis Variansi Dua Jalur (Two-way ANOVA)
artikularis : untuk mengetahui perbedaan rata-rata antar
a. Penentuan titik referensi yakni titik e dan titik kelompok. Hasil analisa data dapat dilihat pada
g Tabel. 2.
b. Penentuan sumbu horizontal (h)
c. Titik e dan titik g dihubungkan hingga mem- Tabel. 2. Hasil analisa Anava dua jalur besar
bentuk garis yang berpotongan dengan sum- sudut inklinasi eminensia artikularis
bu horizontal (h). Sudut yang terbentuk antara
perpotongan kedua garis adalah sudut inkli-
nasi eminensia artikularis (∟ e).16
Setelah didapatkan data kemudian dilaku-
kan analisis data dengan analisis variansi dua
jalur (Two-Way ANOVA) dan dilanjutkan dengan
uji Multiple Comparisons ( LSD-test ).

HASIL PENELITIAN Keterangan :


A : Kehilangan gigi
Penelitian untuk mengukur sudut inklinasi B : Posisi sudut (kanan dan kiri)
eminensia artikularis dilakukan pada hasil foto α : 0,05
Roentgen OPG dari 20 orang subyek yang terdiri * : Ada perbedaan bermakna (p<0,05)
dari 10 orang dengan kehilangan gigi posterior
rahang atas dan rahang bawah dan 10 orang Data pada Tabel 2 diinterpretasikan se-
dengan susunan gigi lengkap. bagai berikut :
Nilai rata-rata dan simpangan baku hasil 1. Ada perbedaan bermakna pada besar sudut
pengukuran sudut inklinasi eminensia artikularis inklinasi eminensia artikularis antara pasien
dapat dilihat pada Tabel 1. yang kehilangan gigi posterior rahang atas

317
Windriyatna, dkk. : Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Rahang Atas ISSN 2086-0218

dan bawah dengan pasien yang memiliki gigi PEMBAHASAN


lengkap (p<0,05).
2. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pada besar sudut inklinasi eminensia arti- pengaruh dari kehilangan gigi posterior rahang
kularis antara sisi kanan dengan sisi kiri atas dan bawah terhadap sudut inklinasi em-
(p>0,05). inensia artikularis dan gangguan sendi tem-
3. Tidak terdapat interaksi antara variabel kehi- poromandibula. Adanya gangguan pada sendi
langan gigi dan posisi sudut (p>0,05). temporomandibula diidentifrkasi melalui adanya
Data yang telah dianalisa dengan Anali- perubahan pada struktur sendi. Perubahan pada
sis Variansi Dua Jalur kemudian dilanjutkan struktur sendi dapat diamati melalui perubahan
analisanya dengan menggunakan Uji Multiple sudut inklinasi dari lereng eminensia artikularis.
Comparisons(LSD-test). Hasil dari analisa Uji Hasil pengukuran sudut inklinasi eminensia ar-
LSD dapat dilihat pada tabel 3. tikularis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai
rata-rata sudut inklinasi eminensia artikularis
Tabel 3. Hasil Uji LSD untuk besar sudut inkli- terbesar terdapat pada sisi kiri kelompok pasien
nasi eminensia artikularis dengan gigi lengkap yakni sebesar 46,70±3,199,
sedangkan nilai rata-rata sudut inklinasi eminen-
sia artikularis terkecil terdapat pada sisi kanan
kelompok pasien kehilangan gigi posterior ra-
hang atas dan bawah yakni sebesar 34±4,269.
Kelompok pasien kehilangan gigi posterior ra-
hang atas dan bawah memiliki nilai rata-rata
Keterangan:
sudut inklinasi eminensia artikularis yang kecil
A1 : kelompok pasien yang memiliki gigi lengkap
A2 : kelompok pasien kehilangan gigi posterior ra-
pada sisi kanan dan kiri karena pada kelompok
hang atas dan bawah pasien kehilangan gigi posterior rahang atas
B1 : sudut sisi kanan dan bawah telah kehilangan sebagian gigi pada
B2 : sudut sisi kiri rahang atas dan rahang bawah, akibatnya ter-
* : Ada perbedaan bermakna (p<0,05) jadi perubahan dimensi vertikal oklusi berupa
penurunan dimensi vertikal oklusi yang cukup
Data pada Tabel 3 diinterpretasikan se- besar. Hal ini dapat menyebabkan posisi rahang
bagai berikut . bawah berubah terhadap rahang atas sehingga
1. Ada perbedaan bermakna pada besar sudut terjadi perubahan pola gerak fungsional sendi
sisi kanan antara kelompok pasien dengan yang berakibat terjadinya kerusakan struktur
gigi lengkap dengan kelompok pasien kehi- sendi berupa pendataran lereng eminensia arti-
langan gigi posterior rahang atas dan bawah kularis.
(p<0,05). Hal ini sesuai dengan yang menyatakan
2. Ada perbedaan yang bermakna pada besar bahwa dimensi vertikal oklusi dibentuk oleh
sudut sisi kiri antara kelompok pasien dengan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah.
gigi lengkap dengan kelompok pasien kehi- Dimensi vertikal oklusi dipengaruhi oleh ke-
langan gigi posterior rahang atas dan bawah hilangan gigi, karies serta atrisi. Penurunan
(p<0,05). dimensi vertikal oklusi paling sering disebabkan
3. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna karena kehilangan beberapa gigi atau bahkan
pada besar sudut sisi kanan dan sisi kiri kehilangan seluruh gigi baik pada rahang atas
pada kelompok pasien dengan gigi lengkap maupun pada rahang bawah. Dinyatakan lebih
(p>0,05). lanjut bahwa kehilangan dimensi vertikal oklusi
4. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna secara otomatis menyebabkan posisi mandibula
pada besar sudut sisi kanan dan sisi kiri pada menjadi lebih maju terhadap maksila sehingga
kelompok pasien kehilangan gigi posterior pola gerak sendi temporomandibula berubah dan
rahang atas dan bawah (p>0,05). akan menimbulkan kelainan pada permukaan
artikulasi sendi.17,18
Hasil analisa variansi dua jalur pada Tabel
2 menunjukkan ada perbedaan bermakna pada

318
J Ked Gi, Vol. 6, No. 3, Juli 2015: 315 - 320 ISSN 2086-0218

sudut inklinasi eminensia artikularis antara ke- nan biomekanik berlebih pada sendi temporo-
lompok pasien dengan gigi lengkap dan kelom- mandibula dalam jangka waktu yang lama akan
pok pasien kehilangan gigi posterior rahang atas mengakibatkan remodeling pada struktur sendi.
dan bawah (p<0,05). Hasil ini didukung oleh Remodeling merupakan adaptasi bentuk dari
hasil analisa Uji Multiple Comparisons (LSD-test) sendi sebagai respon terhadap tekanan biomeka-
pada tabel 3 yang menunjukkan ada perbedaan nik untuk menahan efek akumulatif dari tekanan
bermakna antara sudut inklinasi eminensia arti- biomekanik yang berasal dari pergerakan fung-
kularis sisi kanan antara kelompok pasien yang sional rahang sehingga proses remodeling dapat
memiliki gigi lengkap dan kelompok pasien ke- menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada
hilangan gigi posterior rahang atas dan bawah struktur sendi.19
(p<0,05), kemudian ada perbedaan bermakna Uji Multiple Comparisons (LSD-test) pada
antara sudut inklinasi eminensia artikularis sisi Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang
kiri antara kelompok pasien yang memiliki gigi tidak bermakna antara sudut inklinasi eminen-
lengkap dan kelompok pasien kehilangan gigi sia artikularis antara sisi kanan dan sisi kiri baik
posterior rahang atas dan bawah (p<0,05). Ada pada kelompok pasien yang memiliki gigi lengkap
perbedaan bermakna pada sudut inklinasi emi- dan kelompok pasien kehilangan gigi posterior
nensia artikularis antara kelompok pasien de- rahang atas dan bawah (p>0,05). Hasil penelitian
ngan gigi lengkap dan kelompok pasien kehi- ini disebabkan karena pada kelompok pasien
langan gigi posterior rahang atas dan bawah dengan gigi lengkap dan kelompok pasien ke-
ini disebabkan karena pada kelompok pasien hilangan gigi posterior rahang atas dan bawah
dengan gigi lengkap tidak terjadi perubahan di- tidak terdapat kondisi-kondisi yang mengakibat-
mensi vertikal oklusi karena masih terdapatnya kan distribusi tekanan biomekanik menjadi tidak
gigi yang lengkap pada rahang atas dan rahang seimbang antara kedua sisi rahang. Kondisi-
bawah. Gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah kondisi tersebut antara lain seperti mengunyah
ini berfungsi untuk mempertahankan dimensi satu sisi, kebiasaan bertopang dagu satu sisi
vertikal oklusi sehingga hubungan antara kondi- dan kebiasaan tidur satu sisi, dimana kondisi-
lus mandibula dengan fossa mandibularis tulang kondisi ini dapat mengakibatkan distribusi te-
temporal tetap terjaga normal. Pada kelompok kanan biomekanik berlebih pada satu sisi sendi
pasien kehilangan gigi posterior rahang atas dan saja. Apabila tekanan biomekanik terdistribusi
bawah mengalami penurunan vertikal dimensi secara seimbang pada kedua sisi rahang maka
dan perubahan hubungan kondilus mandibula perubahan yang terjadi pada struktur sendi juga
dengan fossa mandibularis tulang temporal. terjadi secara bersamaan pada kedua sendi, hal
Perubahan ini akan menyebabkan perubahan ini menyebabkan perubahan besar sudut inkilnasi
pola gerak fungsional rahang sehingga terjadi eminensia artikularis terjadi dalam kuantitas yang
peningkatan tekanan biomekanik pada struktur sama.
sendi temporomandibula yakni pada fossa man- Dinyatakan bahwa sendi temporomandi-
dibularis dan lereng eminensia artikularis yang bula secara umum mampu menahan beban pada
dilalui oleh kondilus saat sendi temporoman- kondisi normal namun pada kondisi aktivitas
dibular berfungsi. Tekanan biomekanik berlebih unilateral seperti mengunyah satu sisi, kondilus
dalam jangka waktu lama akan menyebabkan pada sisi yang tidak aktif menerima tekanan
remodeling pada struktur sendi tersebut seh- yang lebih besar. Bila kontak gigi pada kedua sisi
ingga terjadi perubahan bentuk pada struktur rahang seimbang maka posisi mandibula akan
sendi yakni pada lereng eminensia artikularis stabil sehingga tekanan biomekanik yang akan
yang ditandai dengan perubahan sudut inklinasi ditransmisikan menuju kedua sisi sendi juga akan
eminensia artikularis. seimbang. Kondisi ini berbeda apabila kontak gigi
Hasil penelitian ini bahwa gerakan fung- pada kedua sisi rahang tidak seimbang maka
sional rahang akan mengalami perubahan pada posisi mandibula menjadi tidak stabil, akibatnya
keadaan kehilangan gigi dan dimensi vertikal, tekanan biomekanik pada salah satu sisi akan
sehingga akan mengakibatkan peningkatan menjadi berlebih dan kerusakan pada struktur
tekanan biomekanik pada sendi temporoman- sendi dapat terjadi. Dinyatakan juga bahwa kon-
dibula. Dan juga bahwa kehilangan gigi dalam disi seperti pola mengunyah yang menyimpang
jumlah banyak akan menyebabkan terjadinya dapat mengakibatkan kelainan pada struktur
perubahan pada beban ketika berfungsi. Teka- sendi temporomandibula. 20,21

319
Windriyatna, dkk. : Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Rahang Atas ISSN 2086-0218

KESIMPULAN 9. Ramfjord, S., and Ash M. M, 1983, Occlusion,3rd


edition, p. 130-136, W.B. Saunders Company,
Pada penelitian didapatkan kesimpulan Philadelphia.
bahwa: 10. Tallents, R. H, Macher, D. J., and Kyrkanides,
S., 2002, Prevalence of Missing Posterior Teeth
Kehilangan gigi posterior rahang atas
and Intra Articular Temporomandibular Disordes,
dan rahang bawah berpengaruh terhadap sudut Journal of Prosthet. Dent.,87 : 45-50.
inklinasi eminensiaartikularis dan gangguan 11. Hiltunen K,2004, Temporomandibular Disorder in
sendi temporomandibula serta tidak terdapat The Elderly, Disertasi, Univesity of Helsinki http://
perbedaan sudut inklinasi eminensia artikularis ethesis.helsinki.fi/julkasuit/laa/hamma/v.Diakses
pada sisi sebelah kanan dengan sisi sebelah kiri 12 maret 2013.
pada kehilangan gigi posterior rahang atas dan 12. Glass, Brigit J. 1995. Successful Panoramic Ra-
rahang bawah. diography. University of Texas Health Science
Center Dental School. San Antonio.
13. Anonim, 1999,The Glossary of Prosthodontics
SARAN
Terms, Journal of prosthet. Dent.,81(1) :48-110
14. Laskin, D. M., and Sarrnat. B. G., 1992, The TMJ : A
Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lan- Biological Basis for Clinical Practice, 4th edition, p.
jut mengenai pengaruh kehilangan gigi terhadap 93-165, W. B. Saunders Company, Philadelphia.
gangguan sendi temporomandibula dan pen- 15. Pullinger, G. A., Bibb, C. A., Ding, X., and
dataran inklinasi eminensia artikularis dengan Baldioceda,F., 1993, Contour Mapping of the TMJ
memakai kelompok pasien yang berbeda. Temporal Component and The Relationship to
Articular Soft Tissue and Disk Displacement, Oral
DAFTAR PUSTAKA Surg. Oral Med, Oral Pathol.,76 :636-646
16. Gokalp, H., Turkkahraman. H., and Bzeizi. N.,
2001, Correlation between Eminence Steepness
1. Okeson. J.P., 1998, Management of Temporo-
and Condyle Disc Movement in Temporoman-
mandibular Disorders and Occlusion, 4th edition,
dibular Joints with Internal Derangement on Mag-
p. 1-28,353-389,391-411,474-502,519-530,555-
netic Resonance Imaging, European Journal of
575,W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Orthod.,23 :579 - 584.
2. Carranza’s., 2002, Clinical Periodontology. 9th ed.,
17. Okeson. J.P., 2003, Management of Temporo-
p. 697-703.,W.B. Saunders Company, Philadel-
mandibular Disorders and Occlusion, 5th edition,
phia.
p. 8-24,94-105, 116, 159-167, 223, 227, 228.,
3. Ramfjord, S., and Ash M. M, 1983, Occlusion,3rd
W.B.Saunders Company, Philadelphia.
edition, p. 130-136, W.B. Saunders, Company,
18. Zarb, G.A., Bolender, C.L., Hickey, J.C., and
Philadelphia.
Carlson, G.E., 2002, Buku Ajar Prostodonti untuk
4. Mardjono, D., 2001, Biomekanika Sendi Temporo-
Pasien Tidak Bergigi menurut Boucher, edisi 10,
mandibula serta Disfungsi dan Perawatannya
(terj.), p. 10-15.EKG, Jakarta.
Ditinjau dari Sudut Prostodonsia. Journal of The
19. Oberg, T., Carlsson, G. E., and Fajers, C. M., 1971,
Indonesian Oral Surgeon Association, h 95-102
The Temporomandibular joint A Morphologic Study
5. Okeson. J.P., 2008, Management of Temporoman-
on A Human Autopsy Material, dalam Solberg, W.
dibular Disorders and Occlusion, 6th edition, p.
K.,Glenn, T. C., 1980, Temporomandibular Prob-
130-285.,W.B.Saunders Company, Philadelphia.
lems Biologic Diagnosis and Treatment, p.129-139,
6. Odaci,E, 2005,Face Embriology http:// www.
Quintessence, Chicago.
Emedicine.com/ent/topic30.htm. Diakses 20 Janu-
20. Korioth, T.W.P., and Hannan, A.G., 1990,Effect
ari 2013
of Bilateral Asymmetric Tooth Clenching on Load
7. Kayser,A. F., 1996, Teeth, Tooth Loss and Pros-
Distribution at the Mandibular Condyle, Journal of
thetic Appliances dalam Owaal, B.,Kayser, F A, dan
Prosthet. Dent.,64: 62-72.
Carlsson, G F, Prosthodontics Principles and Man-
21. Mardjono, D., 1989, Hubungan Antara Pola Men-
agement Strategies., p. 37-38. Mosby, Spain.
gunyah Kebiasaan yang Salah dengan Disfungsi
8. Okeson. J.P., 2003, Management of Temporoman-
Sendi Temporomandibula pada Orang Dewasa di
dibular Disorders and Occlusion, 5th edition, p.8-24,
Jakarta, Disertasi Doktor, Universitas Indonesia.
94-105,116,159-167,223,227,228.,W.B.Saunders
Company, Philadelphia.

320

Anda mungkin juga menyukai