Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Giant Cell Tumor

Giant cell tumor biasanya ditemukan pada tulang panjang, paling sering ditemukan
tulang femur distal. Apakah tumor berasal dari bagian epiphysis atau metaphysis distal
masih belum jelas benar. Giant cell tumor biasa terjadi setelah lempeng epiphysis
menutup, jarang ditemukan pada pasien dengan lempeng pertumbuhan yang masih
terbuka (masa pertumbuhan). Giant cell tumor merupakan lesi jinak yang tumbuh
soliter dan memiliki sifat lokal agresif, tetapi tumor ini diyakini berpotensi untuk
menjadi ganas. Dalam beberapa kasus dilaporkan tumor ini mengalami metastasis ke
paru-paru.
Mikroskopis
Sediaan jaringan dari massa tumor, terdiri dari sel-sel relatif monoton dengan inti bentuk
bulat, oval, dan spindel, kromatin halus, sebagian vesikuler, pada beberapa sel tampak dua
anak inti dalam satu sitoplasma. Tampak pula giant cell berinti banyak diantara sel-sel
mononuclear. Pada beberapa tempat tampak daerah miksoid, daerah nekrosis, deposit
hemosiderin dan perdarahan interstitial. Pada daerah lain tampak proliferasi jaringan ikat
fibrous dengan gambaran storiform. Tidak dijumpai komponen tulang maupun tanda-tanda
keganasan.

Giant Cell Tumor yang juga dikenal sebagai osteoklastoma merupakan tumor tulang
yang besifat jinak, mempunyai sifat dan kecenderungan untuk agresif lokal,giant cell tumor
tersusun atas lapisan sel neoplastik berupa sel mononuclear yang tersebar, sebagian tersusun
dalam kelompokan kecil dan diselingi oleh sel-sel besar dengan inti banyak yang dikenal
sebagai osteoclast like giant cell.
Giant cell tumor mempunyai kemampuan untuk agresif lokal dan kadang-kadang dapat pula
bermetastasis jauh. Gambaran histologi tidak dapat memprediksi perluasan agresi tumor.
Follow up pasien setelah penanganan dengan kuretase, pemesangan bone graft, cementation,
cryotherapy atau instilasi dengan fenol, penting untuk mengetahui adanya kekambuhan yang
terjadi pada hampir 25% kasus. Kekambuhan biasanya terjadi dalam dua tahun setelah
operasi. Block excision pada tulang kecil terbukti menurunkan rekurensi lokal. 1
Metastasis ke paru-paru terjadi pada sekitar 2% kasus giant cell tumor dengan rentang
waktu 2-3 tahun setelah terdiagnosa.Tumor yang mengalami metastasis ini tumbuh sangat
lambat di dalam paru-paru (benign pulmonary implant) dan dapat regresi spontan. Sangat
sedikit yang progresif dan menyebabkan kematian. 1
Kekambuhan lokal, manipulasi bedah dan lokasi pada tulang radius distal pada
beberapa studi terbukti meningkatkan resiko metastasis. Grading histologi pada giant cell
tumor tidak mencerminkan prediksi terjadinya metastasis. Transformasi keganasan jarang
terjadi dan bila terjadi sering dijumpai pada pasien yang mendapat radioterapi

Etiologi
Penyebab dari tumor ini belum diketahui dengan pasti, namun dari studi ultra struktur
diketahui bahwa sel neoplastik tumor ini merupakan sel-sel stroma yang berbentuk bulat,
oval atau spindel merupakan sel mononuclear. Osteoclast-like giant cell yang terbentuk
dianggap akibat reaktivitas dari sel-sel mononuclear.
Pada pemeriksaan foto sinar-X, lesi pada tulang panjang biasanya menunjukkan perluasan
dan daerah eksentrik yang mengalami lisis. Lesi biasanya muncul pada daerah epiphyisis
dapat juga metaphysis, sering kali meluas hingga sampai ke subchondral plate, kadang-
kadang dapat sampai ke sendi. 1,4,8-11
Pinggir lesi bervariasi, yang merupakan dasar ditetapkan sistem grading /staging
dalam radiologi, yaitu:
Tipe 1: ‘Quescent’ lession, memiliki batas yang jelas dengan daerah sekitar yang mengalami sedikit
sklerosis, jika banyak dapat mengenai cortex.
Tipe 2. ‘Active’tumors’, tipe ini memiliki batas yang jelas tetapi tanpa skerosis, cortex menipis dan
melebar.
Tipe 3. ‘Agresive tumors”, memiliki batas yang tidak jelas dengan destruksi cortex dan
perluasan jaringan lunak 1

Sistem grading secara radiologis ini tidak berhubungan dengan gambaran hisitologis.
Gambaran radiologi lainnya yang dapat dilihat adalah adanya gambaran ‘soap-bubble. Pada
tulang tubular tangan dan kaki, gambaran radiologi yang dijumpai sama dengan yang
dijumpai pada tulang-tulang panjang.
Tumor yang tumbuh di tulang saccrum dan pelvis juga mengalami lisis, umumnya tumbuh
berdekatan dengan jaringan lunak, mungkin pada saccro-iliac dan hip joints. Jarang dijumpai
gambaran reaktif pada periosteal formasi tulang baru. 1,9

Pemeriksaan MRI juga diindikasikan untuk menilai apakah terjadi kerusakan pada
struktur neurovaskular. Giant cell tumor secara khas menunjukkan intensitas yang rendah
hingga intermediate pada T1 weighted images dan intermediate sampai intensitas tinggi pada
T2 images. Banyaknya hemosiderin juga terlihat dengan memberikan gambaran daerah
dengan signal lemah.

Pengobatan kanker tulang


Setelah didiagnosis dengan kanker, tes yang dilakukan, untuk menentukan tingkat
penyebarannya. Pengobatan tergantung pada jenis, tahap, lokalisasi kanker, dan kesehatan
secara keseluruhan. Pengobatan kanker tulang mencakup:

Terapi radiasi untuk kanker tulang

Terapi radiasi untuk kanker tulang menggunakan emisi radiasi, untuk membunuh sel-sel
kanker dan tumor menyusut. Terapi radiasi mungkin jenis berikut:

 Terapi radiasi eksternal – radiasi diarahkan pada tumor dari sumber radiasi luar tubuh;
 Terapi radiasi internal – bahan radioaktif ditempatkan dalam tubuh dekat sel-sel
kanker.

Kemoterapi di tulang kanker

Kemoterapi – penggunaan obat untuk membunuh sel-sel kanker. Obat kemoterapi dapat
diberikan dalam berbagai bentuk: tablet, injeksi, pengenalan kateter. Obat-obatan memasuki
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh, membunuh sebagian besar kanker, dan juga
beberapa sel-sel sehat. Obat kemoterapi yang paling umum, digunakan untuk mengobati
kanker tulang:

 Methotrexate dengan kalsium;


 Leucovorin;
 Doxorubicin;
 Cisplatin;
 Ifosfamid;
 Etoposide.
Operasi untuk pengobatan kanker tulang

Operasi melibatkan penghapusan tumor kanker, jaringan sekitarnya, dan, mungkin, tetangga
kelenjar getah bening. Pada langkah mungkin memerlukan amputasi, pasien kanker.
Mungkin, dokter akan mencoba untuk menghapus bagian kanker tulang tanpa amputasi.
Dalam hal ini, penghapusan dari jaringan tulang kanker digantikan oleh pelat logam atau
cangkok tulang.

Kadang-kadang, terapi radiasi atau kemoterapi tambahan dapat membantu menghindari


amputasi. Jika tumor besar atau agresif, atau risiko penyebaran tinggi, setelah operasi dapat
ditugaskan untuk kemoterapi dan terapi radiasi, sehingga mencegah tulang kanker kambuh di
lokasi bedah, dan untuk mencegah penyebaran kanker ke organ lain.

KESIMPULAN
TGC tulang merupakan tumor tulang
primer yang bersifat jinak tetapi secara lokal
dapat bersifat agresif dan destruktif.
Penyebabnya belum dapat ditentukan. Tumor
ini sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
dengan usia 20-40 tahun, karena biasanya
tumor ini terjadi tulang yang sudah matur.
Enam puluh persen dari tumor ini terjadi pada
tulang panjang, dan hampir seluruhnya terletak
pada ujung tulang di persendian. Umumnya
tumor ini terjadi pada proksimal tibia, distal
femur, distal radius, dan proksimal humerus.
Berbagai modalitas pencitraan akan sangat
membantu untuk diagnosis TGC dan
membedakannya dari tumor jinak tulang
lainnya.
Dengan foto polos TGC sudah dapat
dikenali karena mempunyai gambaran yang
sangat khas. MRI digunakan untuk deteksi
perubahan pada jaringan lunak, perluasan ke
intra-artikular dan adanya perubahan sumsum
tulang. Dengan MRI, ketepatan diagnostiknya
sangat baik, terutama bila diinterpertasikan
bersama dengan foto polos.
CT Scan dipakai
pada bentuk tulang yang kompleks, seperti
vertebra atau tulang pelvis, di mana gambaran
lesi tidak dapat terlihat jelas pada foto polos.
CT Scan juga sangat berguna untuk rencana
tindakan operasi. Ketepatan diagnosis dari CT
Scan sangat tinggi bila dipakai sebagai
tambahan foto polos. Intervensi pembedahan
merupakan terapi primer dari TGC, dan
tindakan pembedahan yang dilakukan
tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking)
serta lokasi lesi tumor.

Anda mungkin juga menyukai