“STROKE”
Oleh:
1. Dinda Rizqiyah Maulida 192211101062
2. Magfirah Izzani Maulani 192211101063
3. Dian Ayu Chotimah 192211101064
4. Andrean Roni 192211101065
5. Rochman Dwi Setiawan 192211101066
6. Livia Pimarahayu 192211101067
7. Fauzia Ken Nastiti 192211101068
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
Definisi dan Klasifikasi Stroke ............................................................ 5
2.1.1 Definisi Stroke ............................................................................ 5
2.1.2 Klasifikasi Stroke........................................................................ 5
Etiologi Stroke ...................................................................................... 7
Patofisiologi Stroke ............................................................................... 8
Tata Laksana Terapi ............................................................................ 9
Terapi Non-Farmakologi ................................................................... 12
BAB 3. PEMBAHASAN ..................................................................................... 13
3.1 Pharmaceutical Plan .......................................................................... 13
3.1.1 Identitas Pasien ......................................................................... 13
3.1.2 Data Subyektif .......................................................................... 13
3.1.3 Data Obyektif............................................................................ 14
3.2 Assesment ............................................................................................ 15
3.2.1 Terapi Pasien ............................................................................ 15
3.3 Problem Medis dan Drug Related Problem Pasien .......................... 16
3.4 Pembahasan Kasus ............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
ii
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi dari stroke.
2. Untuk mengetahui etiologi dari stroke.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke.
4. Untuk mengetahui tata laksana terapi farmakologi dari stroke.
5
Etiologi Stroke
Etilogi stroke dibagi menjadi dua berdasarkan jenis stroke
a. Stroke iskemik
Stroke yang terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah sehingga aliran
darah ke otak terhenti, sebagian atau seluruhnya. Penderita stroke 80%
merupakan penderita stroke iskemia. Berdasarkan penyebabnya stroeke
iskemik dibagi menjadi tiga yakni stroke trombotik yakni terbentuknya
trombus yang membentuk gumpalan, stroke embolik yakni tertutupnya
pembuluh darah arteri disebebakan pembekuan darah, dan Hypoperfusion
sitemik yakni berkurangnya aliran darah karena adanya gangguan denyut
jantung.
b. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan pecahnya pembuluh
darah diotak. Kebanyakan penderita stroke ini adalah penderita hipertensi
dan sebagian adalah akibat tekanan yang besar dikepala seperti terbentur
atau kecelakaan. Darah dalam parenkim otak dapat merusak jaringan
disekitar secara masal dan bersifat neurotoksik. Tekanan intracranial dapat
meningkat secara tiba-tiba dan menimbulkan herniasi dan kematian (DiPiro
J.T., Wells B.G., 2015). Jenis perdarahan diantaranya :
1. Hemoragik intraserbal : Perdarahan yang terjadi didalam otak
2. Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada daerah
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak)
3. Infark yang berdarah
4. Sindroma kematian otak
Patofisiologi Stroke
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak,
sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis perdarahan (stroke hemoragik),
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun
subarakhnoid. Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat
karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi
arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada
pembuluh darah otak tersebut. Perdarahan subarakhnoid disebabkan pecahnya
aneurisma congenital pembuluh arteri otak di ruang subarakhnoidal (Misbach,
2007).
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan
malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah
pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi
berat dan perdarahan intraserebrum atau subarachnoid (Price, 2005).
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering
terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari
9
banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya
perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna (Price, 2005).
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan
dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam
dan di luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan
menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama
kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Price, 2005).
vena dalam pada pasien opname dengan mobilitas berkurang akibat stroke
dan sebaiknya digunakan pada semua pasien stroke kecuali stroke minor.
2. Stroke Hemoragik
a. Terapi farmakologis
Tidak ada strategi farmakologis standar untuk mengobati pendarahan
intracranial. Ikuti tatalaksana medical untuk mengatur TD, peningkatan tekanan
intracranial, dan komplikasi medis lain pada pasien kronis pada unit rawat
neurointensif.
Terapi Non-Farmakologi
Modifikasi gaya hidup yaitu dengan menurunkan berat badan, mengurangi
asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 1,5 g/hari (3,8 gram/hari NaCl),
berolahraga secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan menghentikan
kebiasaan merokok (Dipiro, 2015).
13
BAB 3. PEMBAHASAN
Nilai Tanggal
Parameter
Normal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TD (mmHg) <120/80 130/70 120/70 130/70 140/80 140/70 140/70 120/90 130/70 130/70 160/90
Suhu Tubuh (ºC) 36,5- 36,3 37,4 36,2 36,3 36,5 36,7 36
37,2
Denyut Nadi 60-100 dbn dbn Dbn dbn dbn dbn dbn dbn dbn dbn
(x/min)
RR (x/min) 12-20 dbn dbn Dbn dbn dbn dbn dbn dbn dbn dbn
*dbn : dibatas normal
- Data Laboratorium Pasien
Tanggal
Parameter Nilai Normal
11/4 12/4
HDL 45-65 g/dL - 35
Leukosit 4000-10.000 mm3 3000 3900
LED < 7 mm/jam - 35
15
3.2 Assesment
3.2.1 Terapi Pasien
Tanggal
No Nama Obat Dosis dan
11/4 12/4 13/4 14/4 15/4 16/4 17/4 18/4 19/4 20/4
Frekuensi
1 Nicholin 2x250 mg v v v v v v v v v v
2 Nimotop syr. pump 2 cc/jam v v v v v stop
3 Nimotop tablet 3x60 mg v 4x1 4x1 4x1 4x1
4 Ranitidin 2x1 amp v v v Stop
5 Parasetamol 4x500mg v v v v Stop
6 Vitamin K 4x1 amp v v v v v v v v v
7 Laxadin 1x1 cth (prn)
8 Fluimucil 3x1 sachet v v v v v v 2x1 2x1 2x1
9 Imunos 1x1 tablet v v v v v Stop
10 Vitamin C 3x100 mg v v v v v v v v v
11 Dansera 4x1 tablet v v v v v v 3x1 3x1 3x1
12 Fenitoin 2x100 mg v v v v v v v v
13 Vicillin 4x1 g v v v v v v Stop
14 L-Bio 1x1 v v v
15 Colaskin 2x1 tablet v v
16 Telmisartan 1x40 mg v
16
direkomendasikan
penggunaan nimotop 60 mg
tiap 6 jam, maksimal
penggunaan nimodipin adalah
21 hari
➢ Terdapat
interaksi
moderate
ranitidin yaitu
meningkatkan
efek dari fenitoin
(drugs.com)
7. Ranitidin Plan :
Ranitidin diindikasikan
2 x 1 amp Tidak ada DRP Terapi tidak dilanjutkan karena pasien
sebagai Profilaksis dari
tidak mengalami gejala stress ulcer
komplikasi stroke
subarachnoid hemorrhage
(Dipiro,2015)
23
24
25
Subyektif/
Problem Medis Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Obyektif
2. Hipertensi Subyektif : Telmisartan Telmisartan merupakan terapi Tidak ada DRP Plan : Terapi
Hipertensi tidak untuk hipertensi dan digunakan dilanjutkan sampai
terkontrol untuk mengurangi resiko tekanan darah
stroke, gagal jantung. ≤140/90 mmHg.
Obyektif : Mekanisme kerja sebagai
TD rata-rata antagonis angiotensin II Monitoring :
130/70 dan pada dosis 40 mg/hari (DIH 17th) Ukur tekanan darah
tanggal 20/4 TD secara berkala.
160/90
Subyektif/
Problem Medis Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Obyektif
3. Flu dan batuk Subyektif : 1.Fluimucil 3x1 Fluimucil mengandung N- Tidak ada DRP Plan :
Flu dan Batuk sachet acetylstein yang digunakan Terapi dilanjutkan
untuk penyakit-penyakit pada hingga batuk mereda
26
Subyektif/
Problem Medis Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Obyektif
5. Konstipasi Subyektif : - 1. Laxadin -Untuk Tidak ada Plan :
1x1 cth (prn) mengatasi konstipasi atau Terapi dilanjutkan
Obyektif : - susah buang air besar yang
memerlukan perbaikan pada Monitoring :
gerak peristaltik usus, Keluhan susah BAB
melembutkan feses, pelicin Konsistensi feses
jalan feses sehingga lebih
mudah dikeluarkan.
-Pasien stroke yang dirawat di
rumah sakit sering mengalami
kelemahan anggota gerak, baik
sebagian maupun seluruhnya
yang menyebabkan pasien
imobilisasi. Imobilisasi yang
berkepanjangan berpotensi
terjadi komplikasi, salah
satunya adalah konstipasi.
29
-
31
32
menghindari pasien mengejan saat buang air besar agar tidak memberikan tekanan
lebih terutama pada otak sehingga tidak memperparah perdarahan.
Pada kasus ini, pasien mengalami luka robek dibagian pipi kiri sehingga
pasien diberikan terapi Colaskin 2×1 tablet. Colaskin mengandung kolagen yang
dapat membantu regenerasi kulit agar bekas luka dapat cepat sembuh. Penggunaan
Colaskin tablet dinilai kurang efektif dan disarankan untuk diganti menggunakan
Colaskin dalam bentuk sediaan topikal. Hal ini dinilai lebih efektif terutama untuk
luka pada bagian luar. Selain itu pasien juga diberikan Vitamin K 4×1 amp yang
digunakan sebagai koagulan untuk mempercepat terjadinya koagulasi sehingga
luka pada pasien lebih cepat sembuh dan juga untuk mengurangi perdarahan pada
otak pasien.
Untuk mengatasi nyeri yang ditimbulkan karena adanya benturan saat
terjatuh, robeknya pipi kiri, serta perdarahan otak diberikan parasetamol tablet
4x500mg. parasetamol merupakan obat golongan analgesik antipiretik yang
memiliki mekanisme penghambatan pada COX-3 sehingga akan membantu
mengurangi rasa nyeri pada pasien.
Adanya perdarahan pada subaraknoid dan pipi kiri menyebabkan jumlah
leukosit pada pasien terus berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pasien
menjadi rentan terhadap adanya infeksi mikroba. Oleh karena itu dokter
memberikan terapi imunos 1x1 tablet, dansera 4x1 tablet dan vitamin C 3x100mg
untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien sehingga pasien lebih tahan terhadap
adanya infeksi, mengurangi rasa nyeri, serta vitamin C juga baik untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka.
Riwayat penyakit pasien yaitu hipertensi diberikan terapi Telmisartan 1×40
mg dimana Telmisartan merupakan obat golongan ARB. Hipertensi pada pasien
stroke dapat memperparah kondisi pasien karena akan memperburuk perdarahan
yang dialami pasien. Pada pasien stroke, tekanan darahnya tidak boleh >140/90
mmHg. Pada pasien ini tekanan darahnya masih termasuk normal kecuali saat
tanggal 20 April sehingga diberikan terapi Telmisartan. Pemberian obat ini sudah
tepat karena telah sesuai dengan indikasi dan dosisnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
A, Basjiruddin ; darwin Amir (ed.). 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf
(Neurologi) edisi 1. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L. 2009. Drug
Information Handbook, Edisi ke-17. Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association
Adams HP Jr, del Zoppo GJ, von Kummer R. 2000. Management of Stroke: A
Practical Guide for the Prevention, Evaluation and Treatment of Acute Stroke.
1st ed. Caddo US: Professional Communications Inc.
American Heart Association (AHA). 2018. Guidelines for the Early Management
of Patients With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association.American Stroke
Association.
Fagan, S.C., dan Hess, D.C., J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G., Wells, B.C.,
& Posey, L.M. 2008. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Edisi
Ketujuh, Appleton and Lange: New York
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses
Penyakit, Edisi 6. Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,
Wulansari, p., Mahanani, D. A. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.