Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“SEDIAAN INJEKSI PROCAIN PENICILLIN G ”

Kelompok 2

1. Dian Puspitasari (01206298A)


2. Titik Mardianti (01206300A)
3. Herlin Agustina (01206304A)
4. Missya Putri Kurnia Pradani (01206308A)
5. Ikhfa Rahmini Fitri (01206313A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
“SEDIAAN INJEKSI VOLUME KECIL”

I. TUJUAN

Mengetahui dan menguasai pembuatan injeksi dengan pembawa minyak secara

steril.

II. DASAR TEORI

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk

yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir.Injeksi

dilakukan dengan melarutkan,mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke

dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis

tunggal atau wadah dosis ganda.

Cara penggunaan injeksi / penyuntikan adalah :

 Injeksi intrakutan/intradermal (i.c),disuntikkan kedalam kulit yang

sebenarnya,biasanya volume yang disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml)

 Injeksi subkutan/hipodermik (s.c),disuntikkan kedalam jaringan di bawah

kulit ke dalam alveolar,obat di absorbsi lambat jadi dapat mengatur

intensitas efek sistemik.Larutan harus sedapat mungkin isotonis,sedangkan

pHnya sebaiknya netral,maksudnya untuk mengurangi iritasi jaringan dan

mencegah kemungkinan terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).

 Intramuskuler (i.m),disuntikkan masuk otot daging.Injeksi yang berupa

larutan,suspensi,emulsi dapat diberikan melalui rute ini.Karena aliran darah


di otot adalah cukup luas untuk membawa obat pergi ke bagian yang

dituju,maka faktor pokok yang mempengaruhi absorbsi obat adalah

pelepasan obat dari bentuk sediaanny.Kedalam otot dada dapat disuntikkan

sampai 200 ml,ke dalam otot lain volume yang disuntikkan lebih kecil.

 Intravena (i.v),disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah, larutan ini

biasanya isotonis atau hipertonis.Larutan injeksi untuk intravena harus

benar benar jernih bebas dari partikel padat karena dapat menyumbat kapiler

dan dapat menyebabkan kematian,Jadi injeksi bentuk suspensi tidak boleh

diberikan melalui intravena,termasuk juga makro emulsi.

 Intratekal (i.t) intraspinal intradural,disuntikkan ke dalam saluran sumsum

tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lumbra vertebrata) yang ada cairan

cerebrospinal.Larutan harus isotonis sebab sirkulasi cairan cerebrospinal

adalah lambat,meskipun larutan anestetika sumsum tulang belakang sering

hipertonis.

 Intraperitoneal (i.p) disuntikkan langsung kedalam rongga perut.Penyarapan

cepat,bahaya infeksi besar dan jarang di pakai.

 Peridural (p.d) ekstradural epidural,disuntikkan ke dalam rongga epidura

yang terletak di atas durameter,lapisan penutup terluar dari otak dan

sumsum tulang belakang.

 Intrasistermal (i.s),disuntikkan kedalam saluran sumsum tulang belakang

pada dasar otak.

 Intrakardial (i.k.d),langsung kedalam jantung.


Syarat syarat obat suntik antara lain ( Anief,1993):

 Aman,Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.

 Harus Jernih.

 Sedapat mungkin isohidris agar tidak terasa sakit dan penyerapan

optimal.Isohidris artinya mempunyai pH yang sama dengan darah dan

cairan tubuh lain,yaitu pH=7,4

 Sedapat mungkin isotonis agar tidak terasa sakit.Isotonis artinya

mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan cairan tubuh

yang lain.

 Harus steril.

 Bebas pirogen.

Injeksi Procain Penicilin G merupakan antibiotic golongan Penicillin. Sedangkan

Procain sendiri termasuk golongan derivate asam benzoate yang punya khasiat

sebagai anestesi local tipe ester. Procain dalam air pada suhu tinggi akan

terhidrolisis menjadi p-amino benzoic acid (PABA) dan dietilaminoetanol,

sehingga pembuatan injeksi Procain dilarutkan dalam minyak. Injeksi Procain

Penicilin dibuat dalam kondisi aseptis tanpa sterilisasi akhir yang dapat diharapkan

dapat memberikan perlindungan pasif dari kontaminasi.

III. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
- Auotoclave - Procain Penicilin G
- Inkubator - Alumunium Monostearat
- Glassware - Ol. cocos
- Flakon
- Timbangan
IV. Formula

Catatan : Penimbangan dilebihkan 20% dan pengisian cairan injeksi harus dilebihkan

V. Cara Kerja

A. Cara Pembuatan.

Mensterilkan minyak di oven 170oC selama 30 menit dengan cara minyak


dimasukkan ke dalam cawan penguap

Mensterilkan inkas dan peralatan yang digunakan

Menara kaca arloji dan menimbang penicillin dan alumunium monostearat

Mensterilkan mortir dengan cara dibakar dengan alkohol

Alumunium monostearat dimasukkan dalam mortir tambahkan sedikit minyak


yang sudah dingin aduk sampai homogen

Masukkan penicillin aduk ad homogen

Masukkan flakon dan ad kan dengan minyak yang sudah steril ad 10,5 ml.
Dikerjakan secara aseptis
B. Uji Sterilisasi.

Pembuatan Medium Uji Sterilitas

Menimbang 5,95 g serbuk thioglycolate medium USP, kemudian larutan dalam


200 ml aquades mendidih, aduk hingga larut dan homogen

Masukkan dalam 5 buah tabung reaksi (masing –masing tabung reaksi berisi
kurang lebih 2 ml media), kemudian tabung reaksi ditutup / disumbat dengan
kapas

Sterilisasi dengan autoclave 1210C selama 15 menit


Pengambilan Sampel Sedian Uji Untuk Sterilisasi.

Preparasi uji sterilitas dilakukan di dalam ruang steril ( dibawah Laminar Air
Flow yang telah disiapkan, atau jika tidak ada di enkas yang sudah dibersihkan
dengan alkohol 70% dan diuapi dengan formalin)

Siapkan 4 tabung reaksi yang berisi medium thioglycolate yang sudah


disterilkan, beri label no 1-4

Penjelasan tabung :

- Tabung 1 : kontrol sterilitas media ( thioglycolate)

- Tabung 2 : Kontrol sterilitas ruangan (enkas), tabung dibuka selama proses


persiapan uji sterilitas, setelah selesai maka tabung ditutup kembali

- Tabung 3 : kontrol sterilitas sampel injeksi Procain-Penicillin G - Inkubasi dan


catat hasil uji sterilitasnya sampai dengan 7 hari
C. Uji Kebocoran.

Setelah disterilkan ampul dalam keadaan panas dimasukkan dalam larutan


metilen blue tunggu kurang lebih 2 menit lalu di cuci dengan air ledeng,
keringkan

Amati apakah ada cairan yang masuk ke dalam ampul

VI. Perhitungan

R/ Procain Penicillin G 2,5 = 2,5 + 20 % = 3 gram

Al. Monostearat 20 mg = 20 mg + 20% = 24 mg

Ol. Cocos ad 10 ml = ad 10 ml + 20% = ad 12 ml

m.f. injeksi = 12 ml – (3+0,024) = 8,976 ml

VII. HASIL PENGAMATAN ( Berdasarkan Data Referensi )

1. Hasil Uji Kebocoran

Keterangan

Ampul 1 (-) Tidak bocor

Ampul 2 (-) Tidak bocor

Ampul 3 (-) Tidak bocor

2. Hasil Uji Partikel Asing

Keterangan

Ampul 1 (-) Tidak ada partikel (jernih)

Ampul 2 (-) Tidak ada partikel (jernih)

Ampul 3 (-) Tidak ada partikel (jernih)


VIII. PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini yakni membuat injeksi procain penicillin G. Injeksi

adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) kedalam tubuh untuk tujuan terapetik

atau diagnostic. Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah,kedalam

jaringan dan organ.

Injeksi procain penicillin G sebanyak 2,5 g. Injeksi penisilin g digunakan

untuk mengatsi infeksi bakteri, missal radang tengggorokan akibat infeksi

streptococcus. Penisilin G ini dibuat dalam bentuk injeksi karena dapat dikatakan

lebih efektif. Efektif dalam hal ini adalah kerja antibiotik injeksi lebih cepat

dibandingkan antibiotik oral antibiotik injeksi bisa sampai ke organ dalam waktu

yang lebih singkat, karena ada proses yang tidak harus ia jalankan. Antibiotik

injeksi penisilin akan disuntikkan ke pembuluh darah lalu menuju ke organ, tanpa

perlu ke saluran pencernaan. Antibiotik injeksi biasanya diberikan pada kasus

infeksi yang berat.

Cara membuat injeksi tersebut dengan mensterilkal semua alat-alat meliputi

kaca arloji, cawan, beaker glass, tabung reaksi, dan gelas ukur. Untuk mortir dan

stamfer disterilkan dengan cara dibakar dengan alcohol. Salah satu bahannya yaitu

minyak di oven dengan suhu 1700C selama 30 menit.

Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan

melakukan kontrol kualitas sediaan steril. Uji ini harus direncanakan dengan baik

untuk menghindari hasil positif palsu. Positif palsu dapat terjadi karena

kontaminasi lingkungan maupun kesalahan yang dilakukan oleh personil.


Lingkungan harus didesain sesuai dengan persyaratan ruang steril yang telah

ditetapkan oleh Farmakope terutama mengenai jumlah mikroorganisme maupun

jumlah partikel yang hidup di udara. menumbuhkan mikroorganisme yang dapat

berupa jamur maupun bakteri. Uji sterilisasi menurut Farmakope Indonesia Edisi

IV dapat dilakukan dengan dua prosedur pengujian yang terdiri dari metode

inokulasi langsung ke dalam media uji dan metode teknik filtrasi membran.

Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak

jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana

dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis

untuk menghindari kontaminasi pada media. Dalam Farmakope Edisi IV,

disebutkan terdapat 3 media yang dapat digunakan dalam uji sterilitas sediaan,

yaitu media tioglikolat cair, media tioglikolat alternatif (untuk alat yang

mempunyailumen kecil), dan Soybean-Casein Digest Medium. Pada praktikum

kali ini uji sterilitas menggunakan metode inokulasi langsung kedalam media uji

dan media yang digunakan adalah tioglikolat cair. Jadi sediaan yang telah dibuat

diambil sampel sebanyak ± 2ml kemudian dicampurkan dengan media yang telah

dibuat dalam tabung rx kemudian di inkubasi selama 1 minggu. Hasil yang

diperoleh setelah 7 hari diinkubasi adalah terdapat kekeruhan pada tabung sediaan

injeksi sedangkan pada tabung kontrol ruangan dan kontrol negatif tidak terlihat

adanya keruhan. Adanya kekeruhan pada media menandakan adanya pertumbuhan

bakteri pada sampel sediaan. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena cara kerja

praktikan yang kurang aseptis, peralatan yang digunakan telah terkontaminasi,


ataupun media yang digunakan telah terkontaminasi juga sebelumnya. Dugaan

tersebut dikarenakan pada kelompok lain yang menggunakan media yang sama,

ada yang kontrol negatifnya justru keruh. Dilihat dari hasil injeksi Procain

Penisilin G tidak steril karena larutan injeksi keruh disebabkan lamanya waktu

untuk pengamatan yaitu 2 minggu.

Selanjutnya di lakukan evaluasi sediaan meliputi Uji kebocoran bertujuan

untuk menentukan apakah ampul yang dipakai berada pada keadaan yang baik

(tidak retak, tidak ada celah). Uji kebocoran dilakukan dengan cara merendam

ampul dalam larutan metilen blue dalam fenol, jika ampul bocor maka larutan

dalam ampul yang semula jernih berubah menjadi biru. Ampul yang bocor

memungkinkan obat keluar dari ampul yang menyebabkan dosis berkurang

sehingga bisa mengurangi efek dari obat dan ampul yang bocor menunjukkan

bahwa sediaan yang dibuat tidak steril karena mikroorganisme mudah masuk. Dari

hasil percobaan didapatkan bahwa tidak terdapat kebocoran pada ampul yang

digunakan.

Selanjutnya uji adanya partikel asing. Sediaan yang mengandung partikel

asing menunjukan jika larutan yang dibuat sudah terkontaminasi oleh partikel

asing yang ditunjukkan dengan adanya ketidakjernihan dan kekeruhan pada

larutan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa injeksi penicillin yang dibuat tidak

terdapat partikel asing yang menunjukkan bahwa jika sediaan yang digunakan

tidak menimbulkan penyumbatan pembuluh darah dan rasa nyeri.


A. Kesimpulan

1. injeksi Procain Penisilin G tidak steril karena larutan injeksi keruh disebabkan

lamanya waktu untuk pengamatan yaitu 2 minggu.

2. Tidak terjadi kebocoran ampul dan tidak ada partikel asing yang terdapat pada

sediaan (memenuhi persyaratan sediaan injeksi).

DAFTAR PUSTAKA

Aakanksha, Bhandari et al, 2010, “An Overview On Pyrogen Reduction Methods”,


Journal of Pharmacy : December 2010, pp.57-61.

Anief, Moh, 1993, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta, 1997, Ilmu Meracik Obat,
UGM Press, Jakarta.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta, 1995, Farmakope
Indonesia Edisi V, Depkes RI, Jakarta.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S, 1988, Dasar - Dasar Mikrobiologi 2, UI Press, Jakarta.

Sunaryo, 1980, Obat Perangsang Susunan Saraf Pusat dan Farmakologi dan Terapi,
Jakarta.

Voight, R, 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.

Surakarta,11 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai