Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STRUKTUR BAJA DAN FIBER

PENGUJIAN TARIK/TENSILE BAJA TULANGAN ULIR/SIRIP DAN


PELAT BAJA

Disusun oleh :

Nama : Ibnu Khusnuz Zain


NRP : 1020040061
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Baja Tulangan
Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara hot
rolling. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip.(Lit 1 diunduh 21 maret 2014) Baja
tulangan beton polos (BJTP) adalah baja tulangan beton berpenampang lingkaran dengan
permukaan rata tidak bersirip dan baja tulangan beton sirip (BJTS) adalah baja tulangan
beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk
memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan menahan gerakan
membujur dari batang secara relatif terhadap beton.

Gambar 1. Baja tulangan beton polos

Bentuk permukaan batang baja tulangan beton polos harus rata tidak bersirip dan bentuk
permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang
diperkenankan rnempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang,
Sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur
dan mempunyai ukuran yang sama. Besi tulangan baja polos yang sering digunakan untuk
membuat begel pada kolom beton rumah sederhana yaitu merek KS yang diproduksi oleh
PT. Krakatau Steel Tbk. Besi beton KS telah mengikuti peraturan perencanaan beton
bertulang untuk bangunan rumah dan gedung (SNI 03-2847-02 Pasal 23). PT. Krakatau
Steel (KS) adalah satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Dalam artian, KS
memproduksi baja dari bahan mentah hingga menjadi baja beton siap pakai. (Lit 7 diunduh 3
juni 2014). Pabrik lain umumnya membeli bahan baku besi beton berupa billet dari pihak
lain yang tentunya mutu dan kualitasnya kurang baik sehingga banyak baja tulangan beton
yang ada di pasaran menyerupai produk KS. Salah satu merk pabrik lain yang menyerupai
merek KS adalah KS TY, SKS dan KKS.

Gambar 2. Baja tulangan beton Ulir

Baja tulangan beton yang menyerupai merek KS juga sering digunakan pekerja
bangunan dalam membuat begel segiempat. Hal ini menunjukkan tidak semua begel atau
baja tulangan beton yang digunakan adalah produk KS karena harga baja tulangan beton ini
relatif lebih murah dan dalam kebutuhan pembuatan begel, pekerja bangunan bahkan
menggunakan sisa-sisa baja tulangan yang telah terpakai.
1.2 Ukuran Diameter Baja Tulangan Beton
Ukuran diameter baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip telah
disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Tabel 1. Diameter baja tulangan beton polos


Tabel 2. Diameter baja tulangan beton sirip
1.3 Base Plate

Base Plate adalah bagian dari struktur baja yang berfungsi untuk menghubungkan

struktur baja bagian atas dengan struktur pondasi pada bagian bawah.Sesuai namanya “base”

artinya dasar/landasan. Base plate adalah bagian terbawah dari sebuah struktur baja. Base

Plate berfungsi menyalurkan gaya ke beton (pondasi/pedestal) sedemikian rupa hingga

besarnya tegangan yang terjadi pada beton tidak menimbulkan kerusakan.

Gaya-gaya yang diterima oleh base plate antara lain adalah gaya tekan, gaya tarik akibat

momen dan gaya geser. Jika yang bekerja hanya gaya tekan murni (sangat jarang) maka

seyogyanya cukup merencakana luasannya saja tanpa menghitung besaran angkur (angkur

minimum saja), namun sekali lagi itu sangat jarang terjadi.

Selalu ada gaya tarik (misal akibat gempa) yang menyebabkan struktur terangkat, oleh

karena itu penggunaan angkur diperlukan. Gaya geser pun sebenarnya bisaditahan oleh gaya

friksi antara base plate dan beton landasan, tetapi jika tidak mencukupi maka digunakan juga

baut angkur. (gaya friksi merupakan gaya gesek).

Pelat dasar (base plate) memiliki fungsi yaitu: meneruskan beban dari kolom ke pondasi

serta meratakan beban kolom yang terjadi. Pelat dasar dihubungkan dengan kolom baja
melalui sambungan las, sedangkan plat dasar (base plate) sebagai desain penghubung antara

kolom baja dengan pondasi beton mempunyai 2 tipe perletakan yaitu:  Perletakan Sendi,

dimana baut angkur tidak memikul momen hanya memikul beban tekan atau beban tarik 

Perletakan Jepit, dimana sebagian baut angkur memikul tarik akibat momen sedangkan yang

lainnya memikul tekan.

1.4 Komponen Pendukung Base Plate

Agar Base Plate dapat terpasang pada konstruksi baja, Base Plate memerlukan komponen

pendukung. Berikut komponen – komponen pendukung pada Base Plate.

1. Plat Baja

Plat baja yang dipotong berbentuk segi empat dengan panjang, lebar serta tebal

plat sesuai dengan ukuran desain base plate yang akan dibuat.

Gambar 3. Pelat baja

Komponen ini memiliki lubang di setiap sudut sikunya yang berfungsi sebagai tempat

untuk baut angkur menghubungkan plat baja(base plate) dengan pondasi beton.
1.5 Uji Tarik (Tensile Test)

Uji tarik adalah metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat (Askeland, 1985). Kekuatan tarik hanya bisa ditentukan
dengan cara menarik benda uji hingga patah. Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian
mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi
dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah.
Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material dengan maksud
untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan tarik yang
digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu benda uji. Uji tarik
dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terusmenerus, sehingga bahan
(perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur sampai putus, dengan tujuan
menentukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan dalam pembebanan
tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi
beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut berhimpit maka yang terjadi adalah gaya
lentur.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat dan Bahan
1. Grip untuk penjepit plat
2. Grip untuk penjepit silinder
3. Spesimen plat
4. Baja tulangan berbentuk sirip
5. Jangka sorong
6. Penitik
7. Palu
8. Kertas milimeter
9. Pena
10. Neraca digital
11. Universal testing machine kapasitas 110N

2.2 Prosedur Pengujian


1) Mengidentifikasi Spesimen Uji
1. Mengidentifikasi spesimen uji dengan cara memberikan modifikasi pada salah satu sisi
agar tidak tertukar saat melakukan pengujian
2. Membuat 2 jarak gate slab dengan Panjang 50 ml atau 2 inch, lalu tempatkan jangka
sorong pada permukaan benda uji kemudian beri tanda dengan pena.
3. Membuat gate slab menggunakan penitik dan palu, dan lakukan hal yang sama untuk
material uji yang kedua (rounded bar). Untuk baja tukangan berbentuk sirip gate slab
nya adalah 8x diameter efektif, sehingga perlu diketahui terlebih dahulu diameter efektif
dari baja tulangan beton sirip.

2) Mengukur Pesimen Uji


1. Mengukur awal spesimen uji. Mengukur sisi lebar spesimen plat kemudian menuliskan
hasilnya pada form pengujian.
2. Mengukur ketebalan spesimen dan memasukkannya pada form pengujian.
3. Mengukur gate slab yang dibuat dengan menggunakan tanduk jangka sorong, catat
hasil pada form pengujian.
3) Mengukur Baja Tulangan Beton Sirip
1. Mengukur panjang total dari baja tulangan beton sirip

2. Mengukur diameter efektif dengan rumus

 Mengukur panjang total baja tulangan beton sirip menggunakan jangka sorong
 Mengukur massa (m) dari baja tulangan beton sirip dengan menggunakan
neraca digital

4) Menyalakan mesin dengan menekan tombol warna hijau pada mesin, kemudian setting
beban mesin pada kapasitas maksimal yaitu 100kN.
5) Memangkan specimen pada mesin pengujian.
6) Memasangan kertas milimeter pada chart recorder, lalu menyalakan chart recorder dan
mensetting writer pada posisi zero, kemudian menaikkan chart record lalu pena turun dan
menekan tombol record. Memberikan beban secara kontinyu.
7) Recorder melaksanakan catatan hingga pada titik ultimatenya. Setelah titik ultimatenya
tercapai maka kurva akan menurun dan benda (specimen uji) akan patah.
8) Mengambil specimen uji dari pencekam dengan menekan tombol merah pada mesin.
9) Melakukan pengukuran akhir pada spesimen yang sudah patah dengan
menggabungkannya lagi dan mengukur diameter menggunakan jangka sorong lalu catat
dalam form pengujian.
10) Mengukur panjang akhir dan catat pada form pengujian.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengujian
Berdasarkan pengujian pada spesimen uji tarik/tensile baja tulangan ulir/sirip dan pelat
baja yang sudah diperlihatkan pada video youtube dengan judul “Tensile Test (Uji Tarik)”
didapatkan hasil bahwa pada saat spesimen uji baja tulangan ulir/sirip dan pelat baja
dimasukkan kedalam mesin, chart recorder kertas milimeter sudah mulai merecord terlihat
bahwa benda mengalami titik yield, dan record tetap melakukan catatan hingga sampai pada
titik ultimate atau titik maksimal. Setelah titik ultimate tercapai maka kurva akan menurun
dan menandakan bahwa benda (spesimen uji) akan patah.
3.2 Kesimpulan

Pada pengujian uji tarik baja tulangan ulir/sirip dan pelat baja bisa diketahui bahwa uji
tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan maksimum (tensile
strength), kekuatan luluh (yield strength) dan perpanjangan (elongation) material dengan
cara memberikan beban (gaya statis) yang sesumbu dan diberikan secara kontinyu. Serta
adanya makalah tentang peralatan yang digunakan dalam pengujian tarik/tensil baja tulangan
ulir/sirip dan pelat baja saya harap bisa memberikan manfaat kepada semua orang yang
membaca makalah saya.
REFERENSI

Gazal, Moch.Aby. (2014). Rancang Bangun Alat Bantu Penekuk Begel Cincin Segiempat Untuk
Konstruksi Beton (biaya produksi). Politeknik Negeri Sriwijaya

Abdul Rohman, dkk. (2017). base plate pada konstruksi bangunan baja. Universitas Bhayangkara

Glenn, Pandaleke, R. and Banu Dwi Handono (2016). Analisis Dimensi Pelat Dasar (base plate)
Pada Kolom Struktur Baja Yang Mampu Tahan Terhadap Efek Spray. Jurnal Sipil Statik. pp
375-382

Tensil Test (Uji Tarik). 2 Juli 2020 (Diakses pada 26 September 2021). Diakses dari
https://youtu.be/pFmhu9UUvNQ

Anda mungkin juga menyukai