PERBENDAHARAAN NEGARA
Oleh : AFIF SYARIF
Page | 1
Dalam penyusunan APBN secara implisit berdasarkan ketentuan ICW
1925 yang bertentangan dengan bentuk, susunan dan isi APBN
dinyatakan tidak berlaku. Dari ketentuan ini terlihat bahwa ada
perbedaan antara ICW dengan UU APBN. Perbedaan ini terlihat dari
bobot formal dan material. Dengan demikian terlihat bahwa ICW 1925
sepanjang bentuk, susunan dan isinya tidak bertentangan dengan UU
APBN dianalogikan sebagai UU pelaksanaan APBN.
Page | 2
Catatan :
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, ICW 1925 merupakan
UU organik yang melaksanakan ketentuan Pasal 23 UUD 1945.
Dibidang pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan Negara
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan administrasi keuangan Negara
yang berkaitan erat dengan pembangunan ;
Pertanggung jawaban keuangan negra menurut ICW (Pasal 77 ayat 1)
dalam hubungannya dengan kelembagaan Negara tidak tepat ;
Pertanggungan jawaban keuangan Negara oleh Presiden dan
disampaikan kepada DPR ;
Presiden sebagai pemegang tunggal keuangan Negara (lihat Pasal 17
UUD 1945) menteri keuangan sebagai pengelola keuangan negara
Page | 3
UUKN No. 17 Tahun 2003 merupakan landasan dari Pasal 23C UUD
1945 dan secara substansial mengandung perubahan paradikma dalam
pengelolaan keuangan Negara
Ditinjau dari difinisi yang diatur UUKN menganut difinisi yang cukup luas,
yaitu semua hak dan kewenangan negara yang dapat dinilai dengan
uang, begitu juga terhadap barang-barang milik Negara, seperti yang
diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) seperti uang negara yang terdapat dalam rekening
atas nama pejabat di Dapartemen-departeme. Ditinjau dari sudut
yuridis, UUKN No. 17/2003 membawa perubahan tentang pemberlakuan
terhadap anggaran, yaitu :
1. Perubahan tahun anggaran, semula tahun anggaran April s/d 31 Maret,
maka berdasarkan Pasal 4 UU No.17/2003 diubah menjadi tgl 1
Januari s/d 31 Desember
2. Penyusunan Anggaran, penyusunan anggaran harus berimbang yang
sebelumnya kita kenal anggaran surplus dan deficit
3. Kebijakan fiscal sebagai landasan hukum
4. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara (AAUPKN) meliputi :
akuntabilitas, profisionalitas dan keterbukaan dalam pengelolaan
keuangan Negara yang bebas dan mandiri (merupakan kekuatan
normative)
Page | 4
PERKEMBANGAN LANDASAN HUKUM KEUANGAN NEGARA
UUD 1945 diatur dalam Pasal 23 UUD 1945 yang terdiri dari 5 ayat,
sedangkan mengenai keuangan Negara diatur dalam ayat (1) yang
menyebutkan : APBN ditetapkan tiap-tiap tahun dengan UU, apabila
DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka
pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
Page | 5
Pasal 112 UUDS 1950 mengatur tentang pengawasan anggaran yang
menyebutkan :
Pengawasan atau pemeriksaan dan pertanggung jawaban keuangan
Negara dilakukan oleh dewan pengawas keuangan
Hasil pengawasan dan pemeriksaan diberitahukan ke DPR
Menurut Supomo Pasal 112 UUDS pada umumnya hampir sama dengan isi
Pasal 23 ayat (5) UUD 1945.
Apabila kita bandingkan keberadaan ICW 1925 terhadap anggaran Negara
menurut UUD 1945 berdasarkan Aturan Peralihan Pasal II, maka ICW 1925
berlaku sebagai hukum positif. Sedangkan terhadap Konstitusi RIS maupun
UUDS tidak mengatur korelasi antara ICW dengan Kons RIS maupun UUDS.
Page | 6
Pengertian Anggaran Negara dapat dikaji tiga sudut pendekatan, yaitu :
Ketiga tersebut diatas terlihat, bahwa anggaran negara atau APBN menitik
beratkan pada aspek otorisasi artinya anggaran negara secara logis dibebani
untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaannya.
Menurut M. Subagio :
“adalah suatu rencana yang diperlukan untuk membiayai segala kegiatan
negara dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan
disertai taksiran besarnya penerimaan yang didapat dan digunakan
membelanjakan pengeluaran tersebut”
Page | 7
Penyusunan anggaran harus diperhatikan :
keadaan keuangan negara;
keadaan tenaga dan bahan baku yang tersedia dalam negeri;
pengalaman pelaksanaan anggaran tahun yang lalu dan tahun
berjalan
Page | 8
1. Pendahuluan
Page | 9
Pasal 23 E : 1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri ;
2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada
DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangannya ;
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-
undang
Pasal 23 F : 1. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden
2. Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota
Pasal 23 G : 1. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki
perwakilan disetiap propinsi
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai BPK diatur dengan UU
Page | 10
Dari pengertian tersebut, secara administratif pengertian yang umum
mengenai hukum keuangan negara dalam sistem pemerintahan adalah
berkaitan dengan pertanggung jawaban dalam sistem pemerintahan. Dalam
negara demokrasi pertanggung jawaban harus diberikan kepada mareka yang
memberikan mandat yakni perwakilan rakyat.Pertanggung jawaban
keuangan negara dapat dilihat dari dua sudut : Pertama dari sudut otorisasi,
artinya keuangan negara bukan merupakan kompentensi publik, akan tetapi
merupakan kewenangan perwakilan rakyat sebegai pemberi otorisasi. Kedua,
dari sudut hukum administrasi, bahwa pelaksanaan keuangan negara terikat
dengan undang-undang yang pelaksanaannya dilakukan oleh instansi-instansi
dan harus mempertanggung jawabankan kepada kepala pemerintahan
(eksekutif).
Page | 11
3.1. Asas Kelengkapan
Asas ini mempertahankan hak budget parlemen secara lengkap. Semua
pengeluaran dan penerimaan secara tegas dimuat dalam anggaran.
Tidak boleh ada penerimaan atau pengeluaran yang tidak dimasukan ke
dalam kas negara. Dengan demikian, terlihat kegiatan penguasa publik
dari pengawasan DPR. Asas kelengkapan ini mencegah penggunaan
dana khusus serta menutup kemungkinan kompensasi administrasi
dari pengeluaran anggaran tersebut.
3.2. Asas Spesialisasi / Spesifikasi
Dapat diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu :
a. spesialisasi kualitatif, yakni jumlah tertentu yang ditetapkan untuk
pasal tertentu harus semata-mata digunakan untuk tujuan yang
disebutkan dalam tertentu;
b. spesialisasi kuantitatif, yakni tidak diperbolehkan melampaui jumlah
yang telah ditetapkan;
c. spesialisasi menurut urutan sementara, yakni pengeluaran hanya
dapat dibebankan kepada pasal tertentu bagi anggaran tertentu
selama dinas yang bersangkutan masih dibuka.
Page | 12
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA
PUSAT DAN DAERAH
Page | 13
Tujuan yang diharapkan pemerintah adalah untuk :
1. pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah
2. mengintensifkan perekonomian masyarakat daerah
3. terwujudnya good governance
4. penyelegaraan otoda secara domokratis
Salah satu pilar pokok otonomi daerah adalah untuk mengelola secara
mandiri keuangan daerah berdasarkan kewenangan. Apabila dikaitkan
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara terlihat kecendruangan kewenangan pusat disatu sisi dan
penyempitan kewenangan daerah adalah di bidang fiskal. Hal ini dapat di
lihat :
(1) dalam penyusunan APBD secara ketat dan harus mengacu yang di
desain pusat ;
(2) kontrol fiskal terhadap pemerintah daerah dan
(3) tidak berfungsinya DPRD sebagai fungsi legisasi anggaran dan
pengawasan.
Page | 14
PENGAWASAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN
KEUANGAN NEGARA
Unsur-unsur pengawasan :
1. Adanya kewenangan yang jelas ;
2. Adanya alat penguji
3. Adanya tindakan
4. Adanya pengawasan
Page | 15
Selain itu pengawasan keuangan negara dapat dilakukan oleh BPK menurut
UU Nomor 15 Tahun 2004. Biasanya yang dilakukan pengawasan oleh BPK
adalah :
1. pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan
2. pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri dari atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektifitas.
3. pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan atas hal-hal lain di
bidang keuangan, pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern pemerintah
Page | 16
Page | 17
DAFTAR BACAAN
Peraturan-Peraturan :
Buku-Buku
Page | 18
Tugas Hukum Keuangan Negara :
Page | 19