Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS MASALAH GIZI PADA ANAK – ANAK SEKOLAH DASAR

Oleh Hernadieta Rahmadani (2102524)

1B_PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kamda Sumedang

Masalah gizi adalah masalah yang sering terjadi di Indonesia sehingga sudah menjadi masalah klasik
dan kini sudah memasuki masalah gizi ganda. Masalah gizi kurang di Indonesia masih belum teratasi
sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Keadaan ini merupakan ancaman dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Masalah gizi harus mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah dalam penanganannya. Permasalahan gizi terjadi dalam
berbagai macam seperti anak kurus (wasting), anak pendek (stunting), dan anak dengan kelebihan
berat badan (obesity).

Menurut UNICEF ada tiga penyebab gizi buruk yaitu;

1. Penyebab langsung
Penyebab langsung gizi buruk yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
Tidak cukup pangan, pola asuh tidak memadai, sanitasi, dan air/kesehatan dasar tidak
memadai.
3. Penyebab mendasar atau akar masalah gizi
Terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam yang menyebabkan
kekurangan asupan pangan, serta pelayanan kesehatan.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit tidak menular, antara lain penyakit
jantung, diabetes tipe 2, hipertensi dan sebagainya. Obesitas merupakan keadaan indeks massa
tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis
kelaminnya. Di Indonesia, kerutinan obesitas pada anak meningkat dari 9,5% tahun 2007 menjadi
11,7% tahun 2010. Sedangkan di Provinsi Bali kerutinan obesitas di usia 13-15 tahun yaitu sebesar
3,1% (Depkes RI, 2008; Depkes RI, 2010).

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh. WHO mendefinisikan obesitas sebagai penumpukan
lemak tubuh berlebihan yang berdampak buruk terhadap kesehatan (WHO, 2015). Penyebab utama
obesitas adalah dari faktor keturunan. Penelitian-penelitian epidemiologis dengan pendekatan
kohort dan kasus kontrol menunjukkan tren makanan (fast food), gaya hidup sedentary, penurunan
aktivitas fisik, stres psikologis, dan budaya merupakan kontributor terhadap epidemi obesitas pada
anak dan remaja (Lenders & Hoppin, 2003).

a. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua
obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas
menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Syarif, 2003).
b. Faktor lingkungan
Adapun faktor lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut;
1) Gizi dan Makanan
2) Aktivitas fisik
3) Sosial Ekonomi
c. Obat – obatan
misalnya steroid dan beberapa anti depresi) dapat menyebabkan penambahan berat badan
(Adriani & Wiratmadi, 2013).
Dampak yang terjadi jika anak mengalami obesitas;

1. Risiko Penyakit Kardiovaskuler


Peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL- kolesterol dan tekanan darah sistolik serta
penurunan kadar HDL-kolesterol.
2. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.
3. Obstruktive sleep apnea
Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi
oksigen dan peningkatan kadar CO2 yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang
faring kemudian mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur
gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk.

Untuk mengurangi angka kejadian obesitas, The United States Dietary Guidelines for Americans
merekomendasikan untuk anak-anak sekolah melakukan aktivitas fisik paling tidak selama 60 menit
setiap hari. Aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari bermanfaat bukan hanya untuk mendapatkan
kondisi tubuh yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah
stres. Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang mempengaruhi obesitas.

Anda mungkin juga menyukai