Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKONOMI MAKRO ISLAM

(Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam)


Dosen Pengampu: Mohammad Daud Rosyidi, SE.,ME

Di susun oleh:

Kelompok 8

1. Abdullah faqih (E20192359)

2. Vila Mustika (E20192356)

3. Irfan Sofyan Hidayat (E20192358)

4. Muhammad Hasan Zamzami ( E20192357)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

DESEMBER 2020

1
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat serta hidayahNya, penyusunan makalah Ekonomi Makro Islam sebagai tugas
kelompok dan terselesaikan. Penyusunan makalah Ekonomi Makro Islam ini
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok dan agar dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Pada kesempanatan kali ini, kami sebagai penyusun makalah mengucapkan
terimakasi kepada bapak Mohammad Daud Rosyidi selaku dosen pengampu Ekonomi
Makro Islam yang sudah membingbing dan memberikan arahannya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak seklai
kekurangan dan kesalahan baik dari segi tulisan maupun penggunaan kata. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kebaikan untuk masa yang akan datang.

Jember, 05 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................2


DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................6
A. Pengertian Kebijakan Fiskal.................................................................6
B. Kebijakan Fiskal Indonesia Dari Masa ke Masa..................................7
C. Kebjakan Fiskal Indonesia Mengentaskan Kemiskinan ......................7
D. Instrumen Kebijakan Fiskal..................................................................8
E. Nilai Material dan Spritiual..................................................................10

BAB III PENUTUP……….......................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan
fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran
pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan
moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal
dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor,
dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini
memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan
pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap
perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin
suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga
sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru
menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga
pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, negara-
negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat
mendorong lebih cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk
domestik bruto untuk memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis
kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya
sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
yaitu:
1. Apa yang dimaksud Kebijakan fiskal?
2. Bagaimana kebijkan fiscal Indonesia dari masa ke masa?
3. Bagaimana kebijakan fiscal Indonesia mengentaskan kemiskinan?
4. Apa instrument kebijakan fiskal?
5. Perbedaan nilai material dan spiritual?

4
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui kebijakan fiscal Indonesia dari masa ke masa
3. Untuk mengetahu fiscal Indonesia fiscal Indonesia untuk mengentaskan
kemsikinan
4. Untuk mengetahui instrument kebijakan fiskal
5. Untuk mengetahui perbedaan nilai material dan spritual

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal pada dasarnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan dan pengeluaran negara. Penerimaan dari negara bersumber dari pajak,
penerimaan bukan pajak dan bahkan penerimaan yang berasal pinjaman/bantuan luar
negeri dari luar negeri sebelum masa reformasi dikatagorikan sebagai penerimaan
negara.1 Dengan demikian kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam
mengelola keuangan negara sedemikian rupa sehingga dapat menunjang
perekonomian nasional: produksi, konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan
kestabilan harga. Artinya keuangan negara tidak hanya penting untuk membiayai
tugas rutin pemerintah saja, tetapi juga sebagai “sarana” untuk mewujudkan sasaran
pembangunan: pertumbuhan ekonomi, kestabilan dan pemerataan pendapatan
(Gilarso, 2004: 148).
Kebijakan fiskal merupakan salah satu sub bidang pengelolaan keuangan
Negara yang demikian luas, di samping subbidang pengelolaan moneter, dan sub
bidang pengelolaan kekayaan negara. Subbidang pengelolaan fiskal meliputi enam
fungsi, yaitu: (Suminto,2004)
1. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan
kebijakan ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan Nota Keuangan dan
RAPBN, serta perkembangan dan perubahannya, analisis kebijakan, evaluasi dan
perkiraan perkembangan ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara,
pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskal dalam
rangka kerjasama internasional dan regional, penyusunan rencana pendapatan
negara.
2. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.
3. Fungsi administrasi perpajakan.
4. Fungsi administrasi kepabeanan.
5. Fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan,
standard, sistem dan prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara, pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah
pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kas

6
negara dan perencanaan penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang dalam
negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang, pengelolaan barang milik/ kekayaan
negara (BM/KN).
6. Fungsi pengawasan keuangan.
B. Kebijakan Fiskal Indonesia dari Masa ke Masa

Dalam catatan sejarah, memang tak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan


ekonomi Indonesia dari masa ke masa memang sudah melaju pesat. Namun jika
ditelusuri dalam lembaran sejarah perekonomian Indonesia, terutama pada masa orde
lama, pembangunan ekonomi Indonesia relatif statis. Berbagai ketidakstabilan politik
dan kendala keterbatasan sumber daya manusia telah menyebabkan selama waktu 20
tahun setelah kemerdekaan itu tak banyak sumberdaya yang tergarap (Hamid, 2000:
5). Tak jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi yang ditorehkan oleh renzim
Orde Baru. Indikator ini antara lain bisa dilihat pada kondisi utang luar negeri, inflasi,
pertimbuhan ekonomi, kemiskinan, defisit, dan anggaran.3 Di era reformasi, bukan
berarti dengan beralihnya pemegang kebijakan beralih pula kondisi perekonomian
Indonesia, dari keterpurukan menjadi kesejahteraan.
C. Kebijakan Fiskal Indonesia Mengentaskan Kemiskinan
Kebijakan anggaran pemerintah menempati posisi sangat penting dalam
mengubah wajah kemiskinan dan kesenjangan. Tingginya tingkat kemisikinan dan
lebarnya kesenjangan merupakan indikator kegagalan suatu negara dalam proses
pembangunan. Karena pembangunan yang dilaksanakan pada prinsipnya ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan taraf hidup masyarakat. Hal ini
sesuai dengan tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan
dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat dilakukan
melalui upaya penanggulangan kemiskinan.
Upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah secara
terpogram dimulai sejak Orde Baru dengan meluncurkan program Pelita I- pelita V.
Repelita VI diluncurkan sebagai program khusus, yaitu program Inpres Desa
Tertinggal (IDT). Inpres ini, yaitu Inpres No.5/1993 tentang peningkatan

7
penanggulangan kemiskinan, dimaksudkan untuk meningkatkan penanganan masalah
kemisikinan secara berkelanjutan di desa-desa miskin. Selain itu, berbagai program
secara spesifik dapat diketahui dengan menyibak pos-pos anggaran yang disediakan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Programprogram tersebut antara
lain: (Dumairy, 1995: 78-81). (1) Program Bantuan Pembangunan Daerah; (2) Inpres
Pembangunan Desa; (3) Inpres Pembangunan Daerah tingkat dua; (4) Inpres
Pembangunan Daerah tingkat satu; (5) Inpres Kesehatan.
Mengacu kepada prinsip ekonomi Islam, perumusan kebijakan yang
menyangkut persoalan kebijakan pengentasan kemiskinan mengandung beberapa ciri.
Pertama, menumbuhkan peranan setiap individu dalam meningkatkan kualitas
hidupnya sesuai dengan martabat manusia yang dimuliakan oleh Tuhan. Kedua,
menumbuhkan proses kebersamaan yang memberi peluang bagi berkembangnya
kreativitas, inovasi dan kerja keras untuk mencapai kesejahteraan umum. Ketiga,
menciptakan distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat secara adil dan merata.
Keempat, menjaga stabilitas dan keberlangsungan perkembangan ekonomi dalam
proses kemajuan (Rais, 2002).
Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang amat kompleks. Sehingga
dengan demikian, kemiskinan tidak saja menyangkut problem kultural, tetapi juga
problem struktural yang menyangkut bagaimana negara membuat kebijakan fiskal
yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan Secara kultural, Islam
menganjurkan untuk menumbuhkan peranan setiap individu dalam meningkatkan
kualitas hidupnya dan menumbuhkan proses kebersamaan sosial melalui zakat, infaq,
dan shadaqah. Secara struktural, Islam meletakkan peran sentral negara dalam
menciptakan distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat secara adil dan merata
dan menjaga stabilitas dan keberlangsungan perkembangan ekonomi dalam proses
kemajuan dan pemerataan serta sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat dalam
mencari solusi ke taraf hidup yang lebih layak.
D. Instrumen Kebijakan Fiskal

Perspektif ekonomi konvensional, Adiwarman Karim menjelaskan bahwa

dalam struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terdapat beberapa

instrumen (alat) dan cara yang digunakan untuk menghimpun dana guna menjalankan

pemerintahan, antara lain:

8
1. Melakukan Bisnis
Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya
dengan mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya
perusahaan lain, dari perusahaan negara ini diharapkan memberikan keuntungan
yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan negara.
2. Pajak
Penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak
dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak
pendapatan, pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Pajak
yang dikenakan kepada masyarakat tidak dibedakan terhadap bentuk usahanya
sehingga dapat menimbulkan ketidakstabilan.
3. Meminjam Uang
Pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang
lainnya dengan syarat harus dikembalikan di kemudian harinya. Masyarakat
harus mengetahui dan mendapat informasi yang jelas bahwa di kemudian hari
mereka harus membayar pajak yang lebih besar untuk membayar utang yang
dipinjam hari ini. Meminjam uang hanya bersifat sementara dan tidak boleh
dilakukan secara terus-menerus.
Dalam perspektif ekonomi Islam, kebijakan fiskal memiliki dua instrumen,
pertama: kebijakan pendapatan, yang tercermin dalam kebijakan pajak, kedua:
kebijakan belanja (pengeluaran). Kedua instrumen tersebut akan tercermin dalam
anggaran belanja negara.
Kebijakan belanja (pengeluaran) di antaranya adalah kepentingan pertama
diarahkan pada biaya pertahanan negara dan menjaga perdamaian negara.
Kepentingan kedua dikeluarkan untuk pokok pengeluaran lain. Menurut Ibn Taimiyah
sebagaimana dikutip oleh Eko Suprayitno, dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengeluaran untuk para gubernur, menteri dan pejabat pemerintah lain tak dapat
dielakkan oleh pemerintah manapun, harus dibiayai dari anggaran penerimaan
fa’i.
2. Memelihara keadilan. Negara harus mengurus hakim atau qadhi.
3. Biaya pendidikan warga negara, baik siswa maupun gurunya.
4. Utilitas (kegunaan) umum, infrastruktur dan gugus tugas ekonomi, harus
ditanggung negara.

9
E. Nilai Material dan Spiritual
Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak tergantung
pada benda; benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidak tergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Notonegoro membagi nilai
menjadi tiga. Nilai material, nilai spiritual, nilai vital.
1. Nilai Material adalah nilai yang berguna bagi jasmani manusia. Contoh,
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal atau lebih dikenal sandang, pangan,
papan.
2. Nilai Spiritual adalah nilai yang berguna bagi rohani manusia. Nilai spiritual
dibagi lagi menjadi nilai religi (agama), nilai estetika (keindahan, seni), nilai
etika (moral) dan nilai logika (kebenaran).
3. Dan yang terakhir nilai vital adalah nilai yang berguna menunjang kegiatan
manusia. Contoh, buat seorang pemikir, cangkul tidak terlalu bernilai, tapi untuk
petani itu sangat bernilai.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam mengelola keuangan
negara sedemikian rupa sehingga dapat menunjang perekonomian nasional: produksi,
konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan kestabilan harga.
Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang amat kompleks. Sehingga
dengan demikian, kemiskinan tidak saja menyangkut problem kultural, tetapi juga
problem struktural yang menyangkut bagaimana negara membuat kebijakan fiskal
yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan Secara kultural, Islam
menganjurkan untuk menumbuhkan peranan setiap individu dalam meningkatkan
kualitas hidupnya dan menumbuhkan proses kebersamaan sosial melalui zakat, infaq,
dan shadaqah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-kebijakan-fiskal/

https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/perkembangan-fiskal/

https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/kaitan-instrumen-kebijakan-fiskal-dengan-tertibnya-
perpajakan-di-indonesia/#:~:text=Tentang%20instrumen%20sendiri%2C%20instrumen
%20kebijakan,pajak%20sangat%20penting%20untuk%20dilakukan.

https://www.google.com/amp/s/amp.wartaekonomi.co.id/berita107880/menkeu-kebijakan-
fiskal-bermanfaat-untuk-pengentasan-kemiskinan

https://www.google.com/amp/s/www.kelaspintar.id/blog/edutech/kebijakan-fiskal-jenis-
peranan-instrumen-dan-fungsi-1795/amp/

https://www.researchgate.net/publication/340181951_Kebijakan_Fiskal_dalam_Ekonomi_Isl
am

12

Anda mungkin juga menyukai