Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN JIWA

“HARGA DIRI RENDAH”

DOSEN:
NS. Sri supami, S.Kep, S.Pd,M.Kes

DI SUSUN
1. Nanda pratiwi
2. Novi nurul f
3. Sulistiyatul milla
4. Tri indah sari
5. Ulfa lesdilah

STIKes IMC Bintaro


Komplek RS. IMC Bintaro Jaya No.9 Jl. Jombang Raya No. 56, Jombang,
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15414
Periode 2018/2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I. KASUS ( ISOLASI SOSIAL )


1. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).
Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari
berhubungan, ini merupakan pertahanan terhadap stresor dan ansietas yang
berhubungan dengan suatu stresor atau ancaman.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu
menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan
perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari
hampir terabaikan.

2
II. Proses Terjadinya Masalah
A.  Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik
diri   :
a.       Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah  respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif
sewajarnya  dapat  mengurangi masalah respon social menarik diri.
b.      Faktor Biologik
Faktor genetik  dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia. 
c.       Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).

3
B. Faktor Persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan  seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
a.       Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas
unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b.      Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya  hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik
diri), (Stuart & Sundeen, 1998)
c.       Stressor intelektual
1)  Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk 
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2)   Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3)    ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain

4
d.      Stressor fisik 
1)   Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2)   Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu 
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock,1993)

C. Rentang Respon
Menurut Stuart tentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan
lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara
respon adaptif dan respon maladaptive sebagai berikut :

Menyendiri Menarik diri Manipulasi


Otonomi Depedensi Impulsive
Bekerja sama Curiga Narcissisme
Interdependen

Respon Adaptif (Stuart, 2006) Respon Maladaptif


Berdasarkan gambar
rentanf respon diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon
adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah
negatif
1. Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal
a. Menyendiri (solitude )
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara

5
mengevaluasi diri dan mengevaluasi diri dan menentukan langkah
berikutnya
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide
ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Bekerja sama (mutualy)
Suau kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima, merupakan
kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
d. Interdependen
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal
2. Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat
a. Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secra terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi
apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan
orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu
b. Ketergantungan (dependen )
Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehingga tergantung
orang lain
c. Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
d. Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi
pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang

6
lain sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam
e. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak
f. Narcissisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu,
dan marah jika orang lain tidak mendukung

D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart, 2017 individu yang mengalami respon sosial maladaptif
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang
spesifik yaitu sebagai berikut :
1) Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri
(Rasmun, 2004 hlm 35)
2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain ( Rasmun, 2004 hlm 32 )
3) Splitting atau memisahkan merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk ( Rasmun, 2001
hlm 36 )

7
III. A. Pohon Masalah

Akibat : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Core problem : Isolasi sosial : MD

Penyebab : Harga Diri Rendah

(Budi Anna Keliat, 1999)

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif
a) Klien mengatakan saya tidak mampu.
b) Klien mengatakan tidak bisa.
c) Klien mengatakan tidak tahu apa-apa.
d) Klien mengatakan dirinya bodoh.
e) Klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif
a) Klien tampak lebih suka sendiri.
b) Klien tampak bingung.
c) Klien berkeinginan mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
d) Klien terlihat apatis.
e) Ekspresi wajah klien sedih.
f) Klien sering melamun.
g) Afek klien tumpul.
h) Klien tampak banyak diam.
i) Komunikasi klien kurang atau tidak ada.

8
j) Kontak mata klien kurang.

2. Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Data Subjektif :
a) Mengungkapkan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
b) Mengungkapkan melihat gambaran tanpa stimulus nyata
c) Mengatakan mencium bau tanpa stimulus nyata
d) Merasa makan sesuatu
e) Merasa ada sesuatu dikulitnya
f) Merasa takut pada suara/ bunyi/gambar
g) Ingin memukul atau melempar
Data Objektif :
a) Berbicara dan tertawa sendiri
b) Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu
c) Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
3. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah
Data Subjektif
a) Mengungkapkan tidak mampu dan tidak bisa, tidak tau apa – apa
b) Mengkritik diri sendiri
c) Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif
a) Tampak lebih suka sendiri
b) Bingung bila diminta memilih alternatif tindakan
c) Ingin mencederai diri atau mengakhiri diri (Budi Anna Keliat, 1999).

IV. Diagnosa Keperawatan


a) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
b) Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
c) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

9
V. Rencana Tindakan Keperawatan ( Terlampir )

10
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP
HARI

SP: HARGA DIRI RENDAH


PERTEMUAN: 1
TANGGAL: 10 MEI 2019
Proses keperawatan
Kondisi klien
Ds:
1. Klien mengatakan saya tidak mampu
2. Klien mengatakan tidak bisa
3. Klien mengatakan tidak tahu apa-apa
4. Klien mengatakan perasaan malu terhadap diri sendiri

Do:
1. Klien tampak banyak melamun
2. Klien tampak mengurung diri

Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

Tindakan keperawtan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki klien
3. Jelaskan tujuan kegiatan kepada klien

11
4. Berikan contoh kegiatan pada klien
5. Berikan pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative
6. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien

Terminasi
Evaluasi :
1. Evaluasi klien:
a. klien mengatakan telah mengetahui tujuan kegiatan
b. Klien mengatakan telah mampu mengerjakan kegiatan
2. Evaluasi perawat:
a. klien tampak mengethaui tujuan kegiatan
b. Klien tampak mampu mengerjakan kegiatan

12
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH

Nama: ny.S Ruangan: manggis No Rm: 1567248


Tanggal: 25 mei 2019 jam: 09.00-10.00 wib
Implementasi Evaluasi

Ds : S:
1. Klien mengatakan saya tidak mampu 1. Klien Mengatakan namanya siapa
2. Klien mengatakan tidak bisa 2. Klien mengatakan kemampuan yang
3. Klien mengatakan tidak tahu apa-apa dimiliki
4. Klien mengatakan perasaan malu 3. Klien mengatakan kegiatan-kegiatan
terhadap diri sendiri yang dipilih
Do : 4. Klien mengatakan mengetahui cara-
1. Klien tampak banyak melamun cara kegiatan yang dilakukan
2. Klien tampak mengurung diri O:
1. Klien mau berjabat tangan
Diagnose keperawatan: 2. Klien mampu menyebutkan kegiatan
Harga diri rendah yang dipilih
3. Klien mampu menyebutkan cara-cara
Tindakan keperawatan: kegiatan mengelap meja
1. Membina hubungan saling percaya 4. Klien mampu melakukan kegiatan
2. Mendiskusikan kemampuan yang yang di pilih
dimiliki klien
3. Menjelaskan tujuan kegiatan kepada A:
klien HDR POSITIF
4. Memberi contoh cara pelaksanaan 1. Klien mampu menyebutkan alat-alat
kegiatan yang dapat dilakukan klien kegiatan
5. Memberikan pujian atas usaha yang 2. Klien mampu menilai kegiatan yang

13
dilakukan klien dimiliki
3. Klien mampu memilih kegiatan yang
RTL ( rencana tindak lanjut ): dipilih
Melakukan kegiatan menyapu dan mengepel 4. Klien mampu melakukan kegiatan
Evaluasi kegiatan harian yang dipilih

P:
1. Anjurkan melakukan kegiatan sesuai
jadwal yang sudah dibuat
2. Anjurkan masukan kegiatan ke dalam
jadwal harian

TT

(nama jelas)

14

Anda mungkin juga menyukai